HUBUNGAN ANTARA KELUARGA BROKEN HOME, POLA ASUH ORANG TUA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA
Oleh: Sujoko, S.Psi, S.Pd.I, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta
ABSTRAK
Masa transisi remaja dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atan kenakalan (Juvenile Delinquency). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk; (1) mengetahui secara empirik hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja. (2) mengetahui sumbangan efektif keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Tekno-SA Surakarta dengan jumlah sampel sebanyak 119 siswa. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan cluster random sampling. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu skala kenakalan remaja, skala keluarga broken home, skala pola asuh orang tua dan skala interaksi teman sebaya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda untuk menguji hipotesis pertama dan analisis regresi partial untuk menguji hipotesis kedua. Berdasarkan hasil analisis diketahui R = 0,429; F = 8,623; dan R2= 0,184 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja dan variabel-variabel ini memberikan sumbangan efektif sebesar 18,4 % terhadap variabel kenakalan remaja. Keluarga broken home memberikan sumbangan efektif sebesar 7,8%, pola asuh orang tua memberikan sumbangan efektif sebesar 8,5% dan interaksi teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 5,6%.
Kata kunci
: Broken home, pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dan kenakalan remaja.
PENDAHULUAN Selama
remaja kurang stabil (storm and
rentang
kehidupan
stress). Masa transisi ini menurut Ray
manusia banyak terjadi perubahan;
(2008,
baik yang bersifat psikis maupun fisik
memungkinkan dapat menimbulkan
yang dimulai sejak lahir sampai
masa krisis yang biasanya ditandai
meningggal dunia. Dari semua fase
dengan kecenderungan munculnya
perkembangan
pertumbuhan
perilaku-perilaku menyimpang atau
manusia tersebut, salah satu fase
dalam studi psikologi sosial biasa
yang penting dan menjadi pusat
disebut dengan istilah kenakalan
perhatian adalah fase remaja. Karena
remaja atau Juvenile Delinquency.
dan
seorang remaja atau pemuda adalah generasi
penerus
bangsa
yang
dalam
www.yoyooh.com)
Dari beberapa riteratur dan hasil penelitian
yang
terkait
dengan
nantinya akan menjadi pemimpin dan
kenakalan remaja (dalam Santrock:
penerus perjuangan bangsa ini dan
2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009,
pada masa sebelum kemerdekaan
Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis:
Negara Republik Indonesia, Pemuda
2009) ditemukan bahwa salah satu
merupakan aktor penting yang ikut
faktor
andil
kenakalan remaja ini adalah tidak
dalam
memperjuangkan
itu, salah
timbulnya
berfungsinya orang tua sebagai figur
kemerdekaan Bangsa. Selain
penyebab
satu
alasan
tauladan
yang
baik
bagi
anak.
mengapa masa remaja menjadi masa
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan
yang penting dan menjadi salah satu
oleh remaja dibawah usia 17 tahun
pusat perhatian para pakar psikologi
yang
perkembangan,
keluarga yang tidak harmonispun
sosial
maupun
disebabkan
oleh
beragam,
kondisi
pendidikan adalah karena adanya
sangat
masa transisi. Masa transisi adalah
perbuatan
masa peralihan dari masa kanak-
maupun anti sosial. Seperti; berkata
kanak kemasa remaja dan masa
jorok, mencuri, merusak, kabur dari
transisi inilah yang menjadikan emosi
rumah,
yang
mulai bersifat
indisipliner
di
dari amoral
sekolah,
membolos, membawa senjata tajam,
waktunya.
merokok,
kebut-
dilingkungan keluarga tidak kurang
pada
dari 60% dari keseluruhan waktu
kebutan
berkelahi di
dan
jalan,
sampai
Anak
dalam
pada
atau
keluarga akan menjadi cermin anak.
perbuatan yang melanggar hukum,
Sehingga baik- buruknya anak juga
seperti; pembunuhan, perampokan,
sangat tergantung kepada keluarga.
pemerkosaan, seks bebas, pemakaian
Karena keluarga merupakan dunia
obat-obatan terlarang, dan tindak
keakraban yang diikat oleh tali batin,
kekerasan
sehingga menjadi bagian yang vital
kriminal
lainnya
yang
sering
diberitakan dimedia-media masa.
jadi
tinggal
perbuatan yang sudah menjurus perbuatan
sehari,
akan
lingkungan
dari kehidupannya.
Hal ini diperkuat dengan adanya
Perlu dipahami pula bahwa pola
hasil diskusi (www.kstv.com) yang
asuh
dilakukan pihak Polresta Blitar tahun
berpengaruh pada perkembangan
2009 dengan para guru pembimbing
pribadi dan sosial seorang remaja.
se-Kota Blitar. Dari hasil diskusi ini
Anwar dan Kasmih Astuti (2004)
terungkap
satu
dalam penelitiannya tentang pola
kenakalan
asuh, tipe kepribadian dan disiplin
pelajar itu adalah akibat keluarga
remaja menunjukkan bahwa pola
yang tidak harmonis atau yang biasa
asuh yang diberikan oleh orang tua
disebut dengan keluarga “broken
kepada
home”, sehingga orang tua sendiri
berpengaruh
lemah dalam melakukan pengawasan
disiplin dan kepribadian anak.
bahwa
penyebab
terhadap
salah
munculnya
anak-anaknya.
orang
tua
anaknya
juga
sangat
ini
terhadap
sangat perilaku
Padahal
Irawati (2009) mengatakan bahwa
menurut Mardiya (2009) keluarga
perkataan Imam Al-Gazali tersebut
merupakan lingkungan yang utama
sangatlah indah dan penuh makna,
bagi
jika kita menginginkan anak tumbuh
anak.
keluarga
Karena inilah
menghabiskan
dilingkungan anak
akan
dengan segala potensi kebaikannya
sebagian
besar
maka ada dua hal yang harus
dilakukan
oleh
Karena berdasarkan informasi yang
mengajarkan
peneliti dapatkan dari beberapa Guru
kebaikan dan membiasakan anak
yang mengajar di SMK Tekno-SA ini
untuk berbuat baik.
Inilah yang
banyak siswa-siswa yang berasal dari
seharusnya menjadi concern kita
keluarga broken home dan mereka
sebagai orang tua. Karena bisa jadi
termasuk siswa-siswa yang memiliki
kekerasan yang ada di negeri ini
predikat nakal di sekolah.
orang
secara
tua,
konsisten
yaitu
pangkal penyebabnya terletak pada
Inilah yang menjadikan peneliti
tatanan keluarga. Mungkin selama ini
semakin tertarik untuk melakukan
kita lemah ilmu dalam memahami
penelitian di SMK Tekno-SA Surakarta
pola asuh pendidikan yang tepat
ini. Dan dalam penelitian ini peneliti
untuk
ingin
anak-anak
kita.
Sehingga
mencoba
meneliti
tentang
dampaknya bisa jadi keberadaan
kenakalan remaja dan faktor-faktor
anak-anak kita akan menjadi sumber
yang
masalah bagi orang lain karena
latarbelakang diatas, maka rumusan
kenakalan dan perilaku anak-anak
masalah dalam penelitian ini adalah
kita yang kurang bisa diterima oleh
apakah
mereka.
keluarga broken home, pola asuh
Selain
kondisi
keluarga
yang
mempengaruhinya.
ada
hubungan
dengan kenakalan remaja.
tua yang kurang tepat, ada hal-hal
A. Tujuan Penelitian
yang
bisa
mempengaruhi
perilaku seorang remaja.
antara
orang tua dan interaksi teman sebaya
kurang harmonis dan pola asuh orang
lain
Dari
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah;
Berdasarkan dari hasil penelitian
1. Mengetahui
secara
dan beberapa data diatas, maka
hubungan
peneliti tertarik untuk melakukan
broken home, pola asuh orang
penelitian tentang kenakalan remaja
tua dan interaksi teman sebaya
yang ada di Solo, khususnya siswa-
dengan kenakalan remaja.
siswi
SMK
Tekno-SA
Surakarta.
antara
empirik keluarga
2. Mengetahui sumbangan efektif
terhadap kenakalan remaja dengan
tiga variable independent secara
meminimalisir
keseluruhan terhadap variable
memungkinkan dapat menimbulkan
dependent.
terjadinya kenakalan remaja, seperti;
3. Mengetahui
secara
hal-hal
yang
spesifik
suasana keluarga yang tidak romantis
sumbangan efektif dari variable
(broken home), pola asuh yang tidak
keluarga broken home, variable
tepat dan mengarahkan remaja agar
pola asuh orang tua dan variable
mencari
interaksi teman sebaya terhadap
pergaulan yang positif.
teman
atau
lingkungan
kenakalan remaja. LANDASAN TEORI B. Manfaat Penelitian
A. KENAKALAN REMAJA
1. Manfaat Teoritis.
Soetjningsih
Penelitian ini diharapkan dapat
dan
Adijanti
Marheni (2007) mengatakan bahwa
memberikan sumbangan ilmiah bagi
dalam
wahana
ilmu
Stastitical Manual of Mental Disorsrs-
psikologi
4th Edition), dijelaskan bahwa juvenile
perkembangan
psikologi.
Khususnya
pendidikan
dan
psikologi
DSM-IV
(Diagnostic
and
sosial
delinquency merupakan gangguan
terutama yang berhubungan dengan
tingkah laku. Gangguan tingkah laku
kenakalan remaja.
yang dimaksud disini adalah pola
2. Manfaat Praktis.
perilaku
berulang dan
menetap,
Penelitian ini diharapkan dapat
dimana perilaku tersebut melanggar
menambah pengetahuan orang tua,
norma sosial atau aturan-aturan yang
pendidik
sesuai
dan
remaja
khususnya
mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Bila penelitian ini terbukti, maka hasil
penelitian
ini
juga
dengan
umurnya
atau
menyimpang dari kebenaran. Prihartanti
(2000)
mengatakan
bahwa perilaku menyimpang yang
dapat
sering ditunjukkan oleh remaja ini
digunakan sebagai tindakan preventif
banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti; faktor lingkungan
lalulintas, merokok, narkoba dan
sekolah,
lain sebagainya.
lingkungan
rumah
dan
masyarakat. Maria
c. Perilaku (2007)
menambahkan
yang
menimbulkan
korban materi. Seperti mencuri,
bahwa ada beberapa faktor yang
memalak,
dapat
sekolah maupun fasilitas umum
mempengaruhi
kenakalan
remaja, diantaranya adalah: krisis identitas, kontrol diri yang kurang
merusak
fasilitas
lainnya dan lain-lain. d. Perilaku
yang
menimbulkan
baik, usia remaja yang ditandai
korban fisik. Seperti tawuran
dengan adanya “storm & stress”,
antar sekolah dan atau berkelahi
jenis kelamin, tingkat pendidikan
dengan teman satu sekolah dan
yang rendah, keluarga broken home,
lain sebagainya.
pengaruh negatif teman sebaya. kelas sosial ekonomi (kemiskinan), lingkungan sekitar tempat tinggal.
B. KELUARGA BROKEN HOME Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan
keluarga
Jensen (1985, dalam Sarwono,
broken home adalah keluarga yang
2008) juga mengatakan bahwa ada
mengalami disharmonis antara Ayah
empat aspek kenakalan remaja:
dan
a. Perilaku yang melanggar hukum.
dipertegas oleh Atriel (2008) yang
Ibu.
Pernyataan
Ulwan
ini
Seperti melanggar rambu-rambu
mengatakan bahwa “broken home”
lalulintas, mencuri, merampok,
merupakan suatu kondisi keluarga
memperkosa dan masih banyak
yang tidak harmonis dan orang tua
lagi
tidak lagi dapat menjadi tauladan
perilaku-perilaku
yang
melanggar hukum lainnya. b. Perilaku
yang
yang baik untuk anak-anaknya. Bisa
membahayakan
jadi mereka bercerai, pisah ranjang
orang lain dan diri sendiri. Seperti
atau keributan yang terus menerus
kebut-kebutan
terjadi dalam keluarga.
menerobos
dijalan, rambu-rambu
Willis
(2009)
setidaknya
ada
mengatakan tujuh
faktor
penyebab terjadinya keluarga broken
sebagaimana yang dikatakan oleh
home, ke tujuh faktor tersebut dalah:
Hawari (1997, dalam Maria 2007).
a. Kurang atau putus komunikasi
1. Menciptakan
diantara anggota keluarga. b. Sikap
egosentrisme
beragama dalam keluarga.
masing-
masing anggota keluarga.
d. Masalah kesibukan orang tua. orang
tua
2. Mempunyai
waktu
bersama
keluarga.
c. Permasalahan ekonomi keluarga.
e. Pendidikan
kehidupan
yang
rendah.
3. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga. 4. Saling menghargai antar sesama 5. anggota keluarga.
f. Perselingkuhan
yang
mungkin
terjadi, dan
6. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
g. Jauh dari nilai-nilai Agama
7. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Kondisi
keluarga
yang
harmonis
ini
akan
dampak
yang
negatif
perilaku
anak.
Gerungan
tidak
memberikan terhadap
C. POLA ASUH ORANG TUA Santrock (2002) mengatakan yang
(2009)
dimaksud dengan pola asuh adalah
sebagian
cara atau metode pengasuhan yang
besar anak-anak delinkuensi berasal
digunakan oleh orang tua agar anak-
dari keluarga yang sudah tidak untuh
anaknya
strukturnya,
individu-individu yang dewasa secara
mengemukakan
bahwa
51.16%
anak-anak
delinkuensi berasal dari keluarga yang -karena suatu sebab- tidak utuh kembali (broken home). Untuk hubungan
tumbuh
menjadi
sosial. Cara orang tua dalam mengasuh anak akan turut menentukan perilaku
menciptakan
rumah
dapat
tangga
suatu yang
anak-anaknya kelak. Irawati
(2009)
mengatakan
harmonis setidaknya ada enam aspek
bahwa pola asuh yang baik adalah
yang
pola asuh yang diselimuti dengan
harus
diperhatikan,
cinta, kasih sayang dan kelembutan serta
diiringi
pengajaran tingkat
dengan
yang
penerapan
sesuai
perkembangan
dengan
usia
dan
D. INTERAKSI TEMAN SEBAYA Ali dan Muhammad Asrori (2006) mendefinisikan sebuah
interaksi
peristiwa
sebagai
yang
saling
kecerdasan anak, akan menjadi kunci
mempengaruhi satu sama lain ketika
kebaikan anak dikemudian hari.
dua orang atau lebih hadir bersama
Ulwan (2009) menambahkan jika
dan
mereka
saling
melakukan
remaja diperlakukan oleh kedua
komunikasi.
orang
dalam Agustin Kadarwati, Sri Lestari,
tuanya
dengan
perlakuan
Partowisastro
kejam, dididik dengan pukulan yang
dan
keras dan cemoohan pedas, serta
menambahkan bahwa yang dimaksud
diliputi dengan penghinaan, ejekan
dengan
dan pemberian label-label negatif
adalah kedekatan hubungan dan sifat
maka yang akan muncul adalah citra
hubungan dari pergaulan kelompok
diri negatif pada remaja. Dan ini
teman sebaya dan hubungan antar
merupakan pola asuh yang buruk.
individu atau anggota kelompok yang
Ada tiga aspek penting dalam pola asuh ini, Irawati (2009) dan Ulwan (2002) mengatakan bahwa
Setia
(1983,
Asyanti;
interaksi
teman
2008)
sebaya
mencangkup keterbukaan, kerjasama dan frekuensi hubungan. Papalia
mengatakan
setidaknya ada tiga aspek yang pola
bahwa
asuh orang tua ini, ketiga aspek
dewasa, sistem sosial teman sebaya
tersebut adalah:
menjadi lebih rumit dan variatif.
1. Komunikasi antara orang tua dan
Dalam melakukan interaksi sosial ini
anak.
saat
(2009)
anak-anak
beranjak
ada beberapa bentuk yang biasanya
2. Kewibawaan orang tua.
dilakukan oleh remaja, diantaranya
3. Keteladanan orang tua (uswah
adalah:
khasanah).
1. Chums (Sahabat karib) 2. Cliques (Kumpulan sahabat)
3. Crowds
(Kelompok
banyak
3. Tuntutan Konformitas
remaja) 4. Kelompok yang diorganisir.
E. Pola Hubungan Keluarga Broken
5. Kelompok Gangs
Home, Pola Asuh Orang Tua Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan
Agustini Kardawati, Sri Lestari dan Setia
Asyanti
(2008)
dalam
penelitiannya tentang Sikap remaja terhadap
perilaku
seks
Kenakalan Remaja.
bebas;
Willis (2009) mengatakan bahwa salah
satu
penyebab
kenakalan
dipengaruhi oleh orang tua atau
remaja adalah adanya kondisi kelurga
teman
Hasilnya
yang broken home. Keluarga broken
menunjukkan persepsi komunikasi
home ini menjadi salah satu aspek
orang tua-anak tidak mempengaruhi
terpenting yang menjadikan seorang
sikap remaja terhadap perilaku seks
remaja nakal. Pernyataan Willis ini
bebas (rx1y= 0.104 dengan p < 0.05),
memperkuat hasil penelitian yang
sedangkan interaksi teman sebaya
dilakukan oleh Quensel (2002) yang
mempengaruhi
sangat
mengatakan bahwa kondisi keluarga
signifikan (rx2y= 0.247 dengan p <
broken home dapat menimbulkan
0.01). Artinya dalam hal ini teman
perilaku menyimpang pada seorang
sebaya sangat berpengaruh terhadap
remaja,
perilaku remaja.
membolos
sebaya?
Menurut
dengan
Papalia
(2009)
setidaknya ada 3 (tiga) aspek dalam interaksi
teman
youth
sekolah,
trouble, memakai
narkoba dan tawuran. Anwar dan Kasmih Astuti (2004)
adapun
mengatakan bahwa pola asuh yang
aspek-aspek interaksi tersebut dapat
diberikan oleh orang tua kepada
dirumuskan sebagai berikut:
anaknya ini juga menjadi salah satu
1. Komunikasi antara teman sebaya.
penyebab
2. Penyesuaian diri terhadap teman
remaja. Ulwan (2009) mengatakan
(adaptasi).
sebaya,
seperti;
munculnya
kenakalan
jika remaja diperlakukan oleh kedua
orang tuanya dengan perlakuan yang
1. Hipotesis mayor
kejam, dididik dengan pukulan dan
Ada hubungan antara keluarga
cemoohan, ejekan dan pemberian
broken home, pola asuh orang
label-label negatif maka yang akan
tua
muncul adalah citra diri negatif pada
interaksi teman sebaya dengan
remaja, anak akan menjadi nakal,
kenakalan remaja.
bandel dan susah diatur.
yang
tidak
tepat
dan
2. Hipotesis minor:
Selain itu, teman juga menjadi
a. Ada
hubungan
antara
salah satu aktor penting dalam
keluarga
menjadikan seorang remaja nakal
dengan kenakalan remaja.
atau tidak.
seorang
remaja
dilakukan
oleh
asuh
akan
cenderung melakukan segala sesuatu yang
home
b. Ada hubungan antara pola
M.J. Cunha (2007) mengatakan bahwa
broken
c. Ada
oleh kelurga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi dengan
hubungan
interaksi
temannya.
besarnya pengaruh yang ditimbulkan
tua
dengan
kenakalan remaja.
teman-
Dari sini dapat dilihat betapa
orang
teman
antara sebaya
dengan kenekalan remaja. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini
teman sebaya terhadap kenakalan
adalah
siswa
SMK
Tekno-SA
remaja.
Surakarta Jawa Tengah yang terdiri dari delapan kelas, yaitu; XA, XB, XC,
HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah penulis paparkan diatas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah;
XIA, XIB, XIIA, XIIB, dan XIIC tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah total 243 siswa. Adapun sampel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan diambil dengan menggunakan
teknik stratified random sampling.
Analisis Data
Teknik ini digunakan karena populasi
Metode analisis data yang akan
dalam penelitian ini mempunyai
digunakan untuk menguji hipotesis
anggota
dalam penelitian ini adalah Analisis
yang
heterogen
dan
berstrata.
Regresi Ganda dengan satu variabel dependen
Metode Pengumpulan Data
dan
tiga
variabel
independen.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan
dalam
penelitian
ini,
peneliti menggunakan 4 (empat) skala, yaitu:
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data menyatakan ada hubungan yang sangat signifikan
1. Skala kenakalan remaja
antara kenakalan remaja dengan
2. Skala keluarga broken home
keluarga broken home, pola asuh
3. Skala pola asuh orang tua.
orang tua dan interaksi teman sebaya
4. Skala interaksi teman sebaya
(R = 0,429; F = 8,623; p = 0,000). Hal ini berarti bahwa variabel keluarga
Skala-skala
menggunakan
broken home, pola asuh orang tua
mempunyai
dan interaksi teman sebaya dapat
pilihan jawaban: sangat sesuai (SS),
dijadikan sebagai prediktor untuk
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
memprediksi kenakalan remaja.
model
Likert
ini yang
sangat tidak sesuai (STS). Skor
Selain itu hasil penelitian ini juga
dalam setiap item berkisar dari 4
sesuai dengan beberapa pendapat
sampai dengan 1 diberikan untuk
yang dikemukakan oleh para ahli.
item
favourable,
Diantaranya adalah Santrock (2002),
unfavourable
Maria (2007), Kienhuis (2009), Joanna
yang
sedangkan
bersifat untuk
bergerak dari 1 sampai 4.
dalam Ruby (2009), dan Willis (2009); yang mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak
berfungsinya orang tua sebagai figur
rendah (RE=58,52) dan rerata empirik
tauladan yang baik bagi anak.
kenakalan remaja tergolong tinggi
Rerata
empirik
penelitian
ini
(RE)
diketahui
dalam
(RE=70,66) ini membuktikan bahwa
sebesar
dalam kondisi keluarga yang kurang
78,18 hal ini menunjukkan bahwa
harmonis
bisa
kondisi keluarga broken home berada
kenakalan
remaja
pada kategori sedang.
bagaimana
bila
Walaupun
menimbulkan yang
tinggi,
keluarga
berada
kondisi keluarga broken home tidak
dalam kondisi yang sangat tidak
dapat dijadikan sebagai variabel yang
harmonis? Tentu tingkat kenakalan
berdiri sendiri untuk mengukur tigkat
remaja akan semakin lebih tinggi.
kenakalan remaja namun kondisi
Hal
keluarga yang tidak harmonis (broken
pendapat
home) ini mempunyai sumbangan
mengatakan
efektif
dalam
bagaikan sebuah sistem, apabila
membentuk kenakalan pada remaja.
dalam keluarga terdapat gangguan
Korelasi rx1y yang diperoleh sebesar
pada
0,280
Ini
keluarganya, maka seluruh sistem
menunjukkan bahwa ada hubungan
akan terganggu. Jika sistem keluarga
yang signifikan antara kenakalan
sudah
remaja
broken
anggotanya akan terganggu pula.
home, hal ini berarti bahwa semakin
Kondisi yang terbalik akan muncul
tidak harmonis hubungan keluarga
jika
maka akan semakin tinggi pula
kondisi keluarga yang harmonis akan
tingkat kenakalan remaja. Sebalikya
memberikan
semakin harmonis kondisi keluarga
dalam kehidupan keluarga, seperti:
maka remaja akan menjadi semakin
keutuhan keluarga, kasih sayang dan
baik.
tanggung
sebesar
dengan
dengan
7,8%
p<0,05.
keluarga
ini
dipertegas Willis
(2009)
bahwa
salah
keharmonisan
jawab
anggota
maka
bisa
dampak
yang
keluarga
seorang
terganggu,
dengan
seluruh
terjalin,
yang
yang
luas
semakin
Dengan adanya rerata empirik
bertambah besar, prestasi belajar
keluarga broken home tergolong
anak-anak yang semakin membaik
dan hubungan emosional anggota
adalah pola asuh yang diselimuti
keluarga juga semakin kuat.
dengan cinta, kasih sayang dan
Selain
kondisi
keluarga
yang
kelembutan serta diiringi dengan
broken home, kenakalan remaja juga
penerapan pengajaran yang sesuai
bisa terbentuk karena adanya pola
dengan tingkat perkembangan usia
asuh orang tua yang kurang tepat.
dan kecerdasan anak. Sedangkan
Berdasarkan
data
pola asuh yang buruk menurut Ulwan
diperoleh Rsquare = 0,085 dan RE =
(2009) adalah pola asuh dengan
67,20. Hasil ini menunjukkan bahwa
kemarahan dan cacian.
hasil
analisis
pola asuh orang tua berada pada
Hal ini juga dipertegas kembali
kategori sedang dan pola asuh orang
dengan adanya beberapa teori yang
tua
sumbangan
menguatkannya, diantaranya adalah
efektif terhadap kenakalan remaja
pendapat; Anwar dan Kasmih Astuti
sebesar 8,5 %.
(2004) yang mengatakan bahwa cara
ini
mempunyai
Korelasi
diperoleh
orang tua dalam mengasuh anak
sebesar 0,292 dengan p<0,01. Ini
akan turut menentukan perilaku
menunjukkan bahwa ada hubungan
anak-anaknya kelak.
yang
rx2y
sangat
yang
signifikan
antara
Irawati
(2009)
kenakalan remaja dengan pola asuh
bahwa
orang tua, hal ini berarti bahwa
menyadari
semakin
membentuk sikap durhaka pada
baik
pola
asuh
yang
orang
tua
menambahkan
bahwa
sering
tidak
mereka
telah
diberikan oleh orang tua maka
anak-anak
remaja akan menjadi semakin baik
durhaka adalah korban salah asuh
namun sebaliknya samakin buruk
orang tua mereka ketika mereka
pola asuh yang diberikan orang tua
masih kecil.
maka remaja akan menjadi semakin nakal. Menurut
(2009)
Anak
yang
Pola asuh orang tua memang sangat
Irawati
mereka.
berpengaruh
terhadap
yang
kepribadian remaja. Karena remaja
dimaksud dengan pola asuh baik
akan tumbuh berdasarkan ma’lumat
(pengamatan)
yang
peroleh
memilih teman-teman yang baik,
selama rentang kehidupannya, jika
maka remaja akan menjadi semakin
seorang remaja terbiasa melihat atau
baik. Namun sebaliknya jika semakin
mendengarkan cemoohan, cacian,
bebas remaja dalam memilih teman
kemarahan
maka remaja akan menjadi semakin
dan
dia
perilaku-perilaku
negatif lainnya, maka remaja akan
nakal.
tumbuh menjadi orang yang memiliki
Hal ini diperkuat dengan hasil
kepribadian yang sama dengan apa-
penelitian yang dilakukan oleh Telhaj
apa yang sudah dia lihat dan dengar.
dan Pugh (2006) yang mengatakan
Selain
kondisi
keluarga
yang
bahwa
teman
sebaya
broken home dan pola asuh orang
berpengaruh
tua kenakalan remaja juga dapat
pelajar, artinya low ability maupun
disebabkan karena interaksi yang
high
terjadi antara teman sebaya.
dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Hasil analisis data diperoleh Rsquare
ability
Albert
terhadap
sangat
siswa
Bandura
di
(dalam,
kualitas
sekolah
Boeree;
= 0,056 dan RE = 53,99. Hasil ini
2004) mengatakan bahwa lingkungan
menunjukkan bahwa interaksi teman
memang
sebaya berada pada kategori tinggi
namun
dan interaksi teman sebaya ini
membentuk
mempunyai
(2002) menambahkan bahwa relasi
sumbangan
efektif
membentuk perilaku
lingkungan.
5,6%.
penting bagi perkembangan sosial yang
diperoleh
remaja.
Isolasi
teman
Santrock
yang
rx3y
antar
akan
terhadap kenakalan remaja sebesar
Korelasi
baik
juga
perilaku,
sosial
sebaya
atau
sebesar 0,236 dengan p<0,01. Ini
ketidakmampuan
untuk
menunjukkan bahwa ada hubungan
kedalam
jaringan
yang
antara
diasosiasikan dengan banyak masalah
kenakalan remaja dengan interaksi
dan kelainan yang beragam, mulai
teman sebaya, hal ini berarti bahwa
dari
semakin
depresi, putus sekolah, dan perilaku
sangat
signifikan
selektif
remaja
dalam
suatu
kenakalan,
melebur sosial
minum-minuman,
nakal lainnya yang muncul pada diri
keluarga
seorang remaja. Namun sebaliknya
terhadap kenakalan remaja
jika terjadi relasi yang harmonis antar
sebesar
remaja, maka akan memberikan
efektif pola asuh orang tua
dampak
terhadap kenakalan remaja
yang
positif
bagi
perkembangan sosial remaja.
sebesar
broken
7,8%,
8,5%,
home
sumbangan
sedangkan
sumbangan efektif interaksi Kesimpulan
teman
Berdasarkan
hasil
analisis
kenakalan
data dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya
dapat
sebaya
terhadap
remaja
sebesar
kenakalan
remaja
5,6%. 3. Variabel
disimpulkan bahwa:
berada pada kategori tinggi,
1. Secara umum ada korelasi
keluarga
broken
home
positif yang sangat signifikan
memiliki
kategori
sedang,
antara keluarga broken home,
pola asuh orang tua memiliki
pola asuh orang tua dan
kategori sedang dan interaksi
interaksi
sebaya
teman sebaya berada pada
remaja.
kategori tinggi
dengan Ketiga
teman kenakalan variable
memberikan efektif
lainnya
ini
sumbangan
terhadap
Berdasarkan hasil penelitian,
remaja
sebesar
pembahasan dan kesimpulan diatas,
sedanhkan
81,6%
dipengaruhi
oleh
variable lain selain dari ketiga variable bebas diatas. 2. Secara
Saran-saran
variable
kanakalan 18,4%
bebas
partial
maka
saran-saran
dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Kepala sekolah SMK Tekno-SA
dapat
dan
Data
atau
menunjukkan
efektif
aparatur
sekolah lainnya
disimpulkan bahwa peranan sumbangan
yang diajukan
penelitian
ini
kenakalan
remaja
diantaranya
ini, diharapkan untuk seluruh
disebabkan oleh pola asuh
siswa SMK Tekno-SA agar
orang tua (8,5%), keluarga
lebih berhati-hati lagi dalam
broken
mencari
home
pengaruh
(7,8%) dan
teman
Berdasarkan diharapkan
teman.
Tentunya
(5,6).
dengan cara mencari teman-
data
ini,
teman yang baik, teman yang
kepada
pihak
sekolah agar lebih fokus lagi
religius dan pintar. 3. Bagi orang tua
dalam membantu mengurangi
Data menunjukkan kenakalan
tingkat
remaja
kenakalan
peserta
diantaranya
didiknya
khususnya
dalam
disebabkan oleh pola asuh
masalah
pergaulan
siswa
orang tua (8,5%), keluarga
dilingkungan
sekolah.
Memberikan
penyuluhan
broken
home
pengaruh
(7,8%) dan
teman
kepada wali murid dan siswa
Berdasarkan
itu sendiri terkait dengan
diharapkan kepada orang tua
permasalahan-permasalahan
agar dapat memberikan pola
seputar keluarga. Khususnya
asuh dan suri tauladan yang
bagaimana
baik
menciptakan
keluarga
harmonis,
data
(5,6).
kepada
dengan
ini,
anak-anaknya
cara
menciptakan
bagaimana memberikan pola
lingkungan
asuh kepada anak dengan
harmonis
baik dan lain sebagainya.
mengawasi pergaulan yang
2. Bagi remaja (siswa) Data
menunjukkan
kenakalan umum
remaja disebabkan
keluarga dan
yang selalu
dilakukan oleh anak-anaknya. 5,6% secara
4. Bagi peneliti dan ilmuwan psikologi.
oleh
Penelitian ini masih jauh dari
adanya pengaruh dari teman.
sempurna dan masih banyak
Sehingga melalui penelitian
kekurangan-kekurangan yang
perlu
diperhatikan
diantaranya
adalah
hasil
penelitian yang tidak bisa digeneralisasi
secara
lebih
luas dan masih banyaknya variabel-variabel
lain
yang
tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu untuk
peneliti
selanjutnya
agar memperhatikan 81,6% variabel lain selain keluarga broken home, pola asuh orang tua
dan
interaksi
teman
sebaya jika ingin melakukan penelitian
terkait
dengan
kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA: Ali Muhammad, Muhammad Asrori (2006) Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Anwar dan Kasmih Astuti (2004) Pola Asuh, Tipe Kepribadian dan Disiplin Remaja. Jurnal Insight tahun II/nomor 2/Agustus 2004. Atriel (2008) Broken Home. www.atril.wordpress.com.
Cunha, M.J (2007) Modelling Peer Group Dieting Behaviour. Journal World Academy of Science, Engineering and Technology. Vol.30.2007. Portugal: Institute of Technical University of Lisbon. Papalia, Diane E., Sally Wendkos Olds, Ruth Duskin Feldmen (2009) Human Development: Perkembangan Msanusia. Jakarta: Salemba Humanika. Gerungan, (2009) Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama Irawati Istadi (2009) Mendidik Dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti Kstv (2009) Keluarga Broken Home Sebabkan Kenakalan Remaja. Blitar: http://kstv.co.id. Kardawati, Agustini. Sri Lestari dan Setia Asyanti (2008). Sikap remaja terhadap perilaku seks bebas; dipengaruhi oleh Orang Tua atau Teman Sebaya? Indigenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 10, No 1, Mei 2008: 3-18. Kienhuis, Mandy (2006). “Youth adjustment to parental separation: The development and evaluation of an empirically-based parenting intervention For separated families with adolescent children”. Disertasi (Tidak diterbitkan). Australia: RMIT University.
Mardiya (2009). Melemahnya fungsi keluarga dan kenakalan anak remaja kita. Kulonprogo: www.kulonprogokab.go.id/fi lles/news. Maria, Ulfah (2007). Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Jogjakarta: UGM. Prihartanti, Nanik (2000) Peran Psikologi Klinis dalam Pengkajian Perilaku Menyimpang pada Remaja. Jurnal Kognisi Majalah Ilmiah Psikologi 2000, Vol 4, No 1 Hal 45-52. Ruby, (2009) “Film Virgin 2 Ingatkan Bahaya Keluarga "Broken Home". Bandung: www.entertaiment.id.finrol l.com. Ray, Eusouff (2008). Kenakalan remaja. www.yoyooh.com. Sarwono, Sarlito Wirawan (2008) Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Santrock, John W (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Solopos (2010). Angka Kriminalitas Solo Tertinggi se-Polda Jateng. Surakarta: http://www.solopos.com. Soetjningsih dan Adijanti Marheni (2007) Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Telhaj, S dan Pugh Geoff (2006). School Effectiveness and Peer Group Effects: Interactions and Social Efficiency Outcomes. Journal JEL.12.J24. London: United Kingdom. Ulwan, Abdullah Nasih (2002). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani. Quensel, Stephen. Paul McArdle. Aoife Brinkley, Auke, W. M. Bloom, R. Jonhson, B. Kolte R.Pos. (2002). Broken home or drug using peers: ”significant relation? Journal of Drug Issues 0022—0426/02/02. 467490. England: University of Bremen. Willis, Sofyan S (2009). Konseling Keluarga: Family Counseling. Bandung: sAlfabeta.