HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Militiachristy Fristiany Lumintang*, Paul A.T. Kawatu*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kelelahan akibat kerja merupakan bagian dari kelelahan umum yang biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, dkk, 2004). Montir pekerja yang ada di Desa Kiawa memiliki kategori umur yang beragam yaitu mulai dari anak sekolah (SMP & SMA) atau berusia mulai dari 12 tahun sampai ada yang berumur lebih dari 50 tahun. Montir perbengkelan di Desa Kiawa bekerja dengan tingkatan beban kerja yang sama satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dan beban kerja dengan kelelahan kerja pada montir perbengkelan di Desa Kiawa Raya Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan menggunakan pendekatan studi potong lintang (cross sectional). Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling atau seluruh montir perbengkelan yang berada di Desa Kiawa, yaitu sebanyak 40 orang. Analisis data menggunakan uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan 95% (α = 0,05). Hasil pengujian didapatkan nilai P-value 0,000 dan r = 0,807 atau tingkat korelasi sangat kuat serta arah korelasi positif, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kelelahan kerja. Selanjutnya didapatkan juga nilai P-value 0,000 dan nilai r = 0,751, menunjukan bahwa tingkat korelasi kuat dengan arah korelasi positif yang berarti bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara beban kerja dengan tingkat kelelahan kerja. Dari hasil penelitian yang didapatkan, kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara umur dan beban kerja dengan kelelahan kerja pada montir perbengkelan di Desa Kiawa, Kec. Kawangkoan, Kab. Minahasa. Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Umur, Beban Kerja, Perbengkelan ABSTRACT Work fatigue is a part of exhaustion in general, usually characterized with a decreasing of will to work which is caused by monotonous, frequency and long length of physical work, environment condition, mental causes, health status, and nutrition state (Tarwaka, dkk, 2004). Mechanic workers in Kiawa village have a vary health categories, start with student (Junior High School and High School), or those whose age range from 12 years old to 50 years old. Workshop mechanics in Kiawa Village work with an equal workload between one another. This research aims to find out whether there is a relationship between age and workload, with work exhaustion of workshop mechanic in Kiawa Raya village, North Kawangkoan District, Minahasa regency. Research method used in this research is observational analysis using the cross sectional study approach. The sampling method is by using total sampling, or all the mechanic in Kiawa village, which equal to 40 people. The data analysis is using Spearman Rank test with 95% (α = 0,05) significance level. The test resulted in P-value 0,000 dan r = 0,807, or correlation level is strong and correlation direction is positif, meaning that there is a significant relationship between age and work exhaustion. Furthermore, from the test obtained also that P-value 0,000 and r = 0,751, meaning that the correlation level is strong with positif correlation direction. It indicates that, there is directly proposional relationship between workload and work exhaustion level. From the result obtained, can be concluded that there is a relationship between age and workload with work exhasution of workshop mechanic in Kiawa village, Kawangkoan district, Minahasa regency. Keywords: Work Fatigue, Age, Workload, Workshop
1
kerja yang melebihi kapasitas dari
PENDAHULUAN Kelelahan
akibat
kerja
merupakan
pekerja itu sendiri serta faktor umur juga
bagian dari kelelahan umum yang
dapat berpengaruh, dikarenkan kapasitas
biasanya ditandai dengan berkurangnya
kerja secara fisik seperti penglihatan,
kemauan untuk bekerja yang disebab-
pendengaran dan kecepatan reaksi dapat
kan oleh karena monotoni, intensitas dan
dan mulai menurun setelah usia 30 tahun
lamanya
(Tarwaka, 2010).
kerja
fisik,
keadaan
lingkungan, sebab-sebab mental, status
Penelitian
sebelumnya
yang
kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka,
dilakukan oleh oleh Ahmad (2015),
dkk,
dapat
tentang hubungan antara beban kerja
ditimbulkan akibat kelel-ahan yaitu
dengan kelelahan kerja pada pekerja
motivasi kerja menurun, performansi
industri keripik melinjo di desa Benda
rendah, kualitas kerja rendah, banyak
Indramayu, menunjukan bahwa ada
terjadi kesala-han, stres akibat kerja,
hubungan antara beban kerja dengan
penyakit akibat kerja, cedera, terjadi
kelelahan
kecelakaan
penelitian yang dilakukan oleh Triyunita
2004).
Resiko
akibat
yang
kerja,
dan
lain
sebagainya, (Tarwaka, dkk, 2004). Para
pekerja
pada
pekerja.
Kemudian
(2013) tentang hubungan antara beban
diperbengkelan
kerja
fisik,
kebisingan
individu
untuk melakukan pekerjaan dengan
bagian weaving di PT. X Batang, bahwa
penuh
terdapat hubungan antara faktor umur
secepat
mungkin,
bahkan melaksanakan kegiatan yang
kelelahan
faktor
dikenal dengan sebutan montir, dituntut
ketelitian,
dengan
dan
pekerja
dengan kelelahan pada pekerja.
sangat menguras tenaga baik fisik
Berdasarkan hasil survei atau
maupun mental dari pekerja. Kegiatan
observasi awal yang dilakukan pada
pekerjaan yang dilaksanakan di industri
setiap industri perbengkelan di desa
perbengkelan yaitu seperti memperbaiki
Kiawa raya, para montir yang menjadi
(service) mesin kendaraan baik motor
pekerja
maupun mobil yang rusak dengan cara
tersebut, mempunyai kriteria usia yang
membongkar, mendorong, mengangkat,
beragam mulai dari anak SMP, SMA
membersihkan, dan lain sebagainya.
dan
Kegiatan pekerjaan pada industri perbeng-kelan,
dapat
di
industri
seterusnya.
perbengkelan
Setiap
montir
melaksanakan peker-jaan service atau
menyebabkan
perbaikan
kenda-raan
baik
mobil
montir tersebut mengalami penyakit
maupun motor seperti halnya bengkel-
akibat hubungan pekerjaan yaitu seperti
bengkel
kelelahan akibat bekerja karena beban
dengan waktu kerja selama 10-11 jam
2
pada
umumnya,
kemudian
per hari, rata-rata dimulai pada pukul 7-
Instrumen
yang
digunakan
8 pagi dan biasanya berhenti pada pukul
dalam penelitian ini yaitu Reaction
6-8
juga
Timer untuk mengukur kelelahan kerja
bekerja
pada montir perbengkelan, kuesioner
sampai jam 10 malam. Dengan beban
yang berisi daftar pertanyaan tentang
kerja yang sangat menguras tenaga fisik
data responden, karakteristik sampel
dari pekerja atau montir di perbengkelan
serta pertanyaan tentang beban kerja dari
tersebut, seperti memper-baiki mesin
pekerja yang akan dijadikan objek
dari yang ringan hingga mesin-mesin
penelitian.
malam,
perbengkelan
tidak yang
jarang masih
yang berat dan lain sebagainya, serta
Analisis data bivariat untuk
faktor usia yang beragam tersebut maka
melihat ada tidaknya hubungan antara
akan menyebab-kan para montir yang
umur dan beban kerja dengan kelelahan
ada dapat mengalami penyakit akibat
kerja, menggunakan uji uji korelasi
hubungan kerja seperti kelelahan kerja.
Spearman Rank pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan menggunakan
Itulah sebabnya penulis tertarik mengambil penelitian ini yaitu tentang
bantuan
hubungan antara beban kerja dan umur
SPSS. Maka hasil dikatakan ignifikan
dengan kelelahan pada montir perbeng-
jika tingkat kemaknaan tidak lebih dari
kelan di desa Kiawa raya.
95% (α = 0,05).
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis penelitian ini yaitu observasional
Karakteristik Responden
analitik
Hasil dalam penelitian ini berdasarkan
dengan
menggunakan
komputer
melalui
pendekatan studi potong lintang (cross
karakteristik
sectional). Penelitian ini dilaksanakan
bahwa
pada seluruh perbengkelan yang terdapat
penelitian ini yaitu dengan persentase
di Desa Kiawa, Kecamatan Kawangkoan
100% berjenis kelamin laki-laki. Untuk
Utara, Kabupaten Minahasa pada bulan
kategori masa kerja dari data pada tabel
April-Juni 2017. Populasi dan sampel
2, dapat dijelaskan bahwa, responden
dalam penelitian ini adalah seluruh
terbanyak ada pada tingkatan masa kerja
montir perbengkelan yang berada di
antara 1-5 tahun dengan persentase
desa Kiawa raya, yaitu sebanyak 40
47,5%, kemudian yang paling sedikit
orang dari 20 perbengkelan. Sampel
yaitu pada tingkatan masa kerja antara
dalam penelitian ini menggunakan total
25-30 tahun dengan persentase 2,5%.
sampling,
3
responden
program
seluruh
didapatkan
responden
pada
Kelelahan
Kerja
pada
dapat dikarenakan penyakit, perasaaan
Montir
Perbengkelan di Desa Kiawa
sakit
serta
keadaan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelelahan
(Suma’mur, 2009).
status
gizi
Kerja Kelelahan Kerja Normal Ringan Sedang Total
N 13 18 9 40
Umur
% 32,5 45 22,5 100
Berdasarkan Tabel 1, yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, melalui
pengumpulan
data
lewat
kuesioner dijelaskan bahwa responden Dari Tabel 1, untuk distribusi frekuensi
yang
kelelahan
bahwa
persentase 20% berada pada kelompok
dengan menggunakan alat ukur waktu
umur 17-25 tahun, 26-35 tahun dan juga
reaksi
dengan
46-55 tahun. Untuk responden dengan
persentase 45% mengalami kelelahan
jumlah paling sedikit yaitu dengan
ringan, kemudian, serta yang paling
persentase 7,5% berada pada kelompol
kecil yaitu dengang persentase 22,5%
umur 56-65 tahun.
kerja,
dijelaskan
(Reaction
Timer),
paling
banyak
Kapasitas
mengalami kelelahan kerja sedang.
yaitu
dengan
kerja secara fisik
seperti penglihatan, pendengaran dan
Kelelahan kerja dapat terjadi karena beban fisik maupun mental yang
kecepatan
dipengaruhi juga oleh sistem kerja saraf
menurun setelah usia 30 tahun. Tenaga
dari pekerja, yang berakibat menurunkan
kerja yang berusia di atas 30 tahun
motivasi kerja, penurunan kinerja fisik,
seharusnya lebih berhati-hati dan lebih
kecermatan dan kecepatan berkurang,
menyadari akan potensi bahaya di
waktu kerja lebih terbatas, penurunan
tempat kerja. Terdapat kecenderungan
produktivitas
dapat
bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti
menyebabkan kecelakaan saat bekerja
lebih mudah terjatuh sering dialami pada
karena konsentrasi kerja mulai menurun.
tenaga kerja berusia lebih tua dari pada
Beberapa penyebab kelelahan
berusia muda (Tarwaka, 2010).
kerja
serta
kerja
reaksi
dapat
dan
mulai
dapat terjadi, yaitu keadaan pekerjaan yang monoton, beban dan lamanya
Beban Kerja
pekerjaan baik fisik maupun mental,
Tabel 2.
Kerja
keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan
seperti
tanggung
Distribusi Frekuensi Beban
Beban Kerja Normal Berat Total
jawab,
kekhawatiran atau konflik, serta juga
4
N 15 25 40
% 37,5 62,5 100
Berdasarkan
data
pada
Tabel
2,
kapasitas
atau
kemampuan
pekerja,
didapatkan hasil bahwa untuk kategori
dapat memicu lebih cepat munculnya
responden yang paling banyak yaitu
perasaan kelelahan saat bekerja. Ke-
yang mengalami beban kerja berat yaitu
lelahan yang ditimbulkan akibat beban
dengan persentase 62,5%, dan untuk
kerja yang berat, mengakibatkan kem-
responden yang mengalami beban kerja
ungkinan terbesar pekerja menghadapi
normal
bahaya kecelakaan saat bekerja serta
dengan
persentase
37,5%.
Melalui data tersebut, kesimpulan yang
munculnya
didapatkan
montir
kelainan pada otot dan lain sebagainya
perbengkelan di Desa Kiawa mengalami
dikarenakan beban fisik yang dilakukan
beban kerja berat.
sepenuhnya bergantung pada upaya dari
yaitu
rata-rata
Beban kerja (workload) dapat
kapasitas
atau
seperti
tubuh pekerja sebagai tenaga maupun
didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara
penyakit-penyakit
pengendali pekerjaan (Tarwaka, 2010).
kemampuan
pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang
Hubungan
antara
Umur
dengan
harus dihadapi. Beban kerja baik fisik
Kelelahan
Kerja
pada
Montir
maupun mental, bilamana telah melebihi
Perbengkelan di Desa Kiawa
Tabel 3. Hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja
12-16
Variabel (Kelelahan Kerja) Kelelahan Kelelahan Kelelahan Normal Ringan Sedang N % n % n % 6 100 0 0 0 0
17-25 26-35 36-45 46-55 56-65
7 0 0 0 0
Variabel Umur (Tahun)
87,5 0 0 0 0
1 7 5 4 1
12,5 87,5 71,4 50 33,3
0 1 2 4 2
r
0 12,5 28,6 50 55,7
Pvalue
0,807 0,000
Untuk hubungan antara umur dengan
(independent) umur dengan variabel
kelelahan
montir
terikat (dependent) kelelahan kerja yaitu
perbengkelan di Desa Kiawa, melalui
sebesar 0,000 dengan koefisien korelasi
hasil analisis data bivariat dengan
atau nilai r = 0,807, menunjukan bahwa
menggunakan uji korelasi Spearman
arah
Rank, diperoleh nilai p-value untuk
kekuatan korelasi yang sangat kuat.
hubungan
Dapat
kerja
antara
pada
variabel
bebas
5
korelasi
adalah
dikatakan
positif
bahwa
serta
adanya
hubungan yang berbanding lurus antara
menurun setelah usia 30 tahun. Tenaga
variabel umur dengan tingkat kelelahan
kerja yang berusia di atas 30 tahun
kerja.
seharusnya lebih berhati-hati dan lebih Dari hasil penelitian sebelumnya
menyadari akan potensi bahaya di
oleh Shinta, dkk (2013), dejelaskan
tempat kerja. Terdapat kecenderungan
bahwa umur menjadi salah satu faktor
bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti
penyebab
pengaruh
lebih mudah terjatuh sering dialami pada
terhadap terjadinya kelelahan kerja pada
tenaga kerja berusia lebih tua dari pada
pekerja pembuat tahu di pabrik tahu
berusia muda (Tarwaka, 2010).
kelurahan
yang
memiliki
Jomblang,
kecamatan
Candisari Semarang. Kapasitas
Hubungan
kerja secara fisik
reaksi
dapat
dan
Beban
Kerja
dengan Kelelahan Kerja pada Montir
seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan
antara
Perbengkelan di Desa Kiawa
mulai
Tabel 4. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Variabel (Beban Kerja)
Variabel (Kelelahan Kerja) Kelelahan Kelelahan Kelelahan Normal Ringan Sedang n % n % N %
Beban Kerja Normal
12
92,3
3
17
0
0
Beban Kerja Berat
1
7,7
15
83
9
100
r
Pvalue
0,751 0,000
Melalui Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa
yang didapatkan menunjukkan nilai p-
berdasarkan analisis data bivariat lewat
value < 0,05 (α = 5%), sehingga dapat
pengujian korelasi Spearman Rank,
dijelaskan bahwa H0 ditolak dan H1
untuk hubungan antara variabel beban
diterima karena terdapat hubungan yang
kerja (independent) dengan variabel
signifikan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja (dependent) didapatkan
tingkat kelelahan kerja pada montir
hasil p-value sebesar 0,000 dengan
perbengkelan di Desa Kiawa Raya.
koefisien korelasi atau nilai r = 0,751,
Penelitian ini mendapatkan hasil
menunjukan bahwa tingkat korelasi kuat
yang sama dengan penelitian yang
dengan arah korelasi positif yang berarti
dilakukan sebelumnya oleh Ihsan, dkk
bahwa
yang
(2015) tentang hubungan antara bahaya
berbanding lurus antara beban kerja
fisik lingkungan kerja dan beban kerja
dengan tingkat kelelahan kerja. Hasil
dengan tingkat kelelahan pada pekerja di
terdapat
hubungan
6
Divisi Stamping PT. X. Indonesia.
1. Gambaran
umur
pada
montir
Penelitian tersebut mendapatkan hasil p-
perbengkelan yang ada di Desa
value sebesar 0,000
untuk variabel
Kiawa, yaitu sebagai berikut dengan
beban kerja dengan variabel kelelahan
persentase 60% berada pada kategori
kerja melalui pengujian mann-whitney
umur antara 17-25 tahun, 26-35
test, yang menunjukan bahwa terdapat
tahun dan 46-55 tahun.
hubungan yang signifikan antara beban
2. Dari hasil yang didapatkan, untuk
kerja dengan kelelahan kerja.
gambaran beban kerja pada montir
Semakin berat beban kerja yang
perbengkelan di Desa Kiawa, dengan
dimiliki oleh setiap tenaga kerja dalam
persentase 62,5% memiliki beban
melakukan
kerja berat dan 37,5% memiliki
pekerjaan,
energi
yang
dikeluarkan juga semakin besar, maka semakin
tinggi
pula
beban kerja normal.
tingkat
3. Gambaran
kelelahan
kerja
pada
kemungkinan terjadinya kelelahan pada
montir diseluruh perbengkelan yang
pekerja,
ada di Desa Kiawa yaitu sebagai
(Tarwaka,
2010).
Menurut
Tarwaka (2010), dari sudut pandang
berikut,
ergonomi, setiap beban kerja yang
mengalami kelelahan kerja ringan,
diterima oleh seseorang harus sesuai
22,5% mengalami kelelahan kerja
atau
sedang
seimbang
baik
terhadap
kemampuan fisik, kemampuan kognitif
dengan
dan
persentase
32,5%
45%
mengalami
kelelahan kerja normal.
maupun keterba-tasan manusia yang
4. Terdapat hubungan yang signifikan
menerima beban tersebut. Kemampuan
antara umur dengan kelelahan kerja
kerja seorang tenaga kerja berbeda dari
pada montir perbengkelan di Desa
satu dengan yang lainnya dan sangat
Kiawa
tergantung dari tingkat keterampilan,
Utara Kabupaten Minahasa tahun
kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis
2017, dikarenakan semakin tua umur
kelamin, usia dan ukuran tubuh dari
seseorang
pekerja yang bersangkutan.
kemungkinan terjadinya kelelahan
Kecamatan
maka
Kawangkoan
semakin
tinggi
kerja pada pekerja. 5. Terdapat hubungan yang signifikan
KESIMPULAN Dari hasil observasi, pengumpulan data
antara beban kerja dengan kelelahan
serta pengolahan data yang dilakukan
kerja pada montir perbengkelan di
untuk penelitian ini, maka didapatkan
Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan
kesimpulan sebagai berikut:
Utara Kabupaten Minahasa tahun 2017, dikarenakan semakin berat
7
beban kerja seseorang maka semakin
mungkin, sehingga resiko kelelahan
tinggi tingkat kemungkinan terjadi-
kerja dapat berkurang.
nya kelelahan kerja pada setiap
Bagi Peneliti Selanjutnya
tenaga kerja.
1. Bagi
peneliti
selanjutnya
6.
diharapkan
SARAN
lanjut
Bagi Pemilik Usaha Perbengkelan
lainnya yang dapat mempengaruhi
1. Perhatikan beban kerja untuk setiap
tingkat kelelahan saat bekerja, baik
montir
agar
diupayakan
tidak
untuk
sangat
tentang
diperbengkelan
melebihi kapasitas diri mereka, agar
meneliti
lebih
variabel-variabel
ataupun
ditempat
lain.
tingkat kelelahan dapat berkurang
2. Instrumen
penelitian
kiranya
serta produktivitas kerja semakin
digunakan yang lebih baik dari
meningkat.
penelitian
2. Untuk montir yang beban kerjanya tidak
dapat
dikurangi
ini,
contohnya
saat
mengukur kelelahan kerja jika perlu
atau
digunakan alat ukur reaction timer
disesuaikan dengan kapasitas diri
serta dibantu dengan kuesioner agar
mereka, sebaiknya diberikan waktu
lebih jelas hasil yang didapatkan.
jeda atau istirahat yang lebih agar
Diupayakan untuk mendapatkan hasil
pekerja mampu memulihkan nyeri
yang lebih baik sehinggah didapatkan
otot yang diakibatkan oleh karena
keberagaman hasil penelitian.
memaksakan diri untuk beban kerja yang berat yang kemudian semakin
DAFTAR PUSTAKA
cepat memicu timbulnya kelelahan
Ahmad & Amanatun, 2015. Beban
kerja.
Kerja dengan Kelelahan Kerja
Bagi Montir Perbengkelan
pada Pekerja Industri Keripik
1. Bagi setiap montir perbengkelan
Melinjo
di
Desa
sebaiknya memperbanyak aktivitas
Indramayu.
peregangan otot di sela-sela kegiatan
Universitas Wiralodra.
Benda
Indramayu:
bekerja, minimal 5 sampai 10 menit,
Ihsan, Rachmatiah & Salam, 2015.
agar terhindar dari nyeri otot akibat
Hubungan antara Bahaya Fisik
beban kerja yang melebihi kapasitas
Lingkungan Kerja dan Beban
yang kemudian dapat menimbulkan
Kerja dengan Tingkat Kelelahan
kelelahan saat bekerja.
pada Pekerja di Divisi Stamping
2. Upayakan agar waktu istirahat yang
PT.
diberikan dimanfaatkan semaksimal
X.
Indonesia.
Universitas Andalas.
8
Padang:
Shinta, Yuantari & Asfawi, 2013. Hubungan
antara
Faktor
Individu dengan Kelelahan pada Pekerja
Pembuat
Pabrik
Tahu
Tahu
Kelurahan
Jomblang,
Kecamatan
Candisari 2013.
di
Semarang
Semarang:
Tahun
Universitas
Dian Nuswantoro. Suma’mur, 2009. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan
Kerja
(Hiperkes). Jakarta: CV. Sagung Seto. Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto. Tarwaka,
2010.
Erdonomi
Dasar-dasar Ergonomi
Pengetahuan dan
Tempat
Industri,
Aplikasi
Kerja.
di
Surakarta:
Harapan Press. Tarwaka, Solichul, Bakri & Sudiajeng, 2004.
Ergonomi,
untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Universitas
Islam
Batik
Surakarta. Triyunita, 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan dan Faktor Individu
dengan
Kelelahan
Pekerja Bagian Weaving PT. X Batang. Semarang: Universitas Diponegoro.
9