HUBUNGAN PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PROF. dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Tri Anasari
Abstrak : Inersia uteri adalah salah satu kelainan tenaga (kelainan his) karena memanjangnya fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Inersia uteri pada ibu bersalin dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional. Mengetahui hubungan antara paritas dan anemia dengan kejadianinersia uteri pada ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan case control.Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan intrumen penelitiannya menggunakan lembar observasi. Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin dengan inersia uteri dan ibu bersalin normal periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2011. Sampel kasus dan sampel control masing-masing sebanyak 75 orang. Metode analisa data menggunakan uji Chi Square. Paritas ibu bersalin sebagian besar pada kategori tidak berisiko sebanyak 134 orang (89,3%), anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal sebanyak 89 orang (59,3%), ada hubungan paritas ibu bersalindengan kejadian inersia uteri (p = 0,017; OR = 5,032; phi = 0,194), ada hubungan anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri (p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162). Ada hubungan antara paritas dan anemia dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2011. Ibu Hamil hendaknya menjaga kesehatan kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan ANC secara rutin, mengecek Hb untuk mencegah anemia pada kehamilan, mengkonsumsi FeSO4, sayuran hijau, ibu hamil mengetahui bahwa melahirkan dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan masalah persalinan.
Kata Kunci : paritas, anemia dan inersia uteri
Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia…
23
THE CORRELATION PARITY AND INCIDENCE OF ANEMIA WITH THE MATERNAL UTERINE INERTIA IN HOSPITAL OF PROF.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. Tri Anasari Abstract : Uterine inertia is one of the power abnormalities (his disorder) because of prolonged latent phase or active phase or both of the opening time. On maternal uterine inertia can be caused by several factors, among others, general factors such as age, parity, anemia, inaccuracies analgesic use, hormonal influences due to lack of prostaglandins or oxytocin, feeling tense and emotional. Knowing the correlation between parity and incidence of anemia with the maternal uterine inertia in hospitals Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto in 2011. This research is analytic survey with case control design. Data used in this research is secondary data and research instruments using observation sheet. The study population was all birth mothers with uterine inertia and normal birth mothers the period 1 January 2011 to 31 December 2011. The sample case and control samples respectively by 75 people. Methods of data analysis using chi square test. Most of the birth mother parity at the categories weren’t risk as many as 134 people (89,3%), most of birth mother anemia in the normal category as many as 89 people (59.3%), there was an association of birth mother parity with the incidence of uterine inertia (p = 0,017; OR = 5,032; phi = 0,194), there was an association of anemia of birth mother with incidence of uterine inertia (p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162). There was an association between parity and anemia with the incidence of inertia uteri in hospitals of Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto in 2011. Pregnant women should maintain a healthy pregnancy with routine ANC checks, check hemoglobin to prevent anemia in pregnancy, consumption Fe SO4, green vegetables, pregnant women know that giving birth at a distance too close can lead to labor problems.
Keywords : parity, anemia and uterine inertia
24
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32
2010 adalah 123,89/100.000 kelahiran
PENDAHULUAN Tingginya Angka Kematian Ibu
hidup.
(AKI) di Indonesia sebagian besar
Penyebab
AKI
terdiri
dari
disebabkan oleh timbulnya penyulit
penyebab langsung dan tidak langsung.
persalinan yang tidak dapat segera
Penyebab
dirujuk
pelayanan
disebabkan oleh komplikasi pada masa
kesehatan yang lebih mampu. Faktor
hamil, bersalin dan nifas atau kematian
waktu dan transportasi merupakan hal
yang disebabkan oleh suatu tindakan
yang
dalam
atau berbagai hal yang terjadi akibat-
tinggi.
akibat
ke
fasilitas
sangat
merujuk
menentukan
kasus
Melakukan
risiko
pemeriksaan
kehamilan
langsung
tindakan
dari
tersebut
AKI
yang
dilakukanselama hamil, bersalin dan
secara teratur merupakan tindakan
nifas.
yang
dalam
kematian ibu adalah karena kondisi
mengidentifikasi secara dini sesuai
masyarakat, seperti pendidikan, sosial
dengan risiko yang dialami oleh ibu
ekonomi
hamil (Saifuddin, 2006).
komplikasi persalinan salah satunya
paling
World
tepat
Health
Organization
(WHO) memperkirakan di seluruh
Penyebab
dan
tidak
budaya.
langsung
Beberapa
adalah persalinan lama (Depkes RI, 2007).
dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal
Menurut SDKI 2007 53% ibu
tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di
tidak mengalami komplikasi selama
Indonesia menurut Survei Demografi
persalinan, persalinan lama sebesar
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
37%, perdarahan berlebihan sebesar
tahun
Indonesia
9%, demam besar 7%, komplikasi
228/100.000 kelahiran hidup. Data
kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
17%.Faktor-faktor penyebab terjadinya
menyebutkan pada tahun 2011 angka
persalinan lama salah satunya adalah
kematian
kelainan his (inersia uteri) (Manuaba,
2007
ibu
AKI
di
di
Jawa
Tengah
116,01/100.000 kelahiran hidup. Data
2001).
Inersia
uteri
adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
memanjangnya fase laten atau fase
angka kematian ibu di Banyumas tahun
aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan (Prawirohardjo, 2006).
Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia…
Faktor
penyebab
inersia
atau
umum
adekuat. Anemia dalam kehamilan
anemia,
memberi pengaruh kurang baik bagi
ketidaktepatan penggunaan analgetik,
ibu, baik dalam kehamilan, persalinan,
pengaruh hormonal karena kekurangan
maupun nifas dan masa selanjutnya.
prostaglandin atau oksitosin, perasaan
Penyulit-penyulit yang dapat timbul
tegang dan emosional, 2) faktor lokal
akibat anemia salah satunya yaitu
uteridiantaranya seperti
1)
umur,
faktor
paritas,
overdistensi
seperti
uterus,
hidramnion, malpresentasi, malposisi,
masuknya
besi
yang
25
tidak
inersia uteri (Mansjoer, 2001). Dampak dari kejadian ini yaitu
dan disproporsi cephalopelvik, mioma
kurangnya
uteri (Sastrawinata,2005).
terhadap tanda-tanda dari persalinan
Persalinan lama berkenaan juga dengan paritas yang dialami oleh ibu bersalin.
Multi
para
grande
dan
lama,
dan
pengetahuan
pengetahuan
juga
masyarakat
kurang
dari
cepatnya
para
tenaga
kesehatan untuk mengambil keputusan
multipara sering didapatkan perut
klinik
gantung,
dapat
persalinan.Berbagai penyebab tersebut
mengakibatkan terjadinya gangguan
dapat dicegah dengan pendeteksian
his. Semakin sering ibu hamil dan
komplikasi persalinan
melahirkan,
jarak
pengambilan keputusan secara cepat
kehamilan dan kelahiran, elastisitas
dan tepat serta penanganan yang tepat
uterus semakin terganggu, akibatnya
di tempat rujukan (Depkes RI, 2007).
uterus
perut
tidak
gantung
semakin
dekat
memimpin
secara dini,
secara
Studi pendahuluan yang dilakukan
sempurna dan mengakibatkan kelainan
di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
his (Oxorn, 2010).
Purwokerto didapatkan data bahwa
Anemia
berkontraksi
dalam
merupakan
keadaan
jumlah
ibu
bersalin
tahun
2010
dimana jumlah eritrosit yang beredar
sebanyak 1200 orang dan tahun 2011
atau konsentrasi hemoglobin menurun.
sebanyak 1956 orang. Kejadian inersia
Selama
uteri
kehamilan,
anemia
lazim
tahun
2010
ada
27
kasus
terjadi dan biasanya disebabkan oleh
sedangkan pada tahun 2011 ada 298
karena
sekunder
kasus. Ada kenaikan yang signifikan
terhadap kehilangan darah sebelumnya
kasus inertia uteri dari tahun 2010
defisiensi
besi
26
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32
digunakan
tersebut diatas, peneliti tertarik ingin
random sampling peneliti mengambil
meneliti lebih lanjut tentang hubungan
sampel secara acak sampai didapatkan
paritas dan anemia dengan kejadian
jumlah sampel yaitu 75 kasus dan 75
inersia uteri pada ibu bersalin di RSUD
kontrol.
Prof.
dr.
Margono
Soekarjo
Purwokerto Tahun 2011.
1)
adalah
simple
yaitu 271 kasus. Berdasarkan data
teknik
Data yang sudah diperoleh akan dianalisis
dalam
berbagai
bentuk
Tujuan dari penelitian ini adalah
analisis, yaitu: analisis univariate dan
Mendeskripsikan
analisis bivariate. Analisis univariate
inersia
uteri
karakteristik
pada
ibu
bersalin
berdasarkan faktor paritas dan anemia, 2) Menganalisis hubungan dari faktor paritas ibu bersalin dengan kejadian inersia
uteri,
3)
Menganalisis
hubungan dari faktor anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri. METODE PENELITIAN Jenis
penelitian Survey
penelitian
=
menggunakan rumus sedangkan
analisis
x 100% bivariat
menggunakan uji Chi Square. Untuk melihat kemaknaan perhitungan nilai statistik digunakan batas signifikan 0,05 sehingga bila nilai p < 0,05 maka hasil statistik signifikan, jika nilai p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik
ini
adalah
analitik
dan
tidak
signifikan
Menentukan
(Santjaka, besarnya
2008). asosiasi
menggunakan pendekatan case control.
(hubungan)
antara
satu
variabel
Cara
independen
dengan
satu
variabel
pengumpulan
data
yang
dilakukan dengan menggunakan data
dependen digunakan Koefisien Phi (
sekunder yang diperoleh dari rekam
). Penafsiran pada range nilai yaitu 0
medik RSUD Prof.
sampai 1, dengan kriteria sebagai
Soekarjo
dr. Margono
Purwokerto.
penelitiannya observasi.
Instrumen
menggunakan
Populasi
lembar
penelitian
ini
berikut: Kp<0,5 kategori hubungan lemah, Kp=0,5 kategori hubungan moderat, Kp>0,5 kategori hubungan
adalah ibu bersalin dengan inersia uteri
kuat.
(298 orang) dan ibu bersalin normal
perhitungan Odds Ratio (OR) yang
(171 orang) yaitu 469 ibu bersalin.
digunakan untuk mengestimasi tingkat
Teknik
pengambilan
sampel
yang
Selain
itu
dilakukan
juga
Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia…
27
risiko antara variabel dependen dengan
kelahiran, elastisitas uterus semakin
independen.
terganggu,
Interpretasi
nilai
OR
akibatnya
adalah sebagai berikut: OR>1 faktor
berkontraksi secara
risiko, OR =1 bukan faktor risiko,
mengakibatkan
OR<1 faktor protektif.
(Prawirohardjo, 2006).
uterus
tidak
sempurna dan kelainan
his
Penelitian ini sejalan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat
Veriana (2007) dari hasil penelitiannya
a. Paritas ibu bersalin di RSUD
dari 34 orang, ibu bersalin paling besar
Prof. dr. Margono Soekarjo
pada kategori paritas tidak berisiko
tahun 2011
(<3) sebanyak 19 orang (55,8%) dan sebagian kecil pada kategori paritas Berisiko ; 16; 10.7%
Tidak Berisiko ; 134; 89.3%
berisiko (≥3) sebanyak 15 ibu bersalin (44,2%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko (<3). b. Anemia ibu bersalin di RSUD
Diagram 1. Distribusi frekuensi Paritas
Prof. dr. Margono Soekarjo
ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono
tahun 2011.
Soekarjo tahun 2011
Diagram
1.
di
atas
dapat
diketahui bahwa paritas ibu bersalin
anemia; 61; 40,7%
tidak anemia; 89; 59,3%
sebagian besar pada kategori tidak berisiko
(<3)
sebanyak
134
ibu
bersalin (89,3%) dan sebagian kecil pada kategori berisiko (≥3) sebanyak 16 ibu bersalin (10,7%). Paritas adalah jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup
diluar
kandungan.
Semakin
sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan
Diagram 2. Distribusi frekuensi Anemia ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011 Diagram 2. di atas dapat diketahui bahwa anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal (≥11 gr/dl) sebanyak 89 ibu bersalin (59,3%) dan sebagian kecil
28
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32
pada kategori tidak normal (<11 gr/dl)
anemia, pada kasus paling banyak ibu
sebanyak 61 ibu bersalin (40,7%).
dengan kadar Hb <11gr% sejumlah 39
Anemia
merupakan
suatu
orang (52,7%) dan pada kontrol paling
keadaan dimana jumlah eritrosit yang
banyak ibu dengan kadar Hb ≥11gr%
beredar atau konsentrasi hemoglobin
sejumlah 89 orang (60,1%). Waktu
menurun.
ada
pengukuran Hb ibu penting diketahui
penurunan transportasi oksigen dari
karena berhubungan dengan keadaan
paru kejaringan perifer. Anemia sendiri
anemia ibu.
Sebagai
akibatnya,
jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada
2. Analisis Bivariat
hakekatnya setiap masalah kegawatan
a. Hubungan paritas ibu bersalin
dapat diperberat oleh anemia yang
dengan kejadian inersia uteri di RSUD
telah ada (Varney, 2006 ).
Prof. dr. Margono Soekarjo tahun
Penelitian ini sejalan dengan Indriyani
(2006),
pada
2011.
kejadian
Tabel 1. Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011
Inersia Uteri Paritas
Ya
Tidak
p
Total
F
%
f
%
F
%
Berisiko
13
17,3
3
4,0
16
10,7
Tidak Berisiko
62
82,7
72
96,0
134
89,3
Jumlah
75
100,0
75
100,0
150
100,0
Kp: 0,194 Hasil
0,017
OR: 5,032 analisis
bivariat
paritas ibu bersalin dengan kejadian
menggunakan uji chi square diperoleh
inersia uteri pada kategori lemah,
nilai p = 0,017 yang lebih kecil dari
karena nilai koefisien phi hanya sebesar
= 0,05 artinya ada hubungan paritas ibu
0,194.
bersalin dengan kejadian inersia uteri.
bersalin
Tingkat
didapatkan nilai OR sebesar 5,032
keeratan hubungan antara
Tingkat
risiko
dengan
paritas
inersia
ibu uteri
Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia…
29
artinya ibu bersalin dengan paritas
menjadi jatuh ke depan, disebut perut
berisiko (≥ 3) memiliki risiko 5,032
gantung.
kali lebih besar mengalami inersia uteri
mengakibatkan terjadinya gangguan
dibandingkan
his
ibu
bersalin
dengan
paritas tidak berisiko (< 3).
Perut
karena
gantung
posisi
uterus
dapat
yang
megantung ke depan sehingga bagian
Paritas adalah jumlah anak yang
bawah janin tidak dapat menekan dan
dilahirkan ibu. Paritas <3 merupakan
berhubungan
langsung
paritas paling aman ditinjau dari sudut
dengan
kematian ibu. Paritas lebih dari ≥ 3
(Prawirohardjo, 2009).
segmen
serta
bawah
rapat rahim
mempunyai resiko kematian ibu lebih
Hasil penelitian sesuai dengan
tinggi. Bila jarak kehamilan dengan anak
teori bahwa paritas berisiko (≥3)
sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim
menjadi penyebab terjadinya inersia
dan kesehatan ibu belum pulih dengan
uteri pada ibu bersalin. Inersia uteri
baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu
adalah memanjangnya fase laten atau
karena ada kemungkinan pertumbuhan
fase aktif atau kedua-duanya dari kala
janin kurang baik, mengalami persalinan
pembukaan
yang
lama,
atau
perdarahan
(Prawirohardjo, 2009).
(Sastrawinata,
Hasil penelitian
ini
2005). sejalan
dengan Mulidah (2002) di Kabupaten para
Purworejo tahun 2002 bahwa ibu
berpengaruh terhadap inersia uteri.
dengan paritas berisiko cenderung
Persalinan Pada multi para dan grande
lebih besar risikonya mengalami partus
multipara
lama sebesar 3,45 kali dan bermakna
Paritas
pada
sering
multi
didapatkan
perut
gantung, akibat regangan uterus yang
secara statistik.
berulang-ulang karena kehamilan dan
b. Hubungan anemia ibu bersalin
tidak kembali seperti semula dan
dengan kejadian inersia uteri di RSUD
longgarnya
ligamentum
yang
memfiksasi uterus, sehingga uterus
Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011.
30
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32
Tabel 2. Hubungan anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011
Inersia Uteri Anemia
Ya
Tidak
p
Total
f
%
f
%
f
%
Anemia
37
49,3
24
32,0
61
40,7
Tidak anemia
38
50,7
51
68,0
89
59,3
Jumlah
75
100,0
75
100,0
150
100,0
Kp: 0,162 Hasil
0,046
OR: 2,069 analisis
bivariat
dan janin menjadi berkurang. Bahaya
menggunakan uji chi square diperoleh
anemia pada ibu hamil saat persalinan
nilai p=0,046 yang lebih kecil dari =
dapat
0,05 artinya ada hubungan enemia ibu
primer, sekunder, janin lahir dengan
bersalin dengan kejadian inersia uteri.
anemia, persalinan dengan tindakan-
Tingkat
keeratan hubungan antara
tindakan tinggi karena ibu cepat lelah
anemia ibu bersalin dengan kejadian
dan gangguan perjalanan persalinan
inersia uteri pada kategori lemah,
perlu
karena nilai koefisien phi hanya sebesar
persalinan
0,162. Tingkat risiko anemia ibu
kelemahan dan kelelahan sehingga
bersalin
akan mempengaruhi ibu saat mengedan
dengan
inersia
uteri
menyebabkan
tindakan
gangguan
operatif.
dapat
Anemia
menyebabkan
didapatkan nilai OR sebesar 2,069
untuk
artinya ibu bersalin dengan anemia
2001). Hasil penelitian sesuai dengan
(<11 gr%) memiliki risiko 2,069 kali
teori
lebih besar mengalami inersia uteri
anemia (<11 gr%) menjadi penyebab
dibandingkan ibu bersalin dengan tidak
terjadinya
enemia (≥11 gr%).
bersalin.
Anemia adalah kondisi dimana
melahirkan
his
bahwa
ibu
inersia
Anemia
pada
bayi
(Mochtar,
bersalin
uteri
ibu
dengan
pada
ibu
bersalin
atau
disebabkan karena ibu kekurangan zat
sehingga
besi selama kehamilan sehingga terjadi
kapasitas daya angkut oksigen untuk
penyulit pada saat persalinan seperti
kebutuhan organ-organ vital pada ibu
kelainan his. Oleh karena itu, pada saat
sel
darah
menurunnya
merah
menurun
hemoglobin,
Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia…
31
hamil ibu hamil harus ANC secara
secara statistik. Ini diduga karena
teratur, mengecek Hb untuk mencegah
terjadi ketidakseragaman pengambilan
anemia pada kehamilan dan persalinan
kadar Hb dan pada kontrolnya ada
untuk
terjadinya
yang kadar Hb nya diambil pada
penyulit persalinan. Sehingga tidak
trimester 1 dan bisa saja pada saat itu
terjadi penyulit pada saat persalinan.
ibu sedang anemia. Ibu hamil yang
Ibu hamil mengkonsumsi makanan
anemia
yang mengandung penambah darah
his/gangguan
seperti tablet Fe, sayur-sayuran hijau,
mengakibatkan partus lama.
agar nantinya pada saat persalinan
SIMPULAN
mendeteksi
dini
kadar Hb ibu tidak anemia, tidak terjadi
bisa
mengalami
gangguan
mengejan
yang
1. Paritas ibu bersalin sebagian
penyulit
persalinan
seperti
besar pada kategori tidak berisiko
his,
perdarahan
pasca
sebanyak 134 orang (89,3%) dan
kelainan persalinan.
sebagian kecil pada kategori berisiko
Penelitian ini sejalan dengan Djalaluddin
di
RSUD
Ulin
sebanyak 16 orang (10,7%). 2. Anemia
pada
ibu
bersalin
Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha
sebagian besar pada kategori normal
Martapura tahun 2003 bahwa ibu yang
sebanyak
mengalami anemia memiliki risiko
sebagian kecil pada kategori tidak
4,73 kali lebih besar untuk mengalami
normal sebanyak 61 orang (40,7%).
89
orang
(59,3%)
dan
kejadian partus lama dibanding ibu
3. Ada hubungan antara paritas
yang tidak anemia dan secara statistik
ibu bersalin dengan kejadian inersia
bermakna.Penelitian Indriyani (2006),
uteri (p = 0,017; OR = 5,032; phi =
hasil analisis risiko kejadian anemia
0,194).
terhadap
kejadian
partus
lama
4. Ada
hubungan
anemia
ibu
memperlihatkan nilai OR= 1,681. Ini
bersalin dengan kejadian inersia uteri
berarti bahwa ibu yang mengalami
(p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162).
kejadian
anemia
memiliki
risiko
mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna
DAFTAR PUSTAKA Depkes. Profil kesehatan Indonesia 2007. Terdapat pada Http://www.depkes.go.id.
32
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:FKUI. Manuaba, I.A Chandranita dkk. (2001). Gawat darurat obstetri ginekologi dan obstetri ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC. Mochtar, R. (2001). Sinopsis obstetri fisiologi-obstetri patologi. Jakarta: EGC. Nugroho, Taufan. (2010). Kasus emergency kebidanan untuk kebidanan dan keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Oxorn, Harry & William R. Forte. (2010). Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta: Yayasan Esensial Media. Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kebidanan. Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta : Bina Pustaka
Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk penelitian kesehatan (multivariat dan mon parametrik). Yogyakarta: Nuha Medika. Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk penelitian kesehatan (deskriptif, inferensial, parametrik, dan non parametrik). Yogyakarta: Nuha Medika. Sastrawinata, S, dkk. (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC. Varney, H, Jan MK, dan Carolyn LG. (2006). Buku saku bidan. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.