BOKS 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

Download Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian. Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi saw...

0 downloads 502 Views 239KB Size
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan IV-2012

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga produksi beras yang berasal dari padi ladang terutama di Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya. Padi ladang juga ditanam di Buru, Malteng, SBB, dan SBT namun dalam jumlah yang terbatas. Terkait bentuk Maluku yang tersusun atas banyak pulau sehingga disebut provinsi kepulauan, maka survei petani padi tidak dapat dilakukan pada seluruh kabupaten/kota. Hanya dua kabupaten saja yang akhirnya disurvei yaitu Buru dan SBB. Profil Lahan Lahan yang digarap petani di Buru dan SBB sebagian besar merupakan lahan basah yang mencapai 76,9%. Sedangkan untuk lahan kering hanya sekitar 23,08% saja. Itupun diperoleh dari responden yang mengelola dua lahan yaitu lahan basah dan lahan kering. Jenis Lahan

Status Kepemilikan Lahan

0.00% 23.08% 8.3%

lahan milik sendiri

0.0% 8.3% 0.0%

lahan sewa lahan garapan

76.9%

83.3% lahan bagi hasil lahan milik perusahaan  inti

lahan kering

lahan basah

lainnya

 

Mencermati status kepemilikan lahan, maka survei menunjukkan sebesar 83,3% merupakan lahan sendiri. Lahan sewa dan lahan bagi hasil masing-masing sebesar 8,3%. Sehingga dapat ditarik gambaran bahwa jumlah lahan di Buru dan SBB cukup memadai. Hal ini juga terkait dengan kondisi Buru dan SBB yang masih merupakan daerah pedesaan sehingga lahan garapan masih tersedia cukup luas untuk dikelola karena belum terkikis oleh bangunan yang marak di daerah perkotaan.

1

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan IV-2012 Selanjutnya mengenai status hukum

Status Hukum Lahan

lahan, terungkap bahwa 90,0% lahan sudah bersertifikat tanah, sedangkan sisanya sebesar

0.0% 0.0% 0.0%

10,0% masih berupa akta jual beli. Hal ini

10.0%

menggambarkan kesadaran petani untuk

sertifikat tanah petok D

mengamankan

akta jual beli kutipan letter C

90.0%

lahan

miliknya

melalui

pembuatan sertifikat tanah. Memang masalah

lainnya

kepemilikan lahan merupakan masalah yang cukup krusial bagi petani karena menentukan

 

besarnya pendapatan saat panen dan tentu saja keberlangsungan profesi sebagai petani ke depan. Produksi Jenis padi yang ditanam di Buru dan SBB cukup bervariasi. Padi IR-64 dan Inpari merupakan jenis padi yang paling banyak ditanam dengan pangsa masing-masing sebesar 25%. Selanjutnya jenis padi yang juga banyak ditanam petani adalah Ciherang sebesar 16,7%. Sedangkan padi lokal juga mendapat tempat di hati para petani dengan rincian Cibogo sebesar 16,7%, Cigelis 8,3%, dan Mekongga 8,3%. Jenis Padi

Frekuensi Tanam

Inpari 25.0%

Cibogo 16.7% Lokal 33,3%

IR-64 25.0%

40,0%

Cigelis 8.3%

60,0%

Masa tanam  2x dalam  setahun Masa tanam  3x dalam  setahun

Ciherang 16.7% Sumber : survei Bank Indonesia

Mekongga 8.3%

 

Sumber : survei Bank Indonesia

Padi-padi tersebut di tanam dalam masa tanam berjumlah 2-3 kali per tahun. Sebagian besar petani Waeapo, Buru, memilih masa tanam sebanyak 2 kali per tahun, sedangkan petanipetani di Kairatu, SBB, dapat menanam sampai 3 kali per tahun. Masa tanam ini dilakukan tidak serentak sehingga musim panen yang tiba cenderung tersebar sepanjang tahun. Berdasarkan hasil survei, di Buru panen berlangsung pada bulan Januari, April, Juni, Juli, Agustus, September, dan Desember. Sedangkan di SBB panen berlangsung pada bulan Januari, Maret, April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, dan Desember. 2

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan IV-2012 Mencermati struktur biaya, maka struktur biaya tanam sebagian besar dikuasai oleh tenaga kerja dengan pangsa 30,6% dan pupuk dengan pangsa 30,3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian pertanian merupakan sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu buruh tani. Selain itu, melihat besarnya persentase pupuk maka Pemerintah dapat memberikan bantuan subsidi agar meringankan beban petani. Struktur Biaya Tanam

Komponen Bibit Pupuk Pengendali hama/penyakit Peralatan Tenaga kerja Sewa lahan Biaya transportasi Lainnya Total

Struktur Biaya Panen

Persentase 2.7 30.3 9.8 18.2 30.6 7.3 0.3 0.8 100.0  

Komponen Tenaga kerja Peralatan panen Biaya angkut ke penggilingan Biaya olah jd GKP/GKG Biaya penggilingan Biaya pergudangan Biaya lainnya

Persentase 38.5 10.9 11.6 11.8 25.2 0.0 2.0

Total

100.0

 

Sementara itu pada struktur biaya panen, biaya tenaga kerja menempati pangsa teratas sebesar 38,5% dari toal biaya panen. Kemudian disusul oleh biaya penggilingan dengan pangsa 25,2%. Sekali lagi hal ini menegaskan bahwa tenaga kerja memainkan peran penting dalam pertanian padi. Permodalan Modal sendiri merupakan sumber

Permodalan Petani Padi

dana utama para petani padi di Buru dan SBB. Sekitar sekitar 90% responden mengatakan bahwa mereka menggunakan modal sendiri 10,0%

untuk membiayai usaha. Sisanya sebesar 10% Modal sendiri

menyatakan bahwa mereka menggunakan 90,0%

kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank untuk mendanai usaha. Hal ini memberikan indikasi bahwa petani masih belum banyak

Sumber : survei Bank Indonesia

terlibat dengan bank dalam hal pendanaan atau bank masih memandang risiko di sektor pertanian tinggi.

3

Modal sendiri dan  pinjaman bank

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan IV-2012 Distribusi

Waktu Penjualan Padi

Seluruh petani mengatakan bahwa 100% beras tidak dijual sebelum panen. Para petani lebih memilih menunggu sampai padi

0,0%

dipanen kemudian menjual hasil panen.

Ya, dijual sebelum masa  panen

Sehingga dapat dikatakan nyaris tidak ada

Tidak dijual sebelum  panen

100,0%

sistem ijon di Buru dan SBB. Beras hasil panen di Buru dan SBB

Sumber : survei Bank Indonesia

sebagian besar dibawa ke Pasar Mardika

Ambon untuk dijual. Beras di Buru juga dibeli oleh Bulog Divre Maluku sebagai upaya Bulog untuk memenuhi cadangan beras. Hal ini terkait dengan produktivitas beras Buru yang melebihi kabupaten lain di Maluku. Petani padi di Buru umumnya menjual beras hasil panen ke pengepul. Hal ini dipandang lebih praktis karena menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan petani padi di SBB selain menjual beras hasil panen ke pengepul juga menjual ke konsumen akhir. Pola Distribusi Petani Padi di Buru dan SBB Pola Distribusi Beras Medium

luar provinsi

dalam kota/ luar kota/ kabupaten kabupaten

Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir

luar negeri

Petani Buru Petani SBB

Kota utama pemasaran beras di dalam kabupaten terdapat di Namlea (Buru) dan Kairatu (SBB). Sedangkan kota utama pemasaran beras di luar kabupaten terdapat di Kota Ambon. Hal ini disebabkan kota Ambon merupakan pasar utama penjualan beras karena ibu kota provinsi Maluku ini merupakan kota yang ramai dan banyak dikunjungi oleh pelancong.

4

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan IV-2012 Stok dan Pergudangan Beras merupakan bahan makanan

Penggunaan Gudang

pokok yang memiliki daya tahan relatif lama sehingga

terdapat

kemungkinan

untuk

disimpan di gudang dalam bentuk stok. Hasil

30,0%

survei menunjukkan bahwa petani di Buru dan

SBB

yang

menggunakan

gudang

70,0%

penyimpanan bejumlah 70% dengan lokasi gudang di kelurahan yang sama dengan Menggunakan gudang

pemukiman petani. Sedangkan 30% petani

Tidak 

Sumber : survei Bank Indonesia

lainnya tidak menggunakan gudang dengan alasan beras dapat langsung dijual dan kalaupun ada sisa bisa disimpan di rumah. Manajemen Stok

38 

Beras

34 

Durasi Penyimpanan

27  33,3%

50 

GKG

36 

14 

jual

< 1 bulan

simpan

66,7%

1 ‐ 3 bulan

konsumsi 42 

GKP

0%

20%

36 

40%

60%

22 

80%

100% Sumber : survei Bank Indonesia

Sumber : survei Bank Indonesia

Para petani ternyata melakukan manajemen stok bahan pangan. Untuk Gabah Kering Panen (GKP), rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 42 : 36 : 22. Sedangkan untuk Gabah Kering Giling (GKG), rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 50 : 36 : 14. Sementara itu untuk beras, rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 38 : 34 : 27. Petani yang menyimpan komoditas < 1 bulan sebanyak 66,7% sedangkan petani yang menyimpan komoditas1-3 bulan sebanyak 33,3%.

5