EVALUASI PENYIMPANGAN BOBOT BADAN

Download sapi Bali, sapi Madura, dan sapi Jawa. Sapi Pasundan di budidayakan dengan tujuan sebagai sapi penghasil daging (Indrijani dkk., 2013 ). Pr...

0 downloads 489 Views 413KB Size
Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal EVALUASI PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN BERDASARKAN RUMUS WINTER TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA SAPI PASUNDAN EVALUATION OF ESTIMATED BODY WEIGHT BASE ON WINTER FORMULA AND ACTUAL BODY WEIGHT DEVIATION OF PASUNDAN CATTLE Muhammad Iqbal*, Dedi Rahmat**, Nena Hilmia** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : [email protected]

ABSTRAK Penelitian mengenai “Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Rumus Winter Terhadap Bobot Badan Aktual Pada Sapi Pasundan” telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Balai Pengembangan Pembibitan Ternak Sapi Potong, Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan Rumus Winter terhadap bobot badan aktual pada sapi Pasundan. Penelitian menggunakan sapi Pasundan yang berjumlah 14 ekor sapi jantan dan 15 ekor sapi betina dengan umur ± 2 tahun. Sample di ambil secara purposive sampling, selanjutnya data di analisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bobot badan dugaan berdasar rumus Winter dan aktual pada sapi jantan, masing-masing 293,17 ± 54,02 Kg dan 309,50 ± 57,37 Kg, sedangkan pada sapi betina adalah 155,98 ± 15,59 Kg dan 148,14 ± 14,45 Kg. Bobot badan dugaan berdasarkan rumus Winter Terhadap bobot badan aktual pada sapi Pasundan jantan memiliki rata-rata nilai penyimpangan sebesar 7,69%. Sedangkan, bobot badan dugaan berdasarkan rumus Winter terhadap bobot badan aktual pada sapi Pasundan betina memiliki rata-rata persentase penyimpangan sebesar 7,60%. Kata Kunci : Sapi Pasundan, Bobot Aktual, Rumus Winter

ABSTRACT The study of deviation evaluation of estimated body weight based on Winter formula to predict actual body weight of pasundan cattle was conducted at Center for Beef Cattle Breeding Development, Ciamis regency, West Java. The aim of this study was to know the deviation between estimated body weight based on Winter formula with actual body weight of Pasundan Cattle. Data consisted of 14 male cattle and 15 heads female, ± 2 years old. Data were analyzed using descriptive statistic with purposive sampling. The results showed reasonable suspicion body weight formula Winter actual and bulls, respectively 293,17 ± 54,02 kg and 309,50 ± 57,37 Kg, where as in cattle was 155.98 ± 15.59 Kg and 148.14 ± 14.45 Kg. Body weight alleged based on the formula winter to actual body weight in cattle pasundan male has a byway at least value the percentage of deception 7,69 %.While, body weight alleged based on the formula winter to actual body weight in pasundan the cows had value a byway at percentage of deception of 7,60 %. Key Word : Pasundan Cattles, Actual Body, Winter Formula

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumber daya genetik ternak yang beragam. Salah satu sumber genetik tersebut berasal dari persilangan antara sapi impor dengan sapi asli Indonesia yang selanjutnya disebut dengan sapi lokal. Sapi lokal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sapi impor diantaranya daya adaptasi terhadap iklim tropis terutama pada cuaca panas, konversi pakan yang baik, dan taya tahan tubuh yang baik sehingga lebih tahan terhadap penyakit. Salah satu sapi lokal di Indonesia yaitu sapi Pasundan yang berasal dari Jawa Barat. Secara historik sapi Pasundan lebih dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi rancah dan berbagai nama lokal lainnya. Sapi Pasundan merupakan hasil dari proses cross breeding yang panjang beberapa bangsa, antara lain sapi Sumba Ongole, sapi Bali, sapi Madura, dan sapi Jawa. Sapi Pasundan di budidayakan dengan tujuan sebagai sapi penghasil daging (Indrijani dkk., 2013 ) Produksi ternak meliputi berbagai aspek penilaian. Salah satu aspek yang penting untuk diketahui yaitu bobot badan karena bobot badan berguna dalam tata laksana pemeliharaan seperti pemberian pakan, perkawinan, mengetahui kondisi pertumbuhan, dan juga penentu harga dalam kegiatan jual beli ternak. Evaluasi bobot badan ternak dapat dilakukan dengan penimbangan secara langsung. Namun, pengukuran bobot badan dengan cara ini dinilai kurang efisien karena ukuran timbangan yang kurang praktis dan harga timbangan yang relatif mahal untuk diterapkan di lapangan. Dalam upaya mengatasi kondisi tersebut, pengukuran bobot badan dilakukan dengan menggunakan rumus pendugaan bobot badan. Salah satu rumus pendugaan bobot badan yang umum digunakan adalah rumus Winter.

Pendugaan bobot badan dengan rumus Winter

dihitung berdasarkan ukuran lingkar dada dan panjang badan ternak, sehingga pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Winter lebih mudah untuk dilakukan. Pendugaan bobot badan dengan rumus penduga tidak selalu tepat, sehingga pendugaan rumus tersebut perlu di evaluasi dengan mengetahui penyimpangannya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyimpangan pendugaan bobot badan yaitu bangsa sapi karena setiap bangsa memiliki struktur tubuh yang berbeda-beda. Berdasarkan paparan yang telah di uraikan penulis tertarik melakukan penelitian tentang penyimpangan pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Winter terhadap bobot badan tertimbang pada Sapi Pasundan

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal BAHAN, ALAT DAN METODE 1. Bahan dan Alat Penelitian Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah sapi Pasundan. Jumlah sapi yang diamati dalam penelitian ini sebanyak 29 ekor terdiri dari 14 ekor jantan dan 15 ekor betina dengan umur ± 2-3 tahun yang berlokasi di BPPT Cijeungjing kabupaten Ciamis. Peralatan yang digunakan yaitu pita ukur, timbangan ternak, tongkat ukur, alat tulis, laptop, dan kamera.

2. Metode Penelitian a.

Prosedur Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pengambilan sampel secara puposive. Pengambilan data dilakukan pada 29 ekor Sapi Pasundan. Pengukuran dilakukan dengan mengambil data mengenai panjang badan, lingkar dada dan bobot badan aktual sapi Pasundan yang di ulang sebanyak tiga kali pengukuran kemudian dicatat dalam format data, untuk selanjutnya diolah dan dianalisis..

b. 1.

Peubah yang diamati Lingkar Dada (LD) Diukur mengikuti lingkaran dada tepat dibelakang bahu melewati pundak, diukur dengan pita Rondo dalam satuan cm (Santosa 1995)

2.

Panjang Badan (PB) Diukur secara lurus dari siku (humerus) sampai dengan benjolan tulang tapis (tuber ischii) menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm (Santosa,1995).

3.

Bobot Badan (BB) Bobot badan aktual sapi yang ditimbang menggunakan timbangan digital dengan satuan kilogram (kg)

c.

Analisis Statistik Pendugaan bobot badan menggunakan rumus Winter adalah sebagai berikut:

1. Rumus Winter Bobot Badan (pounds)

=

Lingkar Dada2 (inchi)xPanjang Badan(inchi) 300

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal 2. Data hasil pengukuran selanjutnya akan dianalasis dengan menggunakan statistik deskriptif (Sudjana, 2005) meliputi : 

Menghitung rata-rata bobot badan berdasar rumus winter dan rata-rata bobot badan aktual

x̅ =

∑ xi 𝑛

Keterangan : x̅

= Rata-rata sample

∑x

= Jumlah total bobot badan sample

n

= Jumlah total sample

i

= 1,2,3,…..15



Simpangan Baku (𝑠) 2

̅) i −x s = √∑(xn−1

Keterangan : s = Simpangan Baku xi

= Nilai setiap individu sampel



= Rata-rata sampel

n

= Jumlah total sample



Koefisien Variasi 𝑠

KV = 𝑥̅ x 100% Keterangan : s = Simpangan baku x̅ 

= Rata-rata sampel Nilai maksimal

Merupakan nilai tertinggi dari suatu data hasil pengukuran. 

Nilai minimal

Merupakan nilai terendah dari suatu data hasil pengukuran 

Uji T/T-Test

Untuk mengetahui penyimpangan rata-rata bobot sapi Pasundan menggunakan rumus Winter dengan bobot badan aktual di uji dengan Uji-T berpasangan.

t=

X− 𝜇0 𝑆/√𝑛

keterangan :

t

= Nilai t hitung 𝜒

= rata-rata kelompok 1

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal µ0



= nilai rata-rata kelompok 2

S

= nilai standar deviasi

n

= banyaknya pasangan data

Simpangan (ε)

Untuk menghitung besarnya simpangan antara bobot badan dugaan terhadap bobot badan aktual (sebenarnya) 𝜀 = │𝑦𝑖 − 𝑦̂𝑖 │ Keterangan: 𝜀 = Simpangan antara bobot badan dugaan berdasarkan rumus winter terhadap bobot badan aktual. 𝑦𝑖 = Bobot badan aktual 𝑦̂𝑖 = Bobot badan dugaan berdasarkan rumus Winter 

Persentase simpangan

Untuk mengetahui besarnya persentase simpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus terhadap bobot badan aktual % simpangan = │

𝑦𝑖 −𝑦̂𝑖 𝑦𝑖

│ 𝑥 100%

Keterangan: % simpangan = Presentase simpangan bobot badan dugaan berdasarkan Rumus Winter terhadap bobot badan sebenarnya. 𝑦𝑖

= Bobot badan sebenarnya 𝑦̂𝑖

= Bobot badan berdasarkan rumus Winter

HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dianalisis adalah lingkar dada, panjang badan dan bobot badan yang dilakukan pada 14 ekor sapi Pasundan jantan dan 15 ekor sapi Pasundan betina. Sapi yang digunakan berumur ±2-3 tahun yang dibudidayakan di BPPT Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. 1. Ukuran Tubuh Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan bantuan pita ukur rondo pada 14 ekor sapi jantan dan 15 ekor sapi betina Pasundan. Hasil penelitian mengenai lingkar dada di BPPT Cijeungjing dapat dilihat pada Tabel 1.

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal

Tabel 1. Data Lingkar Dada Sapi Jantan dan Betina Pasundan di BPPT Cijeungjing No.

Nilai

Jantan

Betina

1

Rata-rata (cm)

160,56

126,46

2

Simpangan Baku (cm)

10,72

4,90

3

Koefisien Variasi (%)

6,68

3,87

4

Minimal (cm)

149,99

119,00

5

Maksimal (cm)

179,98

138,99

Pengukuran lingkar dada yang dilakukan dengan cara melingkarkan pita ukur rondo pada tubuh sapi Pasundan tepat di belakang kaki depan dan ternak dalam posisi normal, kaki depan dan belakang sejajar satu sama lain dan kepala ternak harus menghadap ke depan. Besar kecilnya lingkar dada sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya berat badan seekor ternak. Bertambahnya ukuran dada dapat menyebabkan bertambahnya bobot badan, daerah dada akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut akan tertimbun oleh otot, daging maupun lemak. Penimbunan otot ini akan mempengaruhi perubahan badan yang akan semakin membesar dan bertambah berat (Diwyanto, dkk., 1984). Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa lingkar dada pada sapi Pasundan jantan di BPPT Cijeungjing berkisar antara 149,99 - 179,98 Cm, dengan rata-rata lingkar dada sebesar 160,56 ± 10,72 Cm dan koefisien variasi sebesar 6,68%, sedangkan pada lingkar dada pada sapi Pasundan betina berkisar antara 119,00 - 138,99 Cm dengan rata-rata lingkar dada sebesar 126,46 ± 4,90 Cm dan koefisien variasi sebesar 3,87 Cm. Kedua ukuran lingkar dada tersebut menunjukkan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penetapan standar sapi Pasundan jantan dengan rata-rata lingkar dada 150,22 ± 11,76 Cm dan betina 138,22 ± 11,85 Cm (Kepmen pertanian, 2014). Sapi Pasundan jantan yang ada di BPPT Cijeungjing relatif lebih besar, sedangkan untuk sapi Pasundan betina relatif lebih kecil.

Hal ini diduga karena sapi Pasundan jantan yang ada di Cijeunjing

merupakan hasil seleksi di lapangan untuk dijadikan sapi bibit. karena di arahkan untuk pengembangan sapi lokal di Jawa barat. Sapi jantan dipilih berdasarkan performans yang di atas rata-rata. Pada Sapi Pasundan betina relatif lebih kecil dikarenakan umur Sapi Pasundan betina yang ada di BPPT Cijeungjing lebih muda, yaitu belum mencapai 2 tahun

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal dibandingkan dengan standar Sapi Pasundan yang diukur pada umur dewasa. Pengukuran panjang badan dilakukan dengan bantuan pita ukur rondo pada 14 ekor sapi jantan dan 15 ekor sapi betina Pasundan. Hasil pengukuran mengenai panjang badan sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Panjang Badan sapi Pasundan Jantan dan Betina di BPPT Cijeungjing No.

Nilai

Jantan

Betina

1

Rata-rata (cm)

122,27

105,55

2

Simpangan Baku (cm)

8,32

6,36

3

Koefisien Variasi (%)

6,81

6,03

4

Minimal (cm)

105,99

100,00

5

Maksimal (cm)

133,99

127,38

Panjang badan yang diukur merupakan jarak garis lurus dari tonjolan tulang bahu (Point of Shoulder) sampai pangkal bokong (Point of Buttocks) dengan menggunakan pita ukur rondo. Panjang badan merupakan ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Bertambahnya panjang badan diduga menyebabkan otot-otot yang menimbun tulang ke arah panjang semakin meluas yang akhirnya menambah bobot badan (Manggung, 1979).

Panjang badan yang besar menunjukan kapasitas organ pencernaan yang besar,

sehingga kemampuan mengkonsumsi pakan juga banyak dampaknya pertambahan bobot badan relatif lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa panjang badan sapi Pasundan jantan di BPPT Cijeungjing berkisar antara 105,99 - 139,98 Cm dengan rata-rata panjang badan sebesar 122,27 ± 8,32 Cm dan koefisien variasi sebesar 6,81%. Sedangkan, pada sapi betina berkisar antara 100 - 127,38 Cm dengan rata-rata panjang badan sebesar 105,55 ± 6,36 Cm dan koefisien variasi sebesar 6,03%. Kedua koefisien variasi tersebut menunjukan bahwa data lingkar dada dan panjang badan sapi Pasundan yang diamati relatif seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan penetapan standar Sapi Pasundan dengan rata-rata jantan 120,09 ± 9,68 Cm dan betina 110.09 ± 9,68 Cm (Menteri pertanian, 2014). Sapi Pasundan jantan yang ada di BPPT Cijeungjing relatif lebih panjang, sedangkan untuk sapi Pasundan betina relatif lebih pendek. Pada sapi Pasundan jantan baik untuk dijadikan sapi bibit karena merupakan sapi bibit untuk pengembangan sapi lokal di Jawa barat. Sapi bibit dipilih berdasarkan performans

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal yang di atas rata-rata. Pada Sapi Pasundan betina relatif lebih pendek dikarenakan oleh umur Sapi Pasundan yang lebih muda dibandingkan dengan standar Sapi Pasundan.

2. Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Bobot Badan Dugaan Berdasar Rumus Winter terhadap Bobot Badan Aktual pada Sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing Hasil penelitian mengenai bobot badan hasil penimbangan sebenarnya dan Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasar Rumus Winter yang dilakukan terhadap sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing dengan jumlah 14 ekor sapi jantan dan 15 ekor sapi betina dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Bobot Badan Dugaan Hasil Perhitungan Rumus Winter pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina di BPPT Cijeungjing Jantan Betina No. Nilai Aktual Winter Aktual Winter 1

Rata-rata (cm)

309,50

293,17

148,14

155,98

2

Simpangan Baku (cm)

57,37

54,02

14,45

15,59

3

Koefisien Variasi (%)

18,54

18,43

9,76

10,00

4

Minimal (cm)

243,00

230,39

130,63

133,24

5

Maksimal (cm)

429,00

378,51

180,53

189,56

Pertambahan bobot badan termasuk kedalam pertumbuhan dan menggambarkan kemampuan ternak untuk tumbuh. Bobot badan berguna untuk memudahkan tatalaksana pemeliharaan seperti pemberian kandungan nutrisi pakan, dosis obat-obatan, dan jumlah pakan yang akan diberikan pada ternak (Milner dan Hewitt, 1969).

Menurut pendapat

Tomaszewka, dkk., (1993), laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, genetik. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya sistem manajemen atau pengelolaan nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa bobot badan aktual pada sapi Pasundan jantan berkisar antara 243 - 429 Kg dengan rata-rata berat badan sebesar 309,50 ± 57,37 Kg dan koefisien variasi sebesar 18,54 %. Sedangkan, bobot badan aktual pada sapi Pasundan betina berkisar antara 130,63 Kg - 180,53 Kg dengan rata-rata berat badan sebesar 148,14 ± 14,45 Kg dan koefisien variasi sebesar 9,76 %. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa bobot badan dugaan berdasar rumus Winter pada sapi Pasundan jantan di BPPT Cijeungjing berkisar antara 230,39 - 378,51 Kg dengan

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal memiliki rata-rata berat badan sebesar 293,17 ± 54,02 Kg dan koefisien variasi sebesar 18,43 %. Sedangkan, bobot badan dugaan berdasar rumus Winter pada sapi Pasundan betina di BPPT Cijeungjing berkisar antara 133,24-189,56 Kg dengan rata-rata berat badan sebesar 155,98 ± 15,59 Kg dan koefisien variasi sebesar 10 %. Koefisien variasi yang telah di dapat menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan sapi jantan baik yang di duga berdasarkan rumus Winter maupun secara aktual relatif tidak seragam, sedangkan pada betina relatif lebih seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15 % menunjukan bahwa bobot badan dapi Pasundan yang diamati di BPPT Cijeunjing hampir seragam. Di bandingkan dengan sapi PO, sapi Pasundan ini memiliki rata-rata ukuran tubuh dan bobot badan yang relatif lebih kecil, menurut Pane (1993) bobot badan sapi PO betina dewasa adalah 350 Kg lebih kecil bila di bandingkan dengan sapi Bali betina dewasa sekitar 260 Kg dengan lingkar dada sekitar 165 Cm, dan panjang badan sekitar 120 Cm. Hasil ini menunjukkan bahwa sapi Pasundan memiliki bobot badan yang paling kecil di antara beberapa sapi lokal yang lain, sesuai pendapat Arifin dkk, (2014) sapi kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang relatif lebih kecil di banding dengan sapi potong lain dan saat ini lebih di kenal dengan sapi Pasundan.

3.

Perbandingan Pendugaan Bobot Badan Dugaan Berdasar Rumus pada Sapi Pasundan dan Bobot Badan Aktual di BPPT Cijeungjing Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa pada sapi Pasundan jantan bobot badan aktual

berbeda nyata (P<0,05) dari bobot badan berdasarkan Rumus Winter. Selanjutnya hasil analisis uji t menunjukkan bahwa pada sapi Pasundan betina bobot badan aktual tidak berbeda nyata (P>0,05) dari bobot badan berdasarkan Rumus Winter, seperti disajikan pada Table 4.

Tabel 4. Data Hasil Analisis Uji T Pengukuran Bobot Badan Aktual dengan Pendugaan dengan Rumus Winter Sapi Jantan

Sapi Betina

BB Winter

Bobot Badan

Bobot Badan

BB Winter

Rata-rata

309,5

293,17

155,98

148,14

t hitung

3.05

2.11

P(T<=t) two-tail

0,009274296

0,052796638

t Critical two-tail

2.16

2.14

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal 4.

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasar Rumus Winter terhadap Bobot Badan Aktual pada Sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing Perhitungan penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Winter terhadap

bobot badan aktual pada sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Rumus Winter Terhadap Bobot Badan Aktual pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina di BPPT Cijeungjing No.

Nilai

Jantan

Betina

1

Minimal (%)

0,13

1,51

2

Maksimal (%)

52,45

41,69

3

Rata-rata (Kg)

20,31

12,34

4

Penyimpangan (%)

7,69

7,60

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa bobot badan dugaan berdasarkan Rumus Winter Terhadap bobot badan aktual pada Sapi Pasundan jantan memiliki nilai simpangan minimal sebesar 0,13 %, nilai simpangan maksimal 52,45 Kg dengan rata-rata nilai simpangan 20,31 Kg dan persentase penyimpangan sebesar 7,69 %.

Sedangkan, bobot badan dugaan

berdasarkan rumus Winter terhadap bobot badan aktual pada sapi Pasundan betina memiliki nilai simpangan minimal sebesar 1,51 %, nilai simpangan maksimal 41,69 Kg dengan ratarata nilai simpangan 12,34 Kg dan persentase penyimpangan sebesar 7,60 %. Dari hasil penelitian yang didapatkan, maka rumus Winter dapat diterapkan pada sapi Pasundan jantan dan betina di BPPT Cijeungjing karena memiliki hasil penyimpangan kurang dari 10 %. Sesuai dengan yang dikatakan Williamson dan Payne (1978), bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan pada umumnya berkisar antara 5 % sampai 10 %. KESIMPULAN 1.

Hasil penelitian menunjukkan bobot badan dugaan berdasar rumus Winter dan aktual pada sapi jantan, masing-masing 293,17 ± 54,02kg Kg dan 309,50 ± 57,37 Kg, sedangkan pada sapi betina adalah 155,98 ± 15,59 Kg dan 148,14 ± 14,45 Kg.

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal

2.

Nilai penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Winter terhadap bobot badan aktual masing-masing sapi Pasundan jantan dan betina memiliki nilai penyimpangan rata-rata 20,31 Kg pada sapi pasundan jantan, 12,34 Kg pada sapi Pasundan betina dan persentase penyimpangan sebesar 7,69% pada sapi Pasundan jantan , 7,60% pada sapi Pasundan betina.

SARAN Hasil dari penelitian ini memiliki nilai penyimpangan kurang dari 10% sehingga dapat diterapkan pada BPPT Cijeungjing.

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pembimbing utama Dr, Ir H. Dedi Rahmat, Ms. dan pembimbing anggota, Dr. Nena Hilmia, S. Pt, MSi., yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk membimbing. DAFTAR PUSTAKA Arifin ,J, dan Dudung Mulliadi, 2014. Potensi Sapi Rancah di JawaBarat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung Diwyanto, K., H. Martojo, dan Siswandi. 1984. Pengamatan ukuran-ukuran tubuh Domba di Kabupaten Garut serta Hubungannya dengan bobot badan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Penelitian ruminansia kecil. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan Bogor. Handiwirawan, E. dan Subandriyo. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi bali. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm. 50-60. Indrijani. H., Dudi, J. Arifin, H. Hilmia, R. Zamhir, dan W. Setiadi. 2013. Identifikasi Sapi Lokal Jawa Barat Dalam Mendukung Program Swasembada Daging Sapi. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Manggung, R.I.R. 1979. Pendugaan Bobot Hidup dan Bobot Karkas Sapi Bali Berdasarkan Pengukuran Morfologi. Thesis. Fakultas pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Milner, J. and Hewitt, D. 1969. Weight of Horse: Improved Estimates Based on Girth and Length. Departmen of Epidemiology and Biometrics. Universitas Toronto. Ontario. Menper RI. 2014. Peraturan Mentri Pertanian RI Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang Penetapan Rumpun Sapi Pasundan.

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan..............................................................Muhammad Iqbal Nasoetion, A. H. 1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta. Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Swadaya. Jakarta

Sapi. Cetakan I. Penebar

Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya . 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surabaya Williamson, G. dan W.J.A. Payne, 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics, Second Edition, ELBS and Longman Group Limited, London