42 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT Enny Nurcahyani 1, Dyah Widodo2 , Yanti Rosdiana3 Fakultas Ilmu Kesehatan , Universitas Tribhuwana Tunggadewi 2) Fakultas Ilmu Kesehatan , Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail:
[email protected]
1,3)
ABSTRACT The stress that experienced by nursing staff in performing the duties may decrease their performance. Most of the nurses, especially in the inpatient unit always faced the various complaints from the patients. The purpose of this study was to analyze the relationship between stress and the performance of nurses in the inpatient unit of Panti Waluya Sawahan's Hospital, Malang. The design of this study was a cross-sectional correlation with the nurses staff in the inpatient unit of Panti Waluya Sawahan's Hospital, Malang as the population. The technique that used in this study is the proportional random sampling with the number of the samples are 109 people. The data were analyzed using the Pearson's moment product correlation. The results that obtained by this study shows that the respondent had the light levels of work stress as much as 108 people (99.1%) while the majority of the respondents have a good performance as much as 87 people (71.5%), and there is a correlation between the stress levels and the performance of nurses performance in the inpatient unit of Panti Waluya Sawahan's Hospital, Malang. The author recommended to the nurses in the inpatient unit of Panti Waluya Sawahan's Hospital, Malang to keep nurses performance. Keywords: work stress levels, the nurse's performance .
ABSTRAK Stres yang dialami perawat dalam melakukan tugasnya dapat mengurangi kinerja. Sebagian besar perawat, terutama di ruang perawatan inap selalu menghadapi berbagai keluhan dari pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara stres dan kinerja perawat di ruang perawatan inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan cross sectional. Populasi adalah perawat di ruang perawatan inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Sampel adalah 109 orang dengan teknik sampling proportional random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment pearson. Hasil diketahui bahwa responden memiliki tingkat stres ringan sebanyak 108 orang (99,1%), sebagian besar responden memiliki kinerja yang baik sebanyak 87 orang (71,5%), dan ada korelasi antara tingkat stres kerja dan kinerja perawat di rawat inap Panti Waluya Sawahan Rumah Sakit Malang. Direkomendasikan bagi perawat di unit pelayanan rawat inap untuk mempertahankan kinerja perawat. Kata kunci: tingkat stres, kinerja perawat
43 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas
Pekerjaan
pelayanan kesehatan memiliki peran yang
memberikan asuhan keperawatan yang
sangat
strategis
mempercepat
seorang
perawat
untuk
dalam
upaya
komprehensif merupakan pekerjaan yang
peningkatan
derajat
mempunyai tingkat stres yang tinggi,
kesehatan masyarakat Indonesia. Salah
karena
satu profesi yang mempunyai peran
berhubungan langsung dengan berbagai
penting
adalah
macam pasien dengan diagnosa penyakit
keperawatan. Keperawatan adalah salah
dalam respon yang berbeda-beda (Nurul,
satu di rumah sakit yang berperan penting
2003). Tugas dan tanggung jawab perawat
dalam penyelenggaraan upaya menjaga
bukan hal yang ringan untuk dipikul. Di
mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
satu sisi perawat bertanggung jawab
Pada
dan
terhadap tugas fisik, administratif dari
pengendalian mutu dijelaskan bahwa
instansi tempat ia bekerja, menghadapi
pelayanan keperawatan menjamin adanya
kecemasan,
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
pertahanan diri pasien yang muncul pada
dengan terus menerus melibatkan diri
pasien
dalam program pengendalian mutu di
kejenuhan dalam menghadapi pasien
rumah sakit (Aditama, 2004)
dengan kondisi yang menderita sakit kritis
di
rumah
standar
sakit
tentang
evaluasi
dalam
bekerja
keluhan
akibat
dan
sakitnya,
perawat
mekanisme ketegangan,
atau keadaan terminal, di sisi lain ia harus Di rumah sakit tenaga keperawatan
selalu dituntut untuk selalu tampil sebagai
merupakan
manusia
profil perawat yang baik oleh pasiennya
terbanyak dari segi jumlah dan paling
(Danang, 2009). Berbagai situasi dan
lama berinteraksi dengan klien. Tenaga
tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi
keperawatan rumah sakit adalah ujung
sumber
tombak pelayanan kesehatan, dimana
(Golizeck, 2005).
sumber
daya
potensial
terjadinya
stres
tenaga keperawatan bekerja selama 24 jam
mendampingi
dan
memonitor
Danang (2012) menyatakan bahwa stres
kesehatan pasien secara terus menerus
yang dialami karyawan akibat lingkungan
dan
untuk
yang dihadapinya akan mempengaruhi
memberikan asuhan keperawatan yang
kinerja dan kepuasan kerjanya. Apabila
komprehensif dan profesional (Sondang,
kinerja
2003).
diharapkan,
berkesinambungan
karyawan
tidak
tingkat
sesuai
absensi
yang serta
44 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
ketidakhadiran karyawan tinggi, dapat
antara beban kerja dengan stres kerja
dipastikan terdapat suatu masalah yang
perawat di RSUD Kabupaten Semarang.
bersangkutan dengan karyawan dan akan berdampak
pada
penurunan
kinerja
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
perusahaan. Kinerja yang menurun salah
Malang merupakan salah satu rumah sakit
satunya dapat disebabkan oleh stres yang
swasta di Malang dengan Ruang Rawat
dialami karyawan (Mangkunegara, 2013).
Inap yang memiliki 198 orang perawat dengan kapasitas 215 tempat tidur. Dari
Hasil penelitian Henida (2008) tentang
wawancara terbuka dengan 10 perawat
hubungan stres kerja dengan kinerja di
yang bekerja di ruang rawat inap Rumah
Rumah Sakit Islam Malang menunjukkan
Sakit panti Waluya Sawahan Malang pada
bahwa
hubungan
bulan Januari 2014, enam orang perawat
signifikansi antara tingkat stres kerja
mengalami keluhan dalam melakukan
dengan
mempunyai
pekerjaan, yaitu rasa lelah badan terasa
hubungan dengan arah korelasi yang
tidak enak dan tidak bugar. Gejala ini
negatif. Artinya semakin rendah tingkat
merupakan gejala fisik dari stres kerja.
stres kerja perawat dalam menjalankan
Selain itu juga sering kondisi emosional
standar asuhan keperawatan, maka kinerja
yang sering meningkat, merasa bosan,
perawat dalam melaksanakan asuhan
merasa tegang dan cemas. Hal ini
keperawatan cenderung semakin baik,
termasuk dalam gejala psikologis dari
hasil dari tingkat stres kerja mayoritas
stres kerja.Apabila gejala stres tersebut
ringan
mayoritas
menumpuk dan terakumulasi akan dapat
mempunyai kinerja yang tergolong baik
menyebabkan kondisi fisik dari perawat
(93,3%).Penelitian
(2013)
dan menyebabkan jatuh sakit yang akan
tentang hubungan beban kerja dan stres
sangat mengganggu dalam melakukan
kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat
tugasnya
RSUD
Semarang
Kondisi tersebut diatas merupakan yang
menunjukkan hasil beban kerja perawat
dapat memicu terjadinya stres kerja. Bila
sebagian
yaitu
perawat mengalami stres kerja maka akan
sebanyak (93,1%). Stres kerja perawat
mempengaruhi kinerjanya. Hal ini tentu
sebagian
besar
sedang
sangat berpengaruh terhadap standar
sebanyak
(82,8%). Terdapat hubungan
asuhan keperawatan yang merupakan
didapatkan adanya kinerja,
(96,7%)
dan
dan Haryanti
Kabupaten besar
adalah
tinggi
adalah stres
sebagai
seorang
perawat.
45 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
salah satu parameter dalam mengukur
76%-100% = Baik
kinerja dari perawat.
56%-75% = Cukup 0-55%
= Kurang
METODE PENELITIAN
Analisa data menggunakan Correlation
Desain penelitian merupakan rancangan
Product Moment Pearson dengan bantuan
yang dipergunakan penelitian sebagai
SPSS for window versi 17 (Hidayat,
petunjuk
2009).
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu
tujuan
atau
menjawab
suatu
HASIL
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013).
Karakteristik responden berdasarkan usia
Desain yang digunakan dalam penelitian
didapatkan sebagian besar responden
ini yaitu Corelational. Dengan sampel
berusia 20-30 tahun (61,5%).
sebanyak 109 responden dan teknik pengambilan data secara Area Proportional
Karakteristik responden berdasarkan jenis
Random Sampling. Variable bebas adalah
kelamin
tingkat stres kerja, sedangkan variabel
responden berjenis kelamin perempuan
terikat adalah kinerja perawat.
(82,6 %).
Jenis instrument yang digunakan untuk
Karakteristik
variabel independen (tingkat stres) dalam
pendidikan didapatkan sebagian besar
penelitian ini adalah closed ended question
responden berpendidikan terakhir D3
dalam bentuk multiple choice sebanyak
keperawatan (96,3%).
didapatkan
sebagian
respoden
besar
berdasarkan
25 pertanyaan (Henida, 2008). Tingkat stres kerja dikategorikan berdasarkan
Karakteristik
jumlah skor prosentase sebagai berikut:
status perkawinan didapatkan sebagian
≤ 55 %
besar
= stres ringan
56%-75% = stres sedang
responden
responden
berdasarkan
berstatus
kawin
(57,8 %) .
76%-100% = stres berat Pengukuran
kinerja
perawat
Karakteristik
responden
berdasarkan
menggunakan kuesioner sebanyak 39
pengalaman kerja didapatkan sebagian
pertanyaan yang kemudian hasil data
besar responden memiliki pengalaman
ditaksirkan
kerja 1-5 Tahun (44,0%).
secara
komulatif
dengan
kriteria sebagai berikut: (Nursalam, 2014)
46 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Karakteristik respoden berdasarkan lama
Menurut Jacker (2005) penyebab stres
berdinas di ruangan tempat bekerja
dipengaruhi oleh faktor internal dan
didapatkan sebagian besar responden
eksternal, faktor eksternal terdiri dari
memiliki lama masa kerja 1-5 tahun
lingkungan dan sosial, sedangkan faktor
(47,7%)
internal
terdiri
dari
keturunan,
kepribadian, sistem kepercayaan dan Karakteristik
responden
berdasarkan
pengalaman. Jika di lihat dari data tentang
tingkat stress kerja di Rumah Sakit Panti
pengalaman responden yang rata-rata
Waluya Sawahan didapatkan sebagian
memiliki pengalaman kerja terbanyak
besar
yaitu 1-5 tahun 48 orang (44%) maka
(99,1%) karyawan mengalami
tingkat stres kerja ringan.
dapat disampaikan bahwa perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah
Dari segi kinerja perawat di Rumah Sakit
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
Panti Waluya Sawahan di dapatkan
mampu mengatasi dan mengantisipasi
sebagian besar responden mempunyai
terjadinya
kinerja baik ( 71,5%).
Didukung pula oleh tingkat pendidikan
stres
pada
saat
bekerja.
yang cukup tinggi dan pengetahuan yang PEMBAHASAN
baik sehingga perawat dapat menjalankan
Sebagian besar perawat di ruang rawat
pekerjaannya
inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Keperawatan secara professional.
sesuai
dengan
Asuhan
Malang memilki tingkat stres kerja ringan (99,1%), dan hanya sebagian kecil yang
Status perkawinan turut menentukan
memiliki tingakat stres kerja sedang
tingkat
(0,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa
menunjukkan sebagian besar responden
para perawat tersebut mampu mengatasi
berstatus kawin (57,8 %) dan sebagian
stres di tempat kerja. Bila karyawan
kecil belum kawin (42,2 %). Bagi
memiliki tingkat stres ringan atau tidak
karyawan yang berstatus kawin tentunya
memiliki stres
kerja maka tantangan-
dari segi emosional jelas berbeda dengan
tantangan kerja tidak akan berdampak
karyawan yang belum kawin dimana
pada kinerja, dan jika tingkat stres sudah
karyawan yang sudah menikah memiliki
maksimal
tingkat emosional yang lebih sehingga
maka
dapat
menurunkan
kinerja seseorang (Higgins,2003).
stres
responden.
Data
mempengaruhi stres pribadi. Seseorang yang mempunyai mekanisme koping yang
47 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
baik, biasanya mampu mengatasi saat
melakukan perkerjaan sesuai dengan
mengalami stres berat sehingga tidak
profesinya dan mampu berpikir kritis
berdampak pada kinerja. Namun bagi
dalam menjalankan suatu tugas, sehingga
karyawan
mempunyai
mereka lebih agresif dalam bertindak
manajemen stres yang baik maka ritme
memberikan pelayanan karena motivasi
kinerja akan menurun. Menurut Mariner
diri untuk meingkatkan prestasi dalam
(1991), penyesuaian terhadap perubahan
kerja.
yang
tidak
bisa menimbulkan stres, disamping stres pribadi juga sumber stres di tempat kerja,
Berdasarkan hasil penelitian masih ada
misalnya pemecatan, pensiun, masalah
perawat yang meiliki kinerja yang cukup
dengan pasangan
sebanyak 19 orang (17,4%) dan kinerja yang kurang sebanyak 3 orang (11,1%).
Sebagian
besar
sebanyak
Kinerja yang cukup atau kurang dapat
87 orang (71,5%) memiliki kinerja yang
juga dikarenakan faktor kejenuhan atau
baik. Kinerja merupakan hasil kerja
kebosanan seseorang untuk melakukan
karyawan yang baik dari segi kwalitas
rutinitas
maupun kwantitas berdasar standar kerja
menjalani masa dinas. Berdasarkan data
yang telah ditentukan. Menurut Gibson
lama dinas, sebagian besar responden
(1987,
2005)
memiliki lama masa kerja 1-5 Tahun
ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
(47,7%), dan sebagian kecil memiliki
kinerja seseorang antara lain faktor
masa kerja lebih dari 10 tahun (9,1%).
dalam
responden
Mangkunegara,
karena
lamanya
mereka
individu, faktor psikologis, dan faktor keorganisasian. Dari ketiga faktor yang
Hubungan Tingkat Stres Kerja dan
paling dominan mempengaruhi kinerja
Kinerja
yaitu faktor psikologis yang terdiri dari
Hasil analisa data menggunakan uji
persepsi, sikap, kepribadian, usia dan
korelasi product moment pearson dengan
motivasi diri pribadi.
bantuan SPSS for windows disimpulkan ada hubungan tingkat stres kerja dengan
Data usia menunjukkan sebagian besar
kinerja perawat di ruang rawat inap
responden berusia 20-30 tahun (61,5%)
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
dan sebagian kecil berusia >50 tahun
Malang. Semakin rendah tingkat stres
(0,9 %). Usia 20-30 adalah usia produktif
kerja perawat, maka kinerja perawat
dimana mereka sangat termotivasi untuk
dalam melaksanakan asuhan keperawatan
48 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
cenderung semakin baik. Hal ini sangat
secara
wajar, sebab kinerja seseorang di suatu
Sementara
tempat tentu juga dipengaruhi oleh
mempengaruhi kinerja perawat dalam
kenyamanan
menjalankan pekerjaannya.
lingkungan
kerja
yang
fisik
maupun disatu
psikologis.
sisi
stressor
kondusif dan mendukung mereka untuk bisa bekerja dengan baik. Sehingga
Stres yang disebabkan oleh pekerjaan
apabila seorang karyawan merasa tertekan
akan berpengaruh terhadap hasil kerja
ketika menjalankan pekerjaannya, maka
para
hal itu dapat menyebabkan stres kerja
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
yang bisa muncul dalam bentuk sikap
asuhan keperawatan. Dengan menyadari
yang pesimis, tidak puas, produktifitas
bahwa
rendah dan sering absen. Emosi, sikap
pekerjaan memiliki tingkat tantangan dan
dan perilaku yang mempengaruhi stres
kesulitan yang berbeda-beda, maka setiap
dapat menimbulkan masalah kesehatan,
perawat terutama di Rumah Sakit Panti
namun ketegangan dapat dengan mudah
Waluya Sawahan Malang akan dapat
muncul akibat kejenuhan yang timbul dari
menerima segala hal negatif yang ada di
beban kerja yang berlebihan (National
tempat kerjanya tanpa memandangnya
Safety
sebagai suatu bentuk tekanan yang dapat
Council).Beban
kerja
yang
perawat
pada
tersebut
dalam
kenyataannya,
berlebihan dapat pula menjadi pemicu
membuat
stres
penerapan manajemen stres kerja yang
di
tempat
kerja
sehingga
mempengaruhi kinerja seseorang.
mereka
stres.
Selain
setiap
itu,
efektif juga akan dapat mempertahankan rasa pengendalian diri dalam lingkungan
Selain
itu
dapat
kerja sehingga beberapa urusan akan di
dipengaruhi oleh faktor internal dan
terima sebagai tantangan bukan ancaman.
eksternal. Faktor internal terdiri dari
Agar perawat dapat beradaptasi dengan
pendidikan,
diri,
baik terhadap stres maka perlu adanya
pengetahuan,
proses mekanisme koping yaitu yang
kebutuhan gizi dan kesehatan, hubungan
melibatkan kognator (intelektual) dan
interpersonal, sikap dan kreativitas dalam
regulator (sistem syaraf otonom) sehingga
bekerja.
Sedangkan
kinerja perawat dapat ditingkatkan
adalah
karakteristik
keterampilan,
karakteristik
juga
stres
kurang
juga
percaya
motivasi,
faktor
eksternal
organisasi
pekerjaan.
dan
Stressor
menyebabkan stres dalam bekerja baik
49 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
KESIMPULAN 1.
Henida. (2008). Hubungan Stres Kerja
Sebagian besar perawat di ruang
Dengan kinerja perawat di ruang rawat
rawat
Panti
inap Rumah Sakit Islam Malang.
Malang memiliki
Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
inap Rumah
Waluya Sawahan
tingkat stres ringan
Sakit
sebanyak 108
orang (99,1%) 2.
Universitas Brawijaya
Sebagian besar perawat di ruang rawat
inap Rumah
Waluya
Sakit
Sawahan
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode
Panti
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Malang
Analisis Data. Jakarta: Salemba
mempunyai kinerja yang tergolong baik (71,5%) 3.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Medika. Haryanti, (2013). Hubungan beban kerja dan
Ada hubungan antara tingkat stres
stres kerja perawat di instalasi Gawat
kerja dengan kinerja perawat di ruang
Darurat RSUD Kabupaten Semarang.
rawat
Diakses pada tanggal 1 September
inap Rumah
Sakit
Panti
Waluya Sawahan Malang
2014
dari
http:/etd.eprint.ums.ac.id Jacker, A, (2005). Jinakkan Stres. Next REFERENSI Aditama,
Media. Bandung.
T.
(2004).
Manajemen
Mangkunegara, (2013). Manajemen Sumber
Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
Daya
UI Press
Bandung: PT. Remaja Rasdakarya.
Danang, P. (2009). Hubungan Stres Kerja Dengan
Adaptasi
Pada
Perawat
DiInstalasi Gawat Darurat Rsud Pandan
Arang.
Diakses
pada
National
Manusia Safety
Manajemen
Perusahaan.
Council, Stres.
Alih
(2003). Bahasa
Widyastuti. Jakarta: EGC Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan,
tanggal 28 Agustus 2014 dari
Metodologi
http://etd.eprints.ums.ac.id
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Danang (2012). Manajemen Sumber Daya
dan Instrumen, Edisi 2. Jakarta:
Manusia,
Cetakan
1,
CAPS,
Yogyakarta.
Populer
Jakarta:
Ilmu
Salemba Medika. Nursalam, (2009). Manajemen Keperawatan
Golizeck, A. (2005). 60 Second Manajemen Stres.
Penelitian
Bhuana
Ilmu
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,
Edisi
Salemba Medika.
2.
Jakarta:
50 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Nursalam, (2013) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan
Praktis,
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,
Edisi
4.
Jakarta:
Salemba Medika. Prestasi
Digunakan Perawat. Journal. Sondang, (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi 1 cetakan ke-20. Jakarta: Bumi Aksara. Sondang, S. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka
Nurul, T. (2013). Pengaruh Stres Kerja Terhadap
Identifikasi Manajemen Stres Yang
Kerja
dan
Cipta