HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA MAHASISWA AKBID ABDI HUSADASEMARANG SEMESTER II TINGKAT 1 TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KarinaKolin Tatik Indrawati*) *)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi :
[email protected] ABSTRAK
Stress disebabkan oleh ketegangan mental atau fisik, kadang-kadang menyebabkan kesulitan atau situasi yang menyakitkan. Umpamanya beberapa remaja putri yang cenderung akan mengalami kejang perut menjadi lebih menyusahkan apabila menjelang ujian, apabila remaja berselisih dengan saudara atau teman atau ketika remaja berada dalam situasi yang secara potensial menengangkan. Banyak remaja putri yang mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi datang kira-kira setengah dari seluruh remaja putri menderita akibat dismenore atau menstruasi yang menyakitkan, beberapa remaja putri ada juga mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebakan oleh bermacam-macam faktor termasuk stress. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungantingkat stress dengan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tinkat 1 Tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang dalam melakukan pengukuran variabel independen (stress) dan variabel dependen (siklus menstruasi) dalam periode yang sama.Populasi pada penelitian ini adalah remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 64orang, dengan demikian maka sampel yang diambil sebanyak 40 responden. Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan menstruasi ringan sebanyak 28 responden (70,0%) dibandingkan dengan responden yang mengalami gangguan menstruasi berat sebanyak 12 responden (30,0%). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013, nilai (p = 0,000 < 0,05) Saran yang diberikan tenaga kesehatan, pendidikan, masyarakat danpenelitihendaknya remaja putri terutama yang baru mengalami menstruasi pertama dimana akan banyak ditemukan tingkat stress yang lebih berat, oleh karena itu diharapkan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang factor penyebab gangguan menstruasi sehingga para remaja dapat mengatasinya lebih dini
36
37
PENDAHULUAN
Tujuan umum kesehatan reproduksi remaja adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki
permasalahan
khusus.
Pelaksanakan
berbagai
metoda
untuk
memberikan pengetahuan pada remaja, mengenai kesehatan reproduksi, diharapkan
akan
tumbuh
keadaan
yang
kondusif
dalam
peningkatan
npengetahuan, kemudian sikap dan perilaku seksual sehat serta bertanggung jawab pada remaja. (Yani, 2010) Data jumlah penduduk di Indonesia remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2009 adalah sebanyak 41.813.900 jiwa,Data Sensus Penduduk 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berjumlah sekitar 64 juta jiwa atau 27,6% dari jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa. sedangkanmenurut catatan PKBI pada tahun 2010 di semarang sekitar 49,1% adalah remaja usia sekitar 1019 tahun, jumlah penduduk remaja di Jawa Tengah sebanyak 9.500.000 jiwa dengan penduduk remaja laki-laki 4.300.000 jiwa (45,2%) dan penduduk remaja perempuan sebanyak 5.200.000 jiwa (54,7%). Data jumlah remaja di kota Semarang tahun 2009 adalah 243.826 jiwa dengan penduduk remaja laki-laki
38
124.014 jiwa (50,8%) dan penduduk remaja perempuan 119.811 jiwa (49,1%) (BPS, 2009)Sedangkan tahun 2010, remaja yang mengaku memiliki gangguan dengan siklus menstruasi sebanyak 32,6%. Masa remaja sendiri adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun (Yani, 2010).Masa remaja memang merupakan masa transisi yakni masa peralihan
dari
masa
kanak-kanak
memasuki
pada
kehidupan
masa
dewasa.Banyak perubahan yang dialami dalam diri remaja, Yaitu meliputi perubahan aspek psikologis maupun sosialisasinya (Agoes, 2004). Pada masa ini identik dengan berbagai perubahan, perubahan tersebut meliputi fisik, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak kelihatan (Azra,2009). Selain gangguan fisik, stress juga menimbulkan problem-problem kejiwaan kejiwaan yang serius. Problem itu berakibat berkurangnya kemampuan mental dan intelektual remaja putri yang terkena ( Christian, 2005) Stress disebabkan oleh ketegangan mental atau fisik, kadang-kadang menyebabkan kesulitan atau situasi yang menyakitkan. Umpamanya beberapa remaja putri yang cenderung akan mengalami kejang perut menjadi lebih menyusahkan apabila menjelang ujian, apabila remaja berselisih dengan saudara atau teman atau ketika remaja berada dalam situasi yang secara potensial menengangkan (Nugraha, 2006)
39
Banyak remaja putri yang mengalami ketidak nyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi datang kira-kira setengah dari seluruh remaja putri menderita akibat dismenore atau menstruasi yang menyakitkan, beberapa remaja putri ada juga mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebakan oleh bermacam-macam faktor termasuk stress (Azra, 2009). Setiap remaja putri mengalami ketidakteraturan menstruasi, yaitu dimana siklusnya dapat maju ataupun mundur beberapa hari.Saat ini memang tidak ada remaja putri yang siklusnya tetap karena menstruasi juga dipengaruhi dengan kondisi fisik setiap remaja putri. Dimana hormon-hormon seksual remaja putri belum stabil, semakin dewasa siklus menstruasi remaja putri semakin teratur walaupun bisa maju atau mundur beberapa hari, karena faktor kecemasan dan kelelahan. (Aden, 2010). Stress tidak terjadi begitu saja, stress memiliki faktor penyebab yang secara umum disebut “tuntutan”. Tuntutan ini sebenarnya memiliki banyak sisi dan arti. Secara garis besar, tuntutan bisa datang dari dalam maupun luar diri seseorang (Christian, 2005) Semenjak memasuki masa remaja, setiap individu mengalami perubahan fisik yang cepat.Salah satuperubahan fisik yang menandai sifat
40
kedewasaan remaja ialah menstruasi (Agoes, 2004). Menstruasi merupakan pelepasan darah dan cairan encer dari uterus melalui vagina (BKKBN,2004). Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti sesaat waktu hamil atau menyusui dan berakhir saatmenopouse, ketika seorang perempuan berumur sekitar 40 sampai 50an (BKKBN,2004). Siklus menstruasi yang normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang kurang atau lebih dari siklus menstruasi yang normal (BKKBN, 2008). Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor misalnya gizi, psikis, dan usia. Pada masa remaja hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur,walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor psikis atau kelelahan (BKKBN,2008). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 september 2012, melalui wawancara dan memberikan pertanyaan kepada 10 mahasiswa tentang permasalahan remaja pada mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 tahun ajaran 2012-2013 ternyata dari 10 mahasiswa tersebut tercatat 8 orang yang memiliki permasalahan dengan siklus menstruasinya.Selain itu didapatkan pula informasi bahwa kebanyakan besar penyebab dari siklus menstruasi yang tidak teratur adalah karena srtess, gangguan pola belajar dan gangguan pola makan. Sehingga penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran 2012/2013.
41
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan termasuk penelitian “descriptif analitik”, yaitu penelitian yang menggunakan sampel untuk mengambil kesimpulan pada populasi. Populasi pada penelitian ini adalah remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 64 mahasiswa. sampel yang digunakan yaitu sejumlah 40 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Tingkat Stress Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stress dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan tingkat stress Tingkat Stress
Jumlah
%
Ringan
25
62,5
Sedang
15
37,5
Berat
0
0,0
Jumlah
40
100,0
Mencermati tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden pada tingkat stress yang termasuk dalam kategori stress ringan
42
sebanyak
25 responden (62,50%)
lebih besar dibandingkan pada
responden dengan tingkat stress yang sedang dan berat 2. Gangguan Menstruasi Distribusi frekuensi responden berdasarkan gangguan menstruasi dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan gangguan menstruasi Gangguan Menstruasi
Jumlah
%
Ringan
28
70,0
Berat
12
30,0
Jumlah
40
100,0
Mencermati tabel di atas diperoleh
informasi bahwa
sebagian
besarresponden mengalami gangguan menstruasi ringan sebanyak 28 responden (70,0%) dibandingkan dengan responden yang mengalami gangguan menstruasi berat sebanyak 12responden (30,0%).
3. Analisis Bivariat Berdasarkan hasil tabulasi silang hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi
43
Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013, yang dilakukan terhadap 40 responden diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel. 3 Hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013 Gangguan Menstruasi Tingkat Stress
Ringan
Jumlah
Berat
n
%
n
%
n
%
Ringan
24
96,0
1
4,0
25
100
Sedang
4
26,7
11
73,3
15
100
Berat
0
0,0
0
0,0
0
100
Total
28
70,0
12
30,0
40
100
2
= 21,460 dk = 2 p = 0,000
Tabel3menunjukkan bahwa sebanyak 25 responden yang mengalami tingkat stress kategori ringan, sebanyak 24 responden (96,0%) yang mengalami ganguan menstruasi ringan dan yang mengalami gangguan menstruasi berat sebanyak 1 responden (4,0%). Pada responden dengan tingkat stress kategori sedang sebanyak 15 responden, diantaranya 11 responden (73,3%)mengalami gangguan menstruasi berat sedangkan yang mengalami gangguan menstruasi ringan sebanyak 4 responden (26,7%).
44
Hasil analisis statistic dengan menggunakan analisis Uji Chi square, didapatkan Chi square sebesar 26,460 dengan p value sebesar 0,000(p = 0,000< 0,05), sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013.
A. Pembahasan 1. Tingkat Stress Hasil analisis deskripsi univariat diperoleh hasil sebagian besar responden pada tingkat stress yang termasuk dalam kategori stress ringan sebanyak 25 responden (62,50%) lebih besar dibandingkan pada responden dengan tingkat stress yang sedang dan berat. Menurut Brunner (2002) stress adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, merusak terhadap keseimbangan seseorang. Biasanya respon terjadi setelah adanya stressor. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Brunner, dimana terjadinya perubahan lingkungan yang diterima akan dapat merusak keseimbangan seseorang. Bentuk kekurang seimbangan tersebut dapat berupa stess yang dialami oleh seseorang. Hal ini memberikan bahwa masih adanya kejadian stress para remaja terutama dalam menghadapi siklus haid yang datang setiap bulan walaupun tingkat stress tersebut termasuk dalam kategori
45
ringan. Stressor adalah ada ketidakseimbangan nyata atau semu pada kemampuan seseorang dan memenuhi permintaan situasi yang datang setiap bulan walaupun tingkat stress tersebut dalam kategori ringan.Gejala- gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stress timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. 2. Gangguan Menstruasi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan menstruasi ringan sebanyak 28 responden (70,0%) dibandingkan dengan responden yang mengalami gangguan menstruasi berat sebanyak 12 responden (30,0%). Menurut Prawirohardjo (2005) siklus menstruasi adalah jarak antara akhir menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus, karena jam mulainya perdarahan dapat diperhitungkan dan tepat waktunya keluar darah menstruasi dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Prawiroharjo dimana siklus menstruasi yang terjadi pada remaja putri mengalami gangguan.Bentuk gangguan menstruasi tersebut berupa kelainan siklus yang ditandai dengan lamanya waktu siklus haid kurang dari 21 hari.Biasa gangguan yang dialami berupa siklus haid lebih pendek dari biasanya yaitu kurang dari 21 hari.
46
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banak dari haid.Hal ini memberikan gambaran bahwa
para remaja putri yang sedang menstruasi mengalami
gangguan, walaupun gangguan tersebut sebagian besar termasuk dalam kategori gangguan ringan, bahkan terdapat remaja putri yang mengalami gangguan berat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan
menstruasi antara lain : 1) Faktor Psikologik, 2). Faktor Kelainan alat Reproduksi, 3). Faktor Status Gizi, 4). Faktor Stress
Gangguan menstruasi
termasuk salah satu faktor infertilitas wanita yaitu polymenorrhoe, oligomenorrhoe, amenorrhoe, dan metroragia. Dalam buku yang disusun oleh BKKBN ( 2008), faktor ini dapat disebabkan oleh pemberian obat-obatan hormonal seperti estrogen dan progesteron, obat antihipertensi, obat anti depresi. Sebaiknya wanita masa reproduksi tidak mengkonsumsi obat-obatan yang bisa menyebabkan gangguan menstruasi karena dapat menurunkan kesuburan. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari rahim yang menggambarkan rangsangan hormonal dari endometrium karena tidak terjadi kehamilan.Menstruasi menggambarkan kejadian biologik wanita.Menstruasi terjadi karena menurunnya kada hormon estrogen
dan
progesteron
yang
mengakibatkan
endometrium yang disebut darah menstruasi.
kerusakan
lapisan
47
3. Hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013,nilai (p = 0,000< 0,05) sehingga Ha diterima. Menurut Proverawati ( 2009) banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya pendek.Namun, penanganan kasus dengan siklus menstruasi yang tidak normal, tak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai.Penanganan dilakukan oleh dokter berdasarkan penyebabnya.Salah satu penyebab terjadinya ganguan siklus haid disebabkan oleh stress.Stress akandapat mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, bisa saja karena stress, seorang wanita menjadi mudah lelah, berat badan turun drastic, bahkan sakitsakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolism terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat stress seorang remaja putri akan berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi yang dialaminya. Salah satu penyebab terjadinya gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh stress.Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, bisa saja karena stress, seorang wanita menjadi mudah lelah, berat badan turun drastic,
48
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolism terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu. Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya pendek.Namun, penanganan kasus dengan siklus menstruasi yang tidak normal, tak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai. Hal ini seperti yang diperoleh dari analisis bivariat dimana sebanyak 25 responden yang mengalami tingkat stress kategori ringan, sebanyak 24 responden (96,0%) yang mengalami ganguan menstruasi ringan. Pada responden dengan tingkat stress kategori sedang sebanyak 15 responden, diantaranya 11 responden (73,3%) mengalami gangguan menstruasi berat. Hal ini menjadi bukti bahwa ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013. Bahwa semakin berat tingkat stress seorang remaja putrid maka akan memberikan peluang semakin tinggi terjadinya gangguan menstruasi, demikian pula sebaliknya semakin ringan tingkat stress remaja putri maka semakin rendah terjadinya resiko gangguan menstruasi.Gangguan menstruasi termasuk salah satu faktor infertilitas wanita yaitu polymenorrhoe, oligomenorrhoe, amenorrhoe, dan metroragia.Faktor ini dapat disebabkan oleh pemberian obat-obatan hormonal seperti estrogen dan progesteron, obat antihipertensi, obat anti depresi.Sebaiknya wanita masa reproduksi tidak
49
mengkonsumsi obat-obatan yang bisa menyebabkan gangguan menstruasi karena
dapat
menurunkan
kesuburan
(BKKBN,
2008)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Sebagian besar responden
pada dengan tingkat stress yang termasuk
dalam kategori stress ringan sebanyak 25 responden (62,50%) lebih besar dibandingkan pada responden dengan tingkat stress yang sedang dan berat. 2. Sebagian besar responden mengalami gangguan menstruasi ringan sebanyak 28 responden (70,0%) dibandingkan dengan responden yang mengalami gangguan menstruasi berat sebanyak 12 responden (30,0%) 3. Ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswa Akbid Abdi Husada Semarang semester 2 tingkat 1 Tahun ajaran2012/2013,nilai (p = 0,000 < 0,05)
Dinamika Kebidanan
vol. 3 no.2 Agustus 2013
1