MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH TIM
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR ISI Daftar Isi .................................................................................................................. 2 Pendahuluan............................................................................................................ 3 Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat ................................................................... 7 Kegiatan Belajar 2 : Menyimpanan Obat ................................................................ 37 Tes Akhir Modul ....................................................................................................... 42 Daftar Pustaka ........................................................................................................ 45
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memberikan obat dengan benar dan tepat akan memberikan khasiat dan khasiat obat akan lebih baik dan lebih optimal untuk diabsorpsi tubuh sehingga akan memberikan terapi penyembuhan yang efektif. Untuk itu, diperlukan tindakan yang tepat misalnya penghitungan dosis yang tepat dan cara pemberian obat yang benar, karena salah dalam memberikan dosis obat akan bisa berdampak yang buruk terhadap kesehatan tubuh pasien. Dosis merupakan faktor penting dalam pemberian obat. Bidan juga berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan dokter kepada pasien dalam pemberian obat – obatan yang aman. Untuk itu, bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Agar dapat memberikan obat dengan aman, hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar terutama tentang dosis baik itu untuk orang dewasa dan anak. Selain itu beberapa rute pemberian obat memiliki kharakteristik tersendiri, misalnya rute obat SC untuk Insulin memiliki perhitungan tersendiri. Oleh karena itu harus benar-benar memahami bagaimana penghitungan dosis obat dengan benar. Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat
Kegiatan Belajar 2 : Penyimpanan Obat Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara
mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang konsep dasar famakologi, farmakodinamik, farmakokinetik, penghitungan dosis dan peran kolaboratif dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 3
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Agar Anda dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik maka sebaiknya ikuti petunjuk-petunjuk dibawah ini. 1. Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa. 2. Kerjakan soal-soal latihan dan cocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang ada pada modul ini. 3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama pada bagian yang kurang pahami, kemudian praktekkan setiap tindakan sesuai dengan petunjuk. B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mempraktikkan pengelolaan macam – macam obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan kewenangan meliputi : 1. Cara Menyiapkan Obat meliputi Sediaan, Dosis dan Peresepan 2. Cara Penyimpanan Obat C. Standar Kompetensi Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1) Menyiapkan obat sesuai bentuk sediaan, perhitungan dosis dan peresepan yang benar 2) Melakukan penyimpanan obat dengan baik dan benar D. Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Terapi Farmakologi Pada Maternal Dysmorphogen : Substansi yang menyebabakan kelainan bawaan ringan, seperti cheiloschisis (sumbing), palatoschisis, lipatan kulit dan lainnya. Oxcytocic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang menyerupai efek oksitosin, yaitu meningkatkan kontraksi uterus. Puerperium : periode waktu setelah melahirkan, secara tradisional periode enam minggu setelah persalinan sampai pemeriksaan pascanatal. Sympathomimetic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang memiliki efek menyerupai adrenalin, karenanya juga disebut adregenic. Efeknya adalah relaksasi hebat otot polos seperti bronkioli dan uterus, namun berefek minimal pada jantung.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 4
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Teratogen : suatu substansi yang mengakibatkan malformasi berat pada janin yang berkembang, seperti anensefali, fokomelia (disebabkan talidomid) dan malformasi struktural besar janin. Tocolytic : suatu substansi yang menyebabkan relaksasi otot uterus atau menghentikan kontraksi seperti agen beta 2-simptomimetik dan etilalkohol, selain agen anastetik umum lainnya dan vasodilator kerja cepat untuk krisis hipertensif. E. Obat Yang Lazim Digunakan Dalam Pelayanan Kebidanan Sejak kasus Talidomid yang terjadi sekitar 20 – 30 tahun yang lalu, orang semakin sadar dan waspada terhadap pengaruh obat yang diminum selama masa kehamilan. Biasanya obat yang diminum ibu hamil, dapat dipindahkan dari darah arteri maternal di ruang intervilus kedalam vena umbilikalis janin. Untuk itu obat harus menembus “sawar” plasenta (lapisan siotrofoblas, sitotrofoblas, atau langerhans dan sedikit sel – sel mesoderm). Indeks Keamanan Kehamilan Panduan digunakan untuk meresepkan obat secara aman kehamilan berdasarkan kategori US FDA. Kategori tersebut berdasarkan risiko terhadap sistem reproduksi, kemungkinan timbulnya efek samping dan perbandingan besarnya faktor risiko dengan manfaat yang diperoleh. Berikut kategori tersebut : Kategori A : studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. Kategori B : studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko pada janin, studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping obat (selain penurunan infertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi kontrol pada wanita hamil trimster I (tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya). Kategori C : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita atau studi terhadap wanita dan MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 5
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya dapat diberikan jika hanya manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko yang mungkin timbul pada janin. Kategori D : terbukti menimbulkan risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika dugunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan). Kategori X : studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin atau besarnya risiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaatnya. Dikontraindikasikan pada wanita hamil atau wanita usia subur.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 6
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 7
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MATA KULIAH
: Farmakologi
POKOK BAHASAN
: Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN
: Sediaan, Dosis dan Peresepan Obat
SEMESTER
: IV
LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : 1. Mengenal bentuk dan tujuan sediaan obat dengan benar 2. Menghitung dosis obat dengan tepat 3. Membuat dan membaca resep dengan benar DASAR TEORI
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). 1. Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. 2. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yng lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. 3. Compressi (Tablet) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. a. Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan b. Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 8
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
c. Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan. d. Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral. e. Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah. f.
Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi.
g. Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. h. Tablet Kunyah :cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidsk meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. 4. Pilulae (Pil) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu. 5. Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu : a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari c. Lebih enak dipandang d. Dapat unt uk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar. e. Mudah ditelan 6. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 9
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
satu
atau
lebih zat kimia yang larut, misalnya bercampur. Cara
penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit). 7. Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telingan bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering. 8. Emulsi Merupakan sediaan bercampur dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. 9. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari. 10. Entractum Merupakan sediaan pekat yng diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabatin atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. 11. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. 12. Immunosera (Immunoserum) Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas khas yang diperoleh dari serum dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen. 13. Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 10
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
14. Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu : a. Penggunaan lokal : memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi dan inflamasi karena hemoroid. b. Penggunaan sistemik : aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik. 15. Guttae (Obat Tetes) Merupakan
sediaan
cairan
berupa
larutan,
emulsi
atau
suspensi
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkanpenetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata). 16. Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut. Penggunaan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan Farmasi No. Jenis Rute Pemberian 1. Oral, ditelan 2. 3. 4.
Bentuk Sediaan Tablet, sirup, suspensi, eliksir, kapsul, pil, lozenges Bukal, diletakkan dalam rongga Tablet mulut Rektal Supositoria, enema Parenteral : Larutan injeksi, suspensi injeksi, - Intravena emulsi injeksi, implan (KB) - Intramuskular - Intradermal - Subkutan - Intraarteri MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 11
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
5. 6.
Intratekal Intraperitoneal Intrakardiak Intradural Intraserebrospinal
Vaginal Topikal
Tablet vagina, ovula Salep, krim, gel, koyo, emulgel (kulit) Tetes mata Tetes telinga Tetes hidung, inhaler Aerosol
linimen,
Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan : a. Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00 - 08.00 WIB b. Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00 -13.00 WIB c. Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB d. Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis : a. 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut. b. 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari c. 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari d. 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari. e. Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antiotika. Dosis Obat Dosis obat adalah banyaknya obat yang dapat diberikan atau dipergunakan kepadapasien untuk satu kali pakai dalam sehari. Dosis juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 12
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Dosis maksimum menurut FI. Ed III adalah jumlah terbanyak obat yang boleh diberikan kepada pasien dewasa (20-60 tahun, BB 58-60 kg) untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau obat luar. Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis obat : 1. Faktor Obat a. Sifat fisika obat : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf b. Sifat kimiawi : asam, basa garam, ester 2. Cara pemberian obat 3. Faktor penderita : a. Umur (dewasa, anak atau bayi) b. Berat badan c. Jenis kelamin d. Sifat penyakit patofisiologi e. Kondisi pasien (hamil, menyusui) f.
Jumlah obat
g. Adiksi dan sensitifitas Cara menghitung dosis obat pada anak 1. Didasarkan pada perbandingan dengan dosis untuk orang dewasa menurut perbandingan umur orang dewasa (20-24 tahun) menurut perbandingan berat badan orang dewasa 70kg menurut perbandingan LPT orang dewasa 1,73 m 2 2. Didasarkan pada ukuran fisik anak secara individual a. Sesuai dengan berat badan anak dalam kg b. Sesuai dengan LPT anak dalam m 2 Cara menghitung dosis anak yang didasarkan pada perhitungan perbandingan dengan DM dewasa a. Rumus Young : { n / (n + 12)} x DD n adalah umur anak 1-8 tahun kebawah b. Rumus Dilling : ( n / 20 ) x DD n adalah umur anak 8 tahun keatas c. Rumus Cowling : { ( n + 1 ) / 24} x DD d. Rumus Fried : ( m / 150 ) x DD MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 13
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Keterangan : n = tahun, m = bulan, DD = dosis dewasa e. Rumus Gaubius : Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa 0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa 1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa 2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa 3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa 4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa 7-14 tahun = 1/2 x dosis dewasa 14-20 tahun
= 2/3 x dosis dewasa
21-60 tahun
= dosis dewasa
Dosis Anak Berdasarkan BB a. Rumus Clark : (BB / 70 ) x DD b. Rumus Augeberger : { ( 1½BB+10) / 100 } x DD Keterangan : BB = BB anak dalam Kg Dosis Khusus a. Dosis penderita yang obesitas : harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL) BBTL = BB x (100 - % lemak) b. Dosis penderita geriatrik ( >65 tahun ) Dosis diturunkan ( ± 75% DD) Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM) c. Dosis penderita ginjal : Ekskresi obat terganggu
obat lebih lama di peredaran darah
Dosis dan interval obat harus diatur Peresepan Resep merupakan lembaran preskripsi yang ditulis oleh seorang praktisi yang sesuai di bawah undang-undang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, seorang bidan dapat membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan. MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 14
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Preskripsi yang dituliskan pada lembaran kertas dan kemudian diparaf serta diberi tanggal oleh praktisi yang mengeluarkan resep tersebut. Resep harus ditulis dengan tinta oleh alat tulis lainnya yang tidak bisa dihapus pada blangko formulir yang sudah ditetapkan oleh oeraturan/undang-undang dan harus mengandung informasi berikut : a. Inscriptio Nama pembuat, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas bidan penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi. b. Invocatio Permintaan tertulis bidan dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek. c. Prescriptio/Ordonatio Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. Penulisan jumlah obat dinyatakan dalam rangka romawi : I
=1
V =5 X = 10 L
= 50
C = 100 M = 1000 d. Signatura Yaitu tanda cara pakai regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi. e. Subscriptio Yaitu tanda tangan/paraf bidan penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 15
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Istilah Dalam Peresepan Beberapa alasan penggunaan Bahasa Latin : a. Bahasa latin adalah bahasa mati dan tidak dipakai dalam percakapan seharihari. b. Bahasa
latin
merupakan bahasa internasional dalam
dunia profesi
kedokteran & farmasi. c. Dengan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan yang dimaksud dalam resep. d. Dalam hal tertentu, karena faktor psikologi ada baiknya pasien tidak perlu mengetahui obat yang diberikan kepadanya. Berikut daftar istilah latin yang digunakan dalam penulisan resep : SINGKATAN
KEPANJANGAN
Aa a.c Ad ad lib./ad libit. ad part.dolent
Ana Ante coenam Ad Ad libitus Ad partes dolentes
add. alt.dieb. alt.hor. a.m. a.n. applic.
Adde Alternis diebus Alternis horis/altera hora Ante meridiem Ante noctern Applicatio
a.u.e (ad. us. ext) u.p. m.i. aq.dest c. C. C.th c.c. caut. comp. conc. cr. da ad lag. da ad vitr.
Ad usum externum Sum propium Mihi ipsi Aqua destilata Cum Cochlear, cibarium Cochlear thease Centrimetrum cubicum Caute Compositus Concentratus cremor Da ad lagenam Da ad vitrum
ARTI Sama banyak Sebelum makan Sampai Sesuka hati Pada bagian-bagian yang sakit Tambahkan Setiap dua hari Setiap dua jam Sebelum tengah hari Sebelum malam hari Penggunaan, pemakaian Untuk obat luar Dipakai sendiri Dipakai sendiri Air suling Dengan Sendok makan (15ml) Sendok teh (5ml) Senti meter kubik Hati-hati Obat campuran Konsentrasi Krim Berikan dalam botol Berikan dalam botol
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 16
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
da ad oll. da in oll. d.c. d.c.form.
Da ad ollam Da in ollam Durante coenam Da cum formula
dur.dol. d.d. s.d.d. b.d.d.(b.i.d) t.d.d.(t.i.d) q.d.d.(q.i.d) ext.et sin. o.d./o.s. dil. d.t.d
Durante dolore De die Smel de die Bis de/in die Ter de/in die Quarter de/in die Dexter et sinister Oculus dexter et Oculus sinister Dilutus Da teles doses
epith. extend. extend.cr.
Epithema Extende Extende crass
extende ter. ext. s. Alut
Extende termiter Extende supra alutam
ext. s. Cor
Extende supra corium
f. feb. dur. fom. l.a.
Fac, fiat Febri durante Fomentum, fomenti Lege artis
filtr. g.,gm. gi.arab. garg. gtt. gtt.ad aur. gtt.auric gtt.nasal gtt.opth h. h.m. h.s.
Filtra, filtretur Gramma Gummi, arabicum Gargarisma Guttae Guttae ad aures Guttaeariculares Guttae nasals Guttae opthhalmicae Hora Hora matutina Hora somni
Berikan dalam pot Berikan dalam pot Sedang makan Tuliskan dengan resepnya Selagi sakit Sehari, setiap hari Sekali sehari Dua kali sehari Tiga kali sehari Empat kali sehari Kanan dan kiri Mata kanan dan mata kiri Encer Berikan sebanyak dosis tersebut Obat kompres Oleskan Oleskan tebal-tebal (0,6 mm) Oleskan tipis-tipis Oleskan di atas kulit lunak Oleskan di atas kulit kaku Buat, harap dibuat Sewaktu demam Obat kompres (panas) Cara semestinya (sesuai aturan) Saring, harap disaring Gram Gom arab (=acacia) Obat kumur Tetes Obat tetes telinga Obat tetes telinga Obat tetes hidung Obat tetes mata Jam Pagi hari Sebelum tidur
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 17
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
h.v. haust. i.m.m.
Hora vespertina hastus In manum medici
i.c.
Inter cibos
inf. inj. Lter lter 1x. l.a. lc. loc.dol.
Infusum Injectio lteretur lteretur 1x Lege artis Loco Locos dolens
lot.
Lotio
Liq. m. m.etv. merid. m.
liquidus mane mane et vespere meridie Misce, misceatur
m.f. m.f.l.a.
Misce fac Misce fac lege artis
mg.,mgm. mixt. m.i. muc.gi.arab. n. N.i. Non.Rep. Non in lag.orig.
milligrama mixtura Mihi ipsi Mucilago gummi arabbici noctum Ne iteretur Non reperetur Non in lagenam
o.h. o.b.h. o.t.h. o.4h. o.m. o.n. p.c. PIM p.r.n.
Omni hora Omni bihora Omni tri hora Omni quarter hora Omni mane Omni nocte Post coenam Periculum in mora Pro re nata
Pada sore hari Tegak sekaligus Berikan ke tangan dokter Antar dua waktu makan Air rebusan Obat suntik Harap diulang Harap diulang 1x Cara semestinya Pengganti Tempat yang terasa sakit Lotio (obat cair untuk obat luar) Cair Pagi Pagi dan sore Tengah hari Campurlah, harap dicampur Campur dan buatlah Campur dan buatlah menurut cara Milligram Campuran Dipakai sendiri Lender dari acacia Malam Harap jangan diulang Harap jangan diulang Jangan dalam botol asli Tiap jam Tiap 2 jam Tiap 3 jam Tiap 4 jam Tiap pagi Tiap malam Sesudah makan Berbahaya jika ditunda Kalau perlu
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 18
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
pot. pulv. pulv. pulv.adsp. pulv.dentifr.
potio pulvis pulveres Pulvis adspersorius Pulvis dentrificius
q.s. R/ rec.par. s. sol. spir. steril. supp. supp.rect. syr. tab. tct.(tinct) tuss. tuss.urg.
Quantum satis/sulficit recipe Recentus paratus signa solutio spiritus sterilisatus supposituria Supposituria rectal syrup tabulae tinctura tussis Tussi urgente
u.c. u.n. u.e. u.p. u.v.
Usus cognitus Usus notus Usus externus Usus proprium Usus veterinarius
ungt. ungt.ophth.
Unguentum Unguentum ophthalmicae Vespere
vesp.
minum/cairan yang digunakan Untuk obat dalam Serbuk tunggal Serbuk terbagi (puyer) Serbuk tabur Tepung/serbuk gosok gigi Secukupnya Ambilah Dibuat baru Tandailah, tulislah Larutan Spiritus Yang disterilkan Suposituria Suposituria rektum Sirop Tablet Tinctuur Batuk Jika batuknya amat mengganggu Aturan pakai diketahui Aturan pakai diketahui Obat luar Dipakai sendiri Guna kedokteran hewan Salep Salep mata Senja hari
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 19
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (jobsheet) yang tersedia 2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis 3. Ikutilah petunjuk yang ada pada jobsheet 4. Kerjakan semua langkah secara sistematis 5. Bekerja secara hati – hati dan teliti 6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti KESELAMATAN KERJA
1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai 2. Perhatikan rekam medis pasien 3. Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya 4. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti PERALATAN / PERLENGKAPAN DAN BAHAN
1. Perlengkapan a. Washtafel dan air mengalir b. Handuk kering dan bersih c. Rekam medis pasien d. Tempat sampah 2. Peralatan a. Alat tulis b. Kertas resep c. Tempat obat d. Sarung tangan 3. Bahan Sediaan obat -
Pulvis
-
Pulveres MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 20
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
-
Tablet
-
Pil
-
Kapsul
-
Larutan
-
Galenik
-
Ekstraktum
-
Infusa
-
Supositoria
-
Guttae / tetes
-
Injeksi
Tugas Mandiri ! 1. Bawa salah satu contoh obat tersebut diatas dan jelaskan : a. Farmakokinetik b. Farmakodinamik c. Bioavailabilitas d. Efek samping e. Jenis Sediaan f. Aturan Pakai 2. Carilah contoh resep dan identifikasi !
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 21
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MATA KULIAH
: Farmakologi
POKOK BAHASAN
: Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN
: Menyiapkan Obat Ampul / Vial
SEMESTER
: IV
LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : 1. Mencampur / mengoplos obat dengan benar 2. Menghitung dosis obat dengan tepat 3. Menyiapkan obat injeksi dari ampul dan vial dengan benar DASAR TEORI
Dosis dari Vial/Ampul : Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki runcing pakan wa(leher) dan bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20, kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.
Wadah
tunggal biasanya tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam
kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu kemudian. Sediaan suntik dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara parenteral. MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 22
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Vial biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan dengan baik dapat dipakai berkali-kali. Mencampur/Oplos Obat Menyatakan presentase dengan istilah kualitatif Beberapa produk mencantumkan kadarnya dengan istilah kuantitatif, bukan istilah persen, misalnya krim 1% berlabel 10mg/g. Dalam praktiknya hal tersebut hanya biasa pada obat luar seperti krim dan tetes mata. Perlu diingat : Satuan berat yang digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah 1kg = 1000gr, 1gr = 1000mg dan 1mg = 1000mcg. Satuan preparat cair adalah 1L = 1000ml (mililiter). Ungkapan 1% berarti satu bagian dari seratus, baik dalam gram atau mililiter Contoh : Sediaan padat : 1% = 1gr/100 x 1 = 0,01 g/g atau 10mg/g Larutan
: 1% = 10mg/ml
Contoh Kasus 1 : Diintruksikan menyuntik 150mg penisilin V. Tersedia vial dengan label 125mg/5ml, berapa ml yang harus diberikan? Jawaban : Jika 5 ml larutan mengandung 125 mg penisilin V dan X ml mengandung 150 mg, maka.... X = 150/125 x 5 ml = 6 ml Contoh Kasus 2 : Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicilin 150.000 IU dari vial penicillin yang berlabel 600.000 IU/cc ? Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya 600.000/150.000 = 1cc/xcc X = 0,25 cc
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 23
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Menghitung Dosis Syringe Pump Perlu diingat :
Contoh Kasus 1: Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan menitnya ? Jawab : 250 mg= 250.000 mikro gram .................. (1) Jika dioplos 50 cc, berapa 1 cc nya?? =250.000/50= 5.000 mikro gram/cc .................. (2) Rumus dosis syringe pump! Dosis x BB x jam (mnt) Dari soal di satuan ada 12,5 mikro gr/kg/mnt. Untuk menit 1 jam= 60 menit = 12,5 x 80 x 60 .................................................... (3) = 60.000 mikro/jam Jadi kecepatan yang diberikan =60.000/5.000= 12 ................................................ (4) Contoh Kasus 2 : Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg. Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung 4mg/1cc jika diencerkan 40 cc? MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 24
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Jawab : 4mg= 4000 mikro gram per 1 ccnya .................... (1) Diencerkan 40 cc jadi 4000/40= 100 .................... (2) Dosis syringe pump : Dosis x BB x jam (mnt) =0,1 x 60 x 60 = 360 ................................ (3) Jadi kecepatan yang diberikan 360/100= 3.6 cc.................................... (4) PETUNJUK KERJA
1.
Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia
2.
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3.
Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet
4.
Kerjakan semua langkah secara sistematis
5.
Bekerja secara hati-hati dan teliti
6.
Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti KESELAMATAN KERJA
1.
Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai
2.
Perhatikan rekam medis pasien
3.
Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya
4.
Hitunglah dosis dengan benar dan teliti
PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN 1. Perlengkapan a. Washtafel dan air mengalir b. Handuk kering dan bersih c. Rekam medis pasien d. Tempat sampah MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 25
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
2. Peralatan : a. Alat tulis b. Kertas resep c. Tempat obat d. Sarung tangan e. Spuit f.
Kapas
g. Bengkok h. Safety box 3. Bahan a. Obat vial b. Obat ampul
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 26
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
PROSEDUR KERJA
DAFTAR TILIK MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI AMPUL Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasiswa
:
PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan Nilai 2 ( dua )
: Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan Nilai 3 ( tiga )
: Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NO
LANGKAH
1
Memeriksa dan meyakinkan bahwa order pengobatan telah akurat Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis : a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat b. Spuit steril sesuai kebutuhan c. Needle sesuai kebutuhan d. Ampul dari medikasi yang diperlukan e. Kassa f. Bengkok g. Handuk kecil/lap tangan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih Mengambil ampul, mengatur posisi ampul tegak lurus sejajar dengan mata kita Menyentik kepala ampul atau memutar ampul beberapa kali bila cairan obat ada atau banyak terdapat dibagian kepala
2
3 4 5
0
NILAI 1
2
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 27
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
6 7
8
9
10
11 12
13 14 15
Mengambil kassa steril, meletakkannya mengelilingi leher ampul Mematahkan leher ampul dengan ibu jari dan jari – jari (menggunakan gergaji ampul apabila ampul susah dipatahkan) Memegang ampul secara menjorok atau tegak lurus dalam posisi terbalik dengan tangan yang tidak dominan Mengambil spuit dengan tangan yang dominan, memasukkan jarum spuit ke dalam lubang ampul, ujung jarum atau batang spuit tidak menyentuh pinggir ampul Memasukkan cairan obat ke dalam spuit sesuai kebutuhan dengan menarik penghisap. Mempertahankan jarum di bawah permukaan cairan Mengangkat jarum dari ampul menutup jarum dengan metode penutupan satu tangan Memegang spuit tegak lurus mengarah ke atas, tarik bagian pengisap sedikit, dorong kembali ke atas pelan – pelan untuk mengeluarkan udara. Jangan sampai cairan keluar berlebih Meletakkan spuit dalam bak instrumen Membereskan alat Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
Nilai : Jumlah NILAI X 100% = ……. 30
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 28
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR TILIK MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI VIAL Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasiswa
:
PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan Nilai 2 ( dua )
: Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan Nilai 3 ( tiga )
: Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NO
LANGKAH
1
Memeriksa dan meyakinkan bahwa order pengobatan telah akurat Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis : a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat b. Spuit steril sesuai kebutuhan c. Needle sesuai kebutuhan d. Vial dari medikasi yang diperlukan e. Kapas alkohol f. Bengkok g. Handuk kecil/lap tangan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih Mengambil vial, campur larutan dalam vial dengan memutar – mutar vial dalam genggaman ( jangan mengocok karena akan menimbulkan banyak gelembung udara / busa ) Membuka logam penyegel vial yang menutupi karet Menghapushamakan karet penutup dengan kapas alkohol dan membiarkan kering Bila obat dalam vial berbentuk serbuk melakukan pengoplosan dengan air steril ( water for injection ) sesuai kebutuhan dosis
2
3 4
5 6 7
0
NILAI 1
2
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 29
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
8
9
10
11 12
13 14 15 16 17
Membuka spuit dari kemasan, mengencangkan jarum dengan tabung spuit, mendorong plunger untuk mengeluarka udara dari tabung spuit Membalikkan vial dengan mulut vial ke bawah ( dengan ibu jari dan jari – jari tangan yang tidak dominan ), sejajar dengan mata kita Dengan tangan yang dominan, menusukkan jarum suntik ke karet vial, dan menghisap cairan obat ( ibu jari dan jari telunjuk memegang ujung barel dan plunger ) Menahan bagian ujung jarum di bawah ketinggian cairan Menyentil bagian ujung barel dengan hati – hati untuk melepaskan gelembung udara. Mengeluarkan semua udara yang terdapat di atas bagian spuit ke dalam vial (untuk mengeluarkan udara biarkan jarum tetap dalam vial) Menarik barel dari spuit bila dosis telah terpenuhi Menutup spuit dengan tehnik satu tangan Meletakkan spuit dalam bak instrumen Membereskan alat Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
Nilai : Jumlah NILAI X 100%= ……. 34
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 30
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MATA KULIAH
: Farmakologi
POKOK BAHASAN
: Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN
: Menyiapkan Obat Puyer Sederhana
SEMESTER
: IV
LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : 1. Meracik obat puyer dengan benar 2. Menghitung dosis obat dengan tepat DASAR TEORI Definisi Puyer adalah sediaan obat berbentuk bubuk. Biasanya dibuat dari obat sediaan tablet yang kemudian digerus. Pada prakteknya, sediaan puyer sering berupa racikan beberapa obat yang dicampur menjadi satu. Kadang diberikan begitu saja dalam bentuk bubuk, atau kemudian dikemas dalam bentuk kapsul. Pulveres atau serbuk juga didefinisikan sebagai serbuk yag dibuat dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50mg atau jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. Kelebihan 1. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak (tablet dan kapsul) 2. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair 3. Lebih cepat di absorbsi, sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi. 4. Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam bentuk pulvis 5. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat dan dosisnya MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 31
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
6. Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat. Kekurangan Dewasa ini peresepan obat puyer di negara maju sudah sangat berkurang karena : 1. Kemungkinan kesalahan manusia dalam pembuatan obat racik puyer ini tidak dapat diabaikan, misalnya kesalahan menimbang obat atau membagi puyer dalam porsi-porsi yang tidak sama besar. Kontrol kualitas sulit sekali dapat dilaksanakan untuk membuat obat racikan ini. 2. Stabilitas obat tak tertentu dapat menurun bila bentuk aslinya digerus, misalnya bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut selaput (enteric coated), atau obat yang tidak stabil (misalnya asam klavulanat) dan obat yang higroskopis (misalnya preparat yang mengandung enzim pencernaan) 3. Toksisitas obat dapat meningkat, misalnya preparat lepas lambat bila digerus akan kehilangan sifat lepas lambatnya. 4. Waktu penyediaan obat lebih lama. Rata-rata diperlukan waktu 10 menit untuk membuat satu resep racikan puyer, 20 menit untuk racikan kapsul, sedangkan untuk mengambil obat jadi diperlukan waktu hanya kurang 1 menit. Kelambatan ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. 5. Efektifitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus. 6. Pembuatan obat puyer menyebabkan pencemaran lingkungan yang kronis di bagian farmasi akibat bubuk obat yang beterbangan ke sekitarnya. Hal ini dapat merusak kesehatan petugas setempat. 7. Obat racikan puyer tidak dapat dibuat dengan tingkat higienis yang tinggi sebagaimana halnya obat ynag dibuat pabrik karena kontaminasi yang tak terhindarkan pada waktu pembuatannya. 8. Pembuatan obat racikan puyer membutuhkan biaya lebih mahal karena menggunakan jam kerja tenaga di bagian farmasi sehingga asumsi bahwa harganya akan lebih murah belum tentu tercapai. 9. Dokter yang menulis resep sering kurang mengetahui adanya obat sulit dibuat (difficult-to compound) misalnya preparat enzim.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 32
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
10. Peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah diketahui oleh pasien. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Pulveres 1. Banyak sedikitnya jumlah obat bahan obat 2. Berat ringannya dari serbuk yang dicampur 3. Kontras warna dari serbuk yang dicampur 4. Sifat fisik dan kimia dari bahan yang dicampur PETUNJUK KERJA 1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia 2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis 3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet 4. Kerjakan semua langkah secara sistematis 5. Bekerja secara hati-hati dan teliti 6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti KESELAMATAN KERJA 1.
Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai
2.
Perhatikan resep pasien
3.
Hitunglah dosis dengan benar dan teliti
4.
Pastikan kebersihan, keamanan dan ketepatan pembuatan puyer
5.
Perharikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN
1.
Obat
2.
Resep
3.
Kertas puyer
4.
Mortir dan penggerus
5.
Etiket
6.
Pembungkus obat MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 33
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
7.
Alat tulis
8.
Meja atau tempat datar DAFTAR TILIK MEMBUAT PUYER
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasiswa
:
PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan Nilai 2 ( dua )
: Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan Nilai 3 ( tiga )
: Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NO
LANGKAH
A 1
PERSIAPAN Baca dan pelajari resep puyer yang diberikan Perhatikan jenis dan dosis obat, jika terdapat kerancuan segera kroscek pada pembuat resep. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta keringkan dengan handuk bersih dan kering. Lakukan cuci tangan dengan tujuh langkah. Siapkan perlengkapan, alat dan bahan. - Siapkan perlengkapan alat dan bahan secara ergonomis - Pastikan alat siap bersih dan siap pakai - Pastikan obat berada pada tempat yang tepat PELAKSANAAN Ambil kertas puyer sesuai dengan jumlah dosis yang dibutuhkan Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk yang akan dibungkus/dibuat.
2
3
B 4
0
NILAI 1
2
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 34
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
5 6 7
Menyusun kertas menjadi satu dan bertumpuk Lipatlah bagian atas dari kertas puyer Menyusun kertas puyer sejajar, dan tepinya saling menumpuk
8
Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada waktu menggerus bahan obat Hitung obat sesuai dosis dan masukkan ke dalam mortir Gerus obat menggunakan stamper. - Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri. Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa tetap pada mulut mortir - Stamper dipegang seperti memegang pulpen - Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam - Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus - Gerakan tangan sebatas pergelangan - Pastikan obat menjadi homogen Setelah selesai, stamper dibersihkan dengan menggunakan mika. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala stamper. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala stamper Bila akan meletakkan satmper, letakkan selalu disebelah kanan dan dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita. Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen dengan serbuk yang dikehendaki. Bagilah obat dengan rata : - Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat dibagi sama rata menurut pandangan mata langsung. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan penimbangan lalu dibagi sama rata. Lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masuk ke dalam lipatan yang sudah terbentuk. Kerjakan pelipatan pada salah satu kertas perkamen terlebih dahulu, yaitu yang paling ujung dan yang tidak tertutupi oleh kertas perkamen sebelahnya.
9 10
11
12
13
14
15
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 35
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
16 17 18
19
20
21
Lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama dengan lipatan yang pertama kali Lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah Masukkan lipatan kanan ke dalam lubang lipatan kiri. - Bagian yang akan masuk ke lubang harus ujung bagian kanan, hal ini dilakukan sebagai penyesuaian dalam hal pembukaan puyer oleh pasien yang mayoritas tidak bertangan kidal - Tidak boleh membuat lipatan kecil di ujung bagian kanan - Akan lebih buruk, apabila sejak awal sudah melipat bagian kanannya menjadi sedikit lebih lebar dibandingkan bagian kirinya, agar ketika lipatan bagian kanannya akan dimasukkan sudah lebih kecil dari lubang ujung bagian kiri Ukuran tiap lipatan puyer yang dibuat harus sama, tidak boleh ada yang satu besar atau yang lainnya lebih kecil Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapi, sama tinggi dan menghadap arah yang sama Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian rupa sehingga teratur satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket dan label berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.
Nilai : Jumlah NILAI X 100% = ……. 42
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 36
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 37
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
MATA KULIAH
: Farmakologi
POKOK BAHASAN
: Cara Penyimpanan Obat
SUB POKOK BAHASAN
: Penyimpanan Vaksin, Syrup, Obat serbuk, Vial, Ampul dan Obat Khusus
SEMESTER
: IV
LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : Mengelola penyimpanan obat sesuai bentuk sediaan dengan benar DASAR TEORI
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk: a. Untuk memelihara mutu obat b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab c. Menjaga kelangsungan persediaan d. Memudahkan pencarian dan pengawasan Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut 1. Persyaratan gudang a. Luas minimal 3 x 4 m2 b. Ruang kering tidak lembab c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab d. Cahaya cukup e. Lantai dari tegel atau semen f.
Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam h. Ada gudang penyimpanan obat i.
Ada pintu dilengkapi kunci ganda MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 38
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
j.
Ada lemari khusus untuk narkotika
2. Pengaturan penyimpanan obat a. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis b. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO c. Menggunakan almari, rak dan pallet d. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika e. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu f.
Dilengkapi kartu stock obat
Cara penyimpanan obat 1. Penyimpanan obat vaksin Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik. Suhu penyimpanan vaksin BCG, DPTHB, TT, DT, Hepatitis B, Campak, DPT-HB, Tifoid, dan Cacar yaitu 2 – 8 °C. Untuk vaksin Polio ditentukan antara suhu -15 s/d -25°C. Tempat penyimpanan vaksin yaitu lemari es atau freezer harus dilengkapi Termostat yang berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam lemari es atau freezer. Vaksin aman digunakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa b. Vaksin tetap disimpan pada suhu 2 – 8 °C c. Sterilitas vaksin terjamin d. Vial vaksin tidak pernah teremdam dalam air e. VVM masih menunjukkan kondisi A atau B f.
Jangka waktu maksimal pemakaian vaksin yang sudah dibuka
2. Penyimpanan obat sirup≤ a.
Simpanlah botol obat di tempat yang kering atau kotak khusus. Dianjurkan untuk menyimpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang 20° C. Atau bisa juga dalam lemari pendingin dengan suhu 5-10°C. Caranya bungkus terlebih dahulu dengan kertas atau kantung plastik hitam untuk memperpanjang masa simpan obat. Ini digunakan untuk sediaan sirup secara umum, kecuali dinyatakan lain pada kemasan sirup tersebut. MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 39
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
b.
Tidak perlu menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak obat.
c.
Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk. Karena udara yang masuk juga bisa membawa bakteri dari luar yang biasa tumbuh dalam media air.
d.
Hindarkan menaruh obat pada tempat yang terkena sinar matahari atau cahaya secara langsung dan terus-menerus. Biasanya botol sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap.
e.
Sirup
yang
sudah
dibuka
cukup
aman
digunakan
untuk
waktu maksimal dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya sudah
benar.
Jangan
berpatokan
pada
penunjuk
kedaluarsa,
karena expired datemerupakan patokan masa obat sebelum dibuka segel tutupnya. f.
Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih pendek lagi yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air sesuai volume yang dikehendaki.
g.
Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah digunakan. Usahakan saat menggunakan sendok atau pipet dalam keadaan kering.
3. Penyimpanan obat puyer / serbuk Puyer sebaiknya disimpan di dalam kotak plastik berwarna gelap hingga sinar matahari tidak bisa menembus langsung karena bisa merusak kandungan obat. Tambahkan juga silica gel (serbuk pengering) dalam kantung khusus agar kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat. Simpan obat dalam kondisi sejuk (15-20°C). Hindarkan pula menyimpan obat puyer di dalam kulkas. Selain melihat waktu kedaluwarsa, obat puyer juga sebaiknya tidak dipakai jika ada perubahan warna, misalnya, warna putih obat berubah menjadi kuning. Juga jangan digunakan jika obat itu disimpan lebih dari satu bulan. 4. Penyimpanan khusus a. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel propaganda, yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik dan teratogenik. Semua obat sitotoksik harus diidentifikasi dengan label yang khas dan disimpan pada rak dan area yang tepat yang dirancang untuk MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 40
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
meminimalkan kerusakan, seperti rak dengan penghalang bagian depan. Obat-obatan sitotoksik disimpan pada : 1) Dalam kulkas terkunci yang harus berada di 2-8 °C. 2) Pada suhu kamar (di bawah 25 °C) harus disimpan dalam lemari terkunci di ruang yang sesuai untuk penyimpanan obat-obatan. b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci, c. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk. d.
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
e. Cara Penyimpanan Obat Insulin disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku) f.
Sediaan Aerosol / Spray jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan. PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu materi yang tersedia 2. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti Tugas Kelompok ! Kunjungilah fasilitas kesehatan (Rumah sakit atau Puskesmas) dan buatlah laporan mengenai aturan / standar (SOP) penyimpanan Obat di tempat tersebut dan sertakan hasil dokumentasi kelompok.
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 41
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
LATIHAN SOAL ! 1. Bidan D bekerja di sebuah rumah sakit di Kota Gorontalo. Dokter menginstruksikan untuk mencampurkan obat injeksi dengan Water For Injection. Apakah sediaan obat yang mesti diambil oleh bidan tersebut? a. Solution for injection b. Dry suspension for injection c. Dry suspension for oral d. Solution for oral e. Emulsion for injection 2. Nyonya M, seorang apoteker, sedang meneliti kelengkapan administrative selembar resep yang diserahkan oleh keluarga pasien. Setelah diteliti, tidak terdapat nama dan alamat dokter penulis resep. Berarti resep tersebut tidak lengkap dalam … a. Incriptio b. Subscriptio c. Prescriptio d. Pro e. Signature 3. Ibu Z (50 tahun) merupakan seorang apoteker di suatu rumah sakit. Ketika melakukan evaluasi resep, tertulis bahwa tablet kaptopril diberikan 1 (satu) kali sehari. Untuk hal tersebut, ibu Z melakukan konsultasi dengan dokter penulis resep. Bagian apakah yang dikonsultasikan ibu Z? a. Incriptio b. Subscriptio c. Prescriptio d. Pro e. Signature 4. Seorang bidan membutuhkan alcohol 70% sebanyak 450 ml, namun yang tersedia hanya alcohol 90%. Berapa ml alcohol 90% yg dibutuhkan untuk dencerkan dengan aquadest? a. 200 ml b. 300 ml c. 350 ml d. 400 ml MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 42
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
e. 500 ml 5. Seorang bidan membutuhkan larutan sukrosa 80% sebanyak 1 liter. Berapa sukrosa yang harus ditimbang? a. 80 g b. 100 g c. 800 g d. 1000 g e. 40 g 6. Seorang bidan akan membuat 800 ml larutan 5% dari larutan 40%. Berapa air yang mesti ditambahkan? a. 100 ml
d. 700 ml
b. 400 ml
e. 1000 ml
c. 500 ml 7. Seorang ibu mendapati anak bayinya demam. Ibu tersebut mendapati di lemari obat terdapat parasetamol drops dengan kekuatan 100 mg/ml. Anak tersebut beratnya 7 kg. Berapa ml yang harus diberikan pada anaknya tersebut? a. 0,5 ml
d. 2 ml
b. 1 ml
e. 2,5 ml
c. 1,5 ml 8. Seorang bidan me-reconstitute seftriaxon sehingga didapatkan konsentrasi konsentrasi 100 mg/ml. Berapa ml yang harus dihisap oleh bidan tersebut bila dokter menginstruksikan memberi pasien sebanyak 250 mg, b.i.d.Berapa mg seftriaxon setiap hari? a. 250 mg
d. 500 mg
b. 200 mg
e. 1000 mg
c. 400 mg 9. Seorang bidan diinstruksikan untuk memberikan infuse ceftazidim dengan konsentrasi
40 mg/ml. Tersedia vial 2 g. Berapa bidan add-kan air untuk
mendapat konsentrasi seperti di atas? a. 100 ml
d. 10 ml
b. 75 ml
e. 5 ml
c. 50 ml
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 43
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
10. Berapa garam yang dibutuhkan untuk membuat larutan garam (normal saline 0,9%) sebanyak 500 ml? a. 0,9 g
d. 0,225 g
b. 0,45 g
e. 3,6 g
c. 1,8 g 11. Suhu yang tepat untuk penyimpanan vaksin folio adalah....? a. Suhu 2 – 8 °C b. Suhu -15 – -25°C c. Suhu ≤ 15 °C d. Dalam freezer pendingin 12. Syrup yang sudah digunakan dan dan disimpan ulang dengan benar dapat disimpan dalam waktu ? a. 1 Minggu b. 2 Minggu c. 1 Bulan d. 2 Bulan 13. Cara penyimpanan obat sitotoksik yang benar adalah ? a. Di dalam laci obat b. Pada suhu kamar (di bawah 25 °C) harus disimpan dalam lemari yang terkunci c. Di simpan dalam lemari pendingin d. Dalam lemari obat 14. Dibawah ini adalah cara yang tidak tepat dalam penyimpanan obat puyer adalah ? a. Disimpan di dalam kotak plastik berwarna gelap hingga sinar matahari tidak bisa menembus langsung b. Dimasukkan kedalam lemari pendingin c. Simpan obat dalam kondisi sejuk (15-20°C) d. Kantung khusus agar kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat. 15. Vaksin aman digunakan dengan ketentuan sebagai berikut kecuali: a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa b. Vaksin tetap disimpan pada suhu 2 – 8 °C c. Sterilitas vaksin terjamin d. VVM masih menunjukkan kondisi A atau B MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 44
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Preskripsi Dokter (Kaidah Penulisan Resep). FK UNAND. Diunduh dari http://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/10/40563741bahasa-resepsi-penulisan-resep-kuliah.pdf Berman A, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Kebidanan Klinis. Jakarta : EGC. CMP Medika. 2009.MIMS Bidan. Jakarta : PT. InfoMaster Jordan, S. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC Karch, MA. 2011. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC Kusyati, E. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC. Lucida H. 2013. Pulvis et Pulveres. FK UNAND. Diunduh dari http://farmasi.unand.ac.id/RPKPS/Pulvis%20et%20Pulvees%20(Powder).pdf Maulida F. 2012. Cara membuat Puyer dari Kertas Perkamen. Diunduh dari http://nutulfajrymaulida.blogspot.com/2012/010cara-melipat-puyermenggunakan-kertas.html Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Bidan. Jakarta : EGC Ryalino C. 2008. Teknik Injeksi ; Pelatihan Pra PJP untuk Komedik. Diunduh dari http://yunitapuspitasari.files.wordpress.com/2010/05/teknik_injeksi.pdf Sanjoyo, R. Obat (Biomedik Farmakologi). Yogyakarta : DIII Rekam Medis FMIPA UGM Sasonko H. 2010. Dosis Obat. Surakarta : Universitas Sebelah Maret Stevans, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC. Tambayong J. 2001. Farmakologi Untuk Kebidanan. Jakarta : Widya Medika
MODUL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 45