HUBUNGAN TOILET TRAINING DENGAN KEMAMPUAN ANAK

Download Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar ... khususnya tentang hubungan toilet training terhadap kemampuan a...

0 downloads 474 Views 92KB Size
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dan toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24 bulan (Hidayat, 2005). Salah satu masalah kesulitan anak dalam melakukan toilet training adalah ketidakmampuan anak dalam melakukan eliminasi, ketidaksiapan fisik anak dalam mengontrol keinginan untuk berkemih dan defekasi, dan kurangnya perhatian orangtua terhadap tumbuh kembang anak (Hidayat, 2005). Toilet training adalah latihan berkemih dan defekasi dalam perkembangan anak usia todler pada tahapan usia 1 tahun sampai 3 tahun. Dan toilet training bermanfaat pada anak sebab anak dapat mengetahui dan mengenal bagian-bagian tubuh serta fungsinya (anatomi) tubuhnya. Dalam proses toilet training terjadi pergantian impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Supartini, 2004). Adapun yang mempengaruhi toilet training pada anak adalah kesiapan fisik anak dan kemampuan anak dalam eliminasi. Tanda-tanda dari kesiapan fisik anak adalah usia telah mencapai 24 bulan sampai 28 bulan, dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam, ada gerakan usus yang regular, tahu waktu untuk buang air kecil dan buang besar, tidak betah memakai popok yang basah dan

Universitas Sumatera Utara

kotor, bisa memegang alat kelaminnya sambil minta ke kamar mandi kecil jika ingin buang air, bisa memakai dan melepas celana sendiri, bisa memakai kata pipis atau pup, berhasil membuat popoknya bersih dan kering selama 3 jam sampai 4 jam, memperlihatkan ekspresi fisik misalnya meringis, merah atau jongkok buang air (Administrator, 2009). Wong, (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan maka kemampuan sfingter uretra dan sfingter ani sudah mulai berkembang untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi. Oleh karena itu orangtua harus diajarkan bagaimana cara melatih anak untuk mengontrol rasa ingin berkemih, diantaranya dengan menggunakan pot kecil yang bisa diduduki anak, atau langsung ke toilet pada jam tertentu secara regular untuk berkemih. Anak didudukan pada toilet atau pot yang bisa diduduki dengan cara menapakan kaki dengan kuat pada lantai sehinngga dapat membantunya untuk mengejan. Latihan merangsang rasa untuk mengejan ini dapat dilakukan selama 5 sampai 10 menit, dan selama latihan, orangtua harus mengawasi anak (Supartini, 2004). Usaha untuk melatih anak dalam buang air kecil dan buang air besar dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan anak menirukannya secara benar, mengobservasi saat memberikan contoh toilet training, memberikan pujian saat anak berhasil dan tidak memarahi saat anak gagal dalam melakukan toilet training (Gupte, 2004). Dampak toilet training yan paling umum dalam kegagalan toilet training antara lain adalah adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orangtua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung

bersifat

Universitas Sumatera Utara

retentif di mana cenderung bersikap keras kepala. Hal ini dapat dilakukan oleh orangtua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau buang air kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orangtua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat masalah, emosional dan sesuka hati dalam melakukan kegiatan sehari-hari ( Hidayat, 2005). Dari uraian kalimat diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik Hubungan toilet training terhadap kemampuan anak eliminasi. 2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan toilet training terhadap kemampuan anak dalam melakukan eliminasi di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. 3. Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana hubungan toilet training terhadap kemampuan anak dalam melakukan eliminasi di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. 4. Manfaat Penelitian 1) Praktik keperawatan, hasil penelitian ini akan memberikan motivasi pada ibu dalam mengajarkan anaknya melakukan toilet training, sehingga para perawat, khususnya perawat komunitas dan perawat anak mengetahui hubungan toilet training terhadap kemampuan anak dalam melakukan eliminasi. 2) Pendidikan keperawatan, hasil penelitian dapat memberikan motivasi pada ibu untuk mendidik anak dalam melakukan toilet training sehingga anak

Universitas Sumatera Utara

mampu melakukan eliminasi buang air kecil dan buang air besar dengan baik dan benar sesuai dengan usia anak. Sehingga institusi pendidikan keperawatan dapat melibatkan diri dalam pemberian pendidikan pada orangtua bahwa pentingnya toilet training pada anak. 3) Penelitian keperawatan, sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang hubungan toilet training terhadap kemampuan anak dalam melakukan eliminasi.

Universitas Sumatera Utara