HUBUNGAN TAYANGAN KARTUN UPIN DAN IPIN DENGAN PERILAKU IMITASI ANAK Oleh : Nunuk Werdiningsih – Sinta Petri Lestari Abstraksi Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkan telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Penelitian ini membahas hubungan tayangan kartun Upin & Ipin terhadap perilaku imitasi anak. Tipe penelitian yang dilakukan penulis adalah deskriptif kuantitatif diamana metode ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah di pahami dan di simpulkan. Teori yang digunakan adalah Teori Kultivasi, yaitu teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian, dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Tujuan dadi penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tayangan film kartun Upin & Ipin terhadap perilaku imitasi anak. Upin dan Ipin adalah sebuah film animasi anak-anak yang di rilis pada 14 September 2007 di Malaysia dan di siarkan di TV9. Film ini diproduksi oleh Les’ Copaque. Keywords: Komunikasi Massa, Perilaku Imitasi PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era globalisasi informasi seperti sekarang ini, Indonesia di ramaikan dengan hadirnya beberapa televisi
swasta
seperti
ANTV,
INDOSIAR, TRANSTV, MNC TV, Rajawali Citra Televisi (RCTI),
Surya
(SCTV),
TV
,TRANS7, Republik sudah
Citra
Global,
Metro
sedangkan untuk
Televisi TV
TV,
Indonesia lebih
Indonesia
Televisi
(TVRI)
lama
ONE
yang
beroperasi,
Semarang (Jawa
Tengah) masih ada TV swasta yaitu Cakra TV, Pro TV ,dan Kompas TV. Apabila
pada
dekade
80-an
masyarakat di hadapkan pada suatu pilihan mau tidak mau, suka tidak suka hanya TVRI, saat ini masyarakat lebih leluasa memindah saluran yang satu ke saluran yang lain sesuai dengan acara yang di nikmati. Semua televisi
swasta
tersebut
berusaha
menarik perhatian pemirsa sebanyakbanyaknya dan dapat menempati porsi tertinggi. Hal ini berarti masuknya dana meliputi iklan yang menopang dari televisi tersebut. Dalam situasi demikian sudah tentu televisi harus menyiarkan hal-hal atau film–film import, meskipun porsinya mulai di
kurangi, tetapi tidak mungkin atau
Indonesia. Hal itu tidak sepenuhnya
belum berhasil seluruhnya.
benar dan tidak semua keliru karena
Televisi juga di sebut sebagai sebuah
keajaiban
dunia
bias menolak masuknya segala hal
walaupun hanya berbentuk sebuah
yang “berbau” asing. Bahkan tidak
kotak
hanya
elektronik
Televisi
dalam
pada kenyataannya masyarakat tidak
yang
mampu
sederhana.
secara
dalam
bidang
komunikasi,
efektif
tetapi dalam hal mode busana, rambut,
berperan sebagai media massa dalam
dan makanan alternatif sama dengan
berbagai informasi dengan gambar
yang ada di luar negeri. Televisi
hidup, berwarna–warni dan bergerak.
dengan segala pesan dan gambar yang
Televisi dapat memikat, membius dan
di sajikannya merupakan proses atau
menggiring seluruh perhatian para
upaya
pemirsanya. Itulah sebabnya, sebagian
pandang yang sama terhadap realitas
besar pemirsa menganggap bahwa
dunia
informasi apa saja di tayangkan
(Morissan,2013: 252 ).
untuk
“menanamkan”
kepada
cara
khalayak
televisi adalah benar, apa saja yang
Televisi sebagai media komunikasi
disajikan oleh televisi adalah baik.
telah mampu menyihir masyarakat,
Sehingga
mulai dari anak usia prasekolah
bahwa
pemirsanya televisi
memutuskan
merupakan
satu–
sampai
orang
tua.
Hal
yang
satunya sumber dan pusat informasi
mengkhawatirkan bila sihir tersebut
yang benar, baik dan akurat, bahkan
telah
televisi di anggap sebagai guru yang
prasekolah.
wajib di turut dan di ikuti, alat yang
macam dalam bentuk film kartun
paling
sangat mudah ditiru oleh anak usia
efisien
dan
efektif
mengenal,
mempelajari,
mendapatkan
berbagai
hal
untuk dan dalam
hidup dibandingkan dengan membaca
mempengaruhi
prasekolah,
anak
Perilaku
baik
usia
bermacam-
perilaku
sosial,
maupun perilaku berbahasa. Usia prasekolah juga merupakan
berbagai buku bacaan yang di anggap
masa
menyita waktu.
pemerolehan bahasa. Segala informasi
Kekhawatiran
muncul
karena
keemasan
dalam
tahap
dan bentuk bahasa akan diserap
diduga akan menjadi muntahan acara
dengan
dari luar negeri tersebut, sebab isinya
khususnya
tidak
budaya,
termasuk informasi dan ragam bahasa
kepribadian bahkan falsafat bangsa
yang di tayangkan media televisi,
sesuai
dengan
cepat anak
oleh
anak–anak
usia
prasekolah,
khususnya acara untuk anak–anak.
akhirnya diharapkan dapat membentuk
Oleh
sikap dan perilaku yang sesuai dengan
karena
itu,
ragam
bahasa,
kekayaan kosa kata, perkembangan
jati
kompleksitas kalimat anak sangat di
sehingga
tentukan
sebagai
oleh
sebagai
tayangan
televisi
lingkungan
mempengaruhinya.
yang
Anak
sangat
diri
dan
budaya
mereka warga
Perkembangan
Indonesia,
menjadi Negara
film
bangga
Indonesia.
kartun
yang
tayang dalam televisi di mana banyak
membutuhkan pendamping orang tua
membawa
pada saat menikmati tayangan televisi.
mempercepat penyerapan nilai-nilai
Pemahaman anak terhadap tayangan
pada anak. Dengan melihat film kartun
televisi perlu di arahkan dan di berikan
dalam televisi anak dapat meniru
penjelasan agar tumbuh kembang anak
secara cepat adegan-adegan dalam
dapat
film kartun tersebut.
terkontrol.
Kegiatan
nilai-nilai
semakin
pendampingan terhadap anak yang
Kartun Upin dan Ipin adalah film
sedang menikmati tayangan televisi
animasi anak-anak yang dirilis pada
merupakan
14 September 2007 di Malaysia. Film
upaya
memodifikasi
ini di produksi oleh Les’ Copaque.
lingkungan binaan anak. Modifikasi
binaan
Film ini berdurasi 5-7 menit setiap
anak dalam bentuk pendampingan
episodenya. Upin dan Ipin adalah dua
perilaku menonton televisi tentunya
orang saudara kembar asal Melayu
dapat
yang tinggal bersama kakak dan opah
bahasa
lingkungan
merangsang anak
pemerolehan berkembang
perkembangan
sehingga bahasa
proses
anak
secara
dapat
maksimal.
mereka
dalam
sebuah
rumah
di
Kampung Durian Runtuh. Mereka berdua
kehilangan
kedua-dua
ibu
Sebaliknya, perilaku menonton televisi
bapak sewaktu mereka masih bayi.
anak yang tidak diarahkan secara baik
PERUMUSAN MASALAH
dapat mengakibatkan penyimpangan
Dari
perkembangan
masalah di atas maka perumusan
bahasa
anak
usia
prasekolah.
uraian
pada
latar
belakang
masalah dalam penelitian ini adalah ; memang
“Adakah Hubungan Tayangan Kartun
diharapkan dapat menambah nilai,
Upin dan Ipin Dengan Perilaku
norma, kreativitas dan kecerdasan
Imitasi Anjak ?”
Program
anak-anak
yang membumi atau sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini pada
KERANGKA TEORI Teori Kultivasi Teori kultivasi
Para (Cultivation
Theory) pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of Communication
di
Universitas
Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan
pertama
yang
memperkenalkan
teori
Living
Television:
The
Violenceprofile,
Journal
of
Communication.
Awalnya
ia
with
melakukan
ini
penelitian
adalah
tentang
“Indikator Budaya” di pertengahan tahun
60-an
untuk
mempelajari
pengaruh menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti yang dibayangkan,
dipersepsikan
oleh
penonton televisi. Penelitian kultivasi yang dilakukan itu lebih menekan
Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di Persepsi
apa
yang
terbangun di benak penonton tentang masyarakat
dan
budaya
sangat
ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui
berat
televisi
(Heavy Viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya. Misalnya, tentang
perilaku
kekerasan
yang
terjadi di masyarakat. Para pecandu berat televisi akan mengatakan bahwa sebab utama munculnya kekerasan adalah masalah sosial (karena televisi yang dia tonton sering menyuguhkan berita dan kejadian dengan motif sosial
sebagai
alasan
melakukan
kekerasan). Padahal, ada kemungkinan sebab utama adalah faktor cultural shock
(keterkejutan
tradisional
ke
misalnya,
pecandu
mengatakan
budaya)
modern.
bahwa
berat
dari
Termasuk televisi
kemungkinan
seseorang menjadi korban kejahatan adalah 1 berbanding 10, padahal dalam kenyataan angkanya adalah 1
pada “dampak”.
lingkunganya.
pecandu
kontak
penonton
dengan
televisi, ia belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat kebiasaannya.
berbanding 50. Ia juga mengira bahwa 20 persen dari total penduduk berdiam di Amerika, padahal sebenarnya hanya 6 persen. Dengan kata lain, penilaian, persepsi,
opini
penonton
televisi
digiring sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi. Bagi pecandu berat televisi, apa yang terjadi pada televisi itulah yang terjadi pada dunia sesungguhnya. Gerbner
berpendapat
bahwa
media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian
memelihara dan menyebarkan sikap
menjadikan masyarakat dan budaya
dan nilai itu antaranggota masyarakat
bersifat
kemudian mengikatnya bersama-sama
Agent).
pula.
Dengan
kata
lain,
homogen
(Homogenizing
media
Teori kultivasi atau disebut juga
memengaruhi penonton dan masing-
dengan analisis kultivasi, adalah teori
masing penonton itu meyakininya.
yang memperkirakan dan menjelaskan
Jadi, para pecandu televisi akan
pembentukan persepsi, pengertian, dan
memiliki kecenderungan sikap yang
kepercayaan mengenai dunia sebagai
satu sama lain.
hasil dari mengonsumsi pesan media
Penelitian kultivasi menekankan
dalam jangka panjang, Pemikiran
bahwa media massa merupakan agen
Gerbner menyatakan bahwa media
sosialisasi dan menyelidiki apakah
massa,
penonton televisi daripada apa yang
menyebabkan munculnya kepercayaan
mereka lihat sesungguhnya. Gerbner
tertentu
mengenai
dan kawan-kawannya melihat bahwa
dimiliki
bersama
film drama yang disajikan di televisi
media massa. Menurutnya, sebagian
mempunyai sedikit pengaruh, tetapi
besar yang kita ketahui atau apa yang
sangat penting di dalam mengubah
kita piker kita tahu, tidak kita alami
sikap, kepercayaan, atau pandangan
sendiri. Kita mengetahuinya karena
penonton yang berhubungan dengan
adanya berbagai cerita yang kita lihat
lingkungan
dan
sosialnya
(Nurudin,2007:166-170).
khususnya
kita
dengar
televisi,
realitas oleh
yang
konsumen
melalui
media.
Dengan kata lain, kita memahami
Gerbner menyebut efek televisi
realitas melalui perantaraan media
ini sebagai kultivasi atau cultivation
massa sehingga realitas yang kita
(berasal dari kata kerja to cultivate
terima
yang berarti „menanam‟), istilah yang
diperantarai (Mediated Reality).
pertama kali dikemukakannya pada
adalah
Gerbner
realitas
memandang
yang
televisi
tahun 1969. Televisi dengan segala
sebagai kekuatan dominan membentuk
pesan dan gambar yang disajikannya
masyarakat modern, Gerbner yakin
merupakan proses atau upaya untuk
televisi
„menanamkan‟ cara pandang yang
berasal dari pesan simbolik drama
sama terhadap realitas dunia kepada
kehidupan nyata (symbolic content of
khalayak. Televisi dipercaya sebagai
the
instrument atau agen yang mampu
dipertontonkan kepada khalayak jam
memiliki
real-life
kekuatana
drama)
yang
yang
demi jam dan minggu demi minggu,
suka
Kata „simbolik‟ menunjukan bahwa
pesan.
setelah
khalayak
menerima
pesan yang disampaikan televisi hanya
Efek konatif, setelah khalayak
bersifat simbolik dan bukan yang
mengetahui dan merasakan akan suatu
senyatanya.
pesan,
institusi
Televisi
merupakan
penyampai
cerita
tahapan
selanjutnya
yaitu
yang
mereka akan melakukan tindakan
menyampaikan, A Coherent Picture of
tertentu pada suatu pesan baik berupa
What Exists, What is Important, What
fisik maupun non fisik.
is Related to What, and What is Right
Teori Stimulus-Respon
(satu gambaran mengenai apa yang ada,
apa
yang
penting,
Teori Stimulus-Respons ini pada
apa
dasarnya merupakan suatu prinsip
berhubungan dengan apa, dan apa
belajar yang sederhana, di mana efek
yang benar) (Morissan,2010:106).
merupakan reaksi terhadap stimulus
Teori Efek Komunikasi Massa
tertentu. Dengan demikian, seseorang
Efek komunikasi adalah pengaruh
dapat menjelaskan suatu kaitan erat
yang ditimbulkan pesan komunikator
antara pesan-pesan media dan reaksi
dalam diri komunikannya . Efek
audience. McQuail dalam Bungin
komunikasi dapat kita bedakan atas
(2009:281)
efek kognitif (pengetahuan), afektif
elemen utama dalam teori ini adalah:
(sikap), dan konatif (tingkah laku)
a) Pesan (Stimulus) b) Seorang penerima atau Receiver (Organisme) c) Efek (Respons) Prinsip stimulus-respons ini
(Vardiansyah,2004:110). Efek kognitif yaitu efek yang pertama
timbul
yang
memberikan
pesan
komunikan
menjadi
bertujuan
sehingga
menjelaskan
elemen-
para
merupakan dasar dari teori jarum
tentang
hipodermik, teori klasik mengenai
pesan yang disampaikan kepadanya
proses terjadinya efek media massa
bisa berupa perubahan persepsi atau
yang sangat berpengaruh. Seperti yang
perubahan pendapat.
telah dijelaskan di atas, teori jarum
tahu
Efek afektif yaitu efek yang
hipodermik memandang bahwa sebuah
timbul pada tingkat perasaan. Setelah
pemberitaan media massa diibaratkan
terjadi
sebagai obat yang disuntikan ke dalam
efek
kognitif,
efek
ini
memberikan perasaan pada suatu isi
pembuluh
pesan misalnya rasa suka atau tidak
kemudian audience akan bereaksi seperti
darah
yang
audience,
diharapkan.
yang
Dalam
masyarakat massa, di mana prinsip
maka
stimulus-respon
respon
mengasumsikan
akan
diketahui
mereka
bagaimana
terhadap
kondisi
bahwa pesan informasi dipersiapkan
tersebut. Menurut Louis Thursone,
oleh media dan di distribusikan secara
respon
sistematis dan dalam skala yang luas.
kecenderungan
Sehingga
kecurigaan,
secara
serempak
pesan
merupakan dan
dan
jumlah perasaan,
prasangka,
pra
tersebut dapat diterima oleh sejumlah
pemahaman yang mendetail, ide-ide,
besar individu, bukan ditujukan pada
rasa takut, ancaman dan keyakinan
orang per orang. Kemudian sejumlah
tentang suatu hal yang khusus. Dari
besar individu itu akan merespons
pengertian tersebut dapat diketahui
pesan
bahwa cara pengungkapan sikap dapat
informasi
itu.
Penggunaan
teknologi telematika yang semakin
melalui :
luas dimaksudkan untuk reproduksi
1. 2. 3. 4.
dan distribusi pesan informasi itu sehingga
diharapkan
dapat
memaksimalkan jumlah penerima dan respon
oleh
audience,
sekaligus
meningkatkan respon oleh audience. Respons pada prosesnya didahului
Pengaruh atau penolakan Penilaian Suka atau tidak suka Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi Perubahan sikap dapat
menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang
sikap
terhadap objek-objek tertentu seperti
atau
perubahan lingkungan atau situasi
kesediaan seseorang untuk bertingkah
lain.. Sikap yang muncul dapat positif
laku kalau ia menghadapi rangsangan
yakni
tertentu.
mengenai
mendekati dan mengharaokan suatu
respon atau tidak respon tidak terlepas
objek, seseorang disebut mempunyai
dari pembahasan sikap. Respon ini
respon positif dilihat dari tahapan
juga diartikan suatu tingkah laku atau
kognisi, afeksi, dan psikomotorik.
sikap yang berwujud baik sebelum
Sebaliknya
pemahaman
mendetail,
respon negative apabila informasi
penilaian, atau penolakan, suka atau
yang di dengarkan atau perubahan
tidak serta pemanfaatan pada suatu
suatu
fenomena tertentu.
tindakan atau malah menghindar dan
sikap
seorang,
merupakan
Jadi
karena
kecenderungan
berbicara
yang
Melihat sikap
seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu
cenderung
objek
menyenangi,
seseorang
tidak
mempunyai
mempengaruhi
membenci objek tertentu.
Teori rangsang balas (stimulus
laku
seseorang
dari
respon theory) yang sering juga
tertentu.
disebut sebagai teori penguat dapat
1. Perhatian (Attention) Seseorang tidak
digunakan
untuk
menerangkan
lingkungan
akan
bisa
berbagai gejala tingkah laku sosial dan
menirukan kalau tidak memberikan
sikap. Yang artinya disini adalah
perhatian kepada objek yang akan di
kecenderungan
tirunya. Contohnya: Seorang anak
atau
kesedihan
seseorang
untuk
bertingkah
tertentu
kalau
ia
laku
mengalami
yang akan meniru tokoh kartun yang di
sukainya
maka
ia
akan
rangsangan tertentu. Sikap ini terjadi
memperhatikan tokoh kartun yang
biasanya
akan di tirunya (memperhatikan bisa
terhadap
benda,
orang,
kelompok, nilai-nilai dan semua hal
di lakukan melalui media).
yang terdapat disekitar manusia.
2. Mengingat (Retention) Subjek yang memperhatikan
Terpaan media massa yang terus menerus dapat menimbulkan efek pada setiap individu. Intensitas anak dalam menonton tayangan kartun Upin
harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Seseorang harus meningat ingat apa yang ia tiru.
terhadap perilaku anak.
3. Reproduksi Tindakan (Reproduction) Setelah mengetahui atau
Perilaku Imitasi
mempelajari sesuatu tingkah laku,
dan ipin menimbulkan beragam efek
Pada
umumnya
anak
mulai
subjek
juga
dapat
menunjukan
atau
menghasilkan
mengadakan imitasi atau peniruan
kemampuannya
sejak usia 3 tahun yaitu meniru apa
apa yang di simpan dalam bentuk
yang di lihatnya dan perilaku orang
tingkah laku. Atau dengan kata lain
lain yang di sekitarnya. Seringkali
bahwa subjek tersebut mempraktekan
anak tidak hanya meniru perilaku
apa yang ia tiru dari objek yang ia tiru.
misalnya gerak tubuh, rasa senang atau rasa tidak senang. Ekspresi orang
4. Motivasi Motivasi
lain terhadap sesuatu, antara lain
pemodelan Albert Bandura karena ia
menirukan orang marah, menangis,
adalah penggerak individu untuk terus
bergembira.
melakukan sesuatu. Jadi subyek harus
Ada 4 faktor yang harus dilakukan oleh seseorang menirukan tingkah
juga
penting
dalam
memiliki alasan untuk meniru perilaku yang
telah
di
( Morissan,2013:102-103).
modelkan
Tabel 1.1 Matriks Penelitian Variabel Tayangan
Kartun 1.
Upin dan Ipin
Indikator
Skala
Frekuensi
Ordinal
Penayangan k.artun Upin dan Ipin di televisi. 2.
Atensi
Ordinal
Perhatian anak dalam menyaksikan tayangan kartun Upin dan Ipin. 3.
Durasi
Ordinal
Lamanya penayangan kartun Upin dan Ipin Perilaku Anak
Imitasi
Perilaku Imitasi Anak
1.
Mengingat (Retention) Mengingat apa yang ia tiru.
2.
Reproduksi
tindakan
(Reproduction)
Subjek
Ordinal juga
dapat
menunjukan kemampuannya atau menghasilakan apa yang di
Ordinal
simpan dalam bentuk tingkah laku. 3.
Motivasi adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Ordinal
METODE
PENELITIAN
Data Responden Tabel 3.1 Presentase responden berdasarkan jenis kelamin
DAN
PEMBAHASAN Metodologi
penelitian
adalah
Jenis
deskriptif yang bersifat eksplanatori
No
Kelamin
F
Presentase
dengan temuan film kartun animasi
1
Pria
7
20%
2
Wanita
28
80%
Total
35
100%
Upin dan Ipin yang tayang setiap hari di MNC TV dan sudah beberapa tahun terakhir, menjadi tontonan wajib bagi setiap anak. Hal ini dapat disampaikan dari bukti empiris berbagai temuan yang diperoleh peneliti di lapangan.
Sumber : Kuesioner 2016 Berdasarkan
tabel
A no.1 tahun
di
atas
dapat
diketahui jumlah responden berjenis kelamin Pria dan Wanita. 80 % responden berjenis kelamin Wanita dan 20 % berjenis kelamin Pria.
Tabel 3.2 Presentase responden
Skor 24 – 27 = 11 dikategorikan
berdasarkan usia
Tinggi
No
Usia
F
Skor 27 – 30 = 14 dikategorikan
Presentase
Sangat Tinggi 1
21 Thn - 30 Thn
22
62,85 %
2
31 Thn - 40 Thn
12
34,28 %
3
41 Thn - 50 Thn
1
2,85 %
4
51 Thn - 60 Thn
0
-
dikategorikan Sangat Tinggi.
Total
35
100%
Interval hasil penelitian terhadap
Hasil dari penelitian didapat bahwa variabel tayangan kartun Upin&Ipin
Perilaku Imitasi Anak ( Variabel Y) Sumber: Kuesioner A no 2 tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas, 62,85 % responden berusia antara 21 tahun sampai 30 tahun. Sedangkan 34,28 % responden berusia antara 31 tahun sampai
40
tahun
dan
2,85
%
responden lainnya berusia antara 41 tahun sampai 50 tahun.
anjang Interval kelas
kor tertinggi kor terendah Banyaknya Kelas
anjang Interval kelas anjang Interval kelas
,
Dari perhitungan interval di atas panjang interval dari masing-masing kelas di dapat angka 2,5 sehingga variabel Y didasarkan pada penilaian:
Skor 17 - 19,5 = 4 dikategorikan Interval hasil penelitian terhadap Rendah Tayangan kartun “Upin&Ipin” (Variabel X ) Skor 19,5 – 22 = 5 dikategorikan kor tertinggi kor terendah anjang Interval kelas Banyaknya KelasSedang Skor 22 - 24,5 = 14 dikategorikan anjang Interval kelas Tinggi anjang Interval kelas
Skor 24,5 - 27 = 12 dikategorikan Sangat Tinggi
Dari perhitungan interval di atas
Hasil dari penelitian di dapat bahwa
panjang interval dari masing-masing
variabel
kelas di dapat angka 3 sehingga untuk
dikategorikan Tinggi.
variabel X menggunakan kategori : Skor 18 - 21 = 3 dikategorikan Rendah Skor 21 – 24 = 7 dikategorikan Sedang
perilaku
imitasi
anak
Tabulasi Silang Perilaku
Tayangan Kartun Upin&Ipin (X)
Imitasi Anak (Y)
ST
T
S
7
4
1
R
Jumlah 12
ST
0 ( 20% )
(11,42 %)
(2,85%)
(34,28 %)
5
5
3
1
14
(14,28 %)
(14,28 %)
(8,57 %)
(2,85 %)
(40%)
2
1
5
(5,71 %)
(2,85%)
(14,28%)
2
1
1
4
(5,71 %)
(2,85%)
(2,85%)
(11,43 %)
14
11
7
3
35
( 40% )
(31.42%)
( 20% )
(8,57 %)
100%
T
2 S
0 (5,71%)
R
0
Jumlah
Sumber : Tabel Induk Berdasarkan tabulasi silang di atas,
Untuk fenomena anak-anak yang
diketahui bahwa tayangan kartun Upin
meniru gaya bicara dan tingkah laku
dan Ipin mempengaruhi perilaku anak.
tokoh Film Upin & Ipin termasuk
Hal ini di tunjukan dengan hasil
dalam
presentase sebesar 20% yang berarti
dikhawatirkan. Upin & Ipin termasuk
hubungan antara X dan Y positif.
film
PENUTUP
digunakan dalam film tersebut terjaga.
Simpulan
Tetapi, tentu saja yang paling utama
hal
yang
yang
sehat
tidak
dan
perlu
kata-kata
Pada Bab ini akan dijelaskan hasil
saat ini, adalah peranan orang tua
dari penelitian mengenai Hubungan
untuk bisa mengontrol tayangan yang
Tayangan
Ipin
ditonton oleh anak-anaknya. Orang tua
terhadap Perilaku Imitasi Anak, maka
perlu mendampingi anak-anaknya saat
peneliti dapat menarik kesimpulan,
menonton, memberikan pemahaman,
bahwa:
tentang suatu tayangan film kartun
Kartun
Upin
&
yang sedang disaksikan, juga untuk
membangun
sarana
komunikasi
diharapkan
selalu
mendampingi
dengan anak, dan hal ini juga bisa
anak-anaknya dalam memilih dan
mengurangi dampak negative dari
menikmati
tayangan kartun bagi anak. Karena
televisi
kebiasaan
televisi
hendaknya kepada orang tua harus
secara sehat harus dimulai dari usia
selektif memilih tontonan-tontonan
dini.
atau hiburan yang layak dan tidak
mengkonsumsi
Hasil
akhir
menunjukan terdapat
penelitian
bahwa
hubungan
film positif
tayangan maupun
film CD.
baik Dan
ini
layak untuk dikonsumsi anak-anak.
tersebut
3. Bagi orang tua, guru dan para ahli
antara
terutama yang bertanggung jawab
tayangan kartun Upin & Ipin dengan
terhadap
pendidikan
agar
perilaku imitasi anak.
memperhatikan anak di rumah dan
Saran
murid di sekolah. Lebih baik anak-
Berdasarkan penelitian di atas
anak diajarkan tentang nilai-nilai
yang sudah di selesaikan, maka hasil
positif yang diangkat dalam film
penelitian dapat penulis sampaikan
Upin & Ipin, membuat anak belajar
beberapa saran yaitu :
tentang
1. Bagi mereka yang berkecimpung di
menjelaskan juga
kepada anak
media massa televisi, harus selalu
tentang
budaya,
mengingat
pengaruh
geografi serta hal-hal positif lain
khalayak,
yang bisa di gali dari film ini.
besarnya
televisi
terhadap
sehingga
dalam
merencanakan
program
siaran
harus
diusahakan
selalu
kemungkinan
timbulnya pengaruh-pengaruh yang
nilai
sosiologi,
dan
norma,
dan
Daftar Pustaka Abidin, Yusuf Zainal.2015. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
tidak diinginkan, sebaliknya justru mampu memberikan hal-hal yang positif bagi perkembangan jiwa serta
mampu
menunjang
kesejahteraan kehidupan mereka. 2. Kepada Keluarga atau orang tua yang memiliki anak-anak yang masih intelektual
dalam dan
perkembangan mentalnya
Azwar, Saifuddin.1997. Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan.2009. Sosiologi Komunikasi.Jakarta:Kencana. Cangara, Hafied.2014. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu Teori, Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Morissan. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta: Grafindo Persada.
Ilmu Raja
Rakhmat, Jalaluddin.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Vardiansyah, Dani.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.