PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN BANTUAN TEKNIK

Download Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran langsung ... Kajian yang menarik untuk dicerm...

0 downloads 574 Views 2MB Size
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN BANTUAN TEKNIK MNEMONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI DI KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) DI SMKN 1P AR I G I Ahdar E-mail:[email protected] Sutji Rochaminah Email:[email protected] Ibnu Hadjar Email:[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) SMKN 1 Parigi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu perencanaa, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ SMKN 1 Parigi yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 26 orang siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas X TKJ SMKN 1 Parigi yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,5) fase memberikan kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan. Katakunci: pembelajaran langsung; mnemonik; hasil belajar; perbandingan trigonometri. Abstract:The purpose of this research was to give a description of the implementation of learning model directly with the helped of mnemonic techniques to improve mathematics students to the matter proportional trigonometry in grade XTeknik Komputer Jaringan(TKJ) SMKN Parigi 1. This research classroom action recard was referred to Kemmis and Mc. Taggart research design,that was plan, the action, observation and reflection. This research carried out two cycle. The subject of research this was a student X TKJ SMKN 1 Parigi registered in the academic year 2015 / 2016 as many as 26 students. The research results show that the implementation of directly learning model the helped of mnemonic technique that can be improve learning outcomes mathematics students to the matter proportional trigonometry in the Grade X TKJ SMKN 1 Parigi namely by follow phases as follows: 1) the phase convey goals and preparing students, 2) the phase demos knowledge and skills, 3) the phase guiding training, 4) the phase check understanding and provide feedback, 5) the phase grant further attention training and application. Keywords:learning direct; mnemonics; student echievment; proportional trigonometry.

Matematika merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006). Ini berarti bahwa matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika pada sekolah meliputitujuan formal dan tujuan material. Tujuan formal menekankanpada menata penalaran dan membentuk kepribadian

138 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

peserta didik, sedangkan tujuan material menekankan pada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika (Kemdikbud, 2011). Oleh karena itu diharapkan peserta didik mampu mempelajari matematika dengan baik untuk mencapai tujuan tersebut. Dilain pihakPaembonan (2014) mengatakan bahwa mengajarkan matematika tidaklah mudah karena kenyataan menunjukkan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Sesuai dalam Kurikulum 2013 trigonometri merupakan satu diantara beberapa pokok bahasan yang dipelajari di tingkat SMA dan sederajat yang di dalamnya tercakup subpokok bahasan perbandingan trigonometri. Kajian yang menarik untuk dicermati terkait dengan materi perbandingan trigonometri adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) yang menunjukan bahwa materi perbandingan trigonometri merupakan materi yang sulit bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Banda Aceh. Merujuk pada hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa materi perbandingan trigonometri merupakan materi yang sulit bagi siswa di beberapa sekolah di Indonesia.Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran matematika di kelas X TKJ SMKN 1 Parigi, diperoleh informasi bahwa siswa masih sulit mengerti dengan materi yang diajarkan saat pembelajaran yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang hanya memegang handpone dan bercerita saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan tugas terlihat hanya beberapa siswa terlibat aktif mengerjakan tugas yang diberikan. Selain ituguru dalam pembelajaran tersebut menggunakan metode diskusi. Posisi guru selama proses pembelajaran berlangsung hanya monoton berada di depan kelas dan tidak berkeliling mengontrol siswa yang sedang mengerjakan tugas menambah kesan pasifnya pembelajaran yang berlangsung. Informasi lain peneliti peroleh dari hasil dialog dengan guru matematika kelas X TKJ SMKN 1 Parigi bahwa hasil belajar siswa masih rendah yang disebabkan oleh siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari saat pembelajaran. Hasil belajar siswa yang rendah terletak pada materi-materi trigonometri, satu diantaranya yaitu materi perbandingan trigonometri. Menurut guru tersebut bahwa pada materi perbandingan trigonometri, masih banyak siswa yang kesulitan untuk menentukan perbandingan setiap sisinya dan sulit untuk mengingat rumus-rumus trigonometri. Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru tersebut, untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang kesulitan siswa pada materi perbandingan trigonometri, peneliti memberikan tes identifikasi masalah pada siswa kelas XI yang telah mempelajari materi perbandingan trigonometri.Sebelum membagikan soal tes identifikasi masalah, peneliti memberikan penjelasan singkat tentang materi perbandingan trigonometri untuk mengingatkan kembali pengetahuan siswa.Hasil analisis tes identifikasi masalah menunjukan jawaban siswa yang beragam. Oleh karena itu dua soal yang diberikan dipilih untuk mendeskripsikan jawaban siswa. Soal tersebut yaitu:1) tentukanlah nilai sinus, kosinus, dan tangen untuk sudut P dan R pada Gambar 1. 2) perhatikan Gambar 2 diberikan tiga segitiga siku-siku, diketahui sin . Tentukanlah nilai x.

Gambar 1. Segitiga PQR pada soal nomor 1 tes identifikasi

Gambar 2. Segitiga ABC pada soal nomor 2 tes identifikasi

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 139 Jawaban siswa terhadap masing-masing soal dikelompokkan menjadi dua kelompok sesuai dengan ciri-ciri kesalahan yang sejenis. Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi tersebut ditampilkan pada Gambar 3, 4, dan 5.

K3 K1

K2

Gambar 3. Jawaban siswa soal nomor 1 nomor 2

Gambar 4. Kelompok jawaban 1 nomor 2

Gambar 5. Kelompok jawaban 2 nomor 2

Jawaban siswa terhadap soal nomor 1 ditunjukkan sebagaimana Gambar 3. Siswa hanya menjawab sampai dipenerapan rumus phytagoras saja, tidak sampai menentukan nilai sinus, cosinus dan tangen sudut P dan R. Jawaban tersebut salah karena yang dituliskan hanya sampai mencari panjang sisi yang belum diketahui dalam soal.Seharusnya jawaban yang benaryaitu setelah mendapat panjang sisi yang belum diketahui di soal tersebut maka dimasukkan kedalam rumus mencari nilai sinus sudut P yaitu .Kelompok jawaban 1 terhadap soal nomor 2 ditunjukkan sebagaimana Gambar 4. Siswa menuliskan sin siswa menuliskan sin

sampai memperoleh nilai x = 30. Jawaban tersebut salah karena . Seharusnya jawaban yang benar yaitu sin setelah mendapat nilai



maka substitusi panjang sisi

kerumus phytagoras ⇒ ⇒ . Jadi nilai x adalah . Kelompok jawaban 2 terhadap soal nomor 2 ditunjukkan sebagaimana Gambar 5. Siswa menuliskan sin sampai memperoleh nilai x = 20. Jawaban tersebut salah karena yang siswa tuliskan sin

Seharusnya jawaban yang

benar yaitu sin . Jadi nilai x adalah . Secara keseluruhan, dari hasil tes identifikasi masalah yang diberikan diperoleh informasi bahwa siswa belum memahami cara menentukan nilai sinus, cosinus dan tangen suatu sudut serta belum memahami perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil dialog dengan guru matematika serta hasil tes identifikasi masalah, peneliti berasumsi bahwa karakteristik siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan memiliki rasa tanggung jawab yang rendah terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru,serta metode dan cara mengajar guru yang kurang tepat dalam pembelajaran menyebabkan siswa tidak memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.Oleh karena itu upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan pembelajaran yang sifatnya dapat memberikan tanggung jawab dan melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa fokus dan aktif dalam mempelajari materi yang diajarkan. Pembelajaran langsung tentunya menjadi satu diantara beberapa alternatif yang sesuai untuk digunakan dalam belajar, karena pada model pembelajaran langsung siswa dibimbing pada pelatihan awal sampai siswa benar-benar paham dengan materi yang diajarkan dan guru melakukan tanya jawab secara lisan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan.Hal itu disebabkan karena guru akan menjelaskan materi yang akan dipelajari secara bertahap agar siswa dapat paham dengan materi yang diajarkan dan

140 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

guru melakukan tanya jawab satu persatu kepada siswa secara acak untuk mengetahui pemahaman siswa,dengan demikiansiswa akan lebih aktif dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan paham dengan materi yang dipelajari dan berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arends(1997) yang menyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.Selain itu, model pembelajaran ini juga ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Begitu pula dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) yang menyatakan bahwa model pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Mengatasi masalah sering lupa mengenai rumus-rumus trigonometri maka siswa perlu diajarkan strategi belajar yang mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan, strategi yang cocok dengan kinerja ingatan adalah teknik mnemonik. Suharnan (2005) mendefinisikan metode mnemonik sebagai strategi yang dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan–latihan,Suharnan menyadari betul bahwa teknik ini perlu latihan untuk menguasainya. Mnemonik berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Pasiak (2003) menyatakan bahwa imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan yang menjadi pusat kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonik secara tidak langsung mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam satu aktivitasbelajar. Lebih jauh lagi tentang asosiasi,Higbee(2003) menjelaskan peran asosiasi dalam ingatan dengan mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal atau materi dalam fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam fikiran kita, setiap fakta yang berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing bila materi tenggelam dibawah alam fikiran kita. Metode mnemonik ini cukup efektif membantu seseorang untuk mengingat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) tentang ketuntasan hasil belajar trigonometri melalui model pembelajaran mnemonics di kelas X SMA Negeri 1 Banda Aceh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model mnemonics dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada topik dasar trigonometri.Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2013) tentang penggunaan model explicit instruction melalui pendekatan teknik mnemonik untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 3 Sumberlawang. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu keaktifan siswa dan pemahaman materi siswa menggunakan metode explicit instruction melalui pendekatan teknik mnemonik mengalami peningkatan. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewiyanti (2014) tentang penerapanmetode mnemonik dengan media kartu berpasangan untuk meningkatkan motivasidanhasil belajar siswa pada pelajaran biologi kelas VII SMP Negeri 1 Arjasa Jember 2013/2014. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam penerapan metode mnemonik dengan media kartu berapasangan pada siswa kelas VIIF di SMP Negeri 1 ArjasaJ ember. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan suatu penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Bantuan Teknik Mnemonik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matemetika Siswa pada Materi Perbandingan Trigonometri di Kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) di SMKN 1 Parigi.

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 141

METODEPENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaannya komponen tindakandan pengamatan dijadikan sebagai satu kesatuan. Kedua komponen tersebut digabungkan karena disebabkan oleh implementasi tindakandan pengamatanmerupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan, sebab dilakukan pada satuan waktu yang sama. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ SMKN 1 Parigi sebanyak 26 orang yang terdiri dari 14 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Siswa tersebut dipilih 3 orang subjek penelitian sebagai informan dengan kriteria siswa yang memiliki kemampuan rendah 1 orang, kemampuan sedang 1 orang dan kemampuan tinggi 1 orang, berdasarkan hasil tes awal dan hasil konsultasi dengan guru matematika di kelas X TKJ SMKN1 Parigi. Ketiga informan tersebut yaitu siswa yang berinisial LS, AH, dan WA. Teknik pengumpulan data adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua yaitu tes awal dan tes akhir tindakan. Tes awal bertujuan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa. Tes akhir tindakan bertujuan untuk memperoleh data tentang sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi perbandingan trigonometri setelah dilakukannya proses pembelajaran. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data dari aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.Wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemahaman siswa. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I dan siklus II yang diperoleh dari tes akhir tindakan dan wawancara. Indikator keberhasilan siklus I yaitu jika diberikan soal tentang perbandingan sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut siswa dapat memahami cara menentukan perbandingan trigonometritersebut dengan benar. Sedangkan indikator keberhasilan pada siklus II yaitu jika diberikan soal tentang secan, cosecant, dan cotangent suatu sudutsiswa dapat memahami cara menentukan secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan benar.Selain itu keberhasilan tindakan juga dilihat pada hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasil pengamatan setiap aspek yang termuat dalam lembar observasi berkategori baik atau sangan baik. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan. Pada saat pra tindakan peneliti melakukan tes awal tentang materi prasyarat yaitu materi kesebangunan suatu segitiga, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan informan. Hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa pada umumnya siswa sudah mengetahui cara menentukan suatu segitiga sebangun. Tetapi masih kurangnya pemahaman siswa terhadap pasangan sisi yang bersesuaian pada segitiga dan operasi bentuk pecahan menjadi faktor penyebab

142 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

banyaknya siswa yang salah dalam menjawab soal tes awal yang diberikan. Mencermati hal tersebut, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal pada tes awal sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan. Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada siklus I membahas perbandingan trigonometri yaitu: sinus, cosinus, dan tangen suatu sudutsedangkan pada siklus II membahas perbandingan trigonometri yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut. Pertemuan kedua pada setiap siklus peneliti memberikan tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran langsung yaitu: kegiatan awal terdiri atas fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, kegiatan inti terdiri atas fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan, fase pembimbingan pelatihan, fase pengecekan pemahaman dan memberikan umpan balik, kegiatan akhir terdiri atas fase pemberian kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan. Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus menerapkan fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa. Pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Pertemuan pertama siklus I, 24orang siswa hadir dan 2 orang siswa tidak hadir yaitu siswa MA dengan keterangan sakit dan siswa IN tanpa keterangan. Sedangkan pertemuan pertama pada siklus II, 25orang siswa hadir dan 1 orang siswa tidak hadir tanpa keterangan yaitu siswaTN. Selanjutnya peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan meminta siswa untuk merapikan pakaiannya, menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam belajar serta meminta siswa untuk menyimpan dan menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu:1) siswa mampu menunjukkan hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam segitiga siku-siku yaitu: sinus, cosinus, dan tangen suatu sudutsecara tepat, sistematis dan kreatif. 2) siswa mampu menentukan hubungan antar perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku yaitu: sinus, cosinus, dan tangen suatu sudutdengan tepat dan kreatif. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu:1) siswa mampu menunjukkan hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam segitiga siku-siku yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu sudutsecara tepat, sistematis dan kreatif. 2) siswa mampu menentukan hubungan antar perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan tepat dan kreatif. Kondisi yang diharapkan setelah penyampaian tujuan pembelajaran adalah agar siswa menjadi terarah dan terbimbing dalam aktifitas belajar. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan cara memberi penjelasan bahwa sangat penting mempelajari materi perbandingan trigonometrikhususnya sinus, cosinus, tangen, secan, cosecant, dan cotangent karena banyak benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk segitiga. Satu diantara alasan pentingnya mempelajari perbandingan trigonometri yaitu banyaknya dijumpai orang yang membutuhkan jasa seorang arsitek untuk membangun rumah ataupun kantor. Oleh karena itu manfaat yang diperoleh apabila siswa dapat memahami materi perbandingan trigonometri dengan baik, mereka akan mudah dalam membangun suatu bangunan yang berbentuk segitiga, seperti menentukan panjang konseng suatu rumah dan lain sebagainya. Setelah diberikan motivasi terlihat siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat siswa dengan menanyakan materi kesebangunan suatu segitiga pada siklus

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 143 I, dan materi sinus, cosinus, dan tangent suatu sudut pada siklus II. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat mengingat kembali materi yang erat kaitanya dengan materi yang akan dipelajari sehingga siswa lebih siap untuk belajar. Kondisi yang diperoleh setelah kegiatan apersepsi siswa menjadi lebih siap untuk belajar karena telah paham dengan materi prasyarat. Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan, fase pembimbingan pelatihan, fase pengecekan pemahaman dan pemberikan umpan balik, dan fase pemberian kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan.Aktifitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilandiawali dengan penelitimenyajikaninformasi mengenai materi sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut dengan cara menggambar dua buah segitiga yang berbeda di papan tulis dan menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut tahap demi tahap dengan menerapkan teknik mnemonik khususnya tipe akrostikpada siklus I, kondisi yang diperoleh siswa masih kebingungan dengan materi yang diajarkan dikarenakan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik merupakan model pembelajaran yang baru bagi mereka, sedangkan pada siklus II peneliti menyajikaninformasi mengenai materi secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut. Hasil yang diperoleh siswa sudah memahami materi yang diajarkan dengan menerapakan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik. Aktifitas peneliti pada fase pembimbingan pelatihandiawali peneliti dengan merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal dengan cara memberikan latihan soal kepada seluruh siswa sebanyak 3 nomor untuk setiap siklusnya.Latihan tersebut dikerjakan secara individu. Selanjutnya peneliti memberi bimbingan kepada siswa TN, MR, AB, AD, MS, MF, IN, RI, RM, FA, FS, dan PA yang belum mengerti mengenai latihansoal yang diberikanpada siklus I, dan siklus II dengan cara menjelaskan kembali teknik mnemonik yang telah digunakan agar siswa tidak kesulitan dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan. Hasil yang diperoleh dari pembimbingan ini adalah tidak ada siswa yang bingung terhadap latihan soal yang diberikan akan tetapi ada siswa yang cepat mengerjakan danada juga siswa yang lambat dalam mengerjakan. Aktifitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik yaitudimulai peneliti dengan menanyakankembali materi perbandingan trigonometri secara lisan kepada seluruh siswa untuk mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi yang diajarkan kemudian memberikan umpan balik yaitu: memberikan tepuk tangan kepada siswa dan memberikan cemilan coklat. Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini secara keseluruhan siswa sudah paham dengan materi perbandingan trigonometri. Kegiatan akhir pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase pemberian kesempatan latihan lanjutan dan penerapan.Pada fase pemberian kesempatan latihan lanjutan dan penerapan yaitu diawali peneliti dengan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan catatan tugas lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran melainkan pekerjaan rumah (PR) untuk para siswa. Adapun tugas lanjutan yang diberikan sebanyak 1 nomor untuk setiap siklusnya.Setelah memberikan PR, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan kembali mengenai materi yang telah diajarkan dan peneliti menyampaikan agar siswa belajar di rumah karena akan dilakukan tes pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Hasil yang diperoleh siswa mencatat PR dan mengerjakannya di rumah serta menyimpulkan kembali materi yang telah diajarkan, pada kegiatan ini setiap siswa bertanggungjawab mengerjakan latihan lanjutan sehingga siswa fokus memahami materi. Kemudian pertemuan kedua setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas X TKJ SMKN 1 Parigi. Pada siklus I, hasil tes yang diperoleh yaitu dari 26 orang siswa yang mengikuti tes, 13 orang siswa tuntas dan 13orang siswa lainnya tidak tuntas. Soal tes yang diberikan terdiri atas tiga nomor, yaitu: 1) tentukanlah nilai sinus,

144 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

cosinus,dan tangen untuk sudut P dan R pada Gambar 6; 2) pada sebuah segitiga KLM, dengan siku-siku di L, berlaku sin M dan panjang sisi KL cm, tentukanlah panjang sisi segitiga yang lain; 3) perhatikan Gambar 7 diberikan segitiga siku-siku, diketahui sin nilai x. Q

8

R

P

. Tentukan

11

4

Q

P

(a)

R

7 (b)

Gambar 6. Segitiga PQR pada soal nomor 1 tes akhir tindakan siklus 1 A B x 12 6 C

A

B

C

x (b)

(a)

Gambar 7. Segitiga ABC pada soal nomor 3 tes akhir tindakan siklus 1 Dari tiga soal tersebut kebanyakan siswa salah dalam menjawab soal nomor 2, satu diantaranya adalah siswa WA. Pada jawabannya, siswa WA menuliskan (WATS101), kemudian siswa WA menuliskan dan

(WATS103), setelah itu siswa WA menuliskan

akhirnya siswa WA menuliskan yang sebenarnya adalah

(WATS102) (WATS104), dan hasil

(WATS105). Jawaban tersebut salah karena panjang sisi KL cm sedangkan yang dituliskan oleh siswa WA adalah KL

hasil akhir yang sebenarnya adalah

Jawaban siswa WA ditampilkan pada Gambar

8. WATS201 WATS101

WATS202

WATS102 WATS103 WATS104 WATS105 Gambar 8. Jawaban WA pada tes akhir siklus 2

Gambar 9. Jawaban WA pada tes akhir siklus 1

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 145 Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa WA untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai pemahaman siswa WA terhadap tes akhir tindakan. Berikut adalah kutipan wawancara bersama siswa WA pada siklus I. S1P007

: Pekerjaanmu sudah cukup bagus namun masih ada yang harus diperbaiki. Kenapa soal nomor 2masih ada yang salah? S1WA008 : Kemarin waktu ujian itu Kak, saya mengerjakan soal nomor 2 itu kak buruburu karena waktunya sudah habis Kak. Saya juga masih belum yakin dengan jawabanku Kak. S1P009 : Oh begitu ya. Kalau boleh kakak tahu, kenapa jawabannya WA yang nomor 2 bisa seperti itu (sambil menunjuk pekerjaan WA), WA dari mana mendapatkan nilai KM

dan

menjadi

?

S1WA010 : (Diam sejenak) takut saya kak. S1P011

: Kenapa takut? Ayo coba katakan saja. Supaya Kakak tahu darimana WA mendapatkan nilai KM . S1WA012 : Begini kak, kan di soal itu dikatakan ada Segitiga KLM siku-siku di L berlaku sin M dan panjang sisi KL= jadi, sin M = . Karena S1P013

:

S1WA014 : S1P015

:

S1WA016 :

KL cm berarti = ⇒2KM = 3 KM . Begitu Kak. Iya itu sudah benar, tapi lain kali WA harus cantumkan dalam lembar jawabannya bagaimana cara memperoleh nilai yang belum diketahui dalam soal, biar jawabannya benar dan hasil pekerjaannya dapat nilai yang sempurna. Maaf Kak, kemarin itu saya terburu-buru bakerjanya soalnya temantemanku sudah kumpul semua. Oh begitu ya. Makanya nanti kalau mengerjakan soal jangan terburu-buru dan jangan terbawa suasana teman-teman sudah kumpul WA harus cepat-cepat kumpul juga, tapi WA harus periksa baik-baik dulu pekerjaannya sebelum dikumpulkan. Oke. Iya Kak.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa WA sudah memahami cara menentukan nilai KL akan tetapi siswa WA terburu-buru dalam mengerjakan soal sehingga jawabannya salah dalam menentukan panjang sisi KL.Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 26 orang siswa yang mengikuti tes, 23 orang siswa tuntas dan 3orang siswa lainnya tidak tuntas. Soal tes yang diberikan terdiri dari tiga nomor soal, yaitu: 1) diketahui sin tentukan lima perbandingan trigonometri lainnya? 2) diketahui suatu segitiga siku-siku, dengan nilai sinus salah satu sudut lancipnya adalah . Tentukanlah nilai cosinus dan tangen sudut tersebut 3) perhatikan segitiga siku-siku di bawah ini! B Tunjukan bahwa: c a) sin2A + cos2 A = 1 b) tan B = a A

b

C

Gambar 10. Segitiga ABC pada soal nomor 3 tes akhir tindakan siklus 2

146 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Dari tiga soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II kebanyakan siswa salah dalam menjawab soal nomor 2 dan tidak bisa menjawab soal nomor 3 bagian (a), satu diantaranya adalah siswa WA. Kesalahan siswa WA terletak padaapa yang diketahui dalam soal, siswa WA langsung mengerjakannya tanpa menuliskan apa yang diketahuijawaban yang dituliskan yaitu: yang benar adalah

(WATS202), seharusnya jawaban Jawaban siswa WA tersebut

ditampilkan pada Gambar 9.Setelah jawaban siswa terhadap tes akhir tindakan siklus II diperiksa, peneliti melakukan wawancara dengan siswa WA untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang pemahaman siswa mengenai tes akhir tindakan. Berikut adalah kutipan wawancara tersebut. S2WA010 : (Sambil melihat pekerjaannya) Oh iya Kak. Saya kalau nomor 2 saya lupa tulis yang diketahui jadi saya salah lagi dalam menuliskan panjang sisi AB dan AC, kalau nomor 3 sama begitu juga dan yang bagian b nomor 3 saya masih bingung kak, mau saya apakan rumusnya. (sambil tertawa). S2P011 : Iya, lain kali jangan lupa menuliskan apa yang diketahui biar tidak salah lagi dalam penulisan. Kalau yang nomor 3 bagian (a) itu sama seperti yang bagian (b). Di soalkan sudah diketahui sin A , cos A yang ditanyakan 2 2 itu sin A + cos A = 1. WA tinggal menuliskan sin A itu apa dan cos A itu apa kemudian di pangkatkan dua, jawabannya seperti ini:

2

+

2

+ . S2WA012 : (sambil memperhatikan penjelasan guru), iya kak. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa WA masih kurang teliti dalam mengerjakan soal sehingga siswa WA salah dalam menjawab soal nomor 2 pada tes akhir tindakan siklus II. Selain itu, kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dalam menjawab soal tes yang diberikan telah dipahami dan diperbaiki. Aspek-aspek yang diamati pada aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran siklus I dan siklus II, yaitu: 1) mengucapkan salam, menyampaikan tujuan, mengajak siswa untuk berdoa sebelum belajar dan mengecek kehadiran siswa, 2) mengecek pengetahun siswadengan tanya jawab, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) memotivasi siswa dengan memberikan contoh–contoh dalam kehidupan sehari–hari berkaitan dengan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku-siku,5) mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahaptentang materi perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku-siku,6) merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal, 7) mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, dan memberi umpan balik, 8) mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari, 9) mengumpulkan tugas latihan yang diberikan, 10) memberikan PR, 11) menutup pembelajaran dengan berdoa, 12) efektivitas pengolahan waktu, dan13) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus I, aspek 1), 2), 3), 4), 9), 10), dan 11) berkategori sangat baik dan aspek 13) berkategori baik. Sedangkan aspek 5), 6), 7), 8), dan 12) berkategori cukup. Aspek yang berkategori cukup menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 147 diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1), 2), 3), 4), 6), 9), 10), 11), dan 13) berkategori sangat baik dan aspek5), 7), 8), dan 12) berkategori baik. Aspek-aspek yang diamati pada aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran siklus I dan siklus II, yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) memperhatikan tujuan pembelajaran, 3) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi prasyarat, 4) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalambeberapa segitiga siku-siku, 5) menagajukan pertanyaan jika ada yang belum dimengerti, 6) memperhatikan penyampaian guru dan duduk,7) memperhatikan penyampaian guru dan menanyakan apabila ada hal yang kurang jelas, 8) menerima tugas yang diberikan oleh guru, 9) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 10) membuat kesimpulan dan mendengarkan penjelasan guru, 11) mengerjakan tugas latihan lanjutan, 12) mencatat PR, dan 13) mempersiapkan diri untuk mengakhiri pembelajaran sambil berdoa.. Hasil yang diperoleh pada siklus I, aspek aspek 1), 2), 8), 9), dan 12)berkategori sangat baik, aspek 4), 6), 11) dan 13) berkategori baik, dan aspek 3), 5), dan 7) berkategori cukup. Sedangkan, aspek 10) berkategori kurang. Aspek yang berkategori cukup dan kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1), 2), 3), 5), 6), 8), 9), 11), 12), dan 13) berkategori sangat baik dan aspek Aspek 4), 7), dan 10) berkategori baik. PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal menjadi acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini sejalan dangan pendapat Paloloang (2014), bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase pembelajaran langsungyaitu: 1) fase menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa,2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan 5) fase memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penarapan, (Trianto, 2014). Aktivitas peneliti pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswayaitupeneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Siswa yang mengetahui tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat menjadi lebih terarah dan terbimbing dalam melaksanakan aktifitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Kemudian peneliti memotivasi siswa untuk bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran serta memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi perbandingan trigonometri yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang siswa tekuni.Hal tersebut membuat siswa mengetahui manfaat mempelajari materi yang diajarkan. Siswa yang mengetahui manfaat dari apa yang dia pelajari akan menjadi termotivasi untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahid (2012) bahwa motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa

148 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kemudian peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai materi kesebangunan suatu segitiga pada siklus I, dan materi perbandingan trigonometri khususnya sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut pada siklus II. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat memahami materi prasyarat yang erat kaitannya dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Aktivitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan diawali penelitidengan menggambar dua buah segitiga siku-siku yang berbeda di papan tulis, setelah itu peneliti menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, tangen, secan, cosecant, dan cotangent suatu sudutdengan bantuan teknik mnemonik tipe akrostik tahap demi tahap dengan jelas sampai siswa benar-benar paham.Hal ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa Pada fase kedua pembelajaran langsung kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Aktivitas peneliti pada fase pembimbingan pelatihanyaitupenelitimerencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal mengenai materi perbandingan trigonometri, dengan memberikan latihan soal kepada seluruh siswa sebanyak 3 nomor. Peneliti memberi bimbingan kepada siswa yang belum mengerti mengenai latihan soal yang diberikan dengan cara menjelaskan kembali teknik mnemonik yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan diantaranya sebagai berikut: 1) menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, dan 2) memberikan pelatihan kepada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. Aktivitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balikdiawali peneliti dengan mengecek apakah siswa telah paham dengan materi yang telah diajarkan atau belum dengan cara menanyakan kembali materi yang telah diajarkankepada seluruh siswa. Selanjutnya peneliti memberi umpan balik kepada siswa yang telah paham dan yang belum paham dengan materi yang diajarkan kemudian peneliti memberikan umpan balik yang positif kepada siswa setelah tanya jawab agar siswa tersebut bisalebih giat belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan diantaranya sebagai berikut: 1) memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, 2) mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik agar dapat membantu siswa, 3) umpan balik ditujukan pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut, 4) menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, 5) memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar, dan 6) apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar. Aktivitas peneliti pada fase pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapandiawali peneliti dengan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan catatan latihan lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran melainkan pekerjaan rumah. Adapun latihan lanjutan sebanyak 1 nomor. Hal ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa guru memberikan tugas lanjutan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas lanjutan, yaitu: 1) tugas lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan proses pembelajaran, melainkan

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 149 kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya, dan 2) guru seyogianya menginformasikan kepada orang tua siswa tengkat tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I, kekurangan peneliti yaitu saat mengelolah waktu proses pembelajaran, pengelibatan siswa, mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas, dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas lanjutan. Sedangakan pada siklus II, kekurangan tersebut telah diperbaiki dengan baik.Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, siswa tidakmemperhatikan penjelasan peneliti, siswa tidak mengajukan pertanyaan jika ada yang belum dimengerti, siswa tidak memperhatian penyampaian peneliti dan menanyakan apabila ada hal yang kurang jelas serta siswa tidakmemberikan kesimpulan dan mendengarkan penjelasan peneliti. Sedangkan pada siklus II siswa telah mampu memberikan kesimpulan pelajaran. Pada hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh 13 orang siswa yang tuntas dan 13 orang siswa yang tidak tuntas. Sedangkan, pada tes akhir tindakan siklus II diperoleh persentase 23 orang siswa yang tuntas dan 3 orang siswa yang tidak tuntas. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil tes akhir tindakan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XTKJ SMKN 1 Parigi pada materi perbandingan trigonometri.Hal ini sesuai dengan pendapat Mahendra (2013) bahwa pembelajaran dengan menggunakan model explicit instruction melalui pendekatan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain ituBudiman (2012) juga menemukan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa terhadap materi trigonometri meningkat melalui model pembelajaran mnemonics. Begitu pula dengan Dewiyanti (2014) yang berpendapat bahwa penerapan metode mnemonik mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Parigi yaitu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran langsung sebagai berikut: 1) fase menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, 2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 5) fase memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas XTKJ SMK Negeri 1 Parigi yaitu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran langsung sebagai berikut: 1) fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, 2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 5) fase memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Aktivitas peneliti pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa peneliti mengawali pembelajarandengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama, dan mengabsen siswa, peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan meminta siswa untuk merapikan pakaiannya, memerintahkan siswa untuk menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam belajar serta meminta siswa untuk menyimpan dan menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya peneliti mengingatkan kembali materi prasyarat sebelum mempelajari materi yang akan diajarkan. Aktivitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan diawali peneliti dengan menggambarkan dua buah segitiga siku-siku yang berbeda di papan

150 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

tulis, setelah itu peneliti menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, tangen, secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan bantuan teknik mnemonik tahap demi tahap dengan jelas sampai siswa benar-benar paham. Selanjutnya aktifitas peneliti pada fase pembimbingan pelatihan diawali peneliti dengan merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal mengenai materi perbandingan trigonometri, dengan memberikan latihan soal kepada seluruh siswa. Peneliti memberi bimbingan kepada siswa yang belum mengerti mengenai latihan yang diberikan dengan cara menjelaskan kembali teknik mnemonik yang digunakan. Kondisi yang diperoleh ada beberapa siswa yang cepat mengerjakan latihan dan meminta untuk diberikan latihan tambahan, dan ada juga siswa yang lambat mengerjakan latihan soal yang diberikan. Aktivitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik diawali peneliti dengan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan secara lisan kepada siswa untuk mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi yang diajarkan atau belum, kemudian peneliti memberi umpan balik kepada siswa yang telah paham dan yang belum paham dengan materi yang diajarkan agar siswa tersebut tetap semangat belajar dan paham dengan materi yang diajarkan. Kondisi yang diperoleh masih ada siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan oleh peneliti. Selanjutnya aktifitas peneliti pada fase pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapandiawali peneliti dengan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan catatan tugas lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran melainkan pekerjaan rumah (PR), pada fase ini siswa dituntut untuk bertanggungjawab dalam mengerjakan latihan lanjutan. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan saran yaitu pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Saat penerapannya guru perlu mengontrol pembelajaran dengan baik dan memberikan banyak motivasi kepada siswa agar siswa fokus dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu memodifikasi pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik agar lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. DAFTAR PUSTAKA Arends, R. (1997). Classroom Instruction Management. New York: The Mc Graw-Hill Company. [Online]. Tersedia: https://books.google. co.za/books/about/ Classroom_Instructionand_Management.html?id=HTUJAAAACAAJ. [12 September 2016] Budiman. (2013). Ketuntasan Hasil Belajar Trigonometri Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mnemonics Di Kelas X SMA Negeri 1Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Serambi Akademica.[Online].Vol 1 No 1,10 halaman. Tersedia: http://www.Serambi mekkah.ac.id/download/serambi-akademika-mei-2013.pdf. [9Agustus 015]. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repoblik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006, [Online]. Tersedia: http://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/ permendiknasnomor22-tahun-2006-standar-isi.pdf. [19 November 2015]. Dewiyanti, R A. (2014). Pesnerapan metode mnemonik dengan media kartu berpasangan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi kelas VII SMP Negeri 1 arjasa jember 2013/2014.Skripsi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 151 Keguruan, dan,Ilmu,Pendidikan,Universitas,Jember., Jember:, 60,Halaman., Diterbitkan.,, Tersedia:,http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63765/REIVANI%20 AYUNIN%20DEWANTI.pdf?sequence=1. [8 Agustus 2015]. Higbee, K L. (2003). Mengasah Daya Ingat. Dahara Prize. Semarang. Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika.Malang:IKIPMalang. Kardi, S. Dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press. Kemdikbud. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan dan Karakteristik Matematika Sekolah, [Online]. Tersedia:,http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristikmatematika-sekolah. [20 November 2015]. Kemmis, S dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapura: Springer Sience. [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kem mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%,,20and%20 mctaggart&f=false. [23 Agustus 2016] Mahendra, A M. (2013).,Penggunaan,Model,Explicit Instruction Melalui Pendekatan Mnemonik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3 Sumberlawang. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diterbitkan. Tersedia: http://eprints.ums. ac.id/22804 /22/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf. [9 Agustus 2015]. Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Skripsi Tidak Diterbitkan: FKIP Untad. Paloloang, F. B.,(2014).,Penerapan Model Problem Based Learning untukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di,Kelas,VIII,SMP,Negeri,19,Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol,02,(01),,11,halaman.,Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ JEPMT/article/view/3232/2287. [30 oktober 2015]. Pasiak, T. (2003). Manajemen Kecerdasan Untuk Memberdayakan IQ, EQ, SQ Untuk Kesuksesan Hidup. Mizan. Bandung. Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Srikandi. Surabaya. Trianto.,(2014).,Mendesain,Model,Pembelajaran,Inovatif,,Progresif,,dan,Kontekstual:Konsep, ,Landasan,,pada,Kurikulum,2013,(Kurikulum,Tematik,Integratif/TKI).,Prenadamedia ,Group: Jakarta. Wahid, I. (2012). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Menyenangkan Secara Islami Berbasis Learning Community Materi Pesamaan Lingkaran Kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Semarang. Skripsi Fakultas Tarbiyah ,Institut, Agama ,Islam ,Negeri ,Walisongo., Semarang. Diterbitkan.,Tersedia:, http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/ jtptiain-ibnuwahid,0-6996-1ibnuwah-d.pdf. [14 November 2015]