DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI REMAJA SMAN 5 BANDA ACEH PEER SUPPORT AND SELF-CONCEPT IN ADOLESCENTS AT SMAN 5 BANDA ACEH Nur Azizah1; Rachmalia2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Masa remaja merupakan masa-masa kritis yang memiliki berbagai masalah diantaranya masalah konsep diri. Faktor kritis yang mempengaruhi remaja yang memiliki peningkatan kebutuhan pengenalan dan penerimaan diri adalah kelompok teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja. Desain penelitian bersifat korelatif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling dan accidental sampling dengan jumlah sampel 83 responden. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 01 s/d 03 Agustus 2016 di SMA Negeri 5 Banda Aceh. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dalam bentuk skala likert yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk variabel independen dan dalam bentuk skala dikotomi yang terdiri dari 25 penyataan untuk variabel dependen. Metode analisa data menggunakan uji statistik ChiSquare. Hasil analisa data didapatkan bahwa ada hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja ( =0,001), dimana konsep diri meliputi subvariabel citra tubuh ( =0,001), harga diri ( =0,013), ideal diri ( =0,013), identitas diri ( =0,001). Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada sekolah untuk dapat meningkatkan upaya pendidikan siswa terbimbing dengan mengoptimalkan pelayanan Bimbingan Konseling di sekolah Kata kunci : Konsep Diri, Teman Sebaya, Remaja
ABSTRACT Adolescence is a critical period that bears many problems such as self-concept. One of the critical factors affecting teenagers who have an increased need for recognition and self-acceptance is the peer group. This study aimed to determine the relationship between peer support and self-concept in adolescents. This correlative study employed cross-sectional approach. The sampling technique was done by using proportional random sampling and accidental sampling with the sample of 83 respondents. The data were collected from 1 to August 3, 2016 at SMAN 5 (High School) in Banda Aceh. They were obtained through Likert scale questionnaires consisting of 12 questions for the independent variables and through dichotomy scale questionnaires consisting of 25 statements for the dependent variable. The data were analyzed using chi-square statistical test. The results showed that there was a connection between peer support and selfconcept (p = 0.001), peer support and body image (p = 0.001), peer support and self-esteem (p = 0.013), peer support and ideal self (p = 0.013), and peer support and identity (p = 0.001). The school is expected to enhance guided educational efforts by optimizing counselling services. Keywords: Self Concept, Peer Group, Adolescent.
1
PENDAHULUAN Adolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek (Batubara, 2010). Periode middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut: mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, sangat memperhatikan penampilan, berusaha untuk mendapat teman baru, tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua, sering sedih/moody, mulai menulis buku harian, sangat memperhatikan kelompok bermain secara selektif dan kompetitif, dan mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua (Batubara, 2010). Faktor kritis yang berpengaruh pada remaja, yang memiliki peningkatan kebutuhan pengenalan dan penerimaan diri adalah kelompok teman sebaya. Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga. Hal ini sejala dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta
keikutsertaan dalam kelompok (Santrock, 2003). Konsep diri memiliki lima komponen yaitu citra tubuh, harga diri, ideal diri, peran diri, dan identitas diri (Stuart, 2006). Konsep diri yang baik dapat ditunjukkan dengan proses penerimaan terhadap diri sendiri secara baik, mampu memandang orang lain dari sudut yang positif dan mampu berpikiran positif tentang bagaimana cara orang tersebut memandang dirinya (Indrayana & Hendrati, 2013). Sedangkan Hurlock (1993, dikutip dari Indrayana & Hendrati, 2013) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya, yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi dan achievement. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Ristianti (2010) meneliti tentang “Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta” pada 150 responden. Dengan hasil terdapat hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja. Arah hubungan adalah positif yakni semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya yang diterima atau dirasakan maka akan semakin optimal pembentukan identitas dirinya, begitu pula sebaliknya apabila tingkat dukungan sosial teman sebaya rendah maka pembentukan identitas dirinya akan menjadi kurang optimal (Ristianti, 2010) Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja SMAN 5 kota Banda Aceh.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptive corelative, dengan desain penelitian cross sectional study melalui angket. Tehnik 2
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling dengan cara accidental sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI SMAN 5 Banda Aceh tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 83 responden.
Tabel 2: Dukungan Teman Sebaya pada Remaja SMAN 5 Banda Aceh No. Kategori f % 1. Tinggi 44 53.0 2. Rendah 39 47.0 Total 83 100
HASIL
Konsep Diri
Data Demografi Responden Data yang diperolah berdasarkan kuesioner terhadap 83 responden adalah sebagai berikut:
Hasil pengolahan data konsep diri murid-murid SMAN 5 Banda Aceh dengan menggunakan kuesioner dikatagorikan menjadi dua, yaitu kriteria positif bila x ≥ 44.4 dan negatif x < 40.44 seperti pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 1: Data Demografi Remaja SMAN 5 Banda Aceh No. Kategori f % 1. Umur: Remaja awal (11-16 70 84,3 tahun) Remaja akhir (17-25 13 15,7 tahun) 2. Jenis kelamin: Laki-laki 29 34,9 Perempuan 54 65,1 3. Kelas: Kelas X 43 51,8 Kelas XI 40 48,2 Total 83 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi responden siswa SMAN 5 adalah remaja awal (12-16 tahun) sebanyak 70 orang (83,4%), jenis kelamin responden adalah laki-laki sebanyak 54 orang (65.1%), kelas responden adalah kelas X sebanyak 43 orang (51.8%). Dukungan Teman Sebaya Hasil pengolahan data dukungan teman sebaya murid-murid SMAN 5 Banda Aceh dengan menggunakan kuesioner dikatagorikan menjadi dua, yaitu kriteria tinggi bila x ≥ 30.9 dan rendah bila x < 30.9 seperti pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 3: konsep diri remaja SMAN 5 Aceh No. Kategori f 1. Positif 47 2. Negatif 39 Total 83
Hubungan Dukungan Dengan Konsep Diri
Teman
Banda % 56.6 43.4 100
Sebaya
Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja SMAN 5 Banda Aceh. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisa statistik Chi Square Test ( ), dengan nilai alpha (0,05). Pengolahan data menggunakan tabel kontingensi 2x2 dan degree of freedom (df) 1. Perhitungan dilakukan dengan program komputer IBM SPSS Statistics 21 for windows. Tabel 4: Hubungan Dukungan Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja Di SMAN 5 Banda Aceh Duku ngan Teman Sebaya
Konsep Diri Positif
Negatif
Total
value
f
%
f
%
f
%
Tinggi
33
39,8
11
13.3
44
53
Rendah
14
16.9
25
30.1
39
47
Total
47
56,6
36
43,4
83
100
0,001
3
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa dukungan teman sebaya yang tinggi menghasilkan remaja dengan konsep diri yang positif yakni 33 dari 44 remaja (39,8%). Dukungan teman sebaya yang rendah menghasilkan remaja dengan konsep diri yang negatif yakni 25 dari 39 remaja (30,1%). Hasil uji chi-square pada α = 0,05 didapatkan -value 0,001, dapat dikatakan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki konsep diri pada kategori positif ,dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki konsep diri pada kategori negatif. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada α = 0,05 didapatkan nilai -value 0,001<0,05 dapat dikatakan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja SMAN 5Banda Aceh. Soetjiningsih (2004) menyebutkan bahwa pada masa remaja, individu mulai melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha mencapai kemandirian diri, dalam pencapaian kemandirian ini, individu lebih sering berinteraksi dengan teman sebayanya dibanding dengan orang tua. Sehingga peran teman sebaya lebih dominan dalam memperngaruhi perilaku remaja, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Marnita (2010) dengan judul “Hubungan Bentuk Interaksi Sosial Dan Konsep Diri Pada Anak Remaja Di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 4 Banda Aceh” pada 93 responden menunjukkan bahwa gambaran konsep diri remaja di SMAN 4 Banda Aceh adalah: 94,6% yang mempunyai konsep diri
baik, dan 5,4% yang mempunyai konsep diri kurang serta terdapat hubungan yang bermakna antara interaksi sosial dengan konsep diri remaja di SMAN 4 Banda Aceh. Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan, remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki citra tubuh pada kategori positif, dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki citra tubuh pada kategori negatif karena dukungan teman sebaya yang adekuat akan membuat remaja merasa percaya diri, merasa dirinya diterima dan akan meningkatkan citra tubuh remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Geldard dan Geldard (2011) dalam pencarian individuasi atas identitas, anak muda akan memilih gaya rambut dan make up yang mencerminkan standar remaja masa kini, mereka bisa saja memakai pakaian yang tidak konvensional yang justru populer dikalangan teman-teman sebaya mereka, terlibat dalam body piercing, dan memiliki beberapa tato. Semua cara menampilkan diri mereka ini mengalami tren dan diarahkan ke arah pencapaian individuasi dan afiliasi kelompok teman sebaya. Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan, remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki harga diri pada kategori positif, dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki harga diri pada kategori negatif karena dukungan teman sebaya akan membangkitkan rasa percaya diri pada remaja, remaja akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di lingkungan teman sebayanya. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Potter & Perry (2005), yaitu harga diri berasal dari dua sumber yaitu dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya 4
mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya mempunyai harga diri rendah Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan, remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki ideal diri pada kategori positif , dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki ideal diri yang negatif karena ideal diri dipengaruhi oleh orangorang terpenting bagi remaja salah satunya yaitu teman sebaya Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Keliat (1998), yaitu Ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan teman sebaya. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, citacita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang akan memberikan tuntutan dan harapan. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa yang ingin ia lakukan Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan, remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki peran diri pada kategori positif, dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki peran diri yang negatif karena teman sebaya berperan penting dalam membantu remaja untuk menjalankan perannya yang sesuai dengan harapan masyarakat. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Soetjiningsih (2004) yaitu dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebayanya. Pada umunya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi sangat
berpengaruh pada kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui kelompok remaja dapat mengambil berbagai peran. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Stuart & Sundeen (1998), yaitu pembentukan indentitas diri di mulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tapi tugas utama pada masa remaja, dalam hal ini teman sebaya berpengaruh besar. Identitas diri adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, keseimbangan, dan konsistenan keunikan individu. Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan, remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung tinggi memiliki identitas diri pada kategori positif, dan remaja dengan dukungan teman sebaya yang cenderung rendah memiliki identitas diri yang negatif karena pada periode usia remaja individu akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua atau sendiri, sehingga teman sebaya adalah sosok penting dalam perkembangan identitas diri remaja Berdasarkan hasil analisa univariat diatas menunjukkan bahwa frekuensi perempuan lebih banyak dibanding laki-laki yaitu 54 orang (65.1%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuan (2009) yang berjudul “Persepsi Tubuh, Perilaku Mengontrol Berat Badan, dan Perubahan Psikologis pada Remaja untuk Tampil Lebih Menarik: Sebuah Pengujian Longitudinal Berdasarkan Jenis Kelamin” pada 12.814 remaja dengan 51% diantaranya adalah remaja perempuan dan 49% remaja laki-laki menunjukkan bahwa persepsipersepsi tentang tubuh dan perilaku mengontrol berat badan hanya mempengaruhi perubahan psikologis untuk tampil lebih menarik hanya pada remaja perempuan tetapi tidak pada remaja laki-laki. 5
Dari pembahasan diatas peneliti berpendapat bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada dukungan teman sebaya terhadap konsep diri remaja yang.dikarenakan pada masa remaja, individu lebih sering berinteraksi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua atau keluarga.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian terhadap 83 responden dengan judul “Hubungan Dukungan Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja SMAN 5 Darussalam Kota Banda Aceh” dapat disimpulkan sebagai ada hubungan dukungan teman sebaya dengan konsep diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh. Secara khusus hasil penelitian menunjukkan: Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan citra tubuh remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh (p= 0,001), Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan harga diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh (p= 0,013), Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan ideal diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh (p= 0,013), Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan peran diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh (p= 0,001), Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan identitas diri remaja SMAN 5 Darussalam Banda Aceh (p= 0,013). Bagi sekolah diharapkan untuk meningkatkan kegiatan siswa terbimbing. Aktivitas membimbing diantaranya mengawasi perilaku siswa, membantu memecahkan persoalan siswa, dan mengkoreksi jika ada perilaku yang keliru dengan mengoptimalkan layanan Bimbingan Konseling (BK) di sekolah.
REFERENSI Batubara, J.R. (2010). Adolescent development (perkembangan remaja). Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Geldard, D.,Geldard, K. (2011). Konseling remaja: pendekatan proaktif untuk anak muda edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Indrayana, P., Fabiola, H. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 2, No. 3. Keliat, A,B. (1998). Gangguan konsep diri. Jakarta:EGC Marnita, L. (2010). Hubungan bentuk interaksi sosial dan konsep diri pada anak remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Banda Aceh tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Notoadmojo, S. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik, volume 1, edisi 4. Jakarta. EGC Ristianti, A. (2010). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di sma pusaka 1 jakarta. Jurnal . Retrieved from http://publication.gunadarma.ac.id/han dle/123456789/1581. Fakultas Psikologi: Universitas Gunadarma. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan anak. Edisi ketujuh jilid dua. Jakarta: Erlangga.
6
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2006). Principles and practice of psychiatric nursing. 8 editions. Mosby Yuan, A.S. (2010) Body perceptions, weight control behavior, and change in adolescencets pshychological wellbeing over time: a longitudinal examination of gender. J youth adolescence. 39: 927-939
7