FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf

pada organ yang sama akan menghasilkan efek yang menghambat untuk tujuan keseimbangan, kecuali pada organ tertentu. Syaraf simpatis bersifat katabolik...

231 downloads 1310 Views 3MB Size
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM Rina Wijayanti, M. Sc., Apt Disampaikan dalam Kuliah Modul Farmakologi

Prodi Farmasi FK UNISSULA

SASARAN BELAJAR Mampu menjelaskan : 

hubungan antara neurotransmiter dan kerja obat otonom,



gangguan fungsi organ tubuh yang dipengaruhi oleh obat cholinomimetik



gangguan fungsi organ tubuh yang dipengaruhi oleh obat anti kolinergik

Sistem syaraf

Sistem syaraf pusat [ssp]

otak

medula spinalis

Sistem syaraf tepi [sst]

sistem syaraf somatik [sss]

sistem syaraf otonom [sso]

para Simpatis

simpatis

SISTEM SYARAF OTONOM (AUTONOMIC NERVOUS SYSTEM/ ANS)

Fungsi SSO : 1. Mengatur dan mengendalikan organ-organ otonom seperti : Cor, TGI, Mata, Paru,Vesica urinaria, Bronkus, kelenjar & pembuluh darah 2. Sistem Homeostatis

SSO mempunyai dua neuron : 1. Afferen (sensorik) 2. Efferen (motorik)

Syaraf simpatis & syaraf para simpatis bila bekerja pada organ yang sama akan menghasilkan efek yang menghambat untuk tujuan keseimbangan, kecuali pada organ tertentu

Syaraf simpatis bersifat katabolik  fight or flight menghabiskan energi Syaraf para simpatis bersifat anabolik  rest and digest menyimpan energi

Kerja obat pada kedua sistem syaraf ini menyebabkan perangsangan/penghambatan

Istilah obat perangsang simpatis adalah : Adrenergik/ Simpatomimetik/ Agonis adrenergik Istilah obat penghambat simpatis adalah : Simpatolitik/ Anti adrenergik Istilah obat perangsang parasimpatis adalah : Kolinergik/ Parasimpatomimetik/ Agonis kolinergik Istilah obat penghambat parasimpatik adalah Parasimpatolitik/ Antikolinergik

Perangsangan simpatis   tekanan darah   nadi  relaksasi Bronkus  dilatasi Pupil  relaksasi vesica urinaria  relaksasi peristaltik   gula darah  relaksasi uterus   salivasi

Perangsangan parasimpatis   tekanan darah  nadi  kontraksi Bronkus  kontraksi Pupil  kontraksi vesica urinaria  kontraksi peristaltik

HUBUNGAN (SIGNALING) KIMIAWI ANTAR SEL : Neurotransmiter (NT) adalah zat yang digunakan dalam hubungan kimiawi antar sel Tipe lain signaling kimiawi antar sel adalah : Pelepasan mediator lokal (Histamin & Prostaglandin), dan sekresi hormon oleh sel atau kelenjar

1. MEDIATOR LOKAL : Kebanyakan sel tubuh mengeluarkan zat kimia yang dapat bekerja lokal dalam lingkugan mereka. Zat kimia tersebut cepat dirusak sehingga tidak sampai masuk ke sirkulasi sistemik atau tidak terdistribusi ke seluruh tubuh

2. HORMON : Suatu zat yang dikeluarkan/di sekresi oleh sel Kelenjar, lalu masuk ke sirkulasi darah  terdistribusi ke seluruh tubuh  mencapai sel sasaran  efek

3. NEUROTRANSMITTER [NT] : Neuron adalah Unit anatomi yang secara struktural tidak saling tersambung. Komunikasi antar sel syaraf atau antar sel syaraf dengan organ efektor, terjadi melalui zat kimia yang disebut NT Semua NT dan Hormon bersifat Hidrofilik sehingga sangat sukar menembus membran sel, hanya mampu mengikat reseptor di permukaan membran sel di ujung syaraf berikutnya

NT SYARAF SIMPATIK : NOREPINEPHIREN ATAU NORADRENALINE

Biosintesis norepinefrin

BIOSINTESIS NE 

1. Tyrosine

Asam amino Tyrsine memasuk sel syaraf secara transport aktif. Tyrosine mengalami hidroksilasi dengan bantuan Tyrosine hydroxylase menjadi L-DOPA di sitosol sel syaraf 

2. DOPA

DOPA mengalami dekarboksilasi menjadi DOPAMINE dengan bantuan L-amino acid decarboxylase 

3. DOPAMINE

Dopamine dioksidasi oleh dopamine-β-hydroxylase (hanya terdapat di vesikel) menjadi Norepinephrine dengan kofaktor askorbat 

4. Norepinephrine

Reseptor Norepinephrine : reseptor adrenergik / adrenoreseptor 

1. Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 :

1) alfa-1 adrenergik 

menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah, saluran gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil dibanding beta-2)

2) alfa-2 adrenergik 

inhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal



2. Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 3:

1.) beta 1 : terdapat di jantung 

menaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per unit waktu), menaikkan kontraksi jantung

2.) beta 2: terdapat di pembuluh darah, otot polos skeletal, otot polos bronkus 

relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus, dilatasi arteri, glukoneogenesis

3.) beta 3: terdapat di jaringan adiposa 

menyebabkan lipolisis

Obat2 yg bekerja pada sistem syaraf simpatik  1.

Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)

 2.

Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)

1. Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik) 

1. Agonis adrenergik langsung

Obat yg termasuk tipe ini langsung berikatan pada reseptor adrenergik, sehingga mengaktivasi reseptor tersebut obat2 yg bertindak sebagai agonis adrenergik langsung memiliki afinitas terhadap reseptor2 tertentu. misalnya: 1. Norepinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1 2. Epinefrin β1, β2

: memiliki afinitas terhadap reseptor α,

3. Isoproterenol: memiliki afinitas terhadap reseptor β1, β2

EFEK TERHADAP TUBUH 

1. Stimulasi jantung

reseptor apa yg ada di jantung? Β1 

2. Efek thd otot polos

Tdp 2 reseptor: α dan β 

stimulasi thd reseptor α akan menyebabkan vasokonstriksi,



stimulasi thdp reseptor β akan menyebabkan vasodilatasi



3.Bronkodilatasi

Reseptor apa yg ada di bronkus? β2 

4. Efek metabolisme

Pemacuan reseptor β akan menginduksi proses glukoneogenesis (glikogen jadi glukosa)

Obat Lain 

1. Fenileprin, metaraminol, dan methoxamine

ketiga obat di atas efeknya terhadap reseptor α menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik Karena efeknya sebagai vasokonstriktor maka ketiga obat tersebut digunakan untuk mengembalikan tekanan darah selama anestesi spinal maupun keadaan hipotensif lainnya. fenileprin juga secara luas dipakai sebagai nasal dekongestan namun jangan diberikan kepada penderita glaukoma karena dikhawatirkan terjadi peningkatan tekanan intraokular



2. Dobutamin



efek terhadap reseptor β1. Fungsinya untuk meningkatkan denyut jantung



3. Terbutaline and Albuterol



Untuk obat penyakit asma karena merupakan agonis selektif untuk reseptor β2.

2. Agonis Adrenergik tidak langsung 

1. menghambat re-uptake : jika NE banyak atau tidak digunakan maka akan mengalami reuptake masuk kembali ke sel syaraf semula dan disimpan dalam granul



2. menghambat MAO (mono amin oksidase): karena MAO-lah yg menginaktivasi neuro transmitter.



3. Menyebabkan pelepasan NE

Obat Agonis Adrenergik tidak Langsung 1. Efedrin 

Dapat menembus sawar darah otak dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Cara kerjanya adalah melepaskan norepinefrin. namun ada juga efek lainnya yaitu sebagai bronkodilator.

2. Amphetamine dan turunannya 

Efeknya sama kaya efedrin yaitu bisa menembus sawar darah otak namun efeknya jauh lebih kuat! para atlit yg minum ini akan merasa beternaga dan tidak merasa capek. Sekarang sudah tidak direkomendasikan sebagai obat lagi karena disalahgunakan.

2. Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik) Obat yang mengeblok sistem saraf simpatik dengan mekanisme: 

menurunkan rangsang simpatetik dari otak



mengeblok reseptor adrenergik



menurunkan pengeluaran NE

1. α Blocker obat atau senyawa yang mengeblok reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi: 

1.) Pengeblok α



mengeblok reseptor α secara tidak spesifik (α 1 dan α 2 sama2 diblok). Contoh obat: fentolamin, tolazolin



fungsinya? untuk vasodilator



2.) Pengeblok α-1



Spesifik hanya untuk α-1. Contoh obat: prazosin, trimazolin, terazolin



fungsinya? sebagai obat antihipertensi (α-1 menyebabkan vasokonstriksi)



3.) Pengeblok α-2



Spesifiknya hanya untuk α-2 Contoh obat: yohimbin



efek samping: aprodisiaka

2. β Blocker obat atau senyawa yg mengeblok resptor beta adrenergik, dibagi menjadi: 1.) Pengeblok β 

mengeblok reseptor β secara tidak spesifik. karenanya jarang digunakan. Contoh obat: propanolol, karteolol, pindolol, timolol. Fungsi : menurunkan denyut jantung, kardiak output, tekanan darah



2.) Pengeblok β-1



Spesifik hanya untuk β-1. Contoh obat: asebutolol, atenolol, betaxolol. Fungsinya : menurunkan frekuensi denyut jantung dan untuk pengobatan hipertensi



3.) Pengeblok β-2



Spesifik hanya untuk β-2. Contoh: butaxamine, menyebabkan bronkokonstriksi

3. Central Blocker 

Mekanismenya dengan menurunkan aktivitas sel syaraf simpatik. dengan menghambat rangsan simpatetik dari otak dmaupun menghambat pengeluaran NE dari ujung syaraf simpatik

NT PADA SISTEM SYARAF PARASIMPATIK 

Asetilkolin (Ach)



Ach disimpan di dalam vesikel. Saat terdapat rangsang berupa potensial aksi, akan terdapat kenaikan kadar Ca2+ yg akan mengaktifkan protein kinase yg memfosforilasi sinapsin. Akibatnya, vesikel yg dekat dengan membran akan berdifusi dengan membran presinaptik dan melepaskan Ach. Ach akan berdifusi ke reseptornya.



Reseptor Ach pada syaraf parasimpatik adalah reseptor asetilkolin muskarinik.



kemudian asetilkolin juga dapat diinaktivasi oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan kolin. kolin akan masuk kembali ke dalam sel syaraf untuk menjadi bahan baku pembuatan Ach berikutnya.

Obat pada sistem syaraf parasimpatik  1.Agonis

kolinergik (Kolinomimetik)

 2.

Antagonis kolinergik (kolinolitik)

1.Agonis kolinergik (Kolinomimetik), merupakan obat atau senyawa yg memperkuat atau meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik, dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan target aksinya: 

1.) Agonis kolinergik langsung, dibagi menjadi 3:

1. Golongan ester 

memiliki bentuk yg hampir mirip dengan struktur asetil kolin. namun obat golongan ini lebih tahan terhadap enzim pendegradasi Asetilkolin esterase. karenanya efek obatnya dapat bertahan lama. Contoh : Carbachol, Methacholine, dan Betanechol (selektif untuk reseptor muskarinik)

2. Golongan alkaloid 

berasal dari tanaman. sehingga tidak dapat dimetabolisme oleh enzim asetil-kolinesterase, contoh: arekolin, muskarin dan pilokarpin

3. Golongan nikotin 

untuk terapi membantu pasien menghentikan kebiasaan merokok

2. Kolinesterase inhibitor, obat atau senyawa yg menghambat kerja enzim asetilkolinesterase (yg mendegradasi asetilkolin). dibagi menjadi 2 golongan, namun cara kerja keduanya sama yaitu sebagai substrat palsu sehingga Asetilkolin menggandeng obat tersebut, bukan asetil-kolinesterase



1. Inhibitor reversible



menghambat interaksi asetilkolin dengan enzim asetil-kolinesterase. namun setelah waktu tertentu kompleks tersebut bisa lepas



Sehingga kadar asetilkolin akan meningkat dan biasanya digunakan untuk penyakit yang kadar asetilkolinnya turun (alzheimer, myasthenia gravis, demensia). obatnya:



1.) Edroponium : digunakan untuk diagnosis apakah pasien menderita myasthenia gravis (penyakit autoimun dimana ototnya lemah).



2.) Neostigmin dan piridostigmin: untuk terapi secara per oral.



2. Inhibitor IRreversible (BUKAN OBAT!!!)



memfosforilasi enzimnya sehingga enzim terinaktivasi. namun sayangnya mereka kurang selektif dibanding golongan di atas sehingga bisa menghambat berbagai enzim yg ada serine-nya.



jika asetil-kolinesterase dihambat kuat, maka kadar asetilkolin akan meningkat karena tidak ada yg menginaktivasi. akibatnya? seolah2 otot terasa kuat dan juga keringat berlebihan.



biasanya golongan senyawa ini digunakan pada insektisida.



yang lebih bahaya adalah senyawa organofosfat bisa menembus semua membran: kulit bahkan barier darah otak!

2. Antagonis kolinergik (kolinolitik) obat atau senyawa yang mengantagonis atau mengurangi efek asetilkolin atau aktivitas syaraf kolinergik. dibagi menjadi: 

1. Antagonis muskarinik



dimana obat bersifat kompetitif terhadap asetilkolin pada reseptor asetil kolin muskarinik. Contoh:



1.) atropin



2.) skopolamin (mencegah motion sickness) = pusat mual diatur oleh Ach myskarinik dimana termasuk mual ringan dan dapat digunakan antihistamin seperti dimenhidrinat.



3.) ipatropium (bronkodilator) = mencegah kontraksi otot bronkus dengan inhibisi sistem syaraf parasimpatik. dikombinasi dengan salbutamol untuk memacu sistem syaraf simpatik



2. Ganglionik blocker



mengeblok aksi asetilkolin pada reseptor nikotinik pada semua ganglion otonom.



3. Neuromuscular blocker



mengeblok interaksi asetil kolin pada reseptor asetilkolin nikotinik di sel otot (spesifik) sehingga menghasilkan relaksasi otot contoh:

1. tubokurare: racun yg biasanya ada di ujung anak panah orang indian (kurare) sehingga musuh yg terkena akan lumpuh 2. dantrolen : mengobati malignant hipertemia