DOWNLOAD THIS PDF FILE - PUBLIKASI FMIPA UNILA

Download JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika. Vol. 01, No. ... quenching with oil, and tempering to produce data on the impact of leaf springs steel. H...

0 downloads 400 Views 371KB Size
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

Vol. 01, No. 02, Juli 2013

Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260 Desti Nurjayanti, Ediman Ginting dan Pulung Karo-karo Jurusan Fisika KBK Material, Fakultas MIPA Universitas Lampung Jln. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 7406534 Fax. (0721) 704625 [email protected], [email protected], dan [email protected] Diterima (12 Maret 2013), direvisi (28 Maret 2013) Abstract. It has been related the effect of holding time heating, quenching, and tempering of influence in the leaf spring steel AISI No. 9260. The research was conducted to determine the impact value of leaf springs steel that are usually used on motor vehicles based on the heating, quenching with oil, and tempering to produce data on the impact of leaf springs steel. Heating process is carried out at a temperature 780 °C with holding time of 40 and 60 minutes the next rapidly cold using oil. The process of heating changes the steel phase to hardly martensite and followed by tempering at a temperature of 600 °C with a holding time of 40 minutes which is made the steel phase transformed into tempered martensite and ferrite, so that the steel hardness decreased and increased impact values. Before doing the heating, the impact values of steel is 0.23 J/mm2 smaller than the steel has been given the heating, quenching, and tempering that is equal to 0.803 J/mm2. Keyword: Leaf springs steel, Tempering, Quenching. Abstrak. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemanasan, pendinginan secara cepat, dan tempering terhadap sifat tangguh baja pegas daun AISI No. 9260. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat tangguh baja pegas daun yang biasanya dipakai pada kendaraan bermotor berdasarkan proses pemanasan, pendinginan secara cepat menggunakan oli, dan tempering sehingga dihasilkan data tentang ketangguhan baja pegas daun. Proses pemanasan dilakukan dengan suhu 780 oC dengan waktu tahan 40 dan 60 menit yang selanjutnya didinginkan secara cepat menggunakan oli. Proses pemanasan merubah fasa baja menjadi martensit yang bersifat keras dan dilanjutkan dengan proses tempering pada suhu 600 oC dengan waktu tahan 40 menit yang membuat fasa baja berubah menjadi martensit temper dan ferit, sehingga kekerasan baja menurun dan ketangguhan meningkat. Sebelum dilakukan pemanasan, nilai ketangguhan baja 0,23 J/mm2 lebih kecil dari baja yang telah diberikan proses pemanasan, pendinginan secara cepat, dan tempering yaitu sebesar 0.803 J/mm2. Kata Kunci: Baja Pegas Daun, Tempering, Quenching.

PENDAHULUAN Dalam dunia industri saat ini, baja merupakan material yang banyak diguna-----------------------------*Coresponding author: E-mail: [email protected]

kan dalam bidang teknik. Baja dan besi merupakan satu-satunya material yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis, selain itu baja memiliki sifat yang tidak dapat dibandingkan dengan material lain seperti kekerasan, kekuatan, 113

Desti Nurjayanti dkk: Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260 ketangguhan, dan keuletan yang baik. Baja adalah logam besi yang banyak digunakan baik dalam dunia industriindustri, kebutuhan rumah tangga (seperti parang, linggis, pisau dan lainnya) atau bidang kerja lain (Lilipaly dan Lopies, 2011). Ditinjau dari penggunaannya, baja dapat digunakan sebagai komponen dan juga digunakan sebagai konstruksi (Nurman dan Sudjadi, 2008). Dalam bidang automotif, sebagian besar peralatannya terbuat dari baja misalnya pegas daun. Pegas daun termasuk ke dalam golongan baja pegas. Baja pegas sebenarnya tidak mempunyai kekerasan yang tinggi. Baja ini dapat dikeraskan dan ditingkatkan keuletannya dengan beberapa cara antara lain dilakukan proses perlakuan panas (Purboputro, 2009). Aplikasi pemakaiannya, semua struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar berupa tegangan-tegangan gesek sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk yang akan menurunkan ketangguhannya. Usaha menjaga agar logam lebih tahan gesekan atau tekanan adalah dengan cara perlakuan panas pada baja, hal ini memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kekerasan baja sesuai kebutuhan. Heat treatment merupakan proses kombinasi antara pemanasan dan pendingian terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat dalam jangka waktu tertentu yang dimaksudkan untuk memperoleh sifatsifat tertentu pada logam atau paduan (Purboputro, 2009). Salah satu proses perlakuan panas pada baja adalah pengerasan (hardening), yaitu proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat dinamakan quench. Akibat proses hardening pada baja, maka timbulnya tegangan dalam (internal stresses) dan rapuh (britles), sehingga baja tersebut belum cocok untuk segera digunakan. Oleh karena itu, baja tersebut perlu dilakukan proses lanjut 114

yaitu temper. Dengan proses temper, kegetasan dan kekerasan dapat diturunkan sampai memenuhi syarat penggunaan, kekuatan tarik turun sedangkan keuletan dan ketangguhan meningkat (Fariadhie, 2012). Tujuan dari tempering adalah untuk mendapatkan baja yang lebih tangguh (tough) dan juga liat (ductile) tanpa banyak mengurangi kekuatan (strength) (Darmawan, 2007). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Fitri, 2012), memperlihatkan bahwa ketangguhan baja pegas daun tertinggi tanpa proses tempering diperoleh pada suhu austenisasi 780 oC dengan waktu tahan 40 menit yaitu sebesar 0,07 J/mm2. Namun, nilai ketangguhan mengalami penurunan setelah dilakukan proses heat treatment dibandingkan dengan nilai ketangguhan awal. Oleh karena itu, pada penelitian ini baja pegas daun dipanaskan pada suhu austenisasi 780 oC dengan dengan metode charpy. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian komposisi kimia, pengujian ketangguhan, dan pengujian struktur mikro. Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan alat OES (Optical Emission Spectrometer).

Gambar 1. Diagram alir penelitian

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

Diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Pada proses preparasi sampel, digunakan baja jenis karbon medium AISI No. 9260 yang dipotong dengan menggunakan alat pemotong baja di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung. Untuk sampel uji ketangguhan, dibuat dengan ukuran tinggi dan lebar masing-masing 10 mm dan panjangnya 60 mm. Sebelum dilakukan pengujian ketangguhan, sampel yang telah dipreparasi diberikan perlakuan heat treatment (perlakuan panas) dengan pre-heating 300 oC menggunakan tungku pemanas. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 780 oC untuk proses austenisasi dengan waktu tahan 40 dan 60 menit yang dilanjutkan dengan proses quenching dengan menggunakan oli untuk mencegah terjadinya retak pada saat tempering. Tempering dilakukan pada suhu 600 o C dengan suhu ruang. Siklus perlakuan panas baja pegas daun ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Setelah itu, dilakukan pengujian ketangguhan dan pengujian struktur mikro. Pengujian ketangguhan dilakukan dengan membuat takik terlebih dahulu pada sampel yang akan diuji menggunakan mesin wire cut.

Gambar 2. Siklus perlakuan panas baja pegas daun AISI No. 9260

Vol. 01, No. 02, Juli 2013

Uji ketangguhan baja ini dilakukan dengan metode charpy menggunakan mesin uji impak Wolpert Germany dengan beban impak 150 J. Sedangkan untuk struktur mikro, dilakukan proses mounting (pembingkaian) dengan menggunakan resin dan pengeras. Pengamplasan dengan #100, #200, #400, #600, #800, #1000, #1200, #1500. Setelah diamplas, dilakukan pemolesan untuk meratakan dan menghaluskan cuplikan/sampel logam dengan kain poles. Terakhir, sampel dietsa dengan menggunakan cairan Nital (etanol dan asam nitrit). Pengujian struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Pengujian ketangguhan dan struktur mikro dilakukan di Laboratorium Material Institut Teknologi Bandung. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji komposisi kimia pada sampel mengandung 0,558 % karbon (C) sehingga baja baja tersebut tergolong ke dalam baja karbon medium. Baja karbon medium mengandung karbon 0,3% sampai dengan 0,6% (medium carbon steel) dan dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas. Baja karbon medium lebih keras serta lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon rendah (Amanto, 1999). Fungsi karbon pada baja adalah sebagai zat perekat atau lem dan mempunyai sifat cukup tahan gesek terhadap benda atrasip (tanah yang berpasir dan tidak mengandung silikon). Karbon membentuk struktur ferit, dimana struktur tersebut mempunyai kekerasan diatas 48 HRC, tetapi tidak mempunyai sifat ketajaman (Anonimous H, 2011). Karbon berfungsi meningkatkan sifat mekanis baja seperti kekuatan dan kekerasan yang tinggi meskipun demikian karbon dapat menurunkan keuletan, ketangguhan, dan 115

Desti Nurjayanti dkk: Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260 mampu tempa serta berpengaruh pada proses perlakuan panas. Sampel baja karbon medium ini ditingkatkan kekerasannya dengan proses heat treatment dan ketangguhannya dengan tempering. Berdasarkan hasil uji komposisi kimia tersebut diketahui bahwa jumlah unsur paduannya kurang dari 10 % sehingga tergolong ke dalam Low Alloy Steel atau baja paduan dengan kadar unsur paduan rendah mempunyai kekuatan, ketangguhan yang lebih tinggi dari baja yang memiliki karbon yang sama atau mempunyai keuletan yang lebih tinggi dari baja karbon dengan kekuatan yang sama (Ginting, 1997). Unsur kimia yang berpengaruh terhadap sifat ketangguhan baja yaitu mangan (Mn) dan Krom (Cr). Hasil uji komposisi kimia pada sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Jika kandungan mangan antara 1% 5% mangan dapat menghasilkan efek variabel pada sifat baja paduan dengan ketangguhan yang kadang meningkat dan kadang juga ketangguhannya turun (Fitri, 2012). Pada penelitian ini, kandungan mangan hanya 0,829 % sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat mekanis baja dalam jumlah rendah. Untuk mengukur ketangguhan sampel, dilakukan pengujian ketangguhannya (impact). Dalam penelitian ini, pengujian ketangguhan menggunakan metode charpy dengan termperatur austenisasi 780 oC. Tabel 1. Komposisi kimia baja pegas daun AISI No. 6920

Unsur C Si Mn P S Cr Mo

116

% Berat 0,558 0,289 0,829 0,011 0,006 0,807 0,011

Unsur Ni Al Cu Nb Ti V Fe

% Berat 0,041 0,006 0,107 <0,002 0,004 0,006 bal.

Tabel 2. Hasil uji ketangguhan (impact) baja pegas daun AISI No.9260 dengan suhu temper 600oC

Waktu Tahan 40 menit 60 menit Suhu o Impak ( C) Impak RataRata(J/mm (J/mm2) rata rata 2 ) 780 0,740 0,830 780 0,750 0,736 0,790 0,803 780 0,720 0,790

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri tahun 2012, temperatur yang menghasilkan ketangguhan baja paling baik ialah pada temperatur 780 oC yaitu dengan rata-rata 0,07 J/mm2 dengan waktu tahan 40 menit. Pada penelitian ini, baja ditingkatkan ketangguhannya dengan proses temper pada suhu 600 oC. Berikut ini adalah hasil dari pengujian ketangguhan (impact) baja AISI No. 9260 seperti pada Tabel 2. Dengan penemperan, tegangan dan kegetasan diperlunak dan kekerasan serta kerapuhan dapat diturunkan sesuai dengan penggunaan (Haryadi, 2006). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dengan sampel yang sama namun tidak diberikan perlakuan tempering yang dilakukan oleh Fitri (2012), ketangguhan terbaik 2 dihasilkan hanya 0,07 J/mm . Namun, pada penelitian ini dengan suhu tempering menghasilkan nilai ketangguhan terbaik jauh diatasnya yaitu 0,803 J/mm2. Pada saat sampel dipanaskan mencapai suhu kritis A1 yaitu 723 oC (lihat Gambar 3) butir-butir kristal perlit akan mengalami reaksi eutektoid yaitu proses pada temperatur tetap untuk membentuk fase lain dimana ferit dan sementit di dalam perlit akan berubah menjadi austenit. Ketika suhu dinaikkan lagi menjadi 780 o C pada sampel ini, ferit yang mempunyai struktur atom BCC (Body Centre Cubic) akan menjadi austenit yang mempunyai struktur atom FCC (Face Centre Cubic). Hal ini terjadi karena temperatur yang

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

naik akan membuat ferit bertransformasi menjadi austenit, atom-atom yang tadinya berada di dalam akan menyebar ke permukaan. Pada tahap ini, austenit belum sepenuhnya homogen sehingga diberikan waktu tahan selama 40 dan 60 menit. Pemberian waktu tahan ini akan membuat atom-atom berdifusi dan menjadi homogen. Karena proses difusi tidak sama, butiran kristal austenit yang diperoleh berbeda-beda. Atom-atom karbon pada waktu tahan 60 menit lebih homogen dibandingkan dengan atomatom karbon pada waktu tahan 40 menit. Hal ini terjadi karena pada waktu tahan 60 menit atom karbon lebih lama berdifusi dari permukaan ke bagian dalam butir austenit. Sedangkan pada waktu tahan 40 menit, bagian dalam butir austenit masih belum banyak mendapat tambahan. Austenit bersifat ulet dan memiliki kelarutan atom karbon yang lebih besar dibandingkan dengan ferit. Sehingga, untuk mengeraskan kembali perlu diberikan proses heat treatment atau proses pengerasan dengan cara pemanasan. Sifat baja karbon medium yang rapuh, sehingga setelah proses heat treatment, kekerasan baja tersebut meningkat dan keuletan menurun.

Vol. 01, No. 02, Juli 2013

Untuk meningkatkan ketangguhannya, baja tersebut diberi perlakuan tempering dengan suhu 600 oC sehingga kekerasan baja menurun dan keuletannya meningkat. Hal ini dikarenakan pada proses heat treatment akan tebentuk fasa martensit setelah di-quenching. Fasa martensit ini terjadi dari banyaknya atomatom karbon (C) yang terperangkap karena proses quenching sehingga memunculkan tegangan tinggi pada struktur baja yang membuat menjadi keras dan getas, namun ketangguhannya berkurang, Pada temperatur tempering 600 oC, getaran antar atom semakin tinggi dan semakin besar sehingga jarak antar atom juga semakin melebar dan memberikan kesempatan atom karbon untuk berdifusi. Fasa yang terbentuk bukan lagi martensit melainkan ferit yang kehilangan dan kekurangan karbon. Dengan adanya ferit ini membuat kekerasan baja menurun dan ketangguhannya meningkat. Untuk melihat perubahan yang terjadi pada struktur mikro baja AISI No. 9260 sebagai akibat dari proses perlakuan panas yang dialaminya yaitu proses pengerasan dengan metode quenching (proses pencelupan ke dalam oli secara cepat) dan proses tempering dilakukan pengujian struktur mikro. Pengambilan gambar struktur mikro dari mikroskop optik ini dilakukan dengan pembesaran 40 x. Hasil Struktur Pemanasan

Gambar 3. Diagram Kesetimbangan Fe-Fe3C (De gamo, 1969).

Mikro

Tanpa

Dari hasil pemotretan sampel sebelum proses pengerasan, dapat dilihat adanya beberapa fasa. Adapun fasa pertama adalah fase ferit terlihat berwarna putih dan fasa kedua adalah fasa perlit terlihat berwarna lebih gelap. Apabila semakin besar warna putih pada suatu struktur mikro baja, maka semakin banyak ferit yang terbentuk yang berarti bahwa material tersebut semakin lunak dan liat. 117

Desti Nurjayanti dkk: Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260

(a) Gambar 4. Hasil struktur mikro baja AISI NO. 9260 tanpa pemanasan

Pada fasa perlit terdiri dari lapisanlapisan halus yang bersifat kuat dan keras (Hadi, 2010). Dari Gambar 4 di atas, terlihat bahwa pada sampel fasa perlit lebih dominan dari pada ferit. Struktur mikro yang terlihat masih berbentuk butiran kasar dan tidak merata, sehingga membuat baja bersifat kuat dan keras. Hasil Struktur Mikro dengan Proses Laku Panas (b) Proses tempering dilakukan setelah proses heat treatment (pemanasan) dan quenching dengan menggunakan oli. Pada saat proses quenching, fasa yang terbentuk adalah fasa martensit. Fasa martensit ini terjadi karena adanya proses pendinginan secara cepat yang membuat atom-atom bergerak (adanya pergeseran/dislokasi) sehingga tidak sempat berdifusi dan akan menjadi kuat dan keras tetapi kegetasan dan kerapuhannya tinggi. Karena kerapuhan dan kegetasannya tinggi, dalam penelitian ini media quenching menggunakan oli untuk menghindari adanya keretakan pada saat proses tempering.

118

Gambar 5. Struktur mikro baja AISI NO. 9260 dengan suhu tempering 600 oC (a) waktu tahan austenisasi 40 menit (b) waktu tahan austenisasi 60 menit.

Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan fasa temper martensit semakin terlihat sedikit pada suhu tempering 600 oC. Saat waktu tahan austenisasi 40 menit austenit sisa mulai lebih mendominasi dibandingkan pada suhu tempering 400 oC. Begitu juga pada sampel dengan waktu tahan austenisasi 60 menit dan suhu tempering 600 oC, fase temper martensit mulai muncul yang menurunkan sifat kekerasan dan kerapuhan. Tapi masih terlihat fasa martensit yang bersifat keras dan getas. Menurunnya kemunculan fasa martensit ini disebabkan karena suhu tempering

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

yang meningkat. Butiran-butiran struktur mikro terlihat lebih halus dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fitri (2012) sebelumnya. Proses tempering membentuk fase temper martensit, bentuk baru dari martensit, austenit sisa (retained austenite) dan karbida. Pada penelitian ini, temper martensit terlihat lebih seragam dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri (2012) tanpa menggunakan proses tempering, seperti Gambar 6 di bawah ini.

(a)

Vol. 01, No. 02, Juli 2013

KESIMPULAN Telah dilakukan penelitian dan analisis mengenai pengaruh lama pemanasan, pendinginan secara cepat, dan tempering dengan suhu 600 oC terhadap ketangguhan baja pegas daun AISI No. 9260. Dari hasil penelitian dan analisis, dapat disimpulkan bahwa baja pegas daun AISI No. 9260 tergolong ke dalam baja karbon medium dimana mengandung 0,558 % unsur karbon (C) dan unsur penyusun utamanya adalah besi (Fe) yang mengandung beberapa unsur paduan diantaranya Si 0,289%, Mn 0,829%, P 0,011%, S 0,006%, Cr 0,807%, Mo 0,011%, Ni 0,041%, Al 0,006%, Cu 0,107%, Nb<0,002%, Ti 0,004%, V 0,006%. Dari hasil uji ketangguhan, diperoleh bahwa sampel yang mengalami proses tempering memiliki nilai ketangguhan yang lebih besar dibandingkan dengan sampel asli (belum diberi perlakuan apa-apa) dan sampel yang belum mengalami proses tempering. Nilai ketangguhan pada sampel asli dan sebelum tempering berturut-turut ialah 0,23 J/mm2 dan 0,07 J/mm2, sedangkan setelah tempering nilai ketangguhan naik menjadi 0,803 J/mm2. Tempering memunculkan fasa temper martensit dan austenit sisa yang membuat baja pegas daun menjadi tangguh. Struktur mikro setelah tempering terlihat lebih halus dan lebih homogen dibandingkan dengan struktur pada sampel yang belum diberikan tempering dan sampel asli. Butir-butir ferit yang kehilangan dan kekurangan karbon terlihat jelas yang berarti kekerasan baja berkurang dan ketangguhannya bertambah.

(b)

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar 6. Struktur mikro baja pegas daun dengan temperatur 780 0C tanpa tempering (a) waktu tahan 40 menit (b) waktu tahan 60 menit.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jay selaku teknisi Laboratorium Material Institut Teknologi Bandung yang telah membantu 119

Desti Nurjayanti dkk: Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260 terlaksananya penelitian ini. Terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada Kepala Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Kepala Laboratorium Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia, dan Kepala Laboratorium Material Institut Teknologi Bandung juga kepada kedua orang tua serta teman-teman atas doa dan motivasinya. DAFTAR PUSTAKA De gamo, P.. 1969. Materials and Processes In Manufacturing. Mac Milan Company. New York. Fitri. (2012). Komposisi Kimia, Struktur Mikro, Holding Time, dan Sifat Ketangguhan Baja Karbon Medium pada Temperatur 780 oC. Skripsi Jurusan Fisika Material Fakultas MIPA Universitas Lampung: Bandar Lampung. Ginting, Ediman. (1997). Pengaruh Suhu Pemanasan, Lama Pemanasan, dan Pendinginan Secara Cepat terhadap Sifat Kekerasan, Ketangguhan, dan Tahan Aus Baja Hypoeutectoid. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hadi, Qomarul. (2010). Pengaruh Perlakuan Panas pada Baja Konstruksi ST 37 terhadap Distorsi, Kekerasan, dan Perubahan Struktur Mikro. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin SNTTM ke-9 13-15 Oktober 2010ISBN: 978-60297742-0-7. Haryadi, Gunawan Dwi. (2006). Pengaruh Suhu Tempering terhadap Kekerasan, Kekuatan Tarik, dan Struktur Mikro pada Baja K-460. Jurnal Rotasi Volume 8 Nomor 2 April 2006. Lilipaly, Eka R.M.A.P. dan Lopies, Leslie S. (2011). Analisis Nilai Kekerasan Baja S-35C dalam Proses Karburasi Padat Memanfaatkan Tulang Sapi sebagai Katalisator dengan Variasi Waktu Penahanan. Jurnal TeknologiVolume 8. Nomor 2. Hal.936. Nurman dan Sudjadi, Usman. 2008. Studi Ketahanan terhadap Korosi pada Material Baja Pegas Daun Mobil Roda 4 dengan Berat 1000 kg yang telah Dinitridasi dengan Plasma Diskrit Buatan BATAN. Jurnal Prima. Volume 5. Nomor 10. Hal.279. Purboputro, P. Ilmu.2009.Peningkatan Kekuatan Pegas Daun dengan Cara Quenching.Jurnal Media Mesin Volume 10 Nomor 1 Hal.18 ISSN 1411-4348.

120