HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN BERAT

Download 27 Okt 1999 ... ... bayi lahir. Kata kunci : status gizi, ibu hamil, berat badan bayi lahir ...... Jurnal Penelitian Sains Dan Teknologi, V...

0 downloads 476 Views 356KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan sistem pengolahan air limbah seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Proses Pengolahan pada IPAL Mojosongo (Sumber: PDAM Kota Surakarta)

Proses pengolahan air limbah di IPAL Mojosongo meliputi beberapa tahap antara lain: 1.

Pengaliran Dari Bak Penampung

Air limbah rumah tangga yang berasal dari Perumnas Mojosongo, Nusukan, Kadipiro dan Mojosongo non Perumnas akan ditampung terlebih dahulu di bak penampung dan dipompa ke pengolahan. Pemompaan dilakukan karena kontur tanah menuju ke IPAL lebih tinggi dari daerah pelayanan.

2.

Saringan (Bar Screen)

Air limbah yang dialirkan melalui pipa kemudian disaring di bar screen untuk menahan sampah dan plastik agar tidak masuk ke pengolahan limbah. Sebelum masuk ke pengolahan air limbah akan dipompa menuju bak pengendap awal. commit to user

34

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Bak Pengendap Awal

Apabila air limbah tidak diharapkan melewati bak ini, maka gate valve (katub) dioperasikan dalam keadaan terbuka sehingga air akan mengalir langsung menuju bak aerasi I, tetapi apabila air limbah diinginkan untuk melewati bak, maka gate valve (katub) dioperasikan dalam keadaan tertutup sehingga akan melimpah melalui weir (pelimpah) dan ruang pengukur dimana di ruang ini terpasang skala (disebelah selatan) dan alat ukur V notch untuk mengetahui debit air limbah yang sedang dipompakan dari rumah pompa Kali Anyar.

Air limbah yang terjun dari V notch memasuki ruang pengendapan, maka pada ruang ini pasir yang terbawa aliran diharapkan mengendap. Sedangkan sampah terapung dan bisa ditahan oleh penyekat yang kemudian diambil secara manual setiap satu minggu sekali kemudian dibuang ke tempat sampah. Air limbah yang melewati penyekat menuju pipa outlet dan masuk ke bak aerasi, hasil endapan dari bak ini perlu dikuras setiap 3 bulan sekali.

Gambar 4.2 Bak Pengendapan Awal

4.

Bak Aerasi 1

Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang masuk pada bak aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk commit to user dapat mengembangbiakkan mikroorganisme dan untuk percepatan perlu dilakukan

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

seeding dengan cara memasukkan lumpur aktif dari tangki septik ke dalam bak aerasi.

Gambar 4.3 Bak Aerasi I Bak aerasi I dilengkapi 2 buah aerator bertujuan untuk pemberian oksigen. Bila pemberian oksigen kurang akan ditandai dengan timbulnya bau dimana akan terjadi

proses

anaerobic,

untuk

itu

operator

harus

menjalankan

atau

mengoperasikan aerator tersebut.

Gambar 4.4 Mesin Aerator

5.

Bak Aerasi II

Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi ke aerasi II dan di sini aerator juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang mengendap di dua aerasi tersebut diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke bak pengering commit to user (sludge drying bed).

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara periodik, untuk pengurasan lumpur disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan pontoon serta pipa fleksibel untuk hisap maupun tekan.

Gambar 4.5 Bak Aerasi II

6.

Bak Sedimentasi (Sedimentation Pond)

Air limbah dari bak aerasi II mengalir secara gravitasi ke bak sedimentasi. Air yang telah di aerasi I dan II, sebagian besar partikel-partikelnya akan mengendap di dalam bak ini. Dari bak ini air limbah sudah boleh dibuang ke badan air penerima melalui saluran disebelah utara dan timur dari IPAL kemudian mengalir masuk ke Kali Anyar. Endapan Lumpur akan mengendap ke dasar kolam yang kemudian perlu diadakan pengurasan setelah lumpur berumur 2 (dua) tahun untuk pengurasan pertama, dan selanjutnya dilakukan pengurasan setiap 6 (enam) bulan sekali.

Gambarcommit 4.6 Bak to Sedimentasi user

38 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

7. Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed) Bangunan ini berfungsi untuk menampung lumpur yang diproduksi oleh bak aerasi I dan II, bak sedimentasi serta bak pengendap awal. Dari bak-bak yang menghasilkan lumpur tersebut, lumpur dipompa melalui jaringan pipa lumpur, saluran terbuka ini dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur aliran aliran lumpur sehingga cara pengisian petak-petak dapat dilakukan bergiliran. Untuk masing-masing petak, ketebalan lumpurnya adalah 30 cm.

Gambar 4.7 Bak Pengering Lumpur

4.2 Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo 4.2.1 Kualitas Air Berdasarkan Sifat Kimia dan Fisika di Laboratorium

Hasil rata-rata pengujian fisika dan kimia IPAL Mojosongo yang dilakukan oleh laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta di tahun 2015 dengan membandingkan parameter menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dapat dapat dilihat pada Tabel 4.1.

commit to user

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.1 Pengujian Fisika dan Kimia IPAL Mojosongo No

Parameter

Hasil Uji

Satuan

Kadar Maks

Inlet

Outlet

mg/L

100

111,9

9,53

Keterangan

FISIKA 1

TSS

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014

KIMIA 2

Ph

-

9

7,7

8,05

3

BOD5

mg/L

100

197,5

56,67

4

Minyak & Lemak

mg/L

10

-

-

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014

Sumber: Data hasil laboratorium PDAM Kota Surakarta dengan membandingkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014

Dari data pengujian fisika dan kimia dengan membandingkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 dapat dibuat diagram. Diagram Perbandingan parameter dengan baku mutu air limbah dapat dilihat pada Gambar 4.8. 100

100

100

jumlah

80

Baku mutu air limbah hasil uji outlet

56,67

60 40 9,53

20 0

TSS

9

Ph

8,05

10 BOD5

Parameter

0

Minyak & Lemak

Gambar 4.8 Diagram Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Air Limbah

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM)

Surakarta

dengan

membandingkan

Peraturan

Menteri

Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik didapat:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

40 digilib.uns.ac.id

1. Parameter Fisika: a. TSS (Total Suspended Solid) Kandungan lumpur yang ada di kolam pengolahan dipengaruhi oleh nilai TSS dari limbah cair yang masuk dalam kolam pengolahan. Semakin tinggi nilai TSS semakin besar kandungan lumpurnya. Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Surakarta diperoleh hasil bahwa sampel air di inlet 111,9 mg/L dan 9,53 mg/L di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.

2. Parameter Kimia: a. pH Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil bahwa sampel air di inlet mempunyai pH 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9, sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar. b. BOD5 Berdasarkan hasil penelitian, BOD5 (Biologycal Oxygen Demand) inlet 197,5 mg/L dan outlet 56,67 mg/L hal ini menunjukkan zat organik yang terdapat dalam air limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 °C. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.

3. Perhitungan Efisiensi Nilai efisiensi pengolahan COD, BOD5 dan TSS IPAL Mojosongo dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagi berikut: commit to user

41 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

E

=

(

)

× 100%

Dengan: `

E

= Efisiensi (%)

C

= Konsentrasi efluen (mg/l)

Co

= Konsentrasi influen (mg/l)

Perhitungan: a. Efisiensi COD E

=

(

=

(

,

,

,

= 60,7 %

)



)

× 100%

× 100%

b. Efisiensi BOD5 E

=

( BOD5

=

(

BOD5

,

,

,

= 71,3 %

)

BOD5

)

× 100%

× 100%

c. Efisiensi TSS E

=

( TSS

=

(

,

TSS

= 91,5 %

,

,

TSS

)

)

× 100%

× 100%

Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD adalah 60,7 % dan untuk BOD5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah 91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 50% menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.

commit to user

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.3 Prediksi Umur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo 4.3.1 Perhitungan Volume

1. Bak Pengendap Awal Air buangan yang dipompa dari sump pump masuk ke bak pengendap awal, disini air limbah bisa diukur debitnya melalui V notch, biasanya pada bak pengendap awal ini air limbah akan dipisahkan, pasir yang akan mengendap dan plastik maupun busa akan tertahan pada penyekat yang kemudian akan diambil secara manual dan dibuang ketempat sampah. Sedangkan pasir yang ikut terbawa aliran akan mengendap pada bak pengendap awal perlu dikuras secara manual dan lumpurnya ditampung di bak pengering lumpur. Bak Pengendap awal dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini:

Gambar 4.9 Bak Pengendap Awal dan Potongan

Dari Gambar 4.9 dapat diketahui: a. Air yang mengalir dalam bak pengendap awal ini adalah 40-50 liter/detik. b. Luasannya yaitu (21 m × 6 m) + (2,8 m × 1,5 m) + (9,4 m × 1,3 m) = 142,4 m2 c. Dengan dasar bangunan yang dibuat miring dan kedalamnya 2,5 m. commit to user d. Volume air yang ada dalam bak ini adalah 356,05 m³ = 356050 liter

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Bak Aerasi I Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang masuk pada aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk dapat mengembangbiakkan mikroorganisme. Bak aerasi I dilengkapi dengan 2 buah aerator. Bak aerasi I dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini:

Gambar 4.10 Bak Aerasi I

Dari Gambar 4.10 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 26 m × 47,5 m = 1235 m2 b. Kedalaman bangunan 3,5 m c. Volume air yang tertampung yaitu 4322,5 m³ = 4322500 liter

3. Bak Aerasi II Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi pula ke bak aerasi II dan disini aerator juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang mengendap di bak aerasi akan diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke bak pengering (sludge drying bed). Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara periodik, untuk pengurasan lumpur disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan pontoon serta pipa fleksibel untuk hisap maupun tekan. Bak aerasi II dapat dilihat pada Gambar 4.11.

commit to user

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 4.11 Bak Aerasi II

Dari Gambar 4.11 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 23 m × 51 m = 1173 m2 b. Kedalaman bangunan 3,5 m c. Volume air yang tertampung yaitu 4105,5 m³ = 4105500 liter

4. Bak Sedimentasi Air buangan dari bak aerasi II secara gravitasi akan mengalir ke bak sedimentasi. Air limbah yang telah diaerasi pada bak aerasi I dan bak aerasi II sebagian besar partikel-partikelnya akan mengendap di dalam bak sedimentasi ini, dari bak ini air limbah sudah bisa dibuang ke badan air penerima, kadar BOD sudah mulai turun. Bak sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 to Bak Sedimentasi commit user

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari Gambar 4.12 dapat diketahui: a. Luasannya yaitu 59,51 m × 47,40 m = 2820,77 m2 b. Kedalaman bangunan 2,8 m c. Volume air yang tertampung yaitu 7898,17 m³ = 7898170 liter

5. Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed) Lumpur yang dipompa dari aerasi I dan II maupun sedimentasi akan mengalir lewat jaringan pipa lumpur dan masuk ke sludge drying bed, secara bergiliran semua terisi. Setelah lumpur yang masuk ke dalam bak kering yang memakan waktu 30 hari lumpur diambil untuk dibuang atau dimanfaatkan sebagai pupuk. a. Dalam bak ini terdiri dari 12 bak dengan luasan masing-masing 8 m × 8 m = 64 m2/bak. b. Kedalaman bangunan 2 m c. Volume lumpur yang terdapat pada masing-masing bak adalah 128 m³

4.3.2 Jumlah Pertumbuhan Penduduk

Data pertumbuhan penduduk pada Kelurahan Mojosongo, Kadipiro, Nusukan, dan Perumnas Mojosongo dari tahun 2009-2015 dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan diagram pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Gambar 4.13. Tabel 4.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Tahun

Jumlah Penduduk Kelurahan

Jumlah

Mojosongo

Nusukan

Kadipiro

2009

41969

29705

49172

120846

2010

43863

27537

48.326

119726

2011

45233

28002

50324

123559

2012

48410

29502

48467

126379

2013

49173

30998

53461

133632

2014

49123

30789

53544

133456

2015

51601

29999

56381

137981

Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta

commit to user

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo, dapat dilihat diagram pertumbuhan penduduk pada Gambar 4.13. 137981 133632 133456

Jumlah Penduduk

140000 135000 130000 125000 120000

126379 123559

120846 119726

jumlah penduduk

115000 110000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun

Gambar 4.13 Diagram pertumbuhan penduduk IPAL Mojosongo

4.3.3 Jumlah Pertumbuhan Pelanggan dari IPAL Mojosongo

Data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo pada setiap kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4.3, dengan jumlah total pada tahun 2015 yaitu 5.425 SR. Tabel 4.3 Pelanggan SR IPAL Mojosongo Tahun Nama Kelurahan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Mojosongo

422

431

433

433

456

459

537

681

Nusukan

682

692

702

706

712

714

881

1123 1128

Kadipiro

123

123

124

126

127

128

322

363

Perumnas Mojosongo Jumlah

682

365

3247 3248 3248 3249 3249 3249 3249 3249 3250 4474 4494 4507 4514 4544 4550 4989 5416 5425

Sumber: PDAM Kota Surakarta

` Dari data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo, dapat dilihat diagram pertumbuhan pelanggan pada Gambar 4.14. commit to user

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah pelanggan

6000 5000

4474 4494 4507 4514 4544 4550

4989

5416 5425

4000 3000 Series1

2000 1000 0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun

Gambar 4.14 Diagram pertumbuhan pelanggan IPAL Mojosongo

4.3.4 Prediksi Pertumbuhan Penduduk IPAL Mojosongo

Tabel 4.4 Jumlah Pertumbuhan Penduduk pada Pelanggan IPAL Mojosongo Tahun

Jumlah Penduduk Kelurahan

Jumlah

Mojosongo

Nusukan

Kadipiro

2009

41969

29705

49172

120846

2010

43863

27537

48.326

119726

2011

45233

28002

50324

123559

2012

48410

29502

48467

126379

2013

49173

30998

53461

133632

2014

49123

30789

53544

133456

2015

51601

29999

56381

137981

Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta

Rata-rata pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2009 – 2015 adalah: Ka

= (Pa – P1) / (T2 – T1)

Ka

= (137981 - 120846) / (2015 – 2009)

Ka

= 2855,83 ̴̰ 2856

1. Prediksi jumlah penduduk 10 tahun (2025) P2025

= Po + Ka (Tn − To)

P2025

commit to user = 137981 + 2856 (2025 – 2015)

48 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

P2025

= 137981 + 2856 (10)

P2025

= 166541 jiwa

2. Prediksi jumlah penduduk 20 tahun (2035) P2035

= Po + Ka (Tn − To)

P2035

= 137981 + 2856 (2035 – 2015)

P2035

= 137981 + 2856 (20)

P2035

= 195101 jiwa

Berdasarkan perhitungan diatas pertambahan penduduk mengalami kenaikan. Jumlah penduduk pada tahun 2025 adalah 166541 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah 195101 jiwa.

4.3.5 Prediksi Pertambahan Pelanggan IPAL Mojosongo

Prediksi pertambahan pelanggan IPAL Mojosongo dihitung dengan metode aritmatik untuk masing-masing jenis pelanggan, kemudian dijumlahkan sehingga akan diperoleh data yang lebih akurat untuk perencanaan. Perhitungan tersebut dihitung dengan asumsi setiap perubahan data negatif dianggap tetap. Data-data pelanggan dari Tabel 4.5 dianalisis dengan rumus dibawah ini: Tabel 4.5 Pelanggan IPAL Mojosongo dari Tahun 2007-2015 Nama Kelurahan Tahun

Jumlah Selisih SR

Selisih

2007

422

682

123

Perumnas Mojosomgo 3247

2008

431

692

123

3248

4494

20

0,45

2009

433

702

124

3248

4507

13

0,29

2010

433

706

126

3249

4514

7

0,16

2011

456

712

127

3249

4544

30

0,66

2012

459

714

128

3249

4550

6

0,13

2013

537

881

322

3249

4989

439

9,65

2014

681

1123

363

3249

5416

427

8,56

2015

682

1128

365

3250

5425

9

0,17

Mojosongo Nusukan Kadipiro

Jumlah

commit to user

%

4474

20,06

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Persentase pertambahan penduduk rata-rata pertahun adalah: %

r

=

r

=

r

= 2,2 % = 0,02

,







Rata-rata pertambahan jumlah pelanggan dari tahun 2007-2015 adalah: Ka

= (Pa – P1) / (Tn - To)

Ka

= (5425 - 4474) / (2015 – 2007)

Ka

= 118,87 ̴̰ 119

1. Metode Aritmatika a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025) P2025

= Po + Ka (Tn − To)

P2025

= 5425+ 119 (2025 – 2015)

P2025

= 5425 + 119 (10)

P2025

= 6615 SR

b. Prediksi jumlah pelanggan 20 tahun (2035) P2035

= Po + Ka (Tn − To)

P2035

= 5425 + 119 (2025 – 2015)

P2035

= 5425 + 119 (20)

P2035

= 7805 SR

2. Metode Geometrik a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025) Pn

= Po × ( 1 + r )n

P2025

= 5425 × (1 + 0,02)10

P2025

= 6613 SR

b. Prediksi jumlah pelanggan 20 tahun (2035) Pn

= Po × ( 1 + r )n

P2035

= 5425 × (1 + 0,02)20

P2035

= 8061 SR

commit to user

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan perhitungan diatas pertambahan pelanggan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo mengalami kenaikan. Jumlah pelanggan IPAL tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik).

4.3.6 Kebutuhan Air Rumah Tangga

1. Kebutuhan Air Rumah Tanggan Menurut Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum, Kart

= Jumlah pelanggan2025 × 5 × 150 liter/orang/hari

Kart

= 6614 × 5 × 150 liter/orang/hari

Kart

= 4.960.500 liter /hari

Kart

= 57 liter/detik

2. Debit Air Limbah (80% dari air bersih) Qal

= 80 % × Kart

Qal

= 0,8 × 57 liter/detik

Qal

= 46 liter/detik

Berikut adalah perhitungan pertambahan jumlah pelanggan dan debit air limbah IPAL Mojosongo sampai tahun 2035 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Pertambahan Jumlah Pelanggan TAHUN 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

SR Geometrik Aritmatika 6613 6615 6745 6734 6880 6853 7018 6972 7158 7091 7301 7210 7447 7329 7596 7448 7748 7567 7903 7686 8061 7805

Debit Air Limbah (liter/detik) Geometrik Aritmatika 46 46 47 47 48 48 49 48 50 49 51 50 52 51 53 52 54 53 55 53 56 54

commit to user

51 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari hasil perhitungan diperoleh:. Perhitungan menurut jumlah pelanggan didapat bahwa jumlah pelanggan IPAL Mojosongo di tahun 2025 sebesar 6615 SR (aritmatika) dan 6613 (geometrik) dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 46 liter/detik dan jumlah pelanggan tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik) dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 54 liter/detik dan 56 liter/detik. Sedangkan kapasitas IPAL Mojosongo saat ini sebesar 50 liter/detik, sehingga dengan kapasitas pengolahan tersebut IPAL Mojosongo 10 tahun kedepan masih mampu melayani masyarakat sedangkan untuk 20 tahun kedepan IPAL Mojosongo tidak mampu mengolah limbah cair untuk wilayah Kelurahan Mojosongo 20 tahun kedepan.

4.3.7 Waktu Proses Pengolahan (Waktu Tinggal)

1. Perhitungan waktu proses pengolahan/ waktu tinggal Contoh Perhitungan pada bak aerasi I: Q

=

40 liter/detik = t

=







/







= 108062,5 detik = 30 jam Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Waktu Proses Pengolahan

No

Debit (liter/detik)

t (jam) Jenis Bak

Volume Jam

2

40

Aerasi I

3

40

Aerasi II

Hari

4322500

30,02

1,3

4105500

28,51

1,2

Dari data perhitungan waktu tinggal, dapat diplotkan menjadi grafik. Grafik waktu

commit to pada user Gambar 4.15. tinggal pada IPAL Mojosongo dapat dilihat

52 digilib.uns.ac.id

Debit(liter/detik)

perpustakaan.uns.ac.id

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Bak Pengendap awal

Bak Aerasi I

30,02

28,51 Waktu Tinggal (jam)

Gambar 4.15 Grafik Waktu Tinggal IPAL Mojosongo

Dari hasil perhitungan diketahui waktu tinggal sebesar (28-30) jam. Dilihat dari hasil waktu tinggal, IPAL Mojosongo lebih mengacu pada proses pengolahan air limbah secara biologi pada kondisi aerobik. IPAL Mojosongo tidak mampu melayani masyarAkat Mojosongo untuk 20 tahun kedepan. Salah satu cara agar IPAL Mojosongo mampu melayani masyarakat adalah dengan memperpendek waktu tinggal pada proses pengolahan.

2. Perhitungan Memperpendek Waktu Tinggal Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Memperpendek Waktu Tinggal Debit (liter/detik) No

Lumpur Aktif Standart

Extended

t (jam) Jenis Bak

Volume (liter)

Aeration

Lumpur Aktif

Extended

Standart

Aeration

1

150

71

Aerasi I

4322500

8,00

17

2

143

71

Aerasi II

4105500

8,00

16

Dari data perhitungan memperpendek waktu tinggal, dapat diplotkan menjadi grafik. Grafik waktu tinggal dengan sistem lumpur aktif standart (konvensional) dan sistem extended aeration dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17.

commit to user

53 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

152 Debit (liter/detik)

150

Aerasi I

148 146 144 Aerasi II

142

Debit (liter/detik)

140 138 8,00

8,00 Waktu tinggal

Gambar 4.16 Grafik Memperpendek Waktu Tinggal dengan Sistem Lumpur Aktif Standart (Konvensional)

71

Aerasi II

Debit (liter/detik)

71 71 71 71

Aerasi I

Debit (liter/detik)

70 70 17,00

16,00 Waktu tinggal

Gambar 4.17 Grafik Memperpendek Waktu Tinggal dengan Sistem Extended Aeration

Dengan memperpendek waktu tinggal dengan sistem Lumpur Aktif Standart (Konvensional) didapatkan debit sebesar 143 liter/detik dan sistem extended aeration di dapatkan debit sebesar 71 liter/detik, sedangkan limbah cair yang dihasilkan pada tahun 2035 sebesar 56 liter/detik (geometrik), sehingga sistem ini dapat digunakan untuk 20 tahun.

commit to user

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.4 Pembahasan 4.4.1 Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah

Dari data laboratorium yang diperoleh nilai TSS pada sampel air di inlet 111,9 mg/L dan 9,53 mg/L di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.

Dari data laboratorium yang diperoleh nilai pH hasil bahwa sampel air di inlet mempunyai pH 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9 sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.

Dari data laboratorium yang diperoleh nilai BOD5 (Biologycal Oxygen Demand) di inlet 197,5 mg/L dan outlet 56,67 mg/L hal ini menunjukkan zat organik yang terdapat dalam air limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 °C. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.

Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD adalah 60,7 % dan untuk BOD5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah 91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 60% menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

55 digilib.uns.ac.id

4.4.2 Jumlah Pelanggan dan Jumlah Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Pelanggan IPAL Mojosongo dan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Mojosongo, Kadipiro, Nusukan dan Perumnas Mojosongo Tahun 2035 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Tahun 2035 Berdasarkan perhitungan, pertambahan penduduk mengalami kenaikan. Jumlah penduduk pada tahun 2025 adalah 166540 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah 195097 jiwa.

2. Jumlah Pertumbuhan Pelanggan Tahun 2035 Berdasarkan perhitungan, pertambahan pelanggan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo mengalami kenaikan. Jumlah pelanggan IPAL tahun 2035 sebesar 7805 SR (aritmatika) dan 8061 SR (geometrik).

4.4.3 Umur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo

1.

Berdasarkan Jumlah Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2025 adalah 166540 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2035 adalah sebesar 107.097 dengan limbah cair yang dihasilkan sebesar 1157 liter/detik dan 1355 liter/detik. Dengan kapasitas IPAL saat ini 50 liter/detik, IPAL Mojosongo tidak mampu melayani jika seluruh penduduk dari kelurahan Kadipiro, Nusukan, Mojosongo, dan Perumnas Mojosongo menjadi pelanggan IPAL. 2.

Berdasarkan Jumlah Pelanggan

Jumlah pelanggan IPAL Mojosongo di tahun 2025 sebesar 6615 SR dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 46 liter/detik dan jumlah pelanggan tahun 2035 sebesar 7805 SR dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan 54 liter/detik. Sedangkan kapasitas IPAL Mojosongo saat ini sebesar 50 liter/detik, sehingga dengan kapasitas pengolahan tersebut IPAL Mojosongo untuk 10 tahun kedepan masih mampu melayani masyarakat, sedangkan untuk 20 tahun kedepan IPAL commit to user Mojosongo tidak mampu mengolah limbah cair untuk wilayah Kelurahan

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Mojosongo. Umur pelayanan IPAL Mojosongo yaitu sampai tahun 2030 (aritmatika) dan 2029 (geometrik).

3. Memperpendek Waktu Tinggal IPAL Mojosongo tidak mampu melayani masyarakat untuk 20 tahun ke depan. Salah satu cara

adalah dengan memperpendek waktu tinggal pada proses

pengolahan, yaitu dengan proses lumpur aktif dan extended aeration. Pada proses pengolahan ini dengan volume tetap didapatkan debit air limbah sebesar 71 liter/detik (lumpur aktif) dan 143 liter/detik (extended aeration).

commit to user