CEDERA PADA AXIAL DORSAL

Download C. Fraktur dari costa (iga). • D. Fraktur dari vertebra (tulang belakang). A. Melesatnya discus intervertebralis / prolapsus discus. Secara...

0 downloads 637 Views 188KB Size
CEDERA PADA AXIALE DORSALE SUFITNI Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Cedera pada axial dorsal (batang tubuh) dapat dibagi menjadi : • A. Melesatnya discus intervertebralis • B. Terjadinya strain dan sprain dari axial dorsal (batang tubuh) • C. Fraktur dari costa (iga) • D. Fraktur dari vertebra (tulang belakang) A. Melesatnya discus intervertebralis / prolapsus discus Secara teoritis semua tulang belakang (vertebra) dapat mengalami prolapsus discus intervertebralis hernia nucleus pulposus (HNP), tetapi yang biasa terjadi pada perbatasan lumbalis IV dan V, dan lumbalis V – sakralis I. Penyebabnya : Mengangkat beban yang berat semestinya lurus.

dengan punggung melengkung, yang

Mekanisme terjadinya : Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.

Gambar 1. Memperlihatkan perubahan bentuk discus pada waktu tulang punggung dibungkukkan Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah.

©2004 Digitized by USU digital library

1

Gambar 2. Memperlihatkan pengaruh discus yang menonjol ke belakang. Tonjolan menekan pada ligamentum tulang punggung yang sensitif.

Gambar 3. Kalau tonjolannya lebih besar, maka akan menerobos ligamentum dan menekan atau menusuk saraf pada tulang punggung Gejala-gejala : • Nyeri di pingang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha. • Rasa nyeri dapat langsung timbul setelah cedera atau beberapa jam kemudian, bahkan dapat beberapa hari kemudian. Kalau nyeri terdapat di bagian pinggang dan pinggul, disebut lumbago, dan apabila nyeri sampai ke bokong disebut isias. • Rasa nyeri dapat seperti pegal-pegal yang terus-menerus atau seperti tertikam, dan apabila digunakan akan terasa lebih nyeri, sehingga kadang-kadang si penderita tidak mau menggerakkan pinggangnya seolah-olah terkunci. Batuk ataupun bersin dapat menambah rasa nyeri, demikian dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri merupakan siksaan yang besar. Pengobatan : • Alamiah Sekali nucleus pulposus meninggalkan ruangnya (annulus fibrosus), maka tidak mungkin kembali dengan sendirinya. Setelah beberapa bulan, nucleus pulposus ini akan mengecil (atrofi). Tonjolan tersebut akan lenyap karena tidak mendapatkan nutrisi, sehingga tekanan pada akar saraf spinal hilang, rasa nyeri pun hilang. Inilah sebabnya mengapa banyak cedera pada discus dapat sembuh perlahan tanpa terapi. • Oleh dokter a. Konservatif (terapi non-operatif) b. Operatif (dengan operasi)

©2004 Digitized by USU digital library

2

Terapi konservatif Terapi konservatif akan berhasil baik pada 19 dari 20 kasus. Terapi konservatif terdiri dari : 1. Istirahat di tempat tidur dengan atau tanpa tarikan spinal 2. Memakai gips atau korset dari plaster of Paris 3. Intermittetnt spinal traction (tarikan spinal berselang-seling) 4. Manipulasi spinal ad. 1. Istirahat di tempat tidur selama 3 minggu selama di tempat tidur, si penderita harus istirahat dengan posisi terl;entang pada matras yang keras dan dilarang membengkokkan tulang belakang dan di bawah matras perlu diberi alas papan untuk menghalangi terbenamnya punggung (sagging). Kalau istirahat di tempat tidur dengan tarikan spinal (tarikan tulang belakang), maka si penderita istirahat di tempat tidur selama 3 minggu, seperti yang diuraikan di atas, tetapi di kakinya diberi beban kira-kira 8 pon (4 kg). tarikan ini dikerjakan dengan jalan strapping dan katrol. Tarikan dikerjakan sampai rasa nyeri hilang, kemidian berat beban dikurangi dan akhirnya dihentikan. Biasanya penderita harus memakai supporting belt (ikat pinggang penyanggah) pada waktu bangun dan melakukan latihan. Ad 2. Memakai gips / korst dari plaster of Paris Digunakan untuk beberapa minggu saja, tujuannya memberi istirahat tulang pinggang, serta mencegah membungkuknya tulang pinggang ke depan. Sambil memakai korst, penderita dapat memeliara kekuatan otot punggung dengan mengerjakan latihan-latihan yang bersifat extention Ad 3. Intermittent spinal traction Bila rasa nyeri tidak terlalu hebat, biasanya cara ini dilakukan dengan memberikan tarikan berselang-seling selam 20-30 menit, dengan berat beban sampai 180 pon (90 kg). untk ini diperlukan tempat tidur khusus, tetapi jangan menganggap bahwa terapi ini kejam dan tidak menyenangkan, biasanya diberikan selama 2 mingu. Ad 4. Manipulasi spinal Kadang-kadang dokter membuat manipulasi pada spinal / pemijatan pada tulang belakang, unutk ini penderita dibius total, agar mendapat relaksasi otot yang sempurna, dengan cara ini bila berhasil akan mengurangi rasa nyeri dengan mengembalikan discus ke posisi semula, atau ke tempat yang tidak menekan saraf spinal. Terapi operatif Tujuan : Menghilangkan tonjolan discus, dan dikenal dengan laminektomi Trapi operatif dilakukan bila cara konservatif tidak berhasil, karena terapi opertaif ini ada bahayanya, yaitu kelumpuhan. Untuk membuat diagnosa yang tapat adanya prolapsus discus intrvertebralis ialah dengan membuat foto tulang belakang. Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cedera discus?. Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.

©2004 Digitized by USU digital library

3

B. Strain dan sprain pada batang tubuh Strain maupun sprain di daerah axial dorsal dapat terjadi , terutama otot-otot serta ligamentum di sepanjang tulang belakang. P3K dilakukan seperti terapi strain dan sprain pada umumnya. C. Fraktur Kosta Gejala-gejalanya sama dengan gejala-gejala pada fraktur umumnya, yaitu : • adanya reaksi radang setempat yang hebat • deformitas • krepitasi biasanya fraktur kosta disertai dengan sesak nafas, karena penderita tidak dapat mengerakkan kostanya. Di sini sesak nafas berbeda dengan sesak nafas orang asma. Fraktur kosta yang paling berbahaya adalah apabila patahan tulang rusuk merobek pembungkus paru-paru / pleura. Hal ini dapat menyebabkan tertembusnya paru-paru, yang disebut dengan pneumotoraks, dan hal ini dapat mengakibatkan kematian mendadak karena paru-paru tak dapat mengembang dan mengempis lagi.

Gambar 4. Kiri, menunjukkan robeknya pleura karena tertusuk patahan tulang iga (pneumothoraks). Kanan, menunjukkan perdarahan paru yang tertimbun di kantong pleura (hemothoraks). Pertolongan : Setelah dibuktikan degan foto roentgen bahwa terjadi fraktur pada kosta, maka pada daerah cedera harus dipasang strapping / balut tekan yang kuat selama 2-3 minggu. Strapping dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Dada dilingkari dengan 2 atau 3 kali putaran elastis perban yang luasnya 2-3 inci pada daerah cedera. Sewaktu elastoplast atau elastis perban dipasang, si penderita disuruh menghembuskan nafas atau ekspirasi maksimum. 2. Dapat dengan menempelkan plester yang tebal dan lebar unutk menutupi daerah cedera. Plester dimulai dari tulang sternum sampai melewati garis tengah punggung dan dipasang melintang, penderita disuruh menghembuskan nafas maksimum. D. Fraktur kolumna vertebralis Fraktur pada tulang belakang biasa jatuh dalam keadaan berdiri, terpeleset ataupun pada waktu mengangkat beban berat. Gejala-gejala :

©2004 Digitized by USU digital library

4

Si penderita akan mengeluh pada tempat yang patah, penderita akan mengalami kebas atau kebal atau kesemutan pada salah satu anggota badan, dan dapat disertai kelumpuhan atau tidak dapat menggerakkan anggota badan. Andaikata fraktur terjadi pada daerah atas atas, yaitu pada vertebra servikalis (tulang leher), maka yang mengalami kelumpuhan adalah anggota badan atas maupun bawah. Pertolongan pertama : Dalam mengangkut si penderita, tidak boleh hanya dengan cara biasa, sebaiknya dengan Jordan frame. Bila tidak tersedia alat ini, si penderita harus diangkat dalam posisi lurus, karena tulang belakang tidak boleh menekuk (fleksi) dan langsung dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Jordan frame adalah tandu yang berupa kerangka dari metal berbentuk segi empat, penderita ditempatkan di tengah frame ini, kemudian baru dipasang tali-tali yang dikaitkan pada kaitan yang melekatkan pada kerangka tadi. PENUTUP Cedera pada axiale dorsale biasa berupa melesatnya discus interbvertebralis, terjadinya strain dan sprain dari batang tubuh, fraktur dari kosta dan fraktur dari vertebra. Melesatnya discus intervertebralis atau prolapsus discus, bias diterapi demgam cara konservatif dan operatif. Terapi konservatif berhasil baik pada 19 kasus dari 20 kasus . terapi konservatif terdiri dari istirahat di tempat tidur, memakia gips, tarikan spinal berselang-seling dan manipulasi spinal. Terapi operatif ditujukan untuk menghilangkan tonjolan discus dan dikenal dengan laminektomi. Pada fraktur kostadapat dilakukan balut tekan (strapping), tapi harus hatihati jangan sampai costa merobek paru-paru. Pada fraktur kolumna vertebralis, kita harus sangat berhati-hati dalam mengangkut pasien, sebaiknya dengan Jordan frame. DAFTAR PUSTAKA Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan I, EGC, 1995. Werner Kahle, Atlas dan buku teks anatomi manusia, cetakan I, EGC, 1990. Purnawan Junadi, dkk, Kapita selekta kedokteran, edisi 2, penerebit Media Aesculapius fakultas kedokteran UI, 1982 Werner Spalteholz, Hand atlas of human anatomy, seven edition in English. JB Lippincott Company

©2004 Digitized by USU digital library

5