DESKRIPSI PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN

Download pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing yang dilakukan oleh guru pada materi Stoikiom...

0 downloads 530 Views 304KB Size
DESKRIPSI PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA MATERI STOIKIOMETRI Utin Thiya Nova Sari, Masriani, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing yang dilakukan oleh guru pada materi Stoikiometri dan mendeskripsikan kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing yang dilakukan oleh guru pada materi Stoikiometri kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa dan guru kimia kelas X MIA 4. Penerapan model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing terlaksana sebesar 95,45% dari yang sudah direncanakan. Kendala yang dihadapi selama pembelajaran menggunakan model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing adalah minimnya buku yang disediakan dari sekolah, hubungan yang tidak terjalin dengan baik antar anggota kelompok, kurangnya pemahaman guru dan siswa tentang prinsip problem posing. Kata kunci : Think Pair Share, Problem Posing, Stoikiometri Abstract: The purpose of this research is to describe the use of the learning model named Think Pair Share with Problem Posing approach which is conducted by the teacher in stoichiometry subject. Also the purpose of this research is to describe the difficulties which are found in the learning process by using Think Pair Share with Problem Posing approach which is conducted by the teacher in stoichiometry subject in class X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak. The method of this research is descriptive. The subjects of this research are the students and the chemistry teachers in class X MIA 4. The application of Think Pair Share model with Problem Posing approach has been implemented by 95,45% from the researcher’s plan. The faced difficulty during learning process are, the lack of books in that school, an anharmonic group members, and lack of teachers’ and students’ understanding about the principle of Problem Posing. Keywords: Think Pair Share, Problem Posing, Stoichiometry

1

K

urikulum di Indonesia selalu mengalami perubahan. Kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini yaitu kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membentuk pribadi siswa. Tujuan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak siswa sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014). Kualitas pendidikan dapat dikaitkan dengan kualitas pendidik yaitu guru harus professional (memenuhi kualifikasi akademik dan berkompeten). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal 28 ayat 1, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain kualifikasi akademik, guru juga harus menjalankan kewajiban itu dengan cara mengembangkan profesionalisme dalam mengajar. Kinerja guru dapat ditingkatkan jika guru dapat berperan dengan baik dalam proses pembelajaran. Peran yang dimaksud dalam Kurikulum 2013 yaitu dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan panca indera siswa sehingga potensi berkembang secara otentik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan harapan (Marinasari, 2013). Strategi pembelajaran yang diterapkan harus aktif dan menyenangkan, sehingga diharapkan dapat mewujudkan keberhasilan peran guru berupa interaksi aktif yang maksimal. Guru berperan penting menentukan tujuan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa. Guru dituntut menguasai keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Sutikno, 2013). Tujuan utama proses pembelajaran setelah siswa melalui kegiatan belajar berupa hasil belajar. Berdasarkan pengamatan terhadap cara mengajar guru di SMA Negeri 8 Pontianak pada 12 Maret 2015, metode mengajar yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah. Guru tidak memberikan apersepsi dan tujuan pembelajaran sehingga siswa kurang berminat karena tidak mengetahui manfaat dan tujuan yang akan diperoleh. Siswa terlihat kurang serius pada saat diberi latihan soal, dimana masih banyak siswa yang merasa bingung dalam menentukan zat yang bertindak sebagai reduktor maupun oksidator. Beberapa siswa sama sekali tidak mengerti dan menunggu jawaban dari teman sebangkunya, guru hanya mentransfer ilmu yang dimiliki kepada siswa tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Penjelasan materi hanya disampaikan secara verbal membuat siswa cepat bosan. Penggunaan metode ceramah yang digunakan guru berdampak pada persentase ketuntasan materi redoks siswa kelas X MIA 3 dan 4 SMA Negeri 8 tahun ajaran 2014-2015, pada kelas X MIA 3 dari siswa yang berjumlah 37 orang terdapat 17 orang siswa yang tuntas. Pada kelas X MIA 4 yang berjumlah 35 siswa hanya 14 orang yang tuntas pada saat diberikan ulangan harian. Fakta tersebut diperkuat oleh wawancara bersama siswa, diperoleh informasi bahwa guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran. Metode ceramah ini membuat 2

siswa merasa bosan, akibatnya siswa tidak termotivasi untuk memahami materi yang disampaikan dan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi stoikiometri. Perhitungan stoikiometri selalu membuat siswa kesulitan (BouJaoude & Barakat, 2000). Kesulitan yang dialami siswa pada stoikiometri disebabkan oleh adanya beberapa materi prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu, seperti cara menuliskan rumus senyawa dengan benar, membuat serta menyetarakan reaksi dan menghitung massa molekul relatif senyawa. Evans, dkk (dalam Okanlawon, 2009) menyatakan stoikiometri merupakan hal yang sangat pokok dalam pembelajaran kimia terutama saat menyelesaikan soal persamaan kimia dan asam-basa. Stoikiometri memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran kimia. Stoikiometri digunakan dalam perhitungan laju reaksi, kesetimbangan kimia, elektrokimia, penentuan kadar suatu zat atau senyawa, membuat larutan dalam beberapa konsentrasi dan lainnya. Perhitungan stoikiometri juga sering digunakan dalam praktikum kimia, misalnya mencari kadar suatu zat dalam beberapa senyawa, penentuan kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan sebagainya. Materi stoikiometri yang dianggap sulit oleh siswa berdampak pada hasil belajar siswa pada materi stoikiometri yang tergolong tinggi yaitu 71,61% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia diperoleh informasi bahwa selama ini guru sudah pernah memberikan siswa kesempatan untuk berdiskusi kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, namun diskusi kelompok yang selama ini dilakukan tidak membuat seluruh anggota kelompok menjadi aktif karena hanya sekitar 2-3 orang saja yang mengerjakan tugas yang diberikan, sementara siswa lain hanya mengobrol dan menunggu anggota yang lain mengerjakan. Guru ingin melatih semua siswa bersemangat mengerjakan soal, dimana selama ini hanya sekitar sebagian siswa yang mau mengerjakan ketika diberikan latihan soal. Siswa diberi kesempatan membuat soal dan berusaha untuk menyelesaikan soal tersebut, sehingga semua siswa aktif selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Menurut Trianto (2007) tipe Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pada model pembelajaran TPS, siswa dikelompokkan secara berpasangan dan saling membantu dalam kelompok kecil yang telah ditentukan. Pembentukan pasangan menggunakan aturan, dimana siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan dipasangkan dengan siswa yang berkemampuan rendah, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk memecahkan suatu masalah. Mencermati fakta yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan “deskripsi penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing pada materi Stoikiometri siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak”.

3

METODE Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa dan guru kimia kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak Tahun Ajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Observasi Langsung. Sebelum digunakan, instrumen pembelajaran terlebih dahulu divalidasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perangkat pembelajaran dari kompetensi dasar dan indikator, serta kesesuaian tiap fase dari model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Instrumen penelitian divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Kimia FKIP Untan dan satu orang guru kimia SMA Negeri 8 Pontianak dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid dan layak digunakan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian meliputi tiga tahap, yaitu 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap akhir. Tahap persiapan Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (a) menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan (observasi) untuk pelaksanaan pembelajaran; (b) melakukan validasi lembar pengamatan; (c) merevisi instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan berdasarkan hasil validasi; (d) memvalidasi kembali instrumen penelitian hingga dinyatakan valid. Tahap pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (a) observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru dikelas dilakukan oleh dua orang observer, yaitu peneliti dan seorang mahasiswa FKIP; (b) melakukan pengarahan singkat pada observer lain mengenai mekanisme pelaksanaan observasi; (c) mengikuti kegiatan proses pembelajaran di kelas sebagai observer; (d) mengisi lembar pengamatan sesuai dengan kegiatan yang ditampakkan selama pembelajaran kimia berlangsung; (d) melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas X MIA 4 dan guru kimia kelas X MIA 4. Tahap akhir Tahap akhir meliputi: (a) mengolah data dari hasil pengamatan dan hasil wawancara; (b) menganalisis data; (c) mendeskripsikan hasil analisis data ke dalam pembahasan; (d) membuat kesimpulan dari riset yang dilakukan; (e) menyusun laporan penelitian. Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing dalam proses pembelajaran kimia. Berdasarkan tujuan tersebut maka data yang dianalisis adalah hasil observasi langsung dan hasil komunikasi langsung (wawancara). Langkah-langkah analisa dalam mengolah data yang diperoleh dengan cara sebagai berikut: menganalisis data hasil observasi saat guru mengajar. Hasil observasi yang diperoleh menggunakan lembar observasi berupa kegiatan mengajar yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung, dideskripsikan dan dianalisis apakah guru kimia telah menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing. Data hasil observasi, dianalisis menggunakan daftar cek untuk setiap 4

kegiatan guru yang ditunjukkan dan disesuaikan dengan komponen yang ingin diamati. Jika terdapat kegiatan yang tidak dilakukan guru, maka dilakukan wawancara. Rumus yang digunakan yaitu 𝑅 𝑁𝑃 = 𝑆𝑀 𝑥 100% (Purwanto, 2008) Keterangan : NP = nilai persentase R = jumlah skor mentah yang diperoleh SM= jumlah skor maksimal HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing yang dilakukan oleh guru pada materi stoikiometri. Penelitian ini hanya dilakukan dalam sekali pertemuan dan dilakukan pada 37 orang kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak. Terdapat empat orang siswa yang tidak hadir, dua orang karena sakit dan dua orang tidak ada keterangan. A. Keterlaksanaan Pembelajaran model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing Guru menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan mengingatkan tentang konsep mol yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru lalu meminta siswa memberanikan diri untuk mengacungkan tangan jika ingin menjawab, terdapat tiga orang siswa yang berani mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaannya tanpa melihat catatan. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi tentang hubungan antara jumlah mol, partikel, massa dan volume gas dalam persamaan reaksi serta pereaksi pembatas menggunakan bantuan media powerpoint yang dibuat oleh guru. Guru membagikan ringkasan materi tentang hubungan antara jumlah mol, partikel, massa dan volume gas dalam persamaan reaksi serta pereaksi pembatas. Tujuan pembagian ringkasan materi adalah agar mereka memiliki bahan sendiri dan tidak mencatat seluruh materi yang diajarkan, sehingga siswa tetap fokus memperhatikan penjelasan guru, selain itu siswa juga tidak diberikan buku pegangan karena minimnya buku yang dimiliki oleh pihak sekolah. Pertama-tama guru menjelaskan hubungan antara mol dengan massa, jika yang diketahui adalah mol (n), maka untuk mencari massa suatu unsur atau senyawa dapat menggunakan rumus Massa = n : Ar/Mr. Sebaliknya, jika yang diketahui adalah massa suatu unsur atau senyawa, maka mol dapat ditentukan dengan menggunakan rumus mol = massa x Ar/Mr. Guru melanjutkan penjelasan tentang hubungan antara mol (n) dengan jumlah partikel (X), untuk mencari mol (n) dan jika jumlah partikel(X)nya sudah diketahui maka dapat menggunakan rumus mol= X : NA. Sebaliknya untuk menentukan jumlah partikel (X) yaitu dengan cara jumlah mol (n)

5

dikalikan dengan NA. NA merupakan bilangan Avogadro yang bernilai 6,02 x 1023. Selanjutnya, guru menjelaskan tentang hubungan antara mol dengan volume gas(V) pada keadaan standar (STP). Jika ingin menentukan volume gas(V) pada STP sedangkan yang diketahui adalah mol suatu unsur atau senyawa(n) maka dapat dicari dengan cara V = n x 22,4, sebaliknya jika volume gas(V) pada STP diketahui dan kita ingin mencari mol suatu unsur atau senyawa, maka dapat tentukan dengan rumus mol = V : 22,4. Guru melanjutkan penjelasan cara menentukan mol jika yang diketahui suhu dan tekanan pada keadaan tertentu. Persamaan yang digunakan adalah persamaan gas ideal, yaitu: PV = nRT Dimana, P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah mol, R adalah tetapan ideal 0,082 atm/mol.K, dan T adalah temperatur. Guru melanjutkan penjelasannya terhadap materi pereaksi pembatas, sebelumnya guru meminta siswa untuk membaca ringkasan materi tentang pereaksi pembatas yang sudah diberikan di awal proses pembelajaran selama 5 menit. Guru hanya memberikan penjelasan tentang pereaksi pembatas dan memberikan contoh soal yang dikerjakan bersama-sama siswa Model Think Pair Share terdiri dari tiga fase yaitu fase think, pair, dan share. Pelaksanaan dari model Think Pair Share dalam penelitian sebagai berikut: a. Fase Think Pada fase think ini, guru memberikan kesempatan siswa membaca buku untuk meningkatkan pemahaman tentang materi yang telah dijelaskan dan dipersilahkan untuk bertanya jika masih ada materi yang belum dipahami. b. Fase Pair Pada tahap pair ini, terlebih dahulu guru membagi siswa dalam kelompok berpasangan. Penentuan pasangan berdasarkan hasil ulangan semester ganjil karena sebagian dari jumlah siswa dikelas didapati tuntas, maka siswa yang tuntas tersebut dipasangkan dengan temannya yang belum tuntas dengan cara cabut undi selain itu penggunaan model Think Pair Share juga melatarbelakangi pembagian kelompok untuk berpasangan (2 orang) dalam tiap kelompok. Terdapat satu kelompok yang beranggotakan 3 orang, hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak hadir. Pembagian kelompok tidak membutuhkan waktu yang lama, yaitu hanya menyita waktu selama 5 menit, hal ini karena ruang kelas yang cukup luas dan siswa hanya bertukar pasangan. Selain itu, siswa tertib mengikuti arahan guru. Setelah pembentukan kelompok selesai, guru meminta setiap pasangan untuk membuat soal dan jawabannya sebanyak empat yaitu dua soal untuk sub materi perhitungan hubungan antara jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume gas dalam persamaan reaksi dan dua soal untuk sub materi pereaksi pembatas. Diharapkan siswa dapat aktif dikegiatan kelompoknya. Penelitian ini menggunakan semi-structured problem posing, yaitu siswa membuat soal berdasarkan subpokok bahasan yang 6

telah ditentukan guru. Siswa diminta mengeksplorasikannya dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, atau konsep yang telah mereka miliki. Terdapat beberapa kelompok yang membuat soal berdasarkan contoh soal yang diberikan oleh guru sebelumnya. Guru sudah memberi arahan agar siswa membuat soal lebih bervariasi dengan menggunakan unsur atau senyawa bahkan dengan massa atau volume yang berbeda. Selain itu, guru memperbolehkan siswa untuk merubah apa yang dicari dalam soal agar hasil soal yang dibuat oleh tiap kelompok lebih bervariasi. Pada tahap pembuatan soal, siswa membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga melewati batas waktu yang diberikan pada fase ini, hal ini karena siswa kebingungan dengan tugas yang diberikan, sehingga guru perlu membantu setiap pasangan yang belum mengerti. Padahal, tidak ada siswa yang terlihat berbicara atau melakukan aktivitas lain saat guru menjelaskan materi dan prosedur tugas yang diberikan. Setelah selesai membimbing siswa, guru sambil menginstruksikan kepada siswa agar perwakilan dari masing-masing kelompok mencabut undi agar soal yang sudah dibuat dapat ditukarkan dengan kelompok terpilih. c. Tahap Share Tahap share ini merupakan tahap evaluasi. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menyelesaikan soal yang sudah dibuat oleh kelompok lain. Guru meminta setiap pasangan untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi dengan cara cabut undi untuk maju menuliskan hasil pekerjaannya ke papan tulis dan mempresentasikannya. Setelah itu guru meminta siswa lain bertepuk tangan untuk pasangan lima, kemudian guru meminta kepada perwakilan dari pasangan lima untuk menyabut undi kelompok mana yang akan maju selanjutnya untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada kegiatan akhir dari pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Setelah itu guru memberikan penguatan terhadap konsep-konsep yang dianggap penting dan guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pada pembelajaran ini, guru tidak memberikan reward kepada siswa. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa yang maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Guru hanya meminta kepada siswa untuk tepuk tangan saat ada siswa ataupun pasangan yang maju ataupun berani menjawab pertanyaan guru maupun mempresentasikan jawabannya di depan kelas. B. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan beberapa kendala ataupun kesulitan yang dihadapi. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya pengetahuan guru tentang prinsip Problem Posing karena terlihat saat guru memperbolehkan siswa mengakses internet untuk menyelesaikan tugas pembuatan soal yang diberikan padahal tugas tersebut diberikan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan materi yang sudah diberikan 7

oleh guru. Selain itu, minimnya buku penunjang yang disediakan oleh sekolah merupakan salah satu kendala yang dihadapi pada saat penelitian ini berlangsung. Buku yang disediakan tidak mencukupi sehingga seluruh siswa kelas X MIA 4 tidak mendapat buku yang disediakan oleh sekolah. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi guru membolehkan para siswa mengakses internet. Kebebasan dalam mengakses internet pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan membuat siswa menjadi malas untuk berpikir dan mengandalkan internet. Peneliti kesulitan untuk mengukur kemampuan Problem Posing siswa karena soal yang dibuat bukan berdasarkan kemampuannya masing-masing. Selain itu, masih terlihat tiga pasangan kelompok yang salah satunya hanya menunggu jawaban dari pasangannya namun tidak membantu mengerjakannya. Siswa yang tidak membantu temannya terlihat berjalan agar terlihat sibuk padahal siswa tersebut tidak membantu pasangannya untuk mengerjakan, tidak terjalin hubungan yang baik antar individu ketiga kelompok ini. Pada saat itu, guru terlihat sedang sibuk menjelaskan kepada siswa lain yang bertanya tentang materi maupun prosedur mengerjakan tugas yang diberikan. Guru tidak memperhatikan siswa yang tidak membantu pasangannya, namun guru selalu meminta kepada siswanya untuk tertib dan tidak ribut selama pembelajaran berlangsung. Kurangnya pemahaman siswa pada saat guru menjelaskan bagaimana prosedur penugasan tersebut membuat siswa berulang kali bertanya kepada guru dan menyebabkan guru harus menjelaskan ulang satu per satu kesetiap meja masing-masing kelompok yang memanggilnya, hal ini menyita waktu yang cukup lama sehingga terjadi pengunduran waktu untuk fase berikutnya. Pada saat berlangsungnya fase pair ini, terjadi keterlambatan waktu selama 20 menit untuk membuat siswa paham dengan tugas yang diberikan. Guru tidak memberikan penguatan terhadap jawaban siswa setelah tahap share, hal ini karena keterbatasan waktu yang tersisa. Guru meminta waktu istirahat para siswa untuk menyelesaikan posttest dengan tenang, namun setelah pembelajaran selesai guru juga meminta izin kepada guru yang akan mengajar selanjutnya untuk memberikan siswa waktu sekitar 15 menit untuk istirahat dan juga sholat. Masalah keterlambatan pada akhir pembelajaran ini seharusnya tidak memakan waktu yang terlalu lama. Sebelum masuk ke kelas guru memberikan waktu kepada siswa selama 15 menit untuk mempersiapkan diri sambil menunggu siswa yang lain pulang dari kantin, karena jika sudah memulai pelajaran dan ada siswa yang terlambat masuk, maka dapat mengganggu konsentrasi guru saat menyampaikan materi maupun siswa lain pada saat pembelajaran sudah berlangsung.

8

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing pada materi Stoikiometri kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Pontianak dapat disimpulkan bahwa penerapan model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing terlaksana sebesar 95,45% dari yang sudah direncanakan dan kendala yang dihadapi selama pembelajaran menggunakan model Think Pair Share dengan pendekatan Problem Posing adalah minimnya buku yang disediakan dari sekolah, hubungan yang tidak terjalin dengan baik antar anggota kelompok, kurangnya pemahaman guru dan siswa tentang prinsip Problem Posing yang menyebabkan keterlambatan waktu difase selanjutnya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran, guru harus dapat merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya secara seksama sehingga dapat terlaksana dengan baik (2) dalam menerapkan Problem Posing, sebaiknya peneliti serta guru lebih memperhatikan siswa agar siswa membuat soal berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. DAFTAR RUJUKAN Ayoade Ejiwale Okanlawon. 2009. Teaching Reaction Stoichiometry : Exploring and Knowledging Nigerian Chemistry Teacher’s Pedagogical Content Knowledge. Cypriot Journal of Education Sciences. Vol 5: 107-129. Boujaoude S. and Barakat H. 2000. Secondary School Students Difficulties with Stoichiometry. School Science Review. 81 (296): 91-98. Marinasari. 2013. Paradigma Tugas Guru dalam Kurikulum 2013. (Online). (http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/odip1379404 126.pdf, diakses tanggal 30 Juni 2015). Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Permendiknas. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sutikno, M.S. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 9