BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009). Periode tersebut merupakan periode penting selama fase tumbuh dan kembang anak. Pada masa itu anak - anak masih sangat rentan untuk terjangkit penyakit terutama penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang belum terbentuk dan berfungsi secara optimal, sehingga perlu suatu upaya dalam pencegahan terhadap penyakit tersebut (BKKBN 2013). Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan imunisasi yang sangat efektif untuk mencegah penyakit dan kematian dari penyakit menular dengan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes RI 2009). Namun, imunisasi secara injeksi merupakan salah satu tindakan yang paling menyebabkan nyeri pada masa bayi (Dilli, Kucuk & Dallar, 2009).Pada umumnya sekitar 100 juta anak diimunisasi setiap tahunnya.Hal tersebut tentu saja menimbulkan trauma untuk anak, keluarga, tenaga kesehatan dan juga masyarakat karena tindakan tersebut menimbulkan nyeri akut (Jacobson et al.,2001). Meskipun tindakan tersebut terjadi secara singkat akan tetapi, pada bayi kadar endorphine lebih rendah dari anak anak maupun dewasa sehingga mengalami keterbatasan dalam mekanisme pertahanan terhadap nyeri ( Anand, Phil & Hickey, 1987 dalam(Curry etal., 2012). Selain itu, tindakan imunisasi yang dilakukan secara rutin merupakan sumber utama nyeri iatrogenik pada bayi dan anak – anak (Schecter et al., 2007). 1
2
Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual dan merupakan suatu masalah yang serius tetapi sering diabaikan pada bayi baru lahir. Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahpahaman bahwa bayi tidak dapat merasakan nyeri karena belum sempurnanya mielinisasi pada sistem saraf dan imaturitas dari sistem kortikal, padahal data menunjukan bahwa nosisepsi pada sistem saraf sudah terlapisi myelin secara komplit pada kehamilan trimester dua dan tiga ( Anand, Phil & Hickey, 1987 dalam(Curry et al.,2012). Menurut (Wong et al.,2009), nyeri yang tidak ditangani akan mengakibatkan dampak yang serius baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Adapun dampak yang bisa diamati antara lain keterlambatan perkembangan, gangguan neurobehavioral, penurunan kognitif, gangguan belajar, perubahan temperamen, emosi pada bayi dan anak anak serta peningkatan stress hormonal di kehidupan dewasa kelak. Nyeri yang tidak ditangani dengan baik juga mampu memberikan efek segera dan efek negatif. Efek yang paling sering adalah distress pada anak dan orang tua ( Reiset al., 2003). Selain itu menurut Graddin et al., 2002, tidak adanya penanganan nyeri pada awal kehidupan dapat menyebabkan efek
merusak terhadap perkembangan system saraf pusat. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Brummelte et al., 2014, mengemukakan bahwa nyeri atau stress selama fase neonatal berkontribusi dalam perubahan fungsi hypothalamic pituitary adrenal (HPA) sampai dengan anakusia sekolah. Pengalaman terhadap nyeri atau tindakan yang dapat menimbulkan trauma pada bayi harus dicegah atau diminimalkan. Hal tersebut sesuai dengan filosofi pada keperawatan anak yaitu tentang perawatan atraumatik yang bertujuan untuk
3
mencegah dan meminimalkan nyeri atau cedera (Wonget al., 2009). Tindakan yang bisa dilakukan antara lain manajemen nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Banyak penelitian sudah dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri secarafarmakologi maupunnon farmakologi diantaranya adalah penggunaan non nutritive sucking dengan atau tanpa oral sucrose, swaddling atau kangaroo mother care, terapi musik dan stimulasi multi sensori (Golianu et al., 2007). Hal serupa terkait penanganan nyeri saat imunisasi juga dilakukan(Liaw et al., 2011), tentang penggunaan non nutritive sucking dan oral sucrose mampu memberikan efek analgesik saat dilakukan prosedur yang menyakitkan saat imunisasi IM. Intervensi non farmakologis lain yang mampu digunakan untuk mengurangi nyeri saat imunisasi juga dilakukan oleh Harrington & Logan (2012), yaitu tentang penggunaan metode intervensi fisik 5 S (swaddling, side/stomach position, shushing, swinging and sucking) yang mampu mengurangi nyeri selama pelaksanaan imunisasi rutin. Intervensi tersebut juga baru dilakukan di Virginia dan belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga peneliti ingin mengidentifikasi apakah metode tersebut juga efektif dilakukan di Indonesia. Bedasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang secara keseluruhan cakupan imunisasi berkisar antara 89 % – 100 %, sedangkan
di Puskesmas Lerep dan Puskesmas Ungaran diperoleh data bahwa
cakupan imunisasi di wilayah kerja puskesmas tersebut pada tahun 2014 adalah 100 %. Hasil tersebut dikarenakan adanya kesadaran dari masyarakat terhadap pentingnya
4
imunisasi.Meskipun cakupan imunisasi yang dicapai puskesmas sudah tinggi, di puskesmas tersebut belum terdapat kebijakan terkait dengan penatalaksanaan nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi.Tindakan yang biasa dilakukan yaitu dengan menggendong bayi setelah diimunisasi dan orang tua mendampingi saat prosedur dilakukan. Alasan penggunaan tindakan tersebut karena mudah dilakukan dan bisa dilakukan oleh semua pengantar bayi.Adapun manajemen nyeri secara farmakologi yang dilakukan adalah pemberian analgesik antipiretik yaitu pemberian parasetamol untuk penanganan nyeri dan demam di rumah. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mencari alternatif penatalaksanaan nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi tetapi tetap terjangkau, murah dan bisa dilakukan oleh semua pengantar bayi walaupun bukan orang tua terutama ibu. Adapun tindakan yang akan dilakukan adalah intervensi fisik 5 S (swaddling, side/stomach position, shushing, swinging and sucking) yang terdiri dari 5 tindakan yang dilakukan secara sistematis. B. Rumusan Masalah Penelitian Imunisasi merupakan tindakan yang bermanfaat bagi kesehatan pada anak akan tetapi juga merupakan tindakan yang menimbulkan trauma sehingga perlu dilakukan antisipasi. Besarnya dampak yang diakibatkan karena nyeri pada bayi dan belum adanya kebijakan terkait dengan penatalaksanaan nyeri pada bayi yang diimunisasi mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait manajemen nyeri pada saat bayi diimunisasi.Manajemen nyeri yang penulis pilih yaitu penggunaan intervensi
5
fisik 5 S (swaddling, side/stomach position, shushing, swinging and sucking).Metode tersebut dipilih karena tidak memerlukan biaya, praktis dan sebenarnya sudah dilakukan tetapi tidak dilakukan secara sistematis sehingga penulis ingin melaksakannya secara sistematis dan bisa dilakukan oleh semua pengantar bayi tanpa terkecuali. Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “ Bagaimana pengaruh metode intervensi fisik 5 S (swaddling, side/stomach position, shushing, swinging and sucking)terhadap respon nyeri imunisasi pada
bayi di
Puskesmas Lerepdan Puskesmas Ungaran?”
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian metode intervensi fisik 5 S terhadap respon nyeri imunisasi pada bayi di Puskesmas Lerep dan Puskesmas Ungaran. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi respon nyeri pada bayi saat imunisasi dengan pemberian metode intervensi fisik 5 S pada kelompok intervensi b. Untuk mengidentifikasi respon nyeri pada bayi saat imunisasi pada kelompok kontrol dengan pemberian standart care oleh orang tua c. Untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik bayi terhadap respon nyeri saat imunisasi
6
D. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan anak khususnya dalam penatalaksanaan manajemen nyeri secara non farmakologi pada bayi. 2. Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi pada masyarakat selama imunisasi untuk menurunkan respon nyeri bayi saat dilakukan imunisasi dan tidak menutup kemungkinan untuk bisa dilakukan dalam menurunkan respon nyeri terkait tindakan atau kejadian traumatik lain yang dialami bayi. 3. Instansi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam melakukan asuhan keperawatan yang mengutamakan prinsip atraumatic care pada bayi yang akan dilakukan imunisasi untuk menurunkan respon nyeri dan memberikan kenyamanan pada bayi.
7
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan peneliti yang berkaitan dengan manajemen non farmakologi terhadap respon nyeri adalah Tabel 1. Penelitian terkait manajemen non farmakologi terhadap respon nyeri bayi yang dilakukan imunisasi No
Judul
Persamaan
Perbedaan
Hasil
1.
Nonnutritive Sucking and Oral Sucrose Relieve Neonatal Pain During Intramuscular Injection of Hepatitis Vaccine(Liaw., Zeng & Yang, 2011) Reducing Neonatal Pain During Routine Heel Lance Procedures (Morrow.,Hidinger & Wilkinson, 2010)
1. Desain penelitian 2. Variabel dependent
1. Alat pengkajian nyeri 2. Variabel independent 3. Sampel
nyeri secara signifikan lebih rendah pada kelompok intervensi (NNS dan sucrose) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
1. Desain penelitian 2. Intervensi yang diberikan
1. Sampel penelitian 2. Alat pengkajian nyeri
1. Desain penelitian 2. Variabel dependent 3. Sampel penelitian
1. Alat pengkajian nyeri 2. Variabel independen
Skor NIPS pada kelompok intervensi dengan swaddling lebih rendah disbanding dengan kelompok kontrol( SD=0,9) Menyusui lebih efektif dalam mengurangi nyeri selama imunisasi dibandingkan pada kelompok massage therapy dan kelompok kontrol
1. Desain Penelitian 2. Variabel independent 3. Variabel dependent 4. Sampel
1. Alat pengkajian nyeri
2.
3.
4.
A comparative study on vaccination pain in the methods of massage therapy and mothers’ breast feeding during injection of infants referring to Navabsafavi Health Care Center in Isfahan(Esfahani.,Sheyk hi & Abdeyzdan, 2013) Effective Analgesia Using Physical Interventions for Infant Immunizations (Harrington & Logan 2012)
Intervensi fisik dengan menggunakan metode 5S mampu mengurangi nyeri pada bayi selama vaksinasi rutin