KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY
“DISLOKASI TMJ DAN AVULSI”
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012
1 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
A.
DISLOKASI TMJ Dislokasi adalah kasus yang sering ditemukan pada praktek kedokteran gigi. Dislokasi
didefinisikan sebagai pergerakan kondilus ke arah depan dari eminensia artikulare yang memerlukan beberapa manipulasi untuk mereduksinya. Penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat. Dislokasi dapat terjadi unilateral maupun bilateral, dan dapat bersifat akut atau emergensi maupun kronis dan kronis rekuren. Pada sebagian kasus dislokasi terjadi secara spontan saat mulut membuka terlalu lebar, misal: menguap, berteriak, makan, bernyanyi, atau pada saat perawatan gigi akibat membuka mulut terlalu lebar dan lama. Penatalaksanaan dislokasi TMJ (temporomandibular joint) tergantung pada kejadian dislokasi. Pada keadaan akut, sebaiknya segera dilakukan reposisi secara manual sebelum spasme otot bertambah dalam. Sedangkan pada keadaan kronis rekuren diperlukan tindakan pembedahan dan non pembedahan lainnya untuk menghindari redislokasi. Prosedur terapi manual merupakan metode reduksi yang telah lama diperkenalkan. Tahapan penatalaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto terlebih dahulu. Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses penanganan secara langsung. 2. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel dinding sehingga punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding. 3. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi yang benar maka rahang akan mengatup dengan cepat dan keras. Setelah itu gunakan sarung tangan. 4. Posisi operator berada di depan pasien. 5. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar terakhir) pada kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari yang lain memegang permukaan bawah mandibula (A).
Gambar 1. Penatalaksanaan Dislokasi TMJ
2 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
6. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan kondilus dari posisi terkunci di depan eminensia artikulare (B). 7. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi anatominya (C & D). 8. Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk dilakukan rontgen foto 9. Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot) dan 1-2 ml 1% lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi dilakukan pada sisi kiri daerah yang tertekan dari kondilus yang displacement. 10. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari pasien membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk diet makanan lunak. 11. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu) Borang Penilaian Skill Lab : Penatalaksanaan Dislokasi TMJ No. 1
Penilaian* 0 1 2
Kegiatan Komunikasi dengan pasien (memberi salam)
3
Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan tindakan apa yang akan dilakukan Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
4
Membalut ibu jari dengan kain kasa dan menggunakan handscoon
2
6
Menempatkan ibu jari pada daerah retromolar dan gigi-gigi molar rahang bawah dan keempat jari lainnya menahan rahang bawah Melakukan tindakan reposisi
7
Memberikan instruksi pasca perawatan reposisi
5
*Keterangan: 1=tidak dilakukan sama sekali, 2=dilakukan, tapi tidak sempurna, 3=dilakukan dengan sempurna
3 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
B.
AVULSI GIGI Avulsi didefinisikan sebagai keluarnya seluruh gigi dari soket akibat trauma. Secara
klinik dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket (Dalimunte,2003). Gutmann dan Gutmann (1995) memaparkan penyebab gigi avulsi adalah: (1) kecelakaan lalu lintas; (2) perkelahian; (3) jatuh; (4) kecelakaan olahraga; (5) kerusakan jaringan periodontal; dan (6) penyakit sistemik, seperti diabetes melitus. Keparahan trauma pada gigi geligi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, salah satu diantaranya adalah lepasnya seluruh bagian gigi dari soket atau yang biasa disebut dengan avulsi. Untuk menanganinya, dokter gigi perlu melakukan suatu tindakan untuk mengembalikan gigi ke dalam soketnya semula, tindakan ini disebut replantasi gigi. Golden periode untuk melakukan replantasi gigi adalah 2 jam setelah gigi tersebut terlepas. Apabila gigi direplantasi lebih dari 2 jam, kemungkinan gigi akan menjadi non vital sehingga gigi tersebut perlu mendapat perawatan endodontik setelah difiksasi. Bila gigi avulsi tidak segera dirawat, maka dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu gangguan fungsi, estetis, dan psikologi.
Gambar 2. Anantomi Gigi Avulsi
Keberhasilan perawatan dari gigi yang avulsi dipengaruhi oleh: berapa lama terjadinya, tempat kejadian, tindakan apa yang dilakukan pertama kali ketika terjadinya gigi avulsi dan bagaimana cara penanganan gigi avulsi tersebut. Prognosis perawatannya dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: tingkat kerusakan atau luas dari kerusakan yang dialami, apakah kerusakan yang dialami meliputi jaringan lain di sekitar gigi, seperti jaringan lunak maupun jaringan keras seperti tulang rahang, kualitas dan kesegeraan dari perawatan yang dilakukan setelah terjadi trauma, serta evaluasi dari penatalaksanaan selama masa penyembuhan. 4 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
Tahapan penatalaksanaan avulsi: 1. Ketika pasien sampai di tempat praktek, gigi diletakkan di gelas yang berisi larutan saline (sedikit garam dimasukkan pada air akan menghasilkan salinitas sekitar 0,7%). Seperti prosedur pada umumnya, perlu dilakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien, periksa area gigi dan lakukan rontgen gigi secepat mungkin. 2. Peganglah gigi pada bagian mahkota, jangan pada akarnya (karena dapat merusak sel-sel yang diperlukan untuk perlekatan pada dinding soket) 3. Cuci gigi pada air yang mengalir atau saline atau susu (jangan digosok) dan irigasi soket perlahan-lahan tanpa menyentuh dindingnya.
Gambar 3. Penatalaksanaan Avulsi Gigi
4. Lakukan penanaman kembali (replantasi) dan fiksasi gigi 5. Lakukan reposisi dengan cara meletakkan gigi pada soket dengan tekanan secara lembut untuk mengembalikan gigi ke posisi semula, kemudian RA dan RB dikatupkan untuk mencegah pergerakan gigi, kemudian segera lakukan splinting (Weine, 2004).
C A
B
D
Gambar 4. Splinting dengan metode essig (A) Persiapan alat; (B) Adaptasikan kawat primer pada semua gigi yang terlibat, menyusur daerah singulum; kedua ujung kawat ditautkan; (C) & (D), Kawat sekunder dimasukkan dari arah palatinal/ lingual sebelah apikal dan insisal kawat primer ke labial melalui daerah titik kontak, kedua ujung kawat ditautkan dan dipelintir searah jarum jam sambil ditarik (dipotong 3-4 mm) dan diselempitkan ke arah interdental.
6. Peringatkan pasien atau orang tuanya akan bahaya terjadinya nekrosis pulpa, resorpsi akar, atau ankilosis di masa mendatang. 5 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
KEDOKTERAN GIGI UNSOED Website: dentistry.unsoed.ac.id
Apabila avulsi terjadi lebih dari 2 jam, maka biasanya jaringan periodontal telah mati dan jaringan pulpa pada gigi telah non vital sehingga perlu dilakukan perawatan saluran akar sebelum dilakukan replantasi. Borang Penilaian Skill Lab: Penatalaksanaan Avulsi Gigi No.
Kegiatan
1
Komunikasi dengan pasien (memberi salam)
2
Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3
Menentukan dan memeriksa daerah avulsi
4
Melakukan tindakan replantasi
5
Melakukan splinting (Essig)
6
Memberikan instruksi pasca perawatan avulsi
Penilaian* 0
1
*Keterangan: 1=tidak dilakukan sama sekali, 2=dilakukan, tapi tidak sempurna, 3=dilakukan dengan sempurna
6 | Blok M e d i c a l E m e r g e n c y
2