HUBUNGAN VULVA HYGIENE DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA

Download Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel penelitian ini vulva hygiene sebagai variabel independen dan ...

0 downloads 474 Views 36KB Size
HUBUNGAN VULVA HYGIENE DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DLANGGU MOJOKERTO DEWI KHURNIAWATI 11002192 Subject : Vulva Hygiene, Nifas, Perawatan Luka,Ibu nifas normal DESCRIPTION Ibu nifas yang mengalami luka perineum sangat rentan terhadap terjadinya infeksi, karena luka perineum yang tidak dijaga dan kebersihan daerah perineum yang kebersihannya tidak terjaga akan sangat berpengaruh terhadap lama kesembuhan luka perineum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan vulva hygiene dengan lama penyembuhan luka perineum. Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel penelitian ini vulva hygiene sebagai variabel independen dan penyembuhan luka perineum sebagai variabel dependen. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu nifas normal di Wilayah kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto sebanyak 59 pada bulan Maret-April 2014. Sampel diambil dengan teknik concecutive sampling sebanyak 21 responden. Data dikumpulkan dengan lembar observasi, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan diuji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya mengalami penyembuhan luka perineum secara cepat sebanyak 7 responden. Dari 14 responden yang tidak melakukan vulva hygiene terdapat 2 responden yang mengalami penyembuhan luka secara normal dan 12 responden yang mengalami penyembuhan luka secara lambat. Hasil uji chi square menunjukkan ρ = 0,028 dan α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan pelaksaaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum. Personal hygiene yang kurang baik misalnya cara cebok yang salah dapat mengakibatkan terjadinya banyak hal, yang menimbulkan keluhan. Oleh karena itu ibu nifas diharapkan lebih meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang perawatan luka perineum yang lebih baik misalnya melakukan penggantian pembalut yang benar dan cara cebok yang tepat sehingga responden dapat melakukan perawatan luka perineum dengan baik dan benar.

ABSTRACT The postpartum mothers who have perineum wound are very susceptible to the incidence of infection, because the perineum wound and the hygiene of its health are not kept that will be very influential towards duration wounds healing of perineum. The purpose of this study is to know the relationship of vulva hygiene with duration wound healing of perineum. design of this study is analytic with cross sectional. the variables of this study are the hygiene vulva as independent and the wound healing of perineum as the dependent variable. The population is the mothers with normal parturition in the public health centre at Dlanggu Mojokerto amount 59 respondents on march-april 2014. the sampling taken with concecutive sampling amount 21 respondents. the Data are collected with the observation sheet, and then processed by coding, editing, scoring, and tabulating and axamined by chi square test. The results showed that 7 respondents who experience vulva hygiene have wound healing of perineum rapidly,amount 7 respondents. From 14 respondents who do not perform vulva hygiene, there are 2 respondents experience normal wound healing and 12 respondents experience slow wound healing . The result of chi square test showed ρ = 0.028 and α = 0.05 then ρ<α so, H1 us accepted that there is a relationship between vulva hygiene with wound healing of perineum. The personal hygiene is not good, such as the wrong ways to wipe can cause the occurrence of many things, which rise complaints.Therefore, the postpartum mother are expected to improve more information and knowledge about the good wound care of perineum better, such as,changing the correct pads and the best ways to wipe. So that, the respondents can do the good and correct wound care of perineum. Keywords: Vulva Hygiene, Postpartum, Wound Care. Contributor Date Type Material Identifier Right Summary

:1. Farida Yuliani M.Kes 2. Nurun Ayati S.ST. S.K.M : 7 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : :

LATAR BELAKANG Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya, sehingga setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum (Sumarah, 2009). Luka bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina) (Tari, 2010). Ibu yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun ada yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah perineum yakni jaringan otot/kerampang antara anus dan vagina. Pengguntingan jaringan otot perineum ini disebut tindakan episiotomi (Tari, 2010). Ibu nifas yang mengalami luka perineum sangat rentan terhadap terjadinya infeksi, karena

luka perineum yang tidak dijaga dengan baik dan kebersihan daerah perineum yang tidak terjaga kebersihannya akan sangat berpengaruh terhadap lama kesembuhan luka perineum (Puspitaningtyas, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup (Riswandi,2005). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%), aborsi tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8 %). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur diperoleh data bahwa angka kematian ibu di Jawa Timur pada tahun 2012 yaitu 97,43 ibu per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan kota yang memiliki angka kematian tertinggi adalah Kota Blitar sebanyak 333, 9 per 100 ribu kelahiran hidup dan terendah ada pada Kota Madiun sebesar 29,7 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan untuk Kabupaten Mojokerto pada tahun 2012 angka kematian ibu sebesar 116,89 per 100 ribu kelahiran hidup. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto terhadap 5 responden diperoleh data bahwa 3 responden mengalami penyembuhan luka selama 7-8 hari dan 2 responden mengalami penyembuhan luka selama 4-5 hari. Dari responden yang penyebuhan luka perienumnya lama menunjukkan bahwa keadaan luka yang masih basah. Menurut Suwiyoga (2004) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Kebersihan vulva pada masa nifas harus dilakukan, karena pada masa nifas banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina. Vagina merupakan daerah yang dekat dengan tempat buang air kecil dan buang air besar, dan merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang berada di daerah tersebut menjalar ke rahim. Infeksi dapat terjadi karena ibu nifas kurang telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu biasanya takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga memilih tidak membersihkannya, padahal dalam keadaan luka perineum rentan terhadap kuman dan bakteri sehingga mudah terjadi infeksi. Luka perineum harus dijaga agar tetap bersih, dengan cara pencucian daerah perineum. Pengetahuan akan membantu ibu untuk merawat luka perineum sehingga mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus, dan juga menjaga kebersian daerah perineum dan vulva (Tari, 2010). METODOLOGI Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel penelitian ini vulva hygiene sebagai variabel independen dan penyembuhan luka perineum sebagai variabel dependen. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu nifas normal di Wilayah kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto sebanyak 59 responden pada bulan Maret-April 2014. Sampel diambil dengan teknik concecutive sampling

sebanyak 21 responden. Data dikumpulkan dengan lembar observasi, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan diuji chi square. Tempat dan waktu penelitian di wilayah kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto yang dilakukan pada bulan Mei. HASIL PENELITIAN Berdasarkan data umum didapatkan hasil karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014diperoleh data bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 12 responden (57,1%). Karakteristik responden berdasarkan usia di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014 diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 15 responden (71,4%) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014 diperoleh data bahwa hampir setengahnya responden memilik latar belakang pendidikan menengah sebanyan 10 responden (47,6%). Berdasarkan data khusus didapatkan hasil berdasarkan pelaksanaan vulva hygiene di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014diperoleh data bahwa sebagian besar responden tidak melakukan kebersihan vulva atau vulva hygiene sebanyak 14 responden (66,7%) Berdasarkan penyembuhan luka perineum di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar responden waktu penyembuhan luka perineum dalam batas cepat (< 6 hari) dan Lambat ( > 7 hari) masing-masing sebanyak 12 responden (57,1%). Tabulasi silang antara pelaksanaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Mei sampai 3 Juni 2014 menunjukkan bahwa responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya 100% mengalami penyembuhan luka perineum secara cepat. Responden yang tidak melakukan vulva hygiene yang mengalami penyembuhan luka secara normal 14,3% yang mengalami penyembuhan luka secara lambat 85,7%. Hasil uji chi square hasil ρ = 0,028 dan α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara pelaksaaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum. Berdasarkan pelaksanaan vulva hygiene diatas diperoleh data bahwa sebagian besar responden tidak melakukan kebersihan vulva atau vulva hygiene sebanyak 14 responden (66,7%). Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal Hygiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2007). Vulva hygiene adalah membersihkan daerah kemaluan dan sekitarnya pada wanita. Daerahnya meliputi daerah genital dan perineal. Membersihkan daerah genital tidah hanya dilakukan ketika mandi tetapi hendaknya juga dilakukan setelah selesai

buang air besar dan atau buang air kecil. Hal ini dilakukan karena daerah tersebut merupakan sumber bakteri baik dari dalam maupun dari luar. Bakteri dari luar ada karena daerah tersebut cenderung lembab. Adanya bakteri di daerah tersebut merupakan resiko terjadinya infeksi saluran kencing (ISK) (Adi, 2012). Responden pada penelitian ini menunjukkan mereka masih belum mampu melakukan vulva hygiene secara positif dengan skor T misalnya cara cebok yang salah yaitu depan ke dalam , tidak menggunakan antiseptik yang benar ketika membersihkan vulva, jarang mengganti pembalut serta membersihkan vulva hanya dilakukan pada pagi hari atau malam hari saja. Berdasarkan karakteristik responden menurut usia diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 15 responden (71,4%). Menurut Wartonah (2007) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu pengetahuan, pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang baik dalam melakukan personal hygiene maka responden akan mampu menerapkan personal hygiene dengan baik, karena responden sudah memperoleh informasi dan wawasan yang penting dalam melakukan personal hygiene. Berdasarkan karakteristik responden menurut pekerjaan diperoleh data bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 12 responden (57,1%). Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya (Wartonah, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sehingga responden mampu membeli peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan personal hygiene sehingga mereka dapat melakukan personal hygiene dengan baik, dan untuk responden yang tidak dapat melakukan personal hygiene dengan baik terjadi karena responden tidak mengetahui tentang peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan personal hygiene pada daerah vulva sehingga responden tidak tahu apa yang akan dibeli untuk memenuhi peralatan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Dlanggu pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden waktu penyembuhan luka perineum dalam batas cepat (< 6 hari) sebanyak 7 responden (33,3%) dan sebagian besar penyembuhan luka berjalan secara lambat ( > 7 hari) sebanyak 12 responden (57,1%). Menurut Suriadi (2004) salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu personal hygiene, dimana Personal hygiene (kebersihan diri) yang jelek dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman (Creasoft, 2008). Banyaknya responden yang mengalami penyembuhan luka lambat terjadi karena responden jarang melakukan perawatan luka dengan baik misalnya mereka cara cebok yang dilakukan kurang benar terkadang mereka melakukan cebok seperti ketiak belum melahirkan dari luar ke dalam, enggan mengganti pembalut terlalu

sering karena responden masih merasa capek atau lelah sehingga kebersihan luka kurang terjaga dan dan kurang menjaga kelembapan daerah sekitar luka. Berdasarkan karakterisitik usia responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 15 responden (71,4%). Menurut Yusuf (2009) yaitu Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden berusia 20-35 tahun. dimana dengan sesuai dengan teori yang disampaikan diatas menunjukkan bahwa responden tidak mempunyai penyakit yang berdampak pada proses penyembuhan luka seperti diabetes atau penyakit yang lain, dan juga pada usia ini proses metabolisme masih berjalan dengan baik sehingga tidak mengganggu sintesi dari proses pembekuan darah untuk penyembuhan luka perineum. Berdasarkan karakteristik responden menurut pekerjaan diperoleh data bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 12 responden (57,1%). Menurut Creasoft (2008) faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalamperawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan latar belakang pekerjaan responden menunjukkan bahwa responden dapat memenuhi saran dan prasarana yang dapat dipenuhi untuk melakukan perawatan luka perineum diantaranya mereka harus membeli sabun atau datang ke tempat pelayanan kesehatan. Sedangkan responden yang tidak dapat melakukan perawatan luka perineum dengan baik terjadi karena responden tidak mempunyai pemahaman yang baik dalam menyediakan fasilitas atau sarana untuk melakukan perawatan luka perineum. Berdasarkan hubungan pelaksanaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum dapat menunjukkan bahwa dari 7 responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya mengalami penyembuhan luka perineum secara cepat sebanyak 7 responden. dan dari 14 responden yang tidak melakukan vulva hygiene terdapat 2 responden yang mengalami penyembuhan luka secara normal dan 12 responden yang mengalami penyembuhan luka secara lambat. Hasil uji chi square hasil ρ = 0,028 dan α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara pelaksaaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum Episiotomi merupakan sayatan pada perineum (area antara anus dan bulba) untuk memperlebar mulut vagina. Hal ini dilakukan dengan indikasi perlakukan bila terjadi penundaan kelahiran akibat kekakuan perineum, disproporsi antara fetus dan multu vagina, mempermudah manipulasi vagina atau di dalam uterus missal gunting tang dalam kedokteran menghindari kerusakan intracranial bagi bayi premature (Masriroh, 2013). Sebagian besar luka perineum dapat digolongkan sebagai luka dalam karena trauma jaringan melibatkan lapisan di bawah epidermis dan dermis (Coad, 2007).

penyembuhan luka Perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutup luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari secara normal dan dapat dikatakan cepat jika proses tersebut berjalan kurang dari 6 hari, dikatakan lambat jika penyembuhan luka berjalan lebih dari 7 hari (Margareth, 2013). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah pelaksanaan kebersihan diri dan kebersihan diri yang diutamakan dalam perawatan perineum adalah kebersihan daerah vulva dimana jika kebersihan vulva terjaga dan dilakukan dengan baik maka luka perineum akan terjaga dengan baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum (Yusuf, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyembuhan luka perineum dapat berjalan dengan cepat jika perawatan luka dilakukan dengan baik dimana salah satu bentuk perawatan luka adalah menjaga kebersihan daerah luka, sedangkan pada luka perineum daerah yang dijaga adalah daerah vulva, sehingga jika vulva hygiene dilakukan dengan baik maka penyembuhan luka dapat berjalan lebih cepat. Dimana hal ini dapat dilihat pada tabulasi silang untuk kebersihan vulva yang positif penyembuhan luka yang cepat terdapat 7 orang sedangkan untuk kebersihan vulva yang negatif penyembuhan luka yang cepat terdapat 0 orang sedangkan penyembuhan luka yang lambat terdapat 12 orang. SIMPULAN 1. Pelaksanaan vulva hygiene pada ibu nifas di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto diperoleh data sebagian besar tidak melakukan melakukan vulva hygiene sebanyak 14 responden (66,7%). 2. Penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto diperoeleh bahwa hampir setengahnya responden waktu penyembuhan luka perineum dalam batas cepat (< 6 hari) sebanyak 7 responden (33,3%) dan sebagian besar penyembuhan luka berjalan Lambat ( > 7 hari) sebanyak 12 responden (57,1%). 3. Hasil uji chi square hasil ρ = 0,028 dan α = 0,05 maka ρ < α berarti H 1 diterima sehingga terdapat hubungan antara pelaksaaan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum. REKOMENDASI 1. Bagi Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode yang lain misalnya menggunakan desain yang berbeda dan teknik sampling yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan. 2. Bagi tempat penelitian Bagi tempat penelitian dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan pada masyarakat misalnya dengan meningkatkan kompetensi bidan yang berada di Puskesmas sehingga bentuk pelayanan dapat lebih ditingkatkan. 3. Bagi tenaga kesehatan Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan ketrampilan yang dimiliki terutama tentang pencegahan komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas baik melalui seminar

maupun pelatihan sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi terutama dalam tentang perawatan luka perineum pada masa nifas. 4. Bagi instansi pendidikan Bagi instansi pendidikan dapat meningkatkan informasi bagi mahasiswa dengan cara menambah literatur kepustakaan atau memberikan peragaan laboratorium tentang pemberian pelayanan pada kehamilan, persalinan dan nifas sehingga lebih mudah dipahami oleh mahasiswa.

ALAMAT KORESPONDENSI Email : [email protected] No Telp : 085732231799 Alamat : Dsn.Jembrung Rt.01/Rw.09 Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan