FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)
Nabila Dosen Pembimbing : Herry Laksito, SE, M.Adv, Acc, Akt.
ABSTRACT
This study aims to examine empirically the KAP size, size of client companies, the rate of growth of the client company, client company's financial condition, and audit tenure of the auditor switching. Auditor switching is a displacement behavior by a company auditor as a result of auditor rotation mandatory. Collecting data using a purposive sampling of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2005 until 2009. A total of 92 manufacturing firm are used as sample firms. Thus study used logistic regression to test the hypothesis because the independent variabele is a combination of metric and non metric. The results of this study indicate that the independent variables that effect the provision of auditor switching is KAP size and audit tenure. While other independent variables are the size of client companies, the growth of the client company and the client company's financial condition does not affect the auditor switching.
Keywords : Auditor Rotation, Auditor Switching, KAP size, size of client companies, the rate of growth of the client company, client company's financial condition, and audit tenure.
1
I.
PENDAHULUAN Laporan
keuangan
merupakan
salah
satu
media
terpenting
dalam
mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, kreditur, lembaga keuangan, investor, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya (Novianty, 2001). Mengingat banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut haruslah wajar, dapat dipercaya dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat dipenuhi. Guna menjamin kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, maka perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen. Di sini auditor dituntut untuk bersifat obyektif dan independen terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal, maka perusahaan klien diwajibkan untuk melakukan rotasi audit. Rotasi audit adalah peraturan perputaran auditor yang harus dilakukan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas dan menegakkan independensi auditor. Di Indonesia, rotasi audit diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3. Karena adanya kewajiban rotasi auditor tersebut, sehingga timbul perilaku perusahaan untuk melakukan Auditor switching. Auditor switching merupakan perpindahan auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien akibat adanya kewajiban 2
rotasi auditor. Perusahaan dalam melakukan auditor switching dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan perusahaan klien, dan audit tenure (masa perikatan audit). Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, melalui serangkaian ketentuan, profesi auditor dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbulkan konflik kepentingan potensial. Salah satu anjuran adalah memiliki rotasi wajib auditor (AICPA, 1978a; AICPA 1978b) karena dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi publik melalui peningkatan kewaspadaan untuk setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien (Mautz, 1974; Winters, 1976; Hoyle, 1978; Brody dan Moscove, 1998 dalam Nasser et al., 2006). Namun, ada yang menentang tentang gagasan kewajiban rotasi auditor yang dianjurkan oleh AICPA karena mereka percaya bahwa biaya lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Rotasi dan switching yang sering akan mengakibatkan peningkatan fee audit sebagai manfaat yang bisa diperoleh dari biaya yang lebih rendah berikutnya setelah tahun-tahun awal dari setiap audit tidak akan sepenuhnya direalisasikan. Kelemahan lain adalah bahwa pengetahuan yang diperoleh selama meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan sia-sia dengan pengangkatan seorang auditor baru (AICPA, 1992). Berdasarkan keterbatasan dan Perbedaan pendapat dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menarik untuk diteliti kembali. Mengingat terdapat pihak-pihak yang mendukung dan menentangnya, terkait adanya independensi auditor dalam masalah auditor switching. Adapun judul dalam penelitian tentang “FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING”.
3
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa adanya faktorfaktor yang dapat mempengaruhi auditor switching di Indonesia. Hal itu karena adanya beberapa faktor antara lain yaitu ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan klien, dan audit tenure. Auditor switching adalah peilaku perputaran auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien akibat adanya kewajiban rotasi audit. Kewajiban rotasi audit bertujuan untuk menegakkan independensi auditor. Sehingga dapat dikatan bahwa independensi auditor merupakan landasan yang utama dalam melakukan audit di perusahaan klien. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor ukuran Kantor Akuntan Publik mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching? 2. Apakah faktor ukuran perusahaan klien mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching? 3. Apakah faktor tingkat pertumbuhan perusahaan klien mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching? 4. Apakah faktor kondisi keuangan perusahaan klien mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching? 5. Apakah faktor masa perikatan audit (audit tenure) mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching?
4
II.
TELAAH PUSTAKA
Teori Stakehoder Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk masyarakat dalam sistem sosial. Kondisi tersebut menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara perusahaan dan para stakhoder. Hal ini berarti perusahaan harus melakukan peranannya secara dua arah yaitu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan itu sendiri maupun stakeholder. Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa stakeholder theory merupakan perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemilik perusahaan, pemegang saham, kreditur, debitur, investor, masyarakat, pemerintah, dan pihak lain). Menurut Irwan (2009) perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam pendekatan stakeholders: a)
Old-corporate relation. Pendekatan ini menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara fungsifunngsi tersebut. Selain itu hubungan antar pemimpin dengan karyawan dan pemasok berjalan satu arah, kaku, dan berorientasi jangka pendek. Pendekatan tipe inin akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri dengan para stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan.
b)
New-corporate realtion. Pendekatan ini menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya sehinga perusahaan bukan hanya 5
menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja secara individu dalam sistem sosial masyarakat Karena profesionalitas telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Pendekatan ini mengeleminasi penjenjangan status diantara para stakeholder perusahaan seperti yang ada pada pendekatan Oldcorporate relation.
Kerangka Pemikiran
Ukuran KAP
Ukuran Perusahaan Klien
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien
Auditor switching
Kondisi Keuangan Perusahaan Klien
Audit tenure
6
Hipotesis 1.
Pengaruh Ukuran KAP terhadap auditor switching Perusahaan
akan
mencari
KAP
yang
kredibiltasnya
tinggi
unutk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di pihak eksternal sebagai pemakai laporan keuangan (Halim, 1997: 79-80). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. KAP besar biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan independensi auditor daripada KAP kecil karena mereka biasanya menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu (Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990).
Selain itu,
perusahaan audit yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan memiliki reputasi yang tinggi pula di lingkungan bisnis sehingga perusahaan audit akan cenderung untuk mempertahankan indenpendensi dan menjaga image mereka (DeAngelo, 1981; Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990) serta KAP yang lebih besar juga dianggap lebih mandiri dari KAP yang kecil dalam menahan tekanan manejemen jika terjadi perselisihan karena biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu memberikan beberapa lebih mereka "sulit" klien (Chow dan Rice, 1982). Dari argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4, maka perusahaan cenderung akan mempertahankan KAP Big 4 daripada KAP non Big 4. Berarti bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 memliki kecendurungan untuk berpindah auditor lebih rendah daripada KAP non Big 4. Akan tetapi tidak selamanya perusahaan akan mempertahankan KAP Big 4 tersebut karena adanya kewajiban rotasi auditor. Ada empat kemungkinan auditor switching, yaitu beralih dari non-Big 4 untuk non-Big 4, dari non-Big 4 untuk Big 4, dari Big 4 ke non-Big 4 dan dari Big 4 sampai Big 4. Panjang masa perikatan audit untuk empat 7
type perpindahan secara signifikan berbeda. Berdasarkan argumen tersebut, maka H1 dapat dinyatakan sebagai berikut: H1: 2.
Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching Ukuran
perusahaan
klien
merupakan
suatu
skala
di
mana
dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang dihubungan dengan financial perusahaan. Di mana perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil (Mutchler, 1985). Dalam hal ini di proyeksikan pada total aset. Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara ukuran klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien dan jenis layanan yang dibutuhkan.
Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar
diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit (Hudaib dan Cooke, 2005), yaitu auditor switching. Berdasarkan argumen tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecendurungan auditor switching bagi klien besar lebih rendah dibandingkan dengan klien kecil. Sehingga H2 dapat diyatakan sebagai berikut: H2:
Ukuran perusahaan klien berpengaruh positif terhadap auditor switching.
3.
Pengaruh Pertumbuhan Klien Terhadap Auditor Switching Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
merupakan
ukuran
seberapa
baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan tingkat penjualan perusahaan. Karena penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan. 8
Ketika pertumbuhan perusahaan tinggi, maka auditor akan cenderung mempertahankan KAP daripada pertumbuhan perusahaan yang rendah. Hal ini dikarenakan ketika bisnis terus bertumbuh, permintaan untuk independensi yang lebih tinggi dan perusahaan audit yang berkualitas untuk mengurangi biaya keagenan serta memberikan layanan non-audit yang dibutuhkan untuk meningkatkan perluasan perusahaan. Altman (1968) dalam Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecendurungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang mengalami penurunan pada penjualan maka akan terjadi penurunan pula pada labanya. Apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan klien yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang negatif akan cenderung untuk berpindah auditor. Berdasarkan argumen diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecendurungan auditor switching bagi klien yang pertumbuhannya besar lebih rendah dibandingkan dengan klien yang pertumbuhannya kecil. Sehingga H3 dapat diyatakan sebagai berikut: H3:
Tingkat pertumbuhan perusahaan klien berpengaruh positif terhadap auditor switching.
4.
Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran atas kinerja dari
perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan klien mungkin memiliki implikasi penting terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit. Karena perusahaan klien yang bangkrut dan mengalami posisi keuangan yang tidak sehat mungkin lebih mencari auditor yang memilik independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan para pemegang saham dan kreditur serta mengurangi risiko litigasi daripada posisi keuangan yang sehat (Francis dan Wilson, 1988). KAP Schwartz dan Soo (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Ketidakpastian 9
dalam bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Sehingga kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985). Berdasarkan argumen tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang sehat memiliki kecendurungan untuk mempertahankan KAP daripada kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Sehingga H4 dapat diyatakan sebagai berikut: H4:
Kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh positif terhadap auditor switching.
5.
Pengaruh Audit Tenure Terhadap Auditor Switching Audit tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Lamanya audit tenure dengan klien, Shockley (1981), menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor. Karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Shockley (1981) ini juga menemukan bahwa lamanya hubungan auditor dengan klien secara signifikan tidak berpengaruh terhadap persepsi independensi auditor.
Sinason et al. (2001) menemukan panjang masa perikatan audit secara positif dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit. Dengan kata lain bahwa perusahaanperusahaan audit yang besar seperti Big 4 akan memiliki masa perikatan audit yang panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti non Big 4. Perbedaan panjang masa perikatan audit antara kedua jenis perusahaan audit tersebut dapat 10
mengganggu independensi auditor dalam jangka panjang. Berdasarkan argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa perikatan audit (audit tenure) maka semakin besar perusahaan untuk melakukan auditor switching. Sehingga H5 dapat dinyatakan sebagai berikut: H5:
Audit tenure berpengaruh positif terhadap auditor switching.
11
III.
METODE PENELITIAN
Definisi Variabel Operasinal A.
Variabel Dependen: Auditor Switching Auditor switching merupakan perpindahan auditor yang dilakukan oleh
perusahaan klien. Ketentuan mengenai auditor switching di Indonesia telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal
3
dan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
359/KMK.06/2003 pasal 2. Variabel auditor switching menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien mengganti auditornya, maka akan diberikan nilai 1. Tetapi jika perusahaan klien tidak mengganti auditornya, maka akan diberikan nilai 0.
B.
Variabel Independen: Ukuran KAP Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan perbedaan besar kecilnya KAP,
dimana ukuran KAP dibagi menjadi dua yaitu KAP besar (Big 4) dan KAP kecil (non Big 4). Variabel ukuran KAP ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien diaudit oleh KAP besar (big 4), maka akan diberikan nilai 1. Tetapi jika perusahaan kilen diaudit oleh KAP kecil (non Big 4), maka akan diberikan nilai 0.
C.
Variabel Independen: Ukuran Perusahaan Klien Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rasio ukuran perusahaan klien yaitu dengan menglogaritmakan natural atas total asset perusahaan. (Nasser et al., 2006).
12
D.
Variabel Independen: Pertumbuhan Perusahaan Klien Variabel pertumbuhan perusahaan klien dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rasio pertumbuhan perusahaan klien yaitu penjualan bersih sekarang dikurangi dengan penjualan bersih tahun, kemudia dibagi dengan total aset. Rasio pertumbuhan perusahaan klien dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan Bersiht Penjualan Bersiht1
Dimana: dS
= Rasio Pertumbuhan perusahaan klien.
TA
= Total asset.
Penjualan Bersih t
= Penjualan Bersih sekarang.
Penjualan bersih t-1
= Penjualan bersih tahun lalu.
E.
Variabel Independen : Kondisi Keuangan Perusahaan Klien Pada penelitian ini, kondisi keuangan perusahaan klien lebih memfokuskan
pada kondisi financial distress client. Dimana kondisi perusahaan klien yang sedang mengalami kesulitan keuangan dihitung dengan menggunakan logaritma natural yaitu dengan cara membagi arus kas dari aktivitas operasi dengan kewajiban jangka panjang. Natural logaritma merupakan prediktor yang baik untuk mengukur status kesulitan keuangan perusahaan dalam penelitian ini. Adapun pengukuran kondisi keuangan perusahaan klien dengan menggunakan logaritma natural sebagai berikut:
Z
Arus kas dari aktivitas operasi Kewajiban jangka panjang 13
Keterangan: Z F.
= Rasio atas kondisi keuangan perusahaan klien. Variabel Independen: Audit Tenure Audit tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2008 pasal 3 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2. Variabel audit tenure dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit sebelum auditor berpindah.
Populasi dan Sampel Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesaia (BEI) selama periode 2005-2009, dengan alasan perusahaan manufaktur cenderung tanggap dengan kondisi lingkungan serta periode tahun yang diteliti cenderung mencerminkan kondisi perekonomian yang relatif stabil. Metode pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain: a) Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI selama periode 2005-2009. b) Menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor independen. c) Kemudahan mengakses data penelitian selama periode 2005-2009.
14
IV.
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengn mennggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2005): A.
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Dari hasil regresi model regresi logistik penelitian ini, pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number =0) tanpa variabel dengan nilai 2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number =1) dengan tambahan lima variabel independen. Nilai -2LL awal tanpa variabel sebesar 543,999. Setelah dimasukkan lima variabel independen, maka diperoleh nilai –2 log likelihood sebesar 493,907. Dengan demikian terjadi penurunan –2 Log Likelihood yang cukup besar yaitu sebesar 50,092. Selisih -2 Log Likelihood pada awal dengan -2 Log Likelihood pada akhir sebesar 50,092 menunjukkan bahwa selisih penurunan -2 Log Likelihood yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan adanya tambahan model lima variabel independen menunjukkan sebagai model yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Signifikansi penurunan –2 Log Likelihood dapat dilihat pada uji omnibus test of model coefficient sebagai berikut:
15
Tabel 4.1 Omnibus test of model coefficient Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 50.092 50.092 50.092
df 5 5 5
Sig. .000 .000 .000
Pengujian kelima variabel independen dalam regresi logistik menunjukkan nilai chi-square sebesar 50,092 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari kelima variabel (ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, Pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan perusahaan klien dan audit tenure) dapat menjelaskan probabilitas dalam melakukan pergantian auditor pada taraf 5%. B.
Koefisien Determinasi (Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square) Tabel 4.2 Koefisien Determinasi Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 493.907a .103
Nagelkerke R Square .149
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber : Data sekunder yang diolah Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistic ditunjukkan oleh nilai Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai Cox & Snell R Square adalah sebesar 0, 103 yang berarti bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 10,3%, sedangkan sisanya 89,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0, 149 yang berarti bahwa variabilitas variabel 16
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 14,9%, sedangkan sisanya 85,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
C.
Menguji Kelayakan Model Regresi Tabel 4.3 Menguji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
Df
Sig.
1
13.278
8
.103
Sumber: Data sekunder diolah Kelayakan model regresi dinilai dengan menggnakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai Hosmer and Lemeshow’s sebesar 13,273 dengan siginfikan (p) pada 0,103, oleh karena itu nilai ini di atas 0,005 maka model dikatakan fit dan model dapat diterima.
D.
Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan korelasi antarvariabel independen. Jika tidak terjadi korelasi antarvariabel independen maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut baik. Untuk mengetahui adanya multikolonieritas, dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Niali cut-off yang biasa dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
17
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas Coefficients(a)
Mode l
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Collinearity Coefficients Statistics
B
Std. Error
(Constant)
-.302
.374
Ln.TA
.015
Z
Beta
tolerance
VIF
.014
.053
.914
1.095
-.002
.007
-.015
.960
1.042
dS
-.007
.008
-.040
.986
1.014
KAP
-.094
.046
-.101
.829
1.206
TENURE
.089
.013
.315
.909
1.100
Sumber: Data Sekunder diolah Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance KAP sebesar 0,829, Ln.TA sebesar 0.914, dS sebesar 0,986, Z sebesar 0,960, TENURE sebesar 0,909. Kelima variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 yang berarti bahwa tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Hasil yang sama dilihat dari nilai VIF kelima variabel independen yang menunjukkan angka di bawah 10 (KAP 1,206, Ln.TA 1,095, dS 1,014, Z 1,042, TENURE 1,100). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolonieritas antarvariabel.
18
E.
Matriks Klasifikasi Tabel 4.5 Matriks Klasifikasi a Classification Table
Predicted
Observed Step 1 SWITCH
SWITCH Tidak Berpindah Berpindah KAP KAP Tidak Berpindah KAP 318 14 Berpindah KAP 104 24
Overall Percentage
Percentage Correct 95.8 18.8 74.3
a. The cut value is .500
Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan perpindahan KAP adalah sebesar 18,8%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 24 perusahaan (18,8%) yang diprediksi akan melakukan perpindahan KAP dari total 128 perusahaan yang melakukan perpindahan KAP. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan perpindahan KAP adalah sebesar 95,8%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 318 perusahaan (95,8%) yang diprediksi tidak melakukan perpindahan dari total 332 perusahan yang tidak melakukan perpindahan KAP. Jika pengujian dilakukan secara rinci dengan memisahkan perpindahan auditor kedalam 4 jenis perpindahan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
19
Tabel 4.6 Pengujian terhadap masing-masing jenis perpindahan µ1
µ2
µ3
µ4
Koef
B
sig
B
Sig
B
sig
B
sig
Ln.TA
-0.051
0.676
0.140
0.604
-0.263
0.102
0.097
0.364
Z
0.018
0.816
0.327
0.032
-0.019
0.793
-0.071
0.228
dS
0.004
0.982
-1.063
0.012
-0.604
0.128
-0.046
0.764
TENURE
0.051
0.656
1.140
0.002
0.271
0.090
0.763
0.000
KAP
-20.156
0.993
-3.468
0.025
1.774
0.012
3.119
0.000
Constant
0.186
0.954
-11.546
0.130
2.010
0.643
-9.659
0.002
R2
39,0%
40.0%
10,9%
34,6%
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada model perpindahan dari KAP Non big 4 ke KAP Big 4 memiliki nilai R2 yang paling besar yaitu sebesar 40,0% diikuti dengan perpindahan KAP Non Big 4 ke KAP Non Big 4 sebesar 39,0%, sedangkan nilai R2 dari model perpindahan dari KAP Big 4 ke KAP Non Big 4 menunjukkan yang paling rendah yaitu sebesar 10,9%. Berdasarkan hasil tersebut mendukung kesimpulan bahwa perusahaan go public yang sebelumnya diaudit oleh KAP Non Big 4 akan cenderung berpindah ke KAP Non Big 4 atau perusahaan yang sebelumnya diaudit oleh KAP Big 4 akan memiliki probabilitas yang lebih rendah untuk berpindah KAP.
20
F.
Model Regresi Logistik Model regresi logistik disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Logistik Variables in the Equation Step a 1
Ln.TA Z dS KAP TENURE Constant
B -.041 -.023 -.162 -.474 .489 -.918
S.E. .074 .038 .155 .240 .077 2.004
Wald .300 .365 1.092 3.911 40.380 .210
df 1 1 1 1 1 1
Sig. .584 .546 .296 .048 .000 .647
Exp(B) .960 .978 .850 .622 1.631 .399
a. Variable(s) entered on step 1: Ln.TA, Z, dS, KAP, TENURE.
Sumber: Data Sekunder diolah Hasil pengujian terhdap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini: SWITCH
= -0,918 – 0,474 KAP – 0,041 Ln.TA – 0,162 dS – 0,023 Z + 0,489 TENURE
Keterangan: KAP
: Ukuran KAP
Ln.TA
: Ukuran perusahaan klien
dS
: Tingkat pertumbuhan perusahaan klien
Z
: Kondisi keuangan perusahaan klien
TENURE
: Audit tenure
Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar -0,918 yang berarti bahwa jika tidak dipengaruhi oleh 5 variabel independen dalam model penelitian ini, maka perusahaan akan cenderung tidak melakukan penggantian auditor (kearah SWTCH = 0). 21
2. Koefisien variabel KAP diperoleh sebesar -0,474. Arah koefisien negatif berarti bahwa jika sebelumnya perusahaan diaudit oleh KAP Non Big 4, maka probabilitas perusahaan melakukan penggantian auditor akan semakin besar. 3. Koefisien variabel TENURE diperoleh sebesar 0,489. Arah koefisien positif berarti bahwa pada masa perikatan yang lebih lama, maka probabilitas perusahaan melakukan penggantian auditor akan semakin besar.
Pembahasan A.
Pengaruh Ukuran KAP (KAP) terhadap Auditor Switchin (SWITCH) Hasil pengujian variabel KAP dengan menggunakan variabel dummy
menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,474 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,048, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-1 diterima. Penelitian ini menunjukan adanya pengaruh ukuran KAP terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mardiyah (2002) dan Damayanti Putri Wijayanti (2010).
B.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien (Ln.TA) terhadap Auditor Switching (SWITCH) Hasil pengujian variabel Ln.TA dengan menggunakan rasio logaritma total
aset menunjukkan bahwa koefisien regresi negatif sebesar 0,041 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,584, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-2 ditolak. Berarti penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang oleh dilakukan Mardiyah (2002) dan Nasser et al. (2006).
22
C.
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien (dS) terhadap Auditor Switching (SWITCH) Hasil pengujian variabel dS dengan menggunakan rasio pertumbuhan
perusahaan klien menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,162 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,296, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-3 ditolak. Dalam penelitian ini berarti tidak adanya pengaruh tingkat pertumbuhan klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Martina Putri Wijayanti (2010).
D.
Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Klien (Z) terhadap
Auditor
Switching (SWITCH) Hasil pengujian variabel Z dengan menggunakan rasio kondisi keuangan perusahaan klien menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,023 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,546, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-4 ditolak. Penelitian ini tidak membuktikan adanya pengaruh kondisi keuangan perusahaan klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007) dan Martina Putri Wijayanti (2010).
E.
Pengaruh Audit Tenure (TENURE) terhadap Auditor Switching (SWITCH) Hasil pengujian variabel TENURE dengan menghitung masa perikatan audit
selama periode penelitian sampai perusahaan berpindah auditor menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,489 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-5 diterima. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh audit tenure terhadap auditor switching. 23
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan di atas, maka variabel dependen dan independen dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Independen KAP Ln.TA dS Z TENURE
Variabel Dependen Auditor Switching (-)√ (-)X (-)X (-)X (+)√
Keterangan: √
=
Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima.
X
=
Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
24
V.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan regresi logistic, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap auditor switching. Hal ini berarti bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas penggantian auditor. Tetapi perusahaan klien belum tentu mempertahankan KAP Big 4. Karena adanya rotasi audit.
2.
Ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap auditor switching. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
3.
Tingkat pertumbuhan perusahaan klien berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap auditor switching. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya pertumbuhan perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
4.
Kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap auditor switching. Hal ini berarti bahwa baik buruknya kondisi keuangan perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
5.
Audit tenure berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor switching. Hal ini berarti bahwa semakin lama masa perikatan audit
maka semakin besar
probabilitas untuk melakukan perpindahan audit.
Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya adalah: 1.
Periode penelitian hanya lima tahun yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
2.
Jumlah sampel perusahaan yang menjadi obyek penelitian hanya satu jenis industri saja (manufaktur), sehingga tidak dapat menggeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). 25
3.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen yaitu ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan perusahaan klien, dan audit tenure. Misalnya sejumlah variabel penting seperti corporate governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai auditor switching, tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
4.
Dampak
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Pembatasan Praktik Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik” tidak tercakup dalam penelitian ini.
Saran Berdasarkan keterbatasan-keterbatsan tersebut di atas, maka untuk penelitian yang akan datang disarankan: 1.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan rentang waktu penelitian yang lebih panjang agar memperoleh hasil yang lebih relevan.
2.
Penelitian selanjutnya hendaknya menambah sampel perusahaan dari semua jenis kategori industri yang ada di Bursa efek Indonesia (BEI) sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid.
3.
Penambahan variabel baru sebagai variabel independen maupun variabel dependen sangat penting untuk melengkapi hasil penelitian terdahulu untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang auditor switching.
4.
Penelitian
selanjutnya
hendaknya
mempertimbangkan
dampak
adanya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Pembatasan Praktik Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik”.
26
VI. REFERENSI Adibowo, S, 2009, “Pengaruh Audit Firm Tenure Size dan Industry Spesialization Terhadap Earning Quality”, Skripsi ini tidak dipublikasikan, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Diponegoro, Semarang. Chow, C.W, dan S.J. Rice, 1982, “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”, The Accounting Review, Vol. LVII, No.2, pp. 326-335 Nasser, A.T, dan E.A. wahid, 2006, “Auditor-Client Relationship: The Case Of Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia”, Managerial Accounting Journal, Vol.21, No.7. Kawijaya, Nelly, 2002. “ Faktor-Faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-Perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.4, No.2. Febrianto, R, 2009, “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”, http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian–auditor-dan-kantorakuntan.html, diakses tanggal 25 Desember 2010. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Wijayanti, M.P, 2010, “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia”, (Skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang. Hudaib, M, dan T.E Cooke, 2005, “The Impact of Managing Director Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”, Journal of Business Finance & Accounting, Vol.32, No.9-10, Pp.1703-39. Aryanti, A.D, 2003, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Public (Survey Beberapa KAP di Surabaya dan Malang)”, (Skripsi), Universitas Brawijaya, Malang. Mardiyah, A.A, 2002, “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor Terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontijensi RPA (Recursive Model Algorithm)”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.3, No.2, pp.133-154. 27
Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Schwartz, K.B, dan K. Menon, 1985, “Auditor switches by failing firm”. The accounting review, Vol. LX, No. 2, pp 248-261. Sinason, D.H., J.P. jones, dan S.W. Shelton, 2001, “An Investigation of Auditor and Client Tenure” Mid-American Journal of Business, Vol.16, No.2, pp.3140. Lavin, D. 1976, “Perception of The Independence of The Auditor”, The Accounting Review, Januari. P. 41-50. Mulyadi, 2002, Auditing, Buku 1, Salemba Empat, Yogyakarta. DeAngelo, L, 1981, “Auditor Independence, Low Balling and Disclosure Regulation, Journal Of Accounting And Economics 20 (December), Pp. 297322. Chi, W, dan H. Huang, n.d. Discretionary Accruals, audit-Firm Tenure and Auditor Tenure: An Empirical Test in Taiwan. Departement of Accounting National Taiwan University. Bursa Efek Indonesia, n.d. Indonesian Capital Market Directory 2003-2009, Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Shockley, R., 1981, “Perceptions of Auditors Independence: An Empirical Analysis”, The Accounting Review, Vol. LVI, No.4 Oct. 1981, 785-800.
Tate, S.L. 2006, “Auditor Change and Auditor Choice in Non-Profit Organizations”, Department of Accounting and Finance University of New Hampshire. Pany, K dan M.J. Reckers, 1980, “The Effect of Gifts, Discounts, and Client Size on Perceived Auditor Independence”, The Accounting Review, Januari, p.50-61. 28
Novianty Retty, 2001. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol 5(1). Myers, J. N., L. A. Myers, and T. C. Omer, 2003. “Exploring the term of the auditor –client relationship and the quality of earnings: A case for mandatory auditor rotation”, The Accounting Review 78(3): 779-800.
Palmrose, Z, 1991. “Trials of legal disputes involving independent auditors: Some empirical evidence”, Journal of Accounting Research 29 (Supplement): 149-185. Arens, Alvin A and Loebbecke, James, 1995, Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu, Edisi ke empat, Jakarta: Erlangga. Schwartz, K.B. dan B.S. Soo, 1995. “An Analysis of Firm 8–K Disclousure of Auditor Changes by Firms Approaching Bankruptcy”, Auditing: A Journal of Practice Theory, Vol. 14. No. 1, Spring 1995, 125-135.
29