http://jurnal.fk.unand.ac.id
Laporan Kasus
Gangguan Psikotik Akibat Stroke Iskemik Rini Gusya Liza1, Bahagia Loebis2
Abstrak Stroke atau yang disebut juga dengan penyakit serebrovaskuler berkontribusi terhadap timbulnya delusi dan halusinasi di kemudian hari.Pengobatan yang diberikan pada kondisi medis sering menghasilkan remisi dari psikosis tetapi hal tersebut tidaklah selalu terjadi. Gejala psikosis dapat bertahan lama setelah kondisi medis yang menyebabkannya sembuh. Dilaporkan seorang pasien yang mengalami gangguan psikotik setelah mengalami stroke iskemik. Gangguan psikotik akibat stroke iskemik merupakan suatu kasus dalam Consultation Liaison Psychiatry. Kata kunci: gangguan psikotik, stroke iskemik, delusi dan halusinasi
Abstract Stroke or also called cerebrovascular disease contributed to the emergence of delusions and hallucinations in the future. Treatment given to medical conditions often produce remission of psychosis but it is not always happen. Psychotic symptoms can persist longer after recovery. Reported a patient who suffered a psychotic disorder after ischemic stroke. Psychotic disorders due to ischemic stroke is a case in Consultation Liaison Psychiatry Keywords: psychotic disorder, ischemic stroke, delusions and hallucinations Affiliasi penulis: 1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
waham) sebenarnya ada sejak kondisi medis terjadi. Banyak
kondisi
medis
yang
berbeda
mampu
Sumatera Utara
menimbulkan psikosis. Kondisi neurologis yang dapat
Korespondensi: Rini Gusya Liza, E-mail:
[email protected],
menyebabkan psikosis termasuk tumor otak, penyakit
Telp: 0751-24451
serebrovaskular,
penyakit
Huntington,
multipel
sklerosis, epilepsi, gangguan atau trauma neuron
PENDAHULUAN
visual atau pendengaran, tuli, migrain dan infeksi
Psikosis merupakan gangguan mental dimana pikiran,
respons
afektif,
kemampuan
mengenali
sistem saraf pusat.1,2 Stroke atau yang disebut juga dengan
penyakit
serebrovaskuler
berkontribusi
realitas dan kemampuan untuk berkomunikasi ataupun
terhadap timbulnya delusi dan halusinasi di kemudian
berhubungan
sangat
hari.3 Pengobatan yang diberikan pada kondisi medis
terganggu, dimana karakteristik klasik psikosis adalah
sering menghasilkan remisi dari psikosis tetapi hal
gangguan tes realitas, halusinasi, delusi dan ilusi.
tersebut tidaklah selalu terjadi. Gejala psikosis dapat
Gangguan psikosis akibat kondisi medis umum harus
bertahan
dibedakan
dengan
dengan
orang
lain
gangguan
yang
psikotik
primer
contohnya skizofrenia, gangguan waham, gangguan
lama
menyebabkannya Tujuan
setelah
kondisi
medis
yang
adalah
untuk
sembuh.1,4
laporan
kasus
ini
skizoafektif atau gangguan mood primer dengan
memahami simtom psikiatri yang dapat terjadi pada
gambaran psikotik. Diagnosis psikosis oleh karena
penderita stroke iskemik dan penatalaksanaannya.
kondisi medis umum dibuat ketika riwayat medis
Psikosis adalah komplikasi pasca stroke yang
pasien, pemeriksaan fisik atau hasil uji laboratorium
jarang terjadi. Insidennya kira-kira 1%.3 Penelitian
menunjukkan satu atau lebih kondisi medis misalnya
terhadap pasien stroke yang berusia lebih dari 60
perubahan otak yang mungkin menimbulkan gejala
tahun selama periode 9 tahun, hanya lima pasien yang
psikotik, dan gejala psikotiknya (misalnya, halusinasi,
diidentifikasi
mengalami
psikosis.
Semuanya
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
607
http://jurnal.fk.unand.ac.id
mengalami lesi pada frontoparietal kanan dan atropi
ini disebut juga release hallucinations, biasanya
subkorteks. Tiga dari lima pasien mengalami kejang
dijumpai pada pasien stroke denganlokasi lesi yang
pasca
stroke.5
hampir sama. Pada pasien-pasien yang mengalami
Informasi tentang mekanisme psikosis pasca
fenomena halusinasi secara signifikan menunjukkan
stroke berasal dari penelitian terhadap lima pasien
atrofi
subkortikal
yang mengalami psikosis pasca stroke, mereka
ditunjukkan dari perbedaan yang signifikan pada
menemukan pada semua pasien memiliki lesi di
besarnya rasio frontal horn ventrikel lateral otak dan
hemisfer kanan, primer melibatkan regio frontoparietal.
ventrikel ketiga otak.5 Halusinasi visual dapat terjadi
Bila dibandingkan dengan pasien lain yang tidak
akibat lesi vaskuler fokal di jaras visual lobus
mengalami psikosis setelah dilakukan matching umur,
temporalis, parietalis dan oksipitalis. Halusinasi ini
pendidikan, ukuran dan lokasi lesi, pasien-pasien
disebut juga release hallucinations. Biasanya dijumpai
dengan psikosis sekunder memiliki atropi subkortikal
pada pasien stroke dengan lesi di hemisfer kanan
yang lebih besar seperti diperlihatkan pada area yang
sehingga dapat menjelaskan peran hemisfer kanan
luas pada kedua tanduk frontal dari ventrikel lateral
pada
dan korpus ventrikel lateral. Beberapa peneliti juga
bermacam-macam,
melaporkan tingginya frekuensi kejang pada pasien
bahkan kadang-kadang sampai beberapa hari. Infark
dengan psikosis sekunder. Kejang ini biasanya dimulai
di lobus oksipital dapat menyebabkan halusinasi
setelah timbulnya lesi otak tetapi sebelum awitan
psychedelic yaitu pasien memvisualisasikan bentuk-
psikosis. Telah dihipotesiskan bahwa tiga faktor yang
bentuk geometrik, spiral, papan main dam dan lain-
mungkin penting pada mekanisme halusinasi organik
lain.8 Halusinasi autoscopy yaitu pasien melihat
antara lain keterlibatan lesi hemisfer kanan dari kortek
gambar atau bayangannya sendiri. Halusinasi ini
temporoparietal, kejang dan atropi otak subkortikal. 6
biasanya disebabkan oleh perdarahan subarachnoid.
proses
daripada
persepsi
pasien
visual.
Isi
berlangsung
kontrol,
yang
halusinasinya
beberapa
menit
Gambaran klinis stroke dapat menimbulkan
Kadang-kadang disertai waham yaitu pasien meyakini
spektrum yang bervariasi dari sindrom neurobehavior
bahwa dirinya benar-benar dua disebut Dopplganger.
yang harus menjadi perhatian oleh praktisi kesehatan
Halusinasi akustik dapat disebabkan lesi struktur otak
mental dalam mengevaluasi gejala psikiatri pada
terutama
dikorteks
auditorik
temporal,
vaskuler.8
jarang
pasien. Efek neurobehavior yang dapat terjadi antara
disebabkan oleh lesi
lain gejala afektif ataupun gejala psikotik yang dapat
pasien pasca stroke sering ditemukan waham kejar,
terjadi segera setelah serangan stroke atau beberapa
sindrom Capgras dan neutoscopy. Adanya waham
bulan sampai beberapa tahun kemudian. Adanya
penyangkalan penyakit (anosognosia) atau Anton’s
penyakit otak yang mendasari akan mempunyai efek
syndrome. Waham pasca stroke sering disebabkan
samping
oleh trombus atau perdarahan intraserebri pada
terhadap
penyembuhan
gejala
neurobehavior.7 Episode berkembang
Waham
pada
temporoparietal kiri atau subkorteks.8 psikosis
secara
(halusinasi
akut
dan
dan
waham)
menetap
selama
KASUS
beberapa hari sampai beberapa bulan. Selain itu
HBM, perempuan (57 tahun), Janda, Kristen,
dijumpai juga adanya riwayat kejang pada pasien
Batak, SD, IRT, alamat Jl. Tani Asli Gg. Gloria no.2
tersebut.
yang
Desa Tanjung Gusta Dusun II, di konsulkan ke
mengalami fenomena halusinasi secara signifikan
Poliklinik Psikiatri RSUP HAM Medan pada tanggal 17
menunjukkan atrofi subkortikal daripada pasien-pasien
November 2011. Nomor Rekam Medik : 49 24 04.
kontrol,
Ditemukan
yang
pada
ditunjukkan
pasien-pasien
dari
perbedaan
yang
Alloanamnesis: Sari, Perempuan, 17 tahun,
signifikan pada besarnya rasio frontal horn ventrikel
belum menikah, Kristen, Batak, SMA, hubungan
lateral otak dan ventrikel ketiga otak.5 Halusinasi visual
dengan HBM: Anak HBM, akrab dengan HBM, kesan
dapat terjadi akibat lesi vaskuler fokal di jaras visual
dapat dipercaya.
lobus temporalis, parietalis dan oksipitalis. Halusinasi
Sebab
utama:
sering
marah-marah,
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
608
http://jurnal.fk.unand.ac.id
pembicaraan
kadang
tidak
nyambung,
kadang
Kristen, Batak, Tidak Tamat SD, petani (almarhum).
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri dialami HBM
Ibu: CS, Kristen, Batak, Tidak Tamat SD, petani
sejak 15 hari yang lalu.
(almarhum). Kepribadian orang tua: ayah pemarah,
Keluhan utama: badan terasa lemas, pusing, kaki dan lengan kiri terasa lemah.
tegas. Ibu: ramah, agak cerewet. HBM merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara.
Riwayat penyakit sekarang: 20 hari yang lalu,
Kondisi sosial ekonomi saat ini: kurang, HBM
awalnya HBM merasa kepala pusing saat sedang
tidak bekerja, mendapat bantuan biaya sehari-hari dari
bekerja di rumah, kemudian HBM tiba-tiba terjatuh dan
anak-anaknya. Gambaran kepribadian OS sebelum
tidak sadarkan diri lebih kurang 5 menit, HBM
sakit: mudah bergaul, ramah.
kemudian di bawa keluarga ke klinik di dekat rumah
tidak dijumpai. Riwayat bunuh diri: tidak dijumpai.
HBM dan dirawat, selama dirawat kaki dan tangan kiri
Riwayat keluarga yang menderita penyakit jiwa: tidak
OS terasa lemah dan sulit digerakan, lidah HBM juga
dijumpai.
Stresor psikososial:
terasa berat dan bicara celat. Setelah dirawat selama 3 hari keadaan HBM semakin memburuk, HBM mulai
Pemeriksaan Psikiatri Khusus
bicara-bicara sendiri dan senyum-senyum sendiri serta pembicaraan
HBM
kacau
dan
kadang
Gambaran
umum:
penampilan:
seorang
tidak
perempuan, sesuai umur, kurang rapi, kesan tidak
nyambung. HBM kemudian di rujuk ke IGD RSUP
dapat mengurus diri sendiri. Tingkah laku dan aktivitas
HAM dan dirawat di bangsal neurologi. Selama
psikomotor: hipoaktif, lemah lengan dan tungkai kiri.
dirawat di bangsal neurologi, HBM sering marah-
Sikap terhadap pemeriksa: kurang kooperatif, kontak
marah, bicara-bicara sendiri, senyum-seyum sendiri,
mata dijumpai.
HBM sering mengatakan mendengar suara-suara
Pembicaraan : isi kadang relevan kadang tidak,
yang mengejeknya. HBM mengatakan ada tetangga
bicara celat, arus pembicaraan lambat, nada suara
yang ingin mencelakai dan telah mengguna-gunai
pelan, produktivitas kurang, perbendaharaan bahasa
dirinya.
sedikit. Afek: inappropriate, mood: disforik, emosi
Riwayat penyakit terdahulu: riwayat gangguan psikosomatik:
tidak
dijumpai,
riwayat
lainnya: tidak dijumpai.
gangguan
Bentuk pikiran umum: RTA terganggu, psikosis
neurologi: menderita penyakit stroke 7 tahun yang lalu,
(+). Bentuk pikiran spesifik: jawaban yang tidak
HBM dirawat di RS.HAM tetapi pulang paksa karena
relevan. Isi pikiran: waham persekutorik (+),HBM
tidak ada biaya, kemudian HBM tidak kontrol lagi,
mengatakan ada tetangga yang ingin mencelakai dan
riwayat gangguan mental emosional: tidak dijumpai,
telah
riwayat gangguan medik lainnya: menderita hipertensi
(+)HBM
sejak 10 tahun yang lalu tetapi tidak kontrol.
digosipkan oleh tetangga.
mengguna-gunai mengatakan
dirinya. sering
Waham
referensi
dijelek-jelekan
dan
Riwayat kehidupan pribadi: riwayat prenatal:
Persepsi: Halusinasi pendengaran (+) yang
tidak jelas, riwayat masa bayi dan anak: tidak jelas,
mengatakan bahwa HBM sering mendengar suara-
riwayat masa remaja: banyak teman, kurang percaya
suara
diri, suka bergantung kepada orang lain. Riwayat
depersonalisasi: tidak dijumpai. Mimpi dan fantasi:
pendidikan: sampai kelas 6 SD, hubungan guru dan
tidak dijumpai.
yang
mengejeknya.
Derealisasi
dan
teman biasa. HBM tidak pernah tinggal kelas, prestasi
Sensorium: alertness compos mentis. Orientasi
HBM: biasa. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga.
waktu: terganggu (HBM tidak tahu hari apa saat
Riwayat percintaan, perkawinan dan rumah tangga.
dilakukan wawancara), orientasi tempat: baik (HBM
HBM
tidak pernah pacaran, menikah 1x dengan
tahu sedang berada di rumah sakit apa), orientasi
almarhum suami HBM. Ia dijodohkan oleh orang tua.
personal: baik (HBM tahu yang mana dokter dan
HBM memiliki 7 orang anak. Suami HBM meninggal
perawat). Konsentrasi terganggu (HBM hanya dapat
dunia karena sakit liver pada tahun 2006.
menghitung 100-7 sampai angka 93). Kalkulasi
Riwayat keluarga: identitas orangtua Ayah: AM,
terganggu (HBM tidak dapat menjawab perkalian 15 x
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
609
http://jurnal.fk.unand.ac.id
5). Daya ingat jauh : baik (HBM tahu nama sekolah SD dulu), daya ingat agak lama:
terganggu (HBM
Lidah istirahat dan dijulurkan medial. Sistem motorik;trofi/tonus: eutrofi/normotonus.
tidak ingat kapan kejadian gempa di Padang), daya
Kekuatan otot, ekstremitas atas: kanan (5555), kiri
ingat baru saja: baik (HBM tahu sarapan apa tadi
(1111), extremitas bawah, kanan (5555), kiri (1111).
pagi), daya ingat segera: terganggu (HBM
tidak
Reflex fisiologis; kanan dan kiri; Biceps/Triceps:
mampu mengulang 4 digit angka terakhir yang
(+/+,+/+), APR/KPR: (+/+/ +/+). Reflex patologis;
disebutkan
benar).
kanan/kiri Hoffman-Trommer:(-)/(-). Babinski: (-)/(-),
Pengetahuan umum: baik (HBM tahu nama presiden
klonus kaki: (-)/(-). Sistem sensibilitas; eksteroseptif:
RI sekarang). Pikiran abstrak: baik (HBM tahu
tidak dijumpai adanya kelainan, propioseptif: tidak
peribahasa panjang tangan).
dijumpai adanya kelainan. Gangguan ekstrapiramidal:
oleh
pemeriksa
dengan
Insight: derajat III (sadar akan penyakitnya
tidak dijumpai. Fungsi luhur: terganggu.
tetapi dalam waktu bersamaan melempar kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau faktor
Pemeriksaan Penunjang
organik). judgement sosial: baik (HBM mau ikut jika
a. Laboratorium
ada gotong royong dikampungnya), judgment tes: baik
Hb: 12g/dl, Leukosit: 9,95 103/mm3, Trombosit:
(HBM tahu apa yang akan dilakukan bila menemukan
422 103/mm3. Hematokrit: 24,5%. Eritrosit: 3,03
sepucuk surat yang lengkap dengan perangkonya).
106/mm3. Hitung jenis: net/ limf/ mon/ bas/ eus: 76,3/
Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri
16,7/ 5,9/ 0,54/ 0,54. Trigliserida: 109 mg/dl. Widal,
sendiri: terganggu.
titer:1/40. b. Head CT Scan dengan kontras
Pemeriksaan Fisik
Hasil: Supratentorial tampak lesi hipodens di
Status sekarang; sensorium: compos mentis.
periventrikular kanan. Tidak tampak midline shift.
Tekanan darah: 160/90 mmHg. Frekuensi nadi: 80
Cortical sulci dan ventricular system normal. Kesan:
kali/menit. Frekuensi nafas: 24 kali/menit. Suhu tubuh:
Cerebral infarct di periventrikular kanan.
36,20C. Pemeriksaan umum; kepala: mata: reflex
c. Pemeriksaan EKG: Kesan normal
cahaya +/+; pupil isokor ka=ki; Telinga/hidung/mulut: dalam batas normal. Leher: tekanan vena jugularis
Diagnosis banding: Gangguan psikotik akibat Stroke
normal,
Iskemik, Demensia vaskular.
tidak
dijumpai
pembengkakan
kelenjar.
Thoraks: bentuk simetris fusiform. Jantung: iktus normal, suara tambahan (-). Paru: suara pernafasan
Diagnosis Multiaksial
vesikuler, suara tambahan (-). Abdomen: simetris,
Aksis I: Gangguan psikotik akibat Stroke Iskemik.
soepel, nyeri tekan (-), Hepar/lien/ren: tidak teraba.
Aksis II: Tidak ada diagnosis, ciri kepribadian depen-
Kelamin: tidak dilakukan pemeriksaan. Ekstremitas:
den, mekanisme pertahanan ego: represi, proyeksi,
atrofi (-)
introyeksi, distorsi, denial Aksis III: Hemiparese sinistra ec. Stroke iskemik
Pemeriksaan Neurologik Sensorium: compos mentis. Tanda peningkatan
(infark serebri)+Hipertensi stage II Aksis IV: Tidak ada diagnosis
TIK: tidak dijumpai. Tanda perangsangan meningeal:
Aksis V: GAF scale saat pemeriksaan: 40-31. GAF
tidak dijumpai. Nervus kranialis: N I: Normosmia, N II:
scale 1 minggu terakhir: 70-61. GAF scale satu tahun
Reflex cahaya +/+, pupil isokor, diameter 3 mm, N III,
terakhir: 80-71. Skor BPRS (Brief Psychotic Rating
IV, VI: Gerakan bola mata (+) normal. N V: Motorik
Scale): 61.
dan sensorik tidak dijumpai kelainan. N VII: Sudut mulut tertarik kekanan. N VIII: Pendengaran dalam
Defensive
Functioning
Scale;
current
batas normal. N IX, X: Disartria (-), uvula medial,
defenses atau coping style: represi, isolasi, introyeksi,
disfagia (-). N XI: Mengangkat bahu (+) normal. N XII:
somatisasi, delutional projection, psychotic distortion,
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
610
http://jurnal.fk.unand.ac.id
psychotic denial. Predominan current defence level:
kurang,
Level of defensive dysregulation. Prognosis: ragu-ragu
pemeriksaan
menuju baik.
extremitas
Penatalaksanaan;
dari
Bagian
perbendaharaan neurologi
kiri,
sudut
bahasa
sedikit,
didapatkan mulut
dari
kelemahan
tertarik
ke
kanan,
Psikiatri;
pemeriksaan CT scan menunjukan adanya infark
Risperidon 2 mg 1 x ½ tablet/oral/hari (malam),
paraventrikuler. Diagnosis ini disingkirkan karena pada
psikoedukasi keluarga, terapi suportif. Dari Bagian
HBM yang lebih menonjol gejala psikotiknya berupa
Neurologi: IVFD R Sol 20 gtt/mnt, Inj Citicolin 1
RTA yang terganggu, adanya waham dan halusinasi.
amp/12 jam, Ranitidin 1 amp/12 jam, Captopril 3x25
Sedangkan kemampuan kognitif lain seperti atensi,
mg, Fisioterapi.
fungsi eksekutif dan visio-spasial masih baik, dimana kemampuan
berpikir
abstrak
HBM
masih
baik,
orientasi tempat dan personal masih baik.
PEMBAHASAN Pada kasus ini seorang perempuan, HBM, 57
Pada aksis II tidak ada diagnosis, dijumpai
tahun, didiagnosis dengan “Gangguan psikotik akibat
ciri kepribadian dependen dimana HBM membiarkan
kondisi medis umum” yaitu “Gangguan psikotik akibat
orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan
stroke
anamnesis,
penting bagi dirinya yaitu HBM menikah dijodohkan
neurologis,
oleh orang tua dan HBM terpaku pada ketakutan akan
iskemik”
pemeriksaan
berdasarkan fisik,
hasil
pemeriksaan
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan
pemeriksaan psikiatri dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan psikiatri mendapatkan seorang
ditinggalkan agar mengurus diri sendiri, setelah
perempuan, sesuai dengan usia, tingkah laku dan
orangtua meninggal dunia, HBM kemudian bergantung
aktivitas psikomotor: hipoaktif, lemah lengan dan
pada suaminya, setelah suaminya meninggal, HBM
tungkai
kurang
merasa kehilangan sosok untuk bergantung, HBM
kooperatif, pembicaraan: arus lambat, perbendahara-
merasa tidak berdaya karena hanya suami OS yang
an sedikit, isi kadang relevan kadang tidak, afek:
bekerja
inappropriate, mood: disforik, bentuk pikiran: RTA
mengharapkan
terganggu, psikosis (+), asosiasi longgar, isi pikiran:
anaknya.
kiri.
Sikap
terhadap
pemeriksa:
mencari
nafkah,
bantuan
sekarang
biaya
hidup
dari
HBM anak-
halusinasi
HBM menggunakan mekanisme pertahanan
pendengaran (+) yang mengatakan bahwa HBM
ego introyeksi dimana HBM menyalahkan dirinya
mendengar suara-suara tetangga mengejek HBM,
karena tidak mampu membahagiakan keluarganya.
insight derajat III.
Sedangkan menggunakan mekanisme pertahanan
waham
persekutorik
(+),
persepsi:
Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik DSM-
ego distorsi dimana ego telah mengubah kenyataan
IV-TR untuk gangguan mental akibat kondisi medik
yang ada untuk menyesuaikan dengan sesuatu yang
umum. Kriteria Diagnostik Gangguan Psikotik akibat
datang dari dalam dirinya (inner need) yaitu waham
Kondisi Medis Umum menurut DSM – IV – TR:
persekutorik,
Halusinasi dan waham yang lebih menonjol, adanya
pendengaran, dimana OS meyakini bahwa ia benar-
bukti yang jelas dari riwayat, pemeriksaan fisik atau
benar selalu diejek dan dihina orang lain. Ketika
pemeriksaan laboratorium dimana gangguan tersebut
ditanya masalah kematian suaminya, HBM sepertinya
merupakan konsekuensi langsung dari kondisi medis
menyembunyikan kesedihannya, oleh karena HBM
umum,
dari
menggunakan mekanisme pertahanan ego isolasi.
gangguan mental lainnya dan gangguan tersebut tidak
HBM juga menggunakan mekanisme pertahanan ego
terjadi selama perjalan delirium.
denial yaitu HBM menyangkal kalau ia sakit karena
gangguan
tersebut
bukan
bagian
Diagnosis banding adalah demensia vaskular
waham
referensi
dan
halusinasi
faktor dari dirinya tapi ia menyalahkan orang lain yang
sesuai dengan kriteria diagnostik DSM-IV-TR karena
menyebabkan
pada anamnesis dan pemeriksaan psikiatri dijumpai
menggunakan mekanisme pertahanan ego proyeksi.
gangguan memori (daya ingat segera), adanya
HBM juga menggunakan mekanisme pertahanan ego
gangguan
represi dimana HBM merepresikan masalah yang ia
berbahasa
yaitu
bicara
celat,
arus
pembicaraan lambat, nada suara pelan, produktivitas
alami,
penyakitnya
sedangkan
disini
mekanisme
HBM
pertahanan
juga
ego
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
611
http://jurnal.fk.unand.ac.id
somatisasi, dimana konflik yang dialami HBM di
minimal dan relatif aman dapat ditoleransi dengan
represi dan dimunculkan dalam bentuk keluhan fisik
lebih baik.15 Risperidon diberikan dengan dosis awal 1
seperti pusing dan badan lemah maka sesuai dengan
mg karena dosis awal risperidon adalah: 1-2 mg/hari
DSM-IV-TR derajat pertahanan yang dialami HBM
peroral untuk psikosis akut dibagi dua dosis tapi dapat
adalah level of defense dysregulation.
juga diberikan satu kali perhari, kemudian dinaikan
Pada Aksis III dijumpai diagnosis dengan stroke iskemik karena dari anamnesis didapatkan
1mg/hari setiap hari sampai efektivitas yang diinginkan tercapai dengan dosis maksimum 16 mg/hari.9
keluhan badan terasa lemas, pusing, kaki dan tangan
Risperidon merupakan substrat bagi enzim
kiri lemah. 20 hari yang lalu awalnya HBM merasa
CYP2D6, setiap obat yang bersifat inhibitor terhadap
kepala
rumah,
enzim CYP2D6 ini akan meningkatkan konsentrasi
kemudian tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri
risperidon di plasma sedangkan obat yang bersifat
lebih kurang 5 menit, HBM kemudian di bawa keluarga
inducer
ke klinik di dekat rumah dan dirawat, selama dirawat
risperidon dari plasma. Tetapi untuk risperidon arti
kaki dan tangan kiri HBM terasa lemah dan sulit
klinisnya belum meyakinkan karena obat induk dan
digerakan, lidah juga terasa berat dan bicara celat
metabolitnya adalah zat aktif.10 Interaksi risperidon
serta didapatkan riwayat stroke 7 tahun yang lalu dan
dengan obat yang diberikan oleh bagian neurologi
riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Dari hasil
yaitu citikolin, ranitidin dan kaptopril adalah: meminum
pemeriksaan neurologi dijumpai kekuatan motorik
risperidon bersama ranitidin dapat meningkatkan
sebelah kiri adalah 1. Pemeriksaan nervus VII sudut
kadar ranitidin sehingga dapat meningkatkan risiko
mulut tertarik ke kanan dan dari hasil pemeriksaan
efek
Head
meningkatkan efek antihipertensi. Sedangkan citicolin
pusing
CT
saat
Scan
sedang
kesan
bekerja
cerebral
di
infarct
pada
periventikular kanan.
akan
mempercepat
samping
pengurangan
risperidon.10
Risperidon
dosis
dapat
merupakan suplemen untuk otak belum diketahui
Pada Aksis IV tidak ada diagnosis karena tidak
interaksinya dengan risperidon.11
dijumpai adanya faktor stressor psikososial.
Pada follow up hari ke 7, bicara-bicara sendiri,
Pada Aksis V didiagnosis dengan GAF Scale
senyum-senyum sendiri dan marah-marah sudah
40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
berkurang, waham masih ada dan halusinasi masih
realita
ada
dan
komunikasi,
disabilitas
berat
dalam
beberapa fungsi). GAF scale satu minggu terakhir: 70-
tapi
frekuensinya
sudah
berkurang,
dosis
risperidon dinaikan menjadi 2 mg sekali sehari malam.
61 (beberapa gejala ringan atau beberapa disabilitas
Pada follow up hari ke 14, bicara-bicara sendiri,
pada fungsi sosial, pekerjaan tetapi secara umum
senyum-senyum sendiri sudah jauh berkurang, marah-
fungsi masih baik dan masih menjalin hubungan
marah tidak ada lagi, waham sudah berkurang
interpersonal) sedangkan GAF scale satu tahun
intensitasnya dan halusinasi frekuensinya jarang,
terakhir: 80-71 (gejala sementara dapat diatasi,
dosis risperidon dinaikan menjadi 2mg dua kali sehari
disabilitas ringan dalam sosial,pekerjaan dan lain-lain).
malam, obat dilanjutkan sampai pasien pulang dan
Beberapa
keadaan
yang
memberikan
pada waktu kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian
gambaran prognosis yang baik pada kasus ini adalah
dosis obat diturunkan bila gejala psikotik sudah tidak
tidak terdapatnya gangguan psikiatri sebelumnya,
ada dan kemudian dapat dihentikan.
faktor pencetus jelas, awitan akut, tidak ada riwayat
Edukasi keluarga diberikan kepada keluarga
keluarga serta terdapatnya dukungan keluarga dan
OS agar mengetahui apa sebenarnya gangguan yang
sosial yang baik. Sedangkan yang memberikan
diderita
prognosis
mengenai obat yang akan diberikan kepada OS baik
buruk
sosioekonomi yang
adalah
janda
dan
status
kurang.2
HBM diberikan terapi risperidon untuk psikotik
OS,
perjalanan
penyakitnya,
keterangan
tentang lamanya pengobatan maupun tentang efek samping obat yang akan diberikan.12
akut nya karena risperidon merupakan obat golongan
Rencana pemberian terapi suportif apabila
antipsikotik atipikal merupakan obat pilihan yang
insight pasien sudah baik dan keadaan umum pasien
mempunyai efektivitas yang baik, efek samping
sudah membaik yang diberikan berupa reassurance
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
612
http://jurnal.fk.unand.ac.id
yaitu
memberikan
dukungan,
rasa
aman
dan
5.
ketentraman pada pasien sehingga dapat mengurangi
E,
neuropsychiatry
penderitaannya dan explanation yang mencakup penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien,
Chemerinski
Robinson
of
stroke.
RG.
The
Psychosomatics,
2000;41(1):5-14. 6.
penyebab dan perencanaan terapi.13
Robinson RG, Jorge R. Neuropsychiatry aspects of cerebrovascular disease. Dalam : Sadock BJ,
Pelayanan konsultasi merupakan suatu regu
Sadock VA, editor (penyunting). Comprehensive
penolong yang merespon setiap permintaan dari
Textbook of Psychiatry. Volume I. Edisi ke-9.
bagian kedokteran lain untuk meminta bantuan dalam
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
menegakkan diagnosis, terapi dan penatalaksanaan
hlm.420-35.
lain, misalnya pada pasien stroke iskemik yang dikirim
7.
American Psychiatric Association. Diagnostic and
ke psikiatri untuk melakukan CLP (Consultation-
statistical manual of mental disorders. 4thed text
Liaison Psychiatry), maka pelayanan juga merupakan
revision.
intervensi
Association; 2000.
singkat
kewilayah
bidang
lain,
yang
biasanya berakhir dengan sebuah jawaban konsul dan rencana
tindakan
penatalaksanaan.
8.
Arlington:
Amir N. Penatalaksanaan pasien stroke dengan
penanganan kasus gangguan psikotik pada stroke
Yayasan
iskemik ini dilakukan secara dini melalui team work,
XXXI:1998;2:169-82.
rujukan harus terus dibina yang tentunya untuk kepentingan pasien itu
sendiri.14
9.
Kesehatan
Jiwa
Darmawangsa
Stahl SM. Essensial psychopharmacology the prescriber’s guide. Edisi ke-1. Grady MM, editor (penyunting).
Keberadaan seorang psikiater sekiranya dapat
Psychiatric
gangguan emosi. JIWA Majalah Psikiatri. Jakarta:
Kerjasama
kerjasama yang erat antara psikiater dan dokter
American
UK:
Press
Syndicate
of
the
University of Cambridge; 2005. hlm. 411-16.
membantu mengatasi gangguan psikiatrik yang timbul,
10. Stahl SM. Essential psychopharmacology. Edisi
dalam hal ini adalah psikotik, sehingga diharapkan
ke-2. Cambridge: Cambridge University Press;
dapat memperpanjang survival serta meningkatkan
2002.
pasien.14
kualitas hidup
11. Monson K, Schoenstadt A. Drug interactions with risperidone. (diunduh Februari 2012). Tersedia
DAFTAR PUSTAKA
dari: URL: HYPERLINK http://bipolar-disorder.
1.
emedtv.com.
Nemade R, Dombeck M. Symptom of psychiatry due to a medical condition. (diunduh Februari 2012).
2.
3.
Tersedia
dari:
URL:
HYPERLINK
Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.mentalhelp.net
Evidence-based
Sadock BJ, Sadock VA. Mental disorders due to a
Frontliner Staff. Family Psychoeducation. U.S:
general medical condition. Synopsis of psychiatry
Department of Health and Human Services; 2009.
behavioral sciances/ clinical psychiatry. 10th ed.
13. Winston A, Rosenthal RN, Pinsker H. Introduction
practices
KITs.
Training
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
to supportive psychotherapy. Edisi ke-1 Arlington:
Santos S, et al. Stroke-psychosis. description of
American Psychiatric Publishing; 2004.
two cases. Actas Esp Psiquaiatr. 2009; 37(4):
Levenson
14. Waney
AT.
Consultation
liaison
psychiatry
dan/atau psychosomatic medicine. Dalam: Jiwa
240-2. 4.
12. Center for Mental Health Services. Substance
JL.
2007;14(9):37-40.
Stroke.
Primary
Psychiatry.
Majalah Psikiatri. Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa Darmawangsa; 2005. hlm.1-2.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
613