IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. SK. Keris Banten)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: Artia Tamado Sitorus NIM 6450405163
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ABSTRAK Artia Tamado Sitorus, 2009, Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. SK. Keris Banten), Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Eram Tunggul Pawenang, SKM, M. Kes, Pembimbing II: dr. Anik Setyo Wahyuningsih. Kata Kunci: Bahaya Potensial, Penilaian Risiko Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko merupakan bagian dari program keselamatan dan kesehatan kerja dalam tahapan manajemen risiko, yang dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Tujuan dari penelitian adalah mempelajari Penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko di Unit Utility PT. SK Keris Banten. Berdasarkan sifat masalah dan analisa datanya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, ditinjau dari segi waktu penelitian ini termasuk penelitian cross sectional. Lokasi dan waktu penelitian adalah di Unit Utility PT. SK Keris Banten dilakukan pada bulan Juli 2009. Obyek penelitian adalah penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko di Unit Utility PT. SK Keris Banten. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan Penilaian Risiko mengacu pada metode yang telah digunakan oleh Perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer hasil dari observasi dan wawancara serta data sekunder yang diperoleh dari perusahaan. Penilaian Risiko yang dilakukan di Utility Unit menggunakan kriteria kekerapan dan keparahan. Pelaksanaan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan para ahli dalam hal ini petugas K3 dan supevisor setempat mengahasilkan 19 macam risiko dengan tingkat risiko rendah berjumlah 3 risiko, tingkat risiko sedang berjumlah 7 risiko, tingkat risiko tinggi berjumlah 8 risiko dan tingkat risiko ekstrim berjumlah 1 risiko. Penerapan identifikasi aspek lingkungan dan sumber bahaya K3 di Utility Unit PT. SK Keris Banten sudah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dari tahun ke tahun. Sebaiknya dibentuk divisi khusus untuk menangani manajemen K3 Agar hasil dari identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko yang dibuat lebih terjamin keakurasian dan kevalidannya.
ii
ABSTRACT Artia Tamado Sitorus. 2009. Hazard Identification and Risk Assesment of Occupational Health and Safety (Case Study in Utility Unit of PT. SK Keris Banten). Final Project. Public Health, Sport Science Faculty, University State of Semarang. 1st Counselor: Eram Tunggul Pawenang, 2nd Counselor: dr. Anik Setyo Wahyuningsih. Keywords: Hazard Identification and Risk Assessment Hazard Identification and Risk Assessment are part of occupational health and safety program in phase of risk management which are conducted to avoid work accident and the occupational disease. The aim of this research is to study the implementation of hazard identification and risk assessment at Utility Unit PT. SK Keris Banten. Based on the characteristic of the problem and the data analysis, this research is descriptive research. Meanwhile, based on the time of the research, this research is categorized as cross sectional research. This research took place at Utility Unit PT. SK Keris Banten, it was held on July, 2009. The research object is the implementation of hazard identification and risk assessment at Utility Unit PT. SK Keris Banten. The method used in the risk assessment research is based on the method from the company. There are two kinds of the data used in this research, they are; primary data which is taken from the result of observation and interview, and secondary data which is taken from the company. Risk Assessment that is conducted at Utility Unit is using probability and severity criteria. According to Hazard Identification and Risk Assessment that are conducted by the researcher and experts who consist of official of K3 and a supervisor at Utility Unit are producing 19 kinds of risk by low risk level with the number of 3 risks, medium risk level with the number of 7 risks, high risk level with the number of 8 risks and extreme risk level with the number of 1 risk. Implementation of identification to the environment aspect and Occupational Health and Safety at Utility Unit PT. SK Keris Banten had been totality done in every years. The special division should be made to handle the Occupational Health and Safety management. So that the result of hazard identification and risk assessment are guaranteed.
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. SK. Keris Banten)” ini telah diujikan dalam ujian skripsi pada tanggal 15 Maret 2010 dan telah diperbaiki seta mendapat pengesahan dari panitia ujian dan para penguji skripsi.
Mengesahkan Panitia dan Penguji
Nama dan Tanda Tangan
Ketua Panitia Ujian Skripsi
Drs. Harry Pramono, M.Si. NIP. 19591019.198503.1.001
Sekretaris Panitia Ujian dr. H. Mahalul Azam, M.Kes. Skripsi NIP. 19751119.200112.1.001
Penguji I
Drs. Sugiharto, M.Kes. NIP. 19550512.198601.1.001
Penguji II
Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes.
Penguji III
dr. Anik Setyo Wahyuningsih.
NIP. 19740928.200312.1.001
NIP. 19740903.200604.2.001
iv
Tanggal Penandatanganan
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa (LAI, 2005:192).
Persembahan Skripsi ini Ananda persembahkan untuk: 1. Ayahanda (Sahat Maruli Sitorus) dan Ibunda (Tiurlan Simanjuntak). 2. PT. SK. Keris Banten. 3. Almamater UNNES.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. SK. Keris Banten)” dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan
Universitas
Negeri Semarang.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada: 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. M. Nasution, M.Kes atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas ijin penelitian. 3. Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes., atas arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Pembimbing II, Ibu dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas atas arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. General Manager SK. Keris, Bapak Lukman Hakim Hutabarat, atas ijin Penelitian.
vi
6. Team Manager Human Resource Management, Ibu Tri Trisnaningsih, SH, MM, atas ijin penelitian. 7. Manager Safety Health and Environment, Bapak Ridwan Tri Cahyono, S.T., atas ijin penelitiannya. 8. Seluruh karyawan PT. SK. Keris khususnya Safety Health and Environment Officer dan Utility Team, atas bantuan dan dukungannya dalam Penelitian ini. 9. Bapak Sahat Maruli Sitorus, Ibu Tiurlan Simanjuntak dan keluarga (Suma Sun Lady Sitorus dan Joseph Dean Sitorus) atas perhatian, kasih sayang dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Buat sahabatku The Toxic (Bella, Eva, Tj, Ira, Ade, Sari dan Sri) terima kasih atas dukungannya dalam pembuatan skripsi ini. 11. Semua pihak yang terlibat, terima kasih atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini . Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Disadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan adanya kegiatan yang sejenis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Semarang, Maret 2010
Penyusun
vii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ........................................................................................................
i
ABSTRAK ..................................................................................................
ii
ABSTRACT ..................................................................................................
iii
PENGESAHAN ..........................................................................................
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ..............................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..........................................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian............................................................................
5
1.4
Manfaat Penelitian..........................................................................
5
1.5
Keaslian Penelitian .........................................................................
6
1.6
Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
8
2.1.
Pengertian Kecelakaan Kerja ..........................................................
8
2.2.
Sistem Manajemen K3....................................................................
9
2.3.
Manajemen Risiko K3 ....................................................................
12
2.3.1
Identifikasi Bahaya .........................................................................
14
2.3.2
Penilaian Risiko .............................................................................
14
2.3.3
Menetapkan Pengendalian ..............................................................
19
2.4.
Kerangka Teori...............................................................................
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
28
3.1.
Kerangka Konsep ...........................................................................
28
3.2.
Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................
28
viii
3.3.
Definisi Operasional .......................................................................
29
3.4.
Pendekatan Latar Penelitian............................................................
31
3.5.
Fokus Penelitian .............................................................................
31
3.6.
Sumber Data Penelitian ..................................................................
31
3.7.
Instrumen Penelitian .......................................................................
31
3.8.
Teknik Pengambilan Data...............................................................
32
3.9.
Keabsahan Data .............................................................................
32
3.10.
Analisis Data .................................................................................
33
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................
34
4.1.
Gambaran Umum SK. Keris ...........................................................
34
4.2.
Gambaran Hasil Penelitian .............................................................
44
4.2.1.
Pengenalan Unit Utility ..................................................................
44
4.2.2.
Klasifikasi Aktivitas Kerja..............................................................
57
4.2.3.
Identifikasi Bahaya .........................................................................
56
4.2.4.
Penilaian Risiko .............................................................................
60
4.2.5.
Pengendalian Risiko .......................................................................
66
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................
70
5.1.
Bahaya Potensial ............................................................................
70
5.2.
Tingkatan Risiko ............................................................................
74
5.3.
Ketentuan Tingkat Lanjut ...............................................................
75
5.4.
Pengendalian Risiko ......................................................................
81
5.5.
Keterbatasan Penelitian ..................................................................
81
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
82
6.1.
Simpulan .......................................................................................
82
6.2.
Saran ..............................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
83
LAMPIRAN .................................................................................................
85
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Keaslian Penelitian .................................................................................
6
2. Daftar Bahaya Potensial ..........................................................................
15
3. Menentukan Peluang ..............................................................................
16
4. Panduan Daftar Bahaya Potensial ...........................................................
17
5. Penilaian Risiko - 2D Model ...................................................................
18
6. Penilaian Risiko - 3D Model ...................................................................
19
7. Daftar Personal Protective Equipment ...................................................
21
8. Definisi Operasional ...............................................................................
29
9. Perjanjian Kerja Bersama SK. Keris .......................................................
37
10. Proses Produksi Unit Utility ...................................................................
45
11. Jenis APD di Utility ...............................................................................
50
12. Pengukuran Kebisingan Mesin Utility 2009 ...........................................
55
13. Identifikasi Bahaya di Utility ..................................................................
57
14. Penilaian Risiko Utility ..........................................................................
60
15. Pengendalian Risiko Utility ....................................................................
66
x
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Bagan Manajemen Risiko ......................................................................
13
2.
Hirarki Pengendalian Risiko ...................................................................
19
3.
Kerangka Teori ......................................................................................
27
4.
Kerangka Konsep ..................................................................................
28
5.
Angka Kecelakaan Kerja SK. Keris 2005 – 2009 ...................................
51
6.
Angka Kecelakaan Kerja Utility 2005 – 2009 ........................................
52
7.
Jenis Kecelakaan Kerja SK. Keris 2005 – 2009 .....................................
53
8.
Persentase Kecelakaan Kerja Utility 2005 – 2009 ..................................
53
9.
Pemeriksaan Audiometri Seluruh Karyawan SK. Keris 2008 .................
54
10. Pemeriksaan Audiometri Karyawan Utility 2008 ...................................
55
11. Penilaian Risiko Utility .........................................................................
65
12. Earplug .................................................................................................
78
13. Earmuff .................................................................................................
78
14. Nitrile Gloves ........................................................................................
79
15. Chemical Respirator .............................................................................
79
16. Dust Respirator .....................................................................................
79
17. Welding Goggles ...................................................................................
80
18. Safety Shoes ..........................................................................................
80
19. Safety Helmet ........................................................................................
80
20. Welding Mask .......................................................................................
80
21. Face Shield ...........................................................................................
80
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Risk Assesment Form .............................................................................
86
2. Laporan Kecelakaan Kerja .....................................................................
87
3. Noise Result ............................................................................................
88
4. Fire Equipment .......................................................................................
89
5. Lay Out PT. SK. Keris ...........................................................................
90
6. SK P2K3 Disnakertrans Kabupaten Tangerang .......................................
91
7. Struktur Pengurus P2K3 PT. SK Keris ....................................................
94
8. Struktur Organisasi Utility ......................................................................
96
9. Form Pemberitahuan Urusan Kecelakaan Kerja .....................................
97
10. Dokumentasi ...........................................................................................
98
11. Hasil Pengukuran Audiometri karyawan SK Keris ..................................
99
12. Utility Lay Out ........................................................................................ 101 13. Internship Form....................................................................................... 107 14. Struktur Organisasi SK. Keris ................................................................ 108 15. Proses Produksi PT. SK. Keris ............................................................... 109 16. Surat Ijin Penelitian Jurusan .................................................................... 110 17. Surat Ijin Penelitian Fakultas ................................................................... 111 18. Surat Keterangan Penelitian Perusahaan ................................................. 112 19. Surat Keterangan Pembimbing ............................................................... 113 20. Surat Keterangan Penguji ....................................................................... 114
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan
yang tidak dapat dihindari yaitu terjadinya arus globalisasi yang ditandai dengan perdagangan bebas, meningkatnya teknologi informasi, komunikasi dan transportasi, sehingga hubungan antar bangsa yang tiada batas melanda seluruh dunia hingga pada saat ini sudah dapat dirasakan dampaknya. Kesepakatankesepakatan di bidang perdagangan dan ekonomi seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO), merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari perubahan dan perkembangan yang melanda dunia (Tjandra Yoga Aditama dan Tri Hastuti, 2006:2). Perdagangan
bebas
menuntut
para
praktisi
bisnis
untuk
lebih
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penyediaan lingkungan kerja yang sehat, nyaman dan aman, tidak hanya bagi para pekerjanya namun bagi semua pihak yang terkait dengan aktivitas bisnisnya. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh para pengusaha untuk memenuhi tuntutan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, mulai dari hal-hal kecil seperti kampanye kebersihan, sampai kepada suatu hal yang membutuhkan dana cukup tinggi, seperti pembuatan Waste Water Treatment (WWT) dan Dust Collector. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu pengelolaan
1
2
lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja yang sistematis melalui penerapan ISO 14000 dan SMK3 (Edhie Sarwono, 2002:1). Riset yang dilakukan oleh International Labour Office (ILO) tahun 2009 menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 5500 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, dan setiap 15 detik 160 pekerja mengalami kecelakaan kerja, berarti dalam satu hari hampir satu juta pekerja menderita akibat kecelakaan kerja (ILO – World Day For Safety and Health at Work, 2009:1). Selama periode Januari hingga Nopember 2007 telah tercatat 65.474 kasus kecelakaan kerja di seluruh Indonesia. Kecelakaan kerja di luar tempat kerja sebesar 60% dan kecelakaan di tempat kerja sebesar 40%. Dari data tersebut dijelaskan sebanyak 5326 orang cacat tetap, 58. 697 orang sembuh tanpa cacat dan 1451 orang meninggal dunia. Sehingga dapat disimpulkan selama periode 2007 di Indonesia setiap harinya pekerja yang tewas akibat kecelakaan kerja mencapai empat orang. Seorang pekerja tewas akibat kecelakaan kerja adalah tinggi, karena nilai sebuah nyawa tidak bisa digantikan dengan apapun (Ahmad Anshori, 2008:1). Setiap kejadian kecelakaan kerja, ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa kerugian yang bersifat ekonomi, dalam bentuk kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan pengobatan, menurunnya jumlah mutu dan produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan karena cedera, cacat atau bahkan kematian (A. M. Sugeng Budiono, 1996:223). Sesuai dengan Persyaratan Permenaker 05/Men/1996 elemen 2.1 disebutkan bahwa, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan, produk
3
barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (Rudi Suardi, 2007:71). PT Freeport Indonesia misalnya, telah melakukan pelatihan Hazard Identification and Risk Assessment Determining Control (HIRADC - Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko Penerapan Kontrol). Pelatihan dilaksanakan dan wajib untuk semua staf sehingga para karyawan staf dapat mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko, serta menerapkan kontrol yang sesuai untuk risiko yang ditemui ditempat kerja masing-masing sehingga dapat meminimalisir potensi kerugian di area kerja (PT. Freeport Indonesia, 2008:1) PT. SK Keris adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan Polyester Filament Yarn (PFY) dan Polyethylene Terephthalate (PET) yang berada di Kota Tangerang Banten dengan jumlah tenaga sebanyak 890 orang. Menurut data perusahaan, selama tahun 2007 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 8 kasus – dengan 1 orang meningggal dunia ( di Utility Unit), tahun 2008 sebanyak 6 kasus dan pertengahan tahun 2009 sebanyak 3 kasus yang terjadi di tempat kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan penderitaan bagi pekerja itu sendiri tetapi juga kerugian yang sangat berdampak bagi perusahaan itu sendiri, sebab peningkatan kecelakaan kerja di tempat proses produksi menyebabkan antara lain terhalangnya proses produksi yang dikarenakan oleh pengurangan tenaga kerja, kemudian hilangnya hari kerja dikarenakan harus beristirahat karena sakit dan proses pencarian tenaga kerja baru yang sangat memakan waktu dimana PT. Keris berproduksi 24 jam/hari.
4
Setiap tempat kerja di mana dilakukan suatu proses kerja mengandung risiko atau bahaya yang berasal manusia, mesin, alat kerja, dan material lainnya. Untuk menghilangkan atau mengurangi kasus ataupun kerugian yang terjadi maka dilakukan serangkaian kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian risikonya dengan metode yang ada di perusahaan tersebut kemudian dilakukan penilaian tingkat risiko bahayanya dan bagaimana tindakan pengendalian yang dilakukan di PT. SK. Keris. Berdasarkan latar belakang di atas
tertarik untuk dilakukan penelitian
dengan judul tentang Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2009. Dalam penelitian ini akan diberikan gambaran tentang pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit Utility PT. SK. Keris Banten sebagai langkah untuk perbaikan. Dalam pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko ini mengacu pada Permenaker RI No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001:1999 serta kebijakan perusahaan tentang Health Safety and Environtment (HSE) Risk Management.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji
penelitian ini adalah :
dalam
5
1.2.1 Rumusan Masalah Umum Bagaimanakah gambaran bahaya potensial dan tingkatan risiko di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2009? 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1.
Bagaimanakah gambaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. SK Keris Tahun 2009?
2.
Bagaimanakah prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2009?
3.
Bagaimanakah prosedur tindak lanjut di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2009?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran bahaya potensial dan tingkatan risiko di Unit Utility PT. SK Keris. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui gambaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. SK Keris.
2.
Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit Utility PT. SK Keris.
3.
Untuk mengetahui prosedur tindak lanjut di Unit Utility PT. SK Keris.
6
1.4 Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan beberapa penelitian yang pernah ada (Tabel 1). Tabel 1. Keaslian Penelitian Judul Penelitian
Tahun & Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
M. Noorcahyo E. P Noor Diansyah Perbandingan Analisis Kecelakaan, Insiden, Tinjauan Penerapan Pendokumentasian Dengan Standar Ketidaksesuaian serta Tindak Koreksi dan SMK 3, Permenaker No. 5 Tahun 1996 di PT.Sinar Pantja Pencegahan di Sebuah Perusahaan Tekstil Djaja Semarang di Kabupaten Semarang dengan Persyaratan OHSAS 18001:1999 elemen 4.5.2
Artia Tamado S Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. Sk. Keris Banten)
2003 Semarang
2007 Semarang
2009 Banten
Studi Deskriptif dengan pendekatan retrospektif Prosedur, Kecelakaan kerja, ketidaksesuaian, tindak koreksi, pencegahan dan penilaian sesuai dengan OHSAS 18001:1999 Kecelakaan menunjukkan tingkat kekerapan (FR) sebesar 3, tingkat keparahan (SR) sebesar 32, riteria tidak sesuai sebesar 7,69%, riteria perbaikan sebesar 23,08%.
Studi Deskriptif dengan pendekatan observasional
Studi Deskriptif dengan pendekatan observasional Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Ketentuan Tindak Lanjut berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 1996 -
Strategi Pendokumentasian berdasar sistem audit SMK 3 Permenaker No. 5 Tahun 1996 Dari 8 indikator komponen rencana strategis keselamatan dan kesehatan kerja Permenaker No. 05/Men/1996 PT SPD telah melaksanakan penuh 3 indikator, terlaksana sebagian 4 indikator dan 1 indikator belum dilaksanakan. Dari 3 indikator komponen manual sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Permenaker No. 05/Men /1996 PT SPD telah melaksanakan penuh 2 indikator dan 1 indikator belum dilaksanakan. Dari 5 indikator komponen penyebaran informasi K3 Permenaker No. 05/Men/1996 PT SPD telah melaksanakan penuh 4 indikator dan 1 indikator belum dilaksanakan penuh.
7
1.5
Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti 1.
Sebagai tambahan pengetahuan dan merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian dan penulisan ilmiah
2.
Memperdalam, mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan mengenai Identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
1.4.2 Bagi PT. SK Keris Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dari data kecelakaan kerja sehingga dapat dijadikan dasar melakukan tindak pencegahan dan tindak perbaikan dalam sebuah prosedur atau sistem manajemen K3. 1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Penelitian ini dapat menambah informasi pengetahuan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko di perusahaan.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat Lingkup tempat penelitian ini adalah di PT. SK Keris Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. 1.6.2 Ruang Lingkup Waktu Waktu penelitian adalah pada bulan Juni – Juli 2009 1.6.3 Ruang Lingkup Materi Materi penelitian ini dibatasi hanya pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja di perusahaan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kecelakaan Kerja
2.1.1 Pengertian Menurut A. M. Sugeng Budiono (2005:171), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. 2.1.2 Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes): 2.1.2.1 Sebab Langsung (Immediate Causes) Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok: 1. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, , tindak-tanduk perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan. 2. Kondisi-kondisi Tidak Aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan. 2.1.2.2 Sebab Dasar (Basic Causes) Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena: 1. Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi 2. Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian 3. Stress 4. Motivasi yang tidak cukup atau salah. 8
9
Faktor lingkungan, antara lain karena: 1. Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan 2. Tidak cukup rekayasa (engineering) 3. Tidak cukup pembelian atau pengadaan barang 4. Tidak cukup perawatan (maintenance) 5. Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang/bahan-bahan 6. Tidak cukup standar-standar kerja 7. Penyalahgunaan 2.2
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.2.1 Pengertian SMK3 Occupational Health and Safety Assessment Series menjabarkan pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang memudahkan manajemenmanajemen risiko K3 yang berkaitan dengan bisnis organisasi. Hal ini mencakup struktur organisasi ativitas yang terencana, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, meninjau dan memelihara kebijakan K3 organisasi (OHSAS 18001:1999). 2.2.2 Manfaat SMK3 Menurut Rudi Suardi (2007:21), manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu perlindungan karyawan, memperlihatkan kepatuhan terhadap peraturan, mengurangi biaya, membuat
10
sistem manajemen yang efektif serta meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan perusahaan: 2.2.2.1
Perlindungan Karyawan Tujuan inti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah memberi perlindungan kepada pekerja, karena pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya dari berbagai jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Rudi Suardi, 2007:21). 2.2.2.2
Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan Pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan
pembangkangan terhadap peraturan dan undang-undang, seperti citra buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi masalah dengan tenaga kerjanya – semua itu tentunya mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan SMK3, sebuah perusahan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan (Rudi Suardi, 2007:22). 2.2.2.3
Mengurangi Biaya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian sehingga dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Walaupun setiap enam bulannya perusahaan melakukan proses sertifikasi dan mengeluarkan sejumlah biaya, tetapi apabila SMK3 dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen maka nilai uang yang keluar tersebut jauh lebih kecil
11
dibandingkanbiaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja (Rudi Suardi, 2007:22). 2.2.2.4
Membuat Sistem Manajemen yang Efektif Salah satu bentuk nyata dari penerapan SMK3 adalah adanya prosedur
yang direkomendasikan. Adanya prosedur manajemen, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor teratur. Dengan demikian organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi (Rudi Suardi, 2007:22). 2.2.2.5
Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan Adanya pengakuan penerapan SMK3, citra organisasi terhadap
kinerjanya akan semakin meningkat dan tentu akan meningkatkan kepercayaan pelanggan (Rudi Suardi, 2007:23). 2.2.3 Penerapan SMK3 2.2.3.1
Menyatakan Komitmen Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan
sebuah SMK3 dalam organisasi harus dilakukan oleh manajemen puncak. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam bentuk katakata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan (Rudi Suardi, 2007:25).
12
2.2.3.2
Menetapkan Cara Penerapan SMK3 Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan
SMK3. Tetapi perusahaan/organisasi dapat juga untuk tidak menggunakan jasa konsultan dalam menerapkan SMK3, jika organisasi yang bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang. Selain itu, organisasi tentunya sudah memahami dan berpengalaman dalam menerapkan standar SMK3 ini dan mempunyai waktu yang cukup (Rudi Suardi, 2007:25). 2.2.3.3
Membentuk Kelompok Kerja Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota
kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Hal ini penting sebab merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan (Rudi Suardi, 2007:27). 2.2.3.4
Menetapkan Sumber Daya Sumber daya ini mencakup orang atau personel, perlengkapan, waktu
dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama orang yang terlibat dalam penerapan.Sementara dana yang diperlukan adalah untuk membayar konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan di luar perusahaan (Rudi Suardi, 2007:29).
13
2.2.3.5
Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan pernyataan komitmen manajemen melalui ceramah, surat edaran atau pembagian buku2 yang terkait dengan SMK3 (Rudi Suardi, 2007:30). 2.3
Manajemen Risiko Sebagai bagian dari proses manajemen, penerapan manajemen risiko
dalam SMK3 bertujuan untuk membantu pihak manajemen untuk mencegah terjadinya kerugian pada perusahaan melalui pengelolaan risiko yang akurat. Dalam manajemen risiko, penilaian risiko sangat berpengaruh dalam menentukan akibat atau pemaparan potensi bahaya, sebab melalui penilaian risiko, maka kecelakaan akibat kerja dapat dicegah ataupun dihilangkan (A. M. Sugeng Budiono, 2005:210). Menurut Rudi Suardi (2007:69), manajemen risiko merupakan inti dari Sistem Manajemen K3 , karena itu secara khusus OHSAS dan Permenaker No.05/Men/1996 mempersyaratkan adanya pengelolaan risiko. Sebuah organisasi dapat menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Bagan Manajemen Risiko (gambar 1).
14
Klasifikasi Aktivitas Kerja Identifikasi Bahaya Menentukan Risiko Menyusun Prioritas Tindak Lanjut Memilih Sasaran Penting Bagi sasaran yang dianggap penting diberi nilai pencapaian jika memungkinkan
Sasaran yang tidak masuk kriteria penting disimpan untuk program berikutnya
Membuat Program Menerapkan Program Tinjauan Gambar 1 Bagan Manajemen Risiko.
2.3.1 Identifikasi Bahaya Langkah pertama dalam proses manajemen risiko adalah melakukan identifikasi bahaya tempat kerja atau tempat yang berpeluang mengalami kerusakan. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok (Rudi Suardi, 2007:74), seperti:
15
1.
Kegiatan-kegiatan (seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data)
2.
Lokasi (kantor, gudang, lapangan)
3.
Aturan-aturan (pekerja kantor, atau bagian elektrik)
4.
Fungsi atau proses produksi (administrasi, pembakaran, pembersihan, penerimaan, finishing) Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
1.
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya (Tabel 2.1)
2.
Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Tabel 2. Daftar Bahaya Potensial Lingkungan Kerja Energi Akses Electrical 1. Mengacu pada akses 1. Tersetrum yang sesuai Gravitasi Penyegar Ruangan 1. Jatuh/Tersandung/Terg 1. Udara yang kotor elincir 2. Tertimpa benda Temperatur yang Ekstrim 1. Kontak dengan benda Energi Kinetik yang panas atau dingin 1. Menabrak/tertabrak 2. Terkena lingkungan benda yang panas atau dingin. Getaran Pencahayaan 1. Getaran 1. Mengacu pada seluruh/sebagian tubuh pencahayaan yang sesuai Kebisingan 1. Bising tiba-tiba/dalam Tekanan Mental waktu yang lama 1. Gertakan/gangguan 2. Kekerasan Radiasi 3. Kerja shift 1. Radiasi UV, infra-red 2. Gelombang mikro 3. Laser
Pekerjaan Manual Tegangan Tubuh 1. Kejang otot ketika mengangkat, mengangkut atau menurunkan benda. 2. Kejang otot ketika menangani benda selain mengangkat, mengankut atau menurunkan benda. 3. Kejang otot ketika tidak ada benda yang ditangani 4. Pergerakan yang berulang. Ergonomis 1. Kelelahan 2. Desain tempat kerja yang mengakibatkan stres, kesalahan.
16
Biologi 1. 2. 3. 4.
Bakteri Jamur Virus Parasit
Plant Mekanik 1. Kendaraan bermotor 2. Peralatan mesin 3. Peralatan manual
1. 2. 3. 4.
Zat Kimia Terkontak dengan zat kimia dalam waktu sebentar Terkontak zat kimia dalam waktu yang lama Tersengat hewan berbisa Kebakaran dan ledakan
Udara Keras 1. Debu dari kayu 2. Gas seperti: CO, CO2 3. Asap dan uap 4. Kabut seperti asam Kontak Kulit 1. Terserap seperti pestisida 2. Karatan seperti: asam, alkali 3. alergi
2.3.2 Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Rudi Suardi, 2007:79). Metode Penilaian risiko antara lain: 2.3.2.1 Menentukan Peluang Menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja, kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya sebuah insiden: 1.
Berapa kali situasi terjadinya
2.
Berapa orang yang terpapar
3.
Keterampilan dan pengalaman orang yang terluka
4.
Berbagai karakteristik khusus personel yang terlibat
5.
Durasi paparan
6.
Pengaruh posisi seseorang terhadap bahaya
7.
Distraksi, tekanan waktu atau kondisi tempat kerja
8.
Jumlah material atau tingkat paparan
9.
Kondisi lingkungan
10. Kondisi peralatan 11. Efektivitas pengendalian yang ada. Cara menentukan peluang dalam menilai risiko dijelaskan pada Tabel 3 berikut.
17
18
Tabel 3. Menentukan Peluang Peluang Sering Dapat terjadi kapan saja Sangat Sering Dapat terjadi secara berkala Sedang Dapat terjadi pada kondisi tertentu Jarang Dapat terjadi, tapi jarang Sangat Jarang Memungkinkan tidak pernah terjadi Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007). 2.3.2.2 Menentukan konsekuensi Untuk menentukan konsekuensi, kita harus membuat ketetapan pada severity yang berpotensi terjadi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsekuensi yang harus dipertimbangkan: 1. Potensi pada reaksi berantai, dimana sebuah bahaya jika tidak dihilangkan, akan mengakibatkan kondisi yang lebih berat. 2. Konsentrasi Substansi 3. Volume Material 4. Kecepatan proyektil dan pergerakan bagiannya 5. Ketinggian, akibat yang dihasilkan dari benda yang jatuh ditentukan dari benda itu semula, begitu pula orang yang jatuh dari ketinggian. 6. Jarak pekerja dari bahaya potensial 7. Berat, untuk kejadian tertimpa benda sangat dipengaruhi berat benda tersebut. 8. Tingkat gaya dan energi. Misalnya semakin tinggi volume listrik semakin tinggi akibat yang dihasilkan jika tersetrum. Bahaya Potensial dibagi menjadi 5 jenis bahaya seperti pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Panduan Daftar Bahaya Potensial
19
Tidak Signifikan (TS) Iritasi mata Ketidaknyamanan Pegal-pegal Lelah
Bencana Besar (BB)
Minor (M)
Sedang (S)
Besar (B)
Luka pada permukaan tubuh Tergores Terpotong/ tersayat kecil Bising Sakit kepala/ pusing Memar
Luka terkoyak Patah tulang ringan Sakit/ radang kulit Asma Cacat minor permanen
Terbakar Gegar otak Terkilir serius Keracunan
Patah tulang berat Amputasi Luka fatal Luka kompleks Kanker Penyakit mematikan Penyakit fatal akut Kematian Tuli
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007). 2.3.2.3 Tingkat setiap risiko Level atau tingkatan risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut: Tabel 2.4 Penilaian Risiko - 2D Model Peluang
1 Tidak Signifikan
2 3 Minor Moderate
A H H E Sering Sekali B M H H Sering C L M H Sedang D L L M Jarang E L L M Sangat Jarang Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)
4 Major
5 Bencana Besar
E
E
E
E
E
E
H
E
H
H
20
Tabel 2. 5 Penilaian Risiko - 3D Model Bahaya yg diidentifikasi
Penilaian Risiko Paparan Peluang (E) (L)
Konsekuensi (K)
Nilai Risiko ExLxK
Tingkatan Risiko
Kategori: Definisi Paparan Peluang Konsekuensi Terus menerus 10 Sangat sering 1 Fatal 20 Berkala 6 Sering 0,6 Major 10 Tertentu 3 Sedang 0,3 Sedang 5 Tidak teratur 2 Jarang 0,1 Minor 2 Jarang 1 Sangat jarang 0,05 Tdk Signifikan 1 Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)
Nilai Risiko E > 20 H > 10 M 3-10 L <3 -
Keterangan: E
: Ekstrim atau Signifikan
H
: Risiko Tinggi
M
: Risiko Sedang
L
: Risiko Rendah
2.3.3 Menetapkan Pengendalian Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatankegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Pengendalian risiko kecelakaan dilakukan melalui metode Hirarki Pengendalian Risiko (Gambar 2).
21
Menghilangkan Bahaya
Penggantian
Engineering/Rekayasa
Administrasi
Alat Pelindung Diri (APD) Gambar 2 Hirarki Pengendalian Risiko Hirarki pengendalian risiko terdiri dari 5 bagian yaitu: 2.3.3.1 Menghilangkan Bahaya Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Ini berarti menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi (Rudi Suardi, 2007:85). 2.3.3.2 Substitusi atau Mengganti Prinsipnya adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi
22
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Rudi Suardi, 2007:86). 2.3.3.3 Isolasi Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap area berbahaya dari pekerja atau dari orang yang ingin memasuki area tersebut (Rudi Suardi, 2007:87). 2.3.3.4 Pengendalian secara Administrasi Tahap
ini
menggunakan
prosedur,
Standard
Operational
n
Procedure(SOP) atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Beberapa bentuk pengendalian secara administratif (Rudi Suardi, 2007:88) adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek risiko
2.
Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area.
3.
Melakukan supervisi pekerjaan.
4.
Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan.
5.
Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur house keeping.
6.
Membuat tanda bahaya.
2.3.3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya (Rudi Suardi, 2007:89). Alat pelindung diri mencakup semua pakaian dan aksesoris yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber bahaya. Beberapa perlindungan yang disediakan oleh beberapa jenis Personal Protective Equipment seperti yang tertera pada Tabel 7 berikut ini:
23
Tabel 7. Daftar PPE (Personal Protective Equipment) Bagian Tubuh (1)
Bahaya (2)
Kepala
Benda-benda jatuh, ruang yang sempit, rambut terjerat
APD (3) Helm keras (hard hats), helm empuk (bump caps), topi, harnet
Tutup telinga (ear muff)
Telinga atau pendengaran
Suara bising
sumbat telinga (ear plug)
Kacamata pelindung (goggles),
Mata
Debu, kersik, partikel-partikel beterbangan, radiasi, laser, bunga api las
24
Lanjutan (Tabel 7) (1)
(2)
(3) Pelindung wajah
Welding Mask
Mata
Debu, kersik, partikelpartikel beterbangan, radiasi, laser, bunga api las
Dust, mist respirator
Chemical Cartridge Respirator Paru
Debu, asap, gas beracun dan atmosfer miskin oksigen
25
Lanjutan (Tabel 7) (1) (2)
Paru
(3) alat bantu pernapasan (Breathing Aparatus)
Debu, asap, gas beracun dan atmosfer miskin oksigen
Sarung tangan pelindung,
Tangan
Tepi-tepi dan ujung yang tajam, zat kimia korosif, temperatur tinggi/rendah
sarung tangan tahan bahan kimia,
26
Lanjutan (Tabel 7) (1)
Tangan
(2)
(3) sarung tangan tahan panas
Tepi-tepi dan ujung yang tajam, zat kimia korosif, temperatur tinggi/rendah
Sepatu pengaman selubung kaki (gaiter) dan sepatu pengaman
Rubber Boots Kaki
Terpeleset, benda tajam di lantai, benda jatuh, percikan logam cair
Kulit
Kotoran dan bahan korosif ringan/kuat dan zat pelarut
Torso dan tubuh
Zat pelarut, kelembaban
Krim pelindung
Pelindung yang kedap seperti sarung tangan dan celemek, overall
27
Lanjutan (Tabel 7) (1)
Keseluruhan tubuh
(2)
(3) Pakaian bertekanan udara (pressured suits), baju/rompi yang terlihat di kegelapan (high -visibility), baju pelindung khusus, baju tahan panas, baju untuk segala suasana, talitemali pelindung (fullbody harnes)
Atmosfer yang berbahaya (uap beracun/debu radioaktif), Terjatuh, kendaraan bergerak, gergaji rantai, temperatur tinggi, cuaca ekstrim
Full-body harnes
Sumber: John Ridley (2008), www.saffewayindia.com/ppe.htm 2.3.2.4 Penerapan Langkah Pengendalian Penerapan Langkah pengendalian dapat dilakukan dengan 6 cara dibawah berikut: 2.3.2.4.1 Mengembangkan Prosedur Kerja Prosedur kerja bertujuan sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap bentuk pengendalian bahaya dan risiko, agar penerapan pengendalian bahaya potensial dapat berjalan secara efektif, melalui koridor-koridor yang telah ditetapkan. Oleh karena itu tanggung jawab manajemen, supervisor, dan pekerja
28
harus secara jelas dinyatakan dalam prosedur tersebut sehingga prosedur kerja dapat dikembangkan (Rudi Suardi, 2007:92). 2.3.2.4.2 Komunikasi Kita harus menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat pengendali bahaya, dan juga penting untuk diinformasikan tentang alasan penggunaannya (Rudi Suardi, 2007:92). 2.3.2.4.3 Menyediakan Pelatihan Agar para pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali yang kita terapkan, mereka harus juga diberikan pelatihan atau penjelasan yang memadai (Rudi Suardi, 2007:93). 2.3.2.4.4 Pengawasan Pengawasan harus tetap dilakukan untuk memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan secara benar (Rudi Suardi, 2007:93). 2.3.2.4.5 Pemeliharaan Pemeliharaan terhadap alat pengendali bahaya adalah bagian yang penting dalam proses penerapan. Prosedur kerja harus mencantumkan peryaratan pemeliharaan untuk memastikan keefektfan penggunaan alat pengendali ini (Rudi Suardi, 2007:94). 2.3.2.4.6 Monitor dan Tinjauan Pemantauan (monitoring) dan tinjauan risiko harus dilakukan pada interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan dalam organisasi. Dalam tahap ini digunakan
daftar
periksa
pertanyaan
untuk
memastikan
sejauh
mana
kesesuaiannya dengan perencanaan (Rudi Suardi, 2007:94). Dalam menjawab pertanyaan yang ada, kita dapat melakukan tiga cara di bawah ini:
29
1.
Berkonsultasi dengan pekerja
2.
Mengukur personel yang berpeluang terkena
3.
Memonitor laporan insiden.
2.4
Kerangka Teori Berdasarkan dalam landasan teori di atas, maka disusun kerangka teori
mengenai keselamatan kerja sebagai berikut: Sumber bahaya potensial yang disertai adanya risiko yang menyertai bahaya tersebut akan menyebabkan kecelakaan kerja. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko perlu dilakukan dalam upaya pencegahan ataupun pengurangan kejadian kecelakaan kerja dimana pada tahap akhirnya akan dilakukan pemantauan dan pengkajian. Kerangka teori secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Kecelakaan Kerja
Evaluasi
SMK3 dan Permenaker 05/Men/1996 elemen 2.1 tentang Manajemen Risiko
Gambar 3 Kerangka Teori Sumber: Permenaker 05/Men/1996, Rudi Suardi (2007)
Pengendalian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Evaluasi Kecelakaan Kerja
Manajemen Risiko 1. Identifikasi Bahaya 2. Penilaian Risiko 3. Penentuan Tindak Lanjut
Perbaikan
Gambar 4 Kerangka Konsep
3.2
Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil (Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2002:82). Apabila ditinjau dari segi waktu penelitian ini termasuk penelitian cross sectional.Penelitian dilengkapi dengan menyajikan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung atau melengkapi dalam mendeskripsikan identifikasi bahaya dan penilaian hingga Juli 2009 di PT. SK Keris pada Unit Utility.
30
risiko pada periode Juni
31
3.3
Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi terhadap masing-masing variable, perlu dibuat
definisi operasional di semua variable penelitian. Adapun definisi operasional yang digunakan untuk variable yang dimaksud adalah seperti dalam Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Definisi Operasional No Variabel Keterangan (1) (2) (3) 1. Peluang risiko Peluang insiden yang dapat terjadi dengan menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya
2.
Konsekuensi Risiko
Instrumen Kategori Skala (4) (5) (6) Form Risiko 1. Sering, bila kejadian dapat Ordinal Perusahaan terjadi kapan saja 2. Sangat sering, bila kejadian dapat terjadi secara berkala 3. Sedang, bila kejadian dapat terjadi pada kondisi tetentu 4. Jarang, bila kejadian dapat terjadi tetapi jarang Ordinal Kosekuensi ditentukan Form Risiko 1. Tidak Signifikan, bila dengan membuat Perusahaan terjadi iritasi ketetapan pada severity mata,ketidaknyamanan, yang berpotensi terjadi pegal-pegal, lelah 2. Minor, bila terjadi luka pada permukaan tubuh, tergores, terpotong/tersayat kecil, bising, sakit kepala/pusing, memar 3. Sedang, luka terkoyak patah tulang ringan, sakit/radang kulit, asma, cacat minor permanen 4. Besar, bila terjadi gegar otak, terbakar, terkilir serius, keracunan 5. Fatal, bila terjadi patah tulang berat, amputasi, luka fatal, luka kompleks, kanker, penyakit mematikan, penyakit fatal akut, kematian, tuli
32
Lanjutan (Tabel 8) (1) (2) 3. Tingkatan Risiko
(3) Tingkatan Risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi bahaya dan konsekuensi 4. Ketentuan Tindak lanjut Tindak Lanjut ditentukan berdasarkan tingkatan risiko yang dihasilkan
(4) Form Risiko Perusahaan
(5) 1. Ekstrim, E > 20
(6) Ordinal
2. Risiko tinggi, H > 10 3. Risiko Sedang,M 3–10 4. Risiko Rendah, L < 3
Form Risiko Perusahaan
1. Untuk risiko rendah, Ordinal pemantauan dan jalan keluar yang lebih hemat biaya atau peningkatan yang tidak memerlukan biaya tambahan 2. Untuk risiko sedang, diperlukan biaya pencegahan dan tindakan pengukuran pengurangan risiko dgn benar 3. Untuk risiko tingi,pekerjaan tidak dilaksanakan sampai risiko direduksi 4. Untuk risiko ekstrim, pekerjaan tidak dilaksanakan sampai risiko direduksi, jika tidak memungkinkan untuk direduksi maka pekerjaan dihentikan
(Rudi Suardi, 2007:74) 3.4 Pendekatan Latar Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi latar penelitian adalah PT. SK Keris Kota Tangerang. Objek penelitian ini adalah seluruh area/tempat yang termasuk dalam Unit Utility yang akan diidentifikasi dan dinilai risikonya, sebab tujuan penelitian
33
ini adalah merinci kekhususan yang ada ke dalam konteks bukan memusatkan pada
adanya
perbedaan-perbedaan
yang
nantinya
dikembangkan
dalam
generalisasi (Moleong, 2001:165). Sedangkan subjek penelitian ini adalah pekerja yang bertugas di Unit tersebut beserta P2K3 perusahaan yang dipilih secara purposive sampling. 3.5
Fokus Penelitian Masalah dalam penelitian kualitatif disebut sebagai fokus penelitian
(Moleong, 2001:78). Fokus penelitian ini berisi pokok kajian yang menjadi pusat perhatian yaitu identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit Utility PT. SK Keris. 3.6
Sumber Data Penelitian
3.6.1 Data primer Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari wawancara didasarkan pada kuesioner dan Risk Analysis Form Perusahaan yang telah disusun. 3.6.2 Data sekunder Data sekunder digunakan sebagai pelengkap dan penunjang data primer didapatkan dari data dokumen-dokumen PT. SK KERIS.
3.7
Instrumen Penelitian
3.7.1 Human Instrument Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
34
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat simpulan atas temuannya (Sugiyono, 2007:222). 3.7.2 Form Analisis Risiko Form berisikan daftar isian identifikasi bahaya dan penilaian tingkat risiko. Form bersumber dari Persyaratan Permenaker 05/Men/1996 elemen 2.1. 3.8
Teknik Pengambilan Data
3.8.1 Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran (Fathoni, 2006:104). 3.8.2 Wawancara Wawancara
merupakan
suatu
metode
yang
dipergunakan
untuk
pengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:102). Metode wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara intensif, wawancara kualitatif atau wawancara tak terstruktur. 3.8.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:158).
35
3.9
Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan Uji
credibility atau kredibilitas (validitas interbal) dengan menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan cara mengecek data data yang diperoleh melalui beberapa sumber (anggota P2K3, pekerja, supervisor) kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan. Uji Kredibilitas ini juga menggunakan bahan referensi seperti gambar/foto untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti (Sugiyono 2007:270). 3.10 Analisis Data Analisis data penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan Model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:245). Analisis Data Model Miles dan Huberman terdiri atas: 1. Pengumpulan Data (Data Collection) 2. Reduksi Data (Data Reduction) 3. Penyajian Data (Data Display) 4. Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion and Verifying)
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum PT. SK. Keris 4.1.1 Sejarah Singkat PT. SK Keris PT. SK Keris yang berlokasi di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, bergerak dalam bidang industri Polyester Filament Yarn (PFY) dan Polyethylene Terephthalate (PET). Lokasi kegiatan terletak di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Batas-batas lokasi kegiatan meliputi: 1. Sebelah Utara
: Lapangan Golf Gading Serpong
2. Sebelah Selatan
: Jalan dan Situ, Desa Cihuni
3. Sebelah Timur
: Tanah kosong
4. Sebelah Barat
: Lapangan Golf Gading Serpong
Kegiatan usaha sudah beroperasi dan sudah memiliki dokumen lingkungan seperti Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Rencana Pengelolaan Lingkungan atau Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL atau RPL) dan Usaha Pengelolaan Lingkungan atau Usaha Pemantauan Lingkungan (UKL atau UPL). Dokumen PIL ditetapkan pada bulan Agustus 1993 dan disetujui oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia. 4.1.2 Sistem Manajemen PT. SK Keris SK Management System (SKMS) terdiri dari Konsep Dasar Bisnis yang mencakup pokok dan sasaran bisnis manajemen dan Faktor Bisnis Manajemen yang mempengaruhinya. Faktor manajemen ini dikelompokkan ke dalam Static
36
37
Factors dan Dynamic Factors. Dynamic Factors yang tidak dapat dinyatakan secara jelas dan umumnya diabaikan dalam ilmu manajemen, memberikan dampak khusus. Khususnya, kemampuan pengelolaan diantara Dynamic Factor dibahas dalam hubungannya dengan pengembangan keterampilan bekerja, sementara SK-Manship ditetapkan sebagai dasar kualifikasi untuk Manager PT. SK Keris. SKMS merupakan tehnik manajemen yang unik dari SK Group, dikembangkan dalam periode waktu yang cukup lama dan didapat dari pengalaman praktis manajemen dan upaya penelitian. Oleh karena itu semua anggota SK. Group harus belajar asas dasar tersebut secara menyeluruh dan menjadi cakap dalam aplikasinya. Perannya akan menjadi alat dasar perusahaan yang melekat kuat dalam strutur manajemen dan harus semakin dikembangkan lebih jauh. 4.1.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. SK Keris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. SK KERIS disusun oleh 28 orang karyawan. Tujuan utama dari Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. SK Keris adalah mencegah kecelakaan, menghindari kerugian tenaga kerja dan meteriil, mencegah kerusakan lingkungan dan meminimalkan kerusakan pada kejadian kecelakaan. Adapun kerugian-kerugian yang harus dicegah adalah sebagai berikut: 4.1.3.1 Kerugian tenaga kerja Berupa luka atau sakit bahkan kematian akibat hubungan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh kondisi kerja yang buruk.
38
4.1.3.2 Kerugian materiil Kerugian materiil adalah kerusakan barang/alat baik secara langsung maupun tidak langsung yang disebabkan oleh kecelakaan. 1. Kerugian langsung adalah kerusakan pada barang atau alat yang terjadi dalam suatu kejadian kecelakaan kerja. 2. Kerugian tidak langsung adalah kehilangan waktu dan tenaga kerja selama perbaikan dan pemulihan, penurunan produktivitas dari kemerosotan moral pekerja, yang dihasilkan oleh sisi negatif dalam suatu organisasi, merusak nama baik perusahaan, dan penurunan secara nyata pendapatan dan dan keuntungan yang diharapkan. 4.1.3.3 Kerusakan atau polusi lingkungan Polusi udara, tanah dan kontaminasi air, kebisingan, getaran akibat mesin industri, dan kerugian lainnya di perusahaan yang membebankan masyarakat umum 4.1.3.4 Melakukan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan dan meminimalkan kerusakan Yaitu melakukan penyelidikan dan investigasi secara akurat dan menyeluruh terhadap kejadian kecelakaan dan menetapkannya dalam cara/sikap yang sempurna dan efektif. 1. Penyelidikan menyeluruh terhadap kecelakaan kerja di dalam dan luar industri serta analisis dan dampaknya masing-masing
39
2. Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja, termasuk peralatan, prosedur, dan factor manusia, dan penerapan prosedur yang dirancang untuk menghilangkan bahaya-bahaya tersebut 3. Pemasangan system peringatan cepat dan alat pengendali kerusakan yang dirancang untuk menghindari dan meminimalkan kerusakan 4. Melatih karyawan PT. SK Keris secara tepat tentang prosedur dan kegunaan alat-alat dan fasilitas saat keadaan darurat. Prosedur tersebut harus dibuat sehingga dapat dimengerti. 5. Melaksanakan pemeriksaan dan peninjauan rutin terhadap semua prosedur manajemen keselamatan mulai dari awal investigasi hingga pelaksaan pengukuran, pelaksanaan modifikasi atau perubahan atau suplementasi jika diperlukan. 4.1.3.5 Manajemen Keselamatan Kerja memilki dampak langsung. Manajemen Keselamatan Kerja seharusnya diterapkan dalam derajat tertinggi dalam keefektifan dengan biaya/harga yang seminimal mungkin. 4.1.4 Perjanjian Kerja Bersama PT. SK KERIS Perjanjian Kerja Bersama PT. SK Keris mencakup beberapa hal penting yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain, perlengkapan kerja, perlindungan dan keselamatan kerja, aminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), jaminan kecelakaan kerja, jaminan kecelakaan diluar jam kerja, bantuan biaya perawatan akibat kecelakaan kerja, klinik perusahaan, fasilitas kesehatan pekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,
40
imunisasi atau vaksinasi. Perjanjian Bersama PT. SK. Keris dijelaskan pada Tabel 9. berikut: Tabel 9. Perjanjian Kerja Bersama PT. SK Keris BAB (1)
Pasal (2)
VI
50
51
Hal Ayat Perjanjian (3) (4) (5) Perlengkapan Pakaian seragam dan alat-alat 1 Kerja perlengkapan kerja Pada waktu kerja/jam kerja, pekerja wajib mengenakan pakaian seragam dan 2 perlengkapan lainnya yang disediakan Pengusaha, adapun standar pemberiannya ditentukan oleh Pengusaha Pekerja dilarang memberikan pakaian seragam Perusahaan dan alat-alat 3 perlengkapan kerja lainnya kepada orang lain Pekerja dilarang membawa alat-alat perlengkapan kerja ke luar lingkungan 4 perusahaan kecuali untuk hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tugas perusahaan Pekerja wajib memelihara dan menjaga 5 pakaian dan alat-alat perlengkapan kerja yang diberikan oleh pengusaha Apabila hubungan kerja dengan Perusahaan berakhir, pekerja harus 6 mengembalikan pakaian seragam dan perlengkapan kerja lainnya Pengusaha wajib menyediakan fasilitasPerlindungan fasilitas tertentu guna terciptanya dan 1 perlindungan kerja, keselamatan dan Keselamatan kesehatan kerja sesuai dengan UndangKerja undang No 1 Tahun 1970 Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, pekerja wajib mematuhi dan 2 menjalankan seluruh standar kerja, peraturan-peraturan dan ketentuanketentuan kerja yang dikeluarkan oleh
41
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pengusaha Pengusaha wajib menyediakan alat-alat keselamatan kerja untuk dipakai oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya Pekerja wajib menggunakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan lokasi dan jenis Pekerjaan yang dilakukannya Alat-alat perlindungan kerja selalu harus diperiksa dan dirawat. Apabila alat-alat perlindungan kerja tersebut sudah tidak memadai lagi segera mengusulkan kepada atasan yang berwenang untuk diadakan penggantian seperlunya Alat-alat perlindungan kerja harus disimpan pada tempat-tempat yang telah ditentukan dan tidak diperkenankan memindahkan ke tempat lain tanpa persetujuan petugas yang berwenang Tempat kerja harus selalu dijaga dan dipelihara kebersihannya serta tidak diperkenankan meletakkan barang-barang tidak pada tempatnya Pekerja dilarang masuk ke daerah berbahaya seperti daerah listrik bertegangan tinggi, tempat penyimpanan benda/bahan berbahaya serta ke dalam gardu listrik, tanpa seijin petugas yang berwenang. Pekerja tidak diperkenankan menyentuh, menjalankan dan menghentikan mesinmesin serta alat-alat lainnya di luar tugas dan wewenangnya Mesin-mesin atau alat-alat lainnya sebelum dijalankan, terlebih dahulu harus diperiksa dengan teliti. Mesin-mesin atau alat-alat tersebut dapat dijalankan setelah dipastikan bahwa tidak ada kerusakan atau gejala-gejala yang dapat menimbulkan bahaya Apabila terjadi keabnormalan yang gawat
42
12
VII
52
Jamsostek
1
2
53
Jaminan Kecelakaan Kerja
54
Jaminan Kecelakaan Diluar Jam Kerja
55
Bantuan Biaya Perawatan Akibat Kecelakaan Kerja
1
pada mesin peralatan yang sedang dijalankan sehingga diperkirakan akan membawa akibat pada bagian lain, segera melaporkan pada atasan yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan Pekerja dilarang merokok atau menggunakan api di tempat-tempat yang telah ditentukan oleh pengusaha Sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku, Pengusaha mengikutsertakan Pekerja dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Penyelenggaraan JAMSOSTEK dilakukan dengan memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku Apabila Pekerja mendapat kecelakaan kerja sesuai dengan yang dimaksud dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka Jaminan Kecelakaan Kerja akan diberikan oleh Jamsostek sebagai badan penyelenggara asuransi kecelakaan kerja, sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 03/tahun1992 jo PP No. 14/1993 Apabila Pekerja mendapat kecelakaan di luar jam kerja, maka Jaminan Kecelakaan tersebut akan diberikan sesuai dengan SK Bupati Kabupaten Tangerang No. 35 Tahun 2003 tentang Program Jaminan Kecelakaan Diri di Luar Jam Kerja bagi pekerja pada perusahaan-perusahaan swasta Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di lingkungan kerja yang biaya pengobatan dan perawatannya melebihi batas yang ditetapkan oleh Jamsostek, maka selisih biaya tersebut menjadi tanggungan Pengusaha, berdasarkan kebijakan
43
2
56
Klinik Perusahaan
1
2
3 4
58
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1
2
3
Pengusaha Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di luar lingkungan kerja dan/atau di luar jam kerja yang biaya pengobatan dan perawatannya melebihi batas yang telah ditetapkan oleh Jamsostek dan/atau Lembaga pertanggungan sesuai yang diatur di dalam SK Bupati Kabupaten Tangerang No. 35 Tahun 2003, maka selisih biaya tersebut tidak menjadi tanggungan Pengusaha, akan tetapi Pengusaha memberikan bantuan maksimal sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per kasus per orang Pengusaha menyediakan klinik dalam perusahaan untuk memberikan pertolongan pertama bagi pekerja yang mengalami gangguan kesehatan maupun kecelakaan kerja Pekerja yang akan berobat ke klinik perusahaan harus mendapat ijin atasan yang berwenang Untuk pekerja wanita menikah dan keluarganya, jaminan kesehatannya diatur tersendiri Untuk pekerja honorer jaminan kesehatannya diatur tersendiri Untuk memelihara kesehatan Pekerja dan menjalankan kegiatan perusahaan dengan lancar, Pengusaha melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja sekali dalam 1 tahun Pekerja tidak dapat menolak perintah Pengusaha untuk diperiksa kesehatannya oleh dokter, Rumah Sakit dan/atau lembaga lainnya yang ditunjuk oleh Pengusaha. Waktu dan jenis pemeriksaan kesehatan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dan ditentukan oleh Pengusaha
44
4.1.5 Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan ada dua, yaitu proses produksi PolyEthylene Terephthalate (PET) dan proses produksi Polyester Filament Yarn (PFY). 4.1.5.1
Proses Produksi PET (Poly-Ethylene Terephthalate) Proses produksi PET dilakukan melalui empat tahapan, yaitu :
1. Proses Slurry 2. Proses Esterifikasi (Pre-Polymerisasi) 3. Polymerisasi Kondensasi 4. Proses Chip Cutter 4.1.5.2
Proses Produksi Polyester Filament Yarn (PFY) Proses produksi FY dilakukan melalui empat tahapan proses:
1. Pengeringan Chips (Proses Kontinyu) 2. Proses Melter 3. Proses Take Up 4. Proses Draw Winder 4.1.6 Jam Kerja Jumlah jam kerja para karyawan setiap harinya adalah 8 jam kerja, diselingi istirahat satu jam (jam kerja efektifnya adalah 7 jam). Pabrik beroperasi selama 24 jam sehari (tujuh hari kerja dalam seminggu). Pembagian shift kerja : 1.
06.00-14.00, istirahat 1 jam (10.00-11.00)
2.
14.00-22.00, istirahat 1 jam (18.00-19.00)
3.
22.00-06.00, istirahat 1 jam (01.00-02.00)
45
4.2 Gambaran Hasil Penelitian 4.2.1 Pengenalan Unit Utility Utility Unit adalah satu dari 6 unit yang berada di divisi produksi. Unit ini merupakan Unit yang memiliki fungsi antara lain: 1.
Penghasil listrik untuk semua kegiatan industri dan keperluan kantor (Diesel Generator dan Gas Engine).
2.
Penghasil air berupa industrial water dan pure water (Water Treatment)
3.
Penghasil Uap (steam) untuk keperluan industri (Boiler)
4.
Penghasil udara bertekanan untuk keperluan industri (Air Compressor)
5.
Penghasil Chilled Water untuk pendingin ruangan dan keperluan industri lainnya (Turbo Chiller)
6.
4.2.1.1
Pemeliharaan limbah cair industri (Waste Water Treatment)
Proses Produksi Unit Utility Kegiatan atau proses produksi Utility dilakukan di 6 area atau bangunan,
dimana masing-masing area memiliki mesin dan fungsi yang berbeda. Kegiatanmesin-mesin di Unit Utility dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Proses Produksi Utility Utility Unit (1)
Air Compressor
Fungsi (2) Menghasilkan udara bertekanan (45247 Nm3/Hour)
Cara Kerja (3) Udara luar dihisap masuk oleh impeller (kipas) yang digerakkan oleh motor sehingga udara dikompresi/ditekan dan dialirkan ke air cooler untuk diteruskan ke Filamen Yarn Plant untuk mendukung kerja mesin lainnya.
46
Diesel Generator
Mengasilkan energi listrik (10865 KW/Hour)
Gas Engine
Menghasilkan energi listrik (6311 KW/Hour)
Gas Boiler
Menghasilkan Steam/uap (10,10 Ton/Hour)
Package Boiler
Menghasilkan Steam/uap
Coal Boiler
Menghasilkan Steam/uap
Bahan bakar yang digunakan adalah jenis IDO (Industrial Diesel Oil) dan MFO (Marine Fuel Oil) yang mengalami proses pembakaran di ruang bakar (Combustion Chamber) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan perusahaan. Bahan bakar yang digunakan adalah jenis Gas LNG (liquefied natural gas) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan perusahaan. Memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gas buang mesin generator dengan temperatur outlet 514 oC, air dalam pipa yang mengalir secara sirkulasi, pipa masuk ke ruang evaporator secara spiral, air yang telah dipanaskan berubah menjadi steam ditampung dalam steam drum (280oC). Selanjutnya steam yang dihasilkan didistribusikan dari steam drum. Steam yang dihasilkan bertekanan 15 Bar. Bahan bakar IDO atau solar. Start awal dengan memakai LPG dengan bukaan dumper 10%, setelah itu 15 mnt kemudian LPG habis, sebelum LPG habis 5 mnt terakhir bahan bakar (IDO atau solar) masuk. Cara penyalaan pertama ini seperti menyalakan petromax pertama kali dengan bantuan spirtus. Panas yg dihasilkan oleh pembakaran dihembuskan dengan blower didalam ruang bakar, pipa-pipa berisi air berada di ruang bakar beserta steam drum, dipanaskan sampai temperatur 800 oC. Steam yang dihasilkan ditampung dalam steam drum & didistribusikan. Memakai bahan bakar batubara kapasitas 10 Ton/ Hari. Start awal menggunakan bantuan arang kayu (Temperatur 600 oC) untuk memanaskan pasir silica (ketebalan 20 Cm) dengan hembusan udara blower melalui
47
Cooling Water
Untuk mendinginkan mesin-mesin utility menggunakan pendinginan cooling water fan baik secara sendiri sendiri maupun bersamaan (general cooling water). (2626 USRT)
Water Treatment
Menghasilkan Industrial Water dan Pure Water
Chiller
Menghasilkan air pendingin yang
lubang-lubang kecil (Diameter 1 mm). Pasir silica membentuk fluidisasi, kemudian batubara dimasukkan kedalam ruang bakar melalui screw. Sebelumnya batubara yang telah diratakan ukurannya oleh hammerstone ditampung pada tangki penampungan untuk ditransfer melalui belt conveyor. Panas yang dihasilkan oleh pembakaran adalah 900 oC, udara panas tersebut masuk didalam pipa untuk memanaskan air dalam steam drum. Pipa yang keluar disedot oleh blower sebagai asap cerobong. Steam yang dihasilkan ditampung dalam steam drum dan didistribusikan. Air dari Water Treatment disedot Raw Water Pump kemudian air dialirkan ke Jacket Water. Air yang ada di dalam Jacket Water berfungsi mendinginkan mesin, karena Jacket Water menyelimuti mesin. Air dalam Jacket Water akan berubah menjadi panas setelah melewati mesin sehingga air panas dialirkan ke Cooling Water . Di Cooling Water air akan didinginkan dengan Cooling Water Fan dan didinginkan lagi dengan cara dialirkan melalui lubang-lubang kecil sehingga air akan jatuh (seperti air hujan) melewati udara bebas ke tempat penampungan. Air di penampungan akan menjadi dingin kembalin dan digunakan lagi untuk mendinginkan mesin. Air dari sungai Cihuni disedot masuk ke Accelerator. Di dalam Accelerator air dicampur dengan PAC (Poly Aluminium Chloride) untuk menghasilkan industrial water. Untuk menghasilkan Pure water, air yang dicampur PAC tadi dicampur lagi dengan HCl (Hydrochloric Acid) and NaOH (Sodium Hydroxyde) Mesin chiler sebanyak 7 unit dengan kapasitas 1.000 USRT. Pada awalnya tekanan Freon dinaikkan oleh Compressor kemudian
48
Absorber
4.2.1.2
digunakan pada proses FY dan PET, (1826 USRT) Menghasilkan air pendingin yang digunakan pada proses FY dan PET, PT. SK Keris (800 USRT)
temperature dan tekanannya diturunkan lagi (siklus) sehingga menghasilkan Freon dingin yang akan digunakan untuk mendinginkan air. Mesin absorber sebanyak 2 unit dengan kapasitas 1.500 USRT. Pada awalnya air dari Water Treatment yang melalui proses vakum, dicampur dengan Lithium Bromide sehingga menjadi campuran yang bertemperatur rendah kemudian campuran tersebut digunakan untuk mendinginkan air.
Kondisi Umum Utility
4.2.1.2.1 Kondisi Lantai Lantai terbuat dari beton yang di cat epoxy, kondisinya kering tetapi terkadang basah karena adanya kegiatan kebersihan dari cleaning service. Kondisi lantai yang basah tidak mempengaruhi kegiatan di unit ini karena seluruh karyawan baik mekanik, elektrik, operator dan cleaning service memakai alat pelindung diri (sepatu safety). Daerah-daerah bahaya/dilarang untuk dilewati ditandai dengan adanya Safety line berwarna terang (kuning dan hitam). 4.2.1.2.2 Kondisi Mesin Sebagian besar mesin-mesin yang ada di Unit Utility bekerja secara otomatis dan dipantau/dijaga oleh operator yang selalu stand by. Setiap jamnya dilakukan pencatatan dari hasil pengukuran mesin-mesin tersebut oleh operator. Keadaan mesin terhadap tinggi badan dan jangkauan mekanik atau elektrik atau operator dalam menjalankan pekerjaannya sudah sesuai. Setiap tahun dilakukan Overhaul dan pembersihan panel listrik di Unit ini. Akan tetapi, karena semua
49
mesin yang ada di unit ini berjumlah banyak, maka Overhaul dilakukan setiap hari secara bertahap pada mesin-mesin yang berbeda. 4.2.1.2.3 Alat Angkat Unit ini mengunakan crane sebagai alat angkat Air Compressor Machine dan kereta dorong sebagai alat angkat untuk Cooling Tower parts. 4.2.1.3
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Utility Di Unit Utility terdapat berbagai jenis Alat Pelindung Diri yang
digunakan serta perlengkapan pemadam kebakaran. Berikut ini adalah daftar alat pelindung diri dan penanganan kebakaran di Unit Utility. 4.2.1.3.1
Daftar Alat Pelindung diri di Utility Alat Pelindung diri yang terdapat disetiap bangunan Utility adalah
sarung tangan, ear plug, helmet dan safety shoes. APD seperti respirator, full face protector dan vynil gloves terdapat di lokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya kimia, debu dan api listrik. Daftar APD Utility dijelaskan pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Jenis Alat Pelindung Diri Unit Utility Building
Jenis APD
Water Treatment
Respirator, helmet, safety shoes, gloves
Turbo Chiller
Ear plug, helmet, safety shoes
Air Compressor
Ear plug, helmet, safety shoes, full face protector
Diesel Generator
Ear plug, helmet, safety shoes, full face protector
Package Boiler
Ear plug, helmet, safety shoes, respirator, masker
Waste Water Treatment
Respirator, helmet, safety shoes, gloves
50
4.2.1.3.2
Penanganan Kebakaran di Utility Untuk memadamkan api karena kebakaran, dilengkapi dengan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pemadam Api Berat (APAB), Hidran Air dan Foam Tank. Disetiap daerah yang dinilai dapat memicu api dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, sifat disekeliling daerah tersebut disesuaikan dengan jenis pemadam. Secara berkala, setiap bulan dilakukan pemeriksaan terhadap alat pemadam tersebut dan dilakukan pelatihan setiap tahun terhadap semua karyawan, pelatihan memadamkan api dan cara menghadapi keadaan darurat atau evakuasi. APAR berisi Powder dan Gas, APAB berisi Gas, Foam tank berisi busa dan hidran berisi air. Sumber air hidran berasal dari utility. Agar kebakaran dapat cepat diketahui, disetiap tempat yang berbahaya dilengkapi dengan detector, jenis detector yaitu smoke detector dan heat detector. Bila ada api di lokasi detector, maka detector ini akan mengirim sinyal ke Control Room, sehingga kejadian kebakaran dilokasi tertentu dapat segera diketahui. Setiap tahunnya diadakan pelatihan pemadam kebakaran pada seluruh karyawan produksi di PT. SK Keris. Pelatihan tersebut berupa pelatihan penggunaan APAR dan hydrant. 4.2.1.4
Kecelakaan Kerja
4.2.1.4.1 Angka Kecelakaan Kerja Kasus kecelakaan kerja di PT. SK Keris adalah 14 kasus tahun 2005, kemudian menurun menjadi 7 kasus pada tahun 2006, meningkat lagi menjadi 11 kasus tahun 2007, menurun menjadi7 kasus tahun 2008 dan terdapat 3 kasus hingga pertengahan tahun 2009 (Gambar 5). Kasus kecelakaan yang terjadi ada 2 jenis yaitu kasus kecelakaan di tempat kerja dan kasus kecelakaan lalu lintas
51
(kecelakan akibat hubungan kerja). Angka kejadian kecelakaan kerja dijelaskan pada Gambar 5.
Gambar 5 Angka Kejadian Kecelakaan Kerja di PT. SK KERIS Tahun 2005 – 2009 Jumlah kasus kecelakaan kerja di Utility tahun 2005 adalah 1 kasus, 2 kasus pada tahun 2007, 1 kasus pada tahun 2008 dan kasus hingga pertengahan 2009. Kejadian kecelakaan kerja di Utility sangatlah sedikit tetapi Utility merupakan sumber bahaya potensial yang sangat fatal (Gambar 6).
Gambar 6 Angka Kejadian Kecelakaan Kerja di Utility PT. SK KERIS Tahun 2005 – 2009
52
Selama periode 2005 – 2009, kasus kecelakaan kerja di PT. SK Keris yang mengakibatkan kematian hanya terjadi di Unit Utility (kecelakaan kerja di tempat kerja). Kasus kematian yang lain disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, identifikasi bahaya dan penilaian risiko sangat penting untuk dilakukan di unit ini mengingat unit ini adalah penghasil sumber energy listrik utama industri, sehingga sangat rentan terhadap kejadian kecelakaan kerja. 4.2.1.4.2 Jenis Kecelakaan Kerja PT. SK Keris Dilihat dari segi terjadinya kecelakaan, kecelakaan di PT. SK Keris dibagi atas 3 jenis yaitu, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan yang berhubungan mesin dan kecelakaan yang bukan disebabkan karena hubungan mesin. Pada tahun 2005, 2006 dan 2008, kasus kecelakaan kebanyakan akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2009, kecelakaan akibat hubungan mesin lebih dominan. Brikut ini adalah gambar jenis kecelakaan kerja di PT. SK. Keris Tahun 2005 – 2009 (Gambar 7). Jenis Kecelakaan Kerja di PT. PT. SK Keris Tahun 2005 – 2009
Gambar 7 Jenis Kecelakaan Kerja di PT. PT. SK Keris Tahun 2005 – 2009.
53
Dilihat dari segi pertolongannya, jenis kecelakaan di Utility terbagi atas 33% Lost Time Injury, 17% kematian, 17% recordable accident dan 33% pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti pada gambar 8 dibawah ini.
Gambar 8 Persentase Jenis Kecelakaan Kerja di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2005 –2009
4.2.1.5
Audiometri Sebagian besar mesin-mesin produksi di setiap menghasilkan tingkat
kebisingan yang tinggi bahkan melebihi batas NAB (Nilai Ambang Batas) kebisingan. Pengukuran Audiometri dilakukan pada seluruh karyawan PT. SK Keris baik karyawan produksi maupun karyawan kantor seperti hasil audiometri (Gambar 9) berikut.
54
Gambar 9 Pengukuran Audiometri Seluruh Karyawan PT. SK Keris Tahun 2008 Hasil pengukuran audiometri seluruh karyawan PT. SK Keris maka diperoleh sebanyak 79, 89% karyawan mengalami gangguan fungsi pendengaran dan 20,11% normal. sedangkan di unit utility sendiri 57% adalah normal, 30,6 % mengalami gangguan pendengaran dan 19,14 % belum teridentifikasi. Hasil pengukuran Audiometri di Unit Utility dapatdilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10 Pengukuran Audiometri Karyawan Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2008
55
4.2.1.6
Pengukuran Kebisingan Kebisingan di Utility dihasilkan oleh mesin-mesin yang bekerja.
Kebisingan yang dihasilkan setiap mesin berbeda tergantung dari kapasitas mesin tersebut. Kebisingan setiap mesin di utility sudah melampaui NAB (Nilai Ambang Batas) kebisingan. Berikut adalah pengukuran kebisingan Utility 2009 (Tabel 12). Tabel. 12. Pengukuran Kebisingan di Utility Unit Mei 2009 Section
Location Turbo Chiler Air Compressor
Utility
Result (dB) 94.3
Remarks
98.5
Diatas NAB Diatas NAB
Diesel Generator
103.4
Diatas NAB
Gas Engine
108.5
Diatas NAB
Kebisingan paling tinggi dihasilkan oleh mesin Gas Engine, Diesel Generator, Air Compressor dan yang terakhir adalah Turbo Chiller. Pengendalian akibat kebisingan yang telah dilakukan adalah adanya APD berupa ear plug. 4.2.2
Klasifikasi Aktivitas Kerja di Utility
4.2.2.1 Mechanician (mekanik) Mekanik adalah pekerja yang bertugas memperbaiki (Overhaul) dan membersihkan mesin. Mekanik bertugas setiap hari mulai jam 08.00 – 17.00 (daily) 4.2.2.2 Electrician (elektrik) Elektrik adalah pekerja yang bertugas memperbaiki dan membersihkan panel-panel listrik dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan arus listrik. elektrik bertugas setiap hari mulai jam 08.00 – 17. 00 (daily)
56
4.2.2.3 Operator Operator adalah pekerja yang bertugas mengontrol semua kerja mesin melalui kontrol otomatis dan pada waktu tertentu mencatat dan memeriksa kondisi mesin secara langsung. Operator bertugas secara shift. 4.2.2.4 Clening Service Cleaning Service adalah pekerja yang bertugas membersihkan lantai ruangan mesin agar tidak berdebu dan tetap bersih 4.2.3 Identifikasi Bahaya di Utility Identifikasi Bahaya dilakukan di seluruh area di Unit Utility, mulai dari area Water Treatment, Diesel Generator, Air Compressor, Cooling Water, Boiler hingga Waste Water Treatment. Berikut ini adalah daftar identifikasi bahaya Unit Utility (Tabel 13). Tabel 13. Daftar Identifikasi Bahaya di Unit Utility No (1)
1
2
Identifikasi Aktivitas
Lokasi
(2) (3) 2 orang Crusher/pekerja Coal Station mengangkat sak/karung juga menggunakan drum yang dipotong untuk memasukkan batu bara ke penggilingan, menaiki tangga yang tidak memiliki pegangan 1 orang crusher Coal Station memecahkan batu bara dengan palu persis di atas mesin penggiling batu bara yang sedang berputar
Identifikasi Bahaya
Risiko
(4)
(5) Pekerja dapat Kaki dan tangan terjatuh, terpeleset. terkilir, tertimpa karung batu bara, sakit punggung.
Tangan pekerja Cacat/kehilangan dapat ikut tergilas anggota atau fungsi mesin tubuh
57
3
4
5
6
Pada waktu-waktu Coal Station tertentu saat bekerja, pekerja tidak menggunakan masker penutup hidung dan mulut Operator menaiki tangga Coal Boiler tanpa hand-rail dengan tinggi 3 meter menuju mesin Coal Boiler Balok yang terbuat dari besi menghalangi jalan tangga menuju lantai 2 gedung Air Compressor. Jarak antara palang besi dengan tangga kira-kira 1,5 meter Semua aktivitas dalam gedung terpapar oleh bising yang dihasilkan oleh mesin Iklim di tempat cenderung panas
Air Compressor
Air Compressor, Diesel Generator, Gas Engine kerja Diesel Generator
Pekerja dapat terpapar serbuk/debu batu bara jika terlalu sering membuka masker pada saat bekerja Jika terjatuh, dapat menyebabkan tangan dan kaki terkilir bahkan kepala terbentur ke lantai
Bising yang dihasilkan oleh mesin melebihi Nilai Ambang Batas (> 85 dB) Menyebabkan kondisi kerja buruk
8
Banyaknya debu akibat Diesel dari proses kerja mesin Generator, Air Compressor
Menyebabkan kondisi kerja buruk
Terjepit engine parts
9
Membersihkan Cylinder Overhaul Head Air Compressor, maka engine parts diangkat dengan menggunakan crane
Mengisi Oli
Luka ringan, memar, sakit punggung terkilir dan cidera pada kepala
Kepala bisa terbentur Pusing, cidera pada palang besi kepala
7
10
Gangguan fungsi pernapasan. Paparan ≥ 10 tahun menyebabkan Pneumoconiosis
Dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran bahkan ketulian Menyebabkan cepat lelah, kurang konsentrasi, cepat kehilangan cairan tubuh/dehidrasi Kurang focus pada pekerjaan, gangguan pernapasan fraktur ringan pada kaki
Lube Oil Tetesan oli yang Tergelincir dan Sump Tank tidak segera jatuh luka ringan dibersihkan dapat dan memar menyebabkan jalanan licin
58
11
Menggerinda permukaan Overhaul mesin
Terluka putaran wheel
12
Pemasangan mesin
kembali Overhaul
Terjepit spring valve
Luka ringan pada tangan
Memperbaiki kebocoran D/G, A/C pipa pada ruangan bergas
Mengelas pipa di ruangan bergas dapat menimbulkan kebakaran
Menimbulkan kematian dan kerusakan/kerugian akibat kebakaran
Membersihkan Parts dengan cleaner
Menyentuh panel Memungkinkan parts secara tidak tersengat arus sengaja listrik dan dapt juga menyebabkan kerusakan Panel sehingga mengganggu kerja sistem electricity perusahaan.
13
Panel Panel Station vacuum
14
15
16
17
karena Teriris dan Grinding- ringan
luka
Mengisi chemical (PAC) Water ke dalam tank. Treatment Meninggalkan/meletakkan karung di atas tank penampungan
Dapat melukai orang Luka ringan dan yang berada di memar bawah tank dan isi karung dapat sewaktu-waktu jatuh dan masuk ke dalam tank
Tangga dan dasar kayu Water pada tank PAC, NaOH Treatment dan HCl sangat rapuh. dan jalan tersebut tidak memiliki pegangan (handgrip)
Pekerja yang sedang Luka ringan, sakit menggunakan tangga pada punggung dan dan jalan tersebut memar bisa terperosok bahkan jatuh
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia PAC (Poly Aluminium Chloride)
Kontak langsung pengguaan bahan kimia ini dapat terkontaminasi melalui mata, saluran pernapasan, dan pencernaan
Water Treatment dan Waste Water Treatment
Dpt menyebabkan iritasi mata, bila terhirup dpt menyebabkan iritasi pernapasan, iritasi pencernaan ringan, pemaparan kronis dpt menyebabkan erosi pada gigi
59
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia NaOH (Sodium Hydroxide)
Water Treatment dan Waste Water Treatment
Kontak langsung pengguaan bahan kimia ini dapat terkontaminasi melalui mata, saluran pernapasan, dan pencernaan
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia HCl (Hydrocloric Acid)
Water Treatment dan Waste Water Treatment
Kontak langsung pengguaan bahan kimia ini dapat terkontaminasi melalui mata, saluran pernapasan, dan pencernaan
18
19
Iritasi pernapasan bahkan kerusakan paru, iritasi mata bahkan kebutaan, iritasi kulit berkelanjutan, luka pada mulut, tenggorokan, perut, dapat menimbulkan kematian. Iritasi dan kerusakan permanen pada mata, pernapasan (batuk,sesak napas, hidung berair bahkan kematian), penecernaan (apabila terminum menyebabkan panas pada mulut, tenggoraokan, perut, kematian), pemaparan kronis menyebabkan erosi pada gigi
4.2.4 Penilaian Risiko Setelah melakukan Idetifikasi Bahaya, maka bahaya yang didapat akan dinilai menurut 3 aspek yaitu, paparan, peluang dan konsekuensi bahaya tersebut. Nilai dari masing-masing aspek itu akan dikalikan kemudian akan menghasilkan tingkatan risiko yang berbeda-beda. Berikut ini adalah Penilaian Risiko di Utility (Tabel 14).
60
Tabel 14. Penilaian Risiko di Unit Utility No
Aktivitas
(1) (2) 1 2 orang Crusher/pekerja mengangkat sak/karung juga menggunakan drum yang dipotong untuk memasukkan batu bara ke penggilingan, menaiki tangga yang tidak memiliki pegangan 2 1 orang crusher memecahkan batu bara dengan palu persis di atas mesin penggiling batu bara yang sedang berputar
Paparan (E)
Penilaian Risiko Peluang Konsekuensi (L) (C)
Tingkatan Risiko (E x L x C) (6)
(3) 6 Berkala Pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama setiap waktu, pekerja melakukan pergantian tugas
(4) 0.1 Jarang Kecelakaan belumpernah terjadi sebelumnya tetapi memiliki kemungkinan
(5) 2 Minor Dapat meyebabkan memar dan luka ringan
6 Berkala Pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama setiap waktu, pekerja melakukan pergantian tugas 6 Berkala Pemecah batu bata aan terpapar debu batu bara selama bekerja
0.1 Jarang Kecelakaan belumpernah terjadi sebelumnya tetapi memiliki kemungkinan
20 Fatal Dapat menyebabkan 12 patah tulang, cacat/kehilang Risiko Tinggi an fungsi tubuh bahkan kematian 10 Major Menyebabkan 18 gangguan pernapasan Risiko Tinggi seperti Pneumoconios is 10 Major 18 Dapat menyebabkan Risiko Tinggi luka ringan, memar, dan
3
Pada waktu-waktu tertentu saat bekerja, pekerja tidak menggunakan masker penutup hidung dan mulut
4
Operator menaiki 6 tangga tanpa handBerkala rail dengan tinggi 3 Operator meter menuju mesin memeriksa Coal Boiler keadaan mesin hampir setiap 1
0.3 Sedang Pekerja dibagi dalam system shift kerja
0.3 Sedang Ada 2 operator yang bertugas sehingga menggunakan
1.2 Risiko Rendah
61
jam sekali
5
Balok yang terbuat dari besi menghalangi jalan tangga menuju lantai 2 gedung Air Compressor. Jarak antara palang besi dengan tangga kirakira 1,5 meter
6
Semua aktivitas dalam gedung terpapar oleh bising yang dihasilkan oleh mesin
7
Iklim di tempat kerja cenderung panas
8
Banyaknya akibat dari kerja mesin
tangga tersebut benturan pada secara kepala jika bergantian terjatuh
6 Berkala Tangga digunakan untuk keperluan tertentu
0.3 Sedang Lantai 2 bangunan digunakan banyak pekerja mulai dari operator, mekanik, electric hingga supervisor 6 0.3 Berkala Sedang Paparan Hampir setiap dirasakan kegiatan sepanjang jam dilakukan di kerja, ada dalam kalanya bangunan, tetapi pekerjaan tidak semuanya dilakukan diluar gedung 6 0.6 Berkala Sering Paparan terjadi Hampir setiap sepanjang jam kegiatan kerja di dalam dilakukan di bangunana dalam bangunan
debu 10 0.3 proses Terus-menerus Sedang Paparan terjadi Adanya
2 Minor Dapat menyebabkan kepala pusing, 3.6 luka ringan, memar Risiko Sedang
10 Major Menyebabkan penurunan 18 fungsi pendengaran Risiko Tinggi bahkan kehilangan fungsi pendengaran 5 Sedang Dapat menyebabkan kurang 18 konsentrasi pada Risiko Tinggi pekerjaan sehingga dapat menyebabkan kecelakaan lain 5 15 Sedang Dapat Risiko Tinggi
62
sepanjang kerja
jam kegiatan kebersihan gedung setiap hari
8
Banyaknya akibat dari kerja mesin
debu 10 proses Terus-menerus Paparan terjadi sepanjang jam kerja
9
Membersihkan 3 Cylinder Head Air Tertentu Compressor, maka Kegitan engine parts diangkat dilakukan pada dengan menggunakan waktu Overhaul crane
10
Mengisi Oli
3 Tertentu Kegitan dilakukan pada waktu Overhaul
11
Menggerinda permukaan mesin
3 Tertentu Kegitan dilakukan pada waktu Overhaul
menyebabkan gangguan pernapasan, gangguan konsentrasi pada pekerjaan 0.3 5 Sedang Sedang Adanya Dapat kegiatan menyebabkan 15 kebersihan gangguan gedung setiap pernapasan, Risiko Tinggi hari gangguan konsentrasi pada pekerjaan 5 0.6 Sedang Sering Dapat Overhaul dilakukan pada menyebabkan 9 setiap mesin luka terbuka dan fraktur sehinga Risiko Sedang ringan kegiatan dilakukan setiap hari pada mesin yang berbeda 0.1 2 Jarang Minor 0.6 Lantai setiap Terpeleset hari dibersihkan menyebabkan Risiko Rendah petugas memar dan luka ringan 0.6 2 Sering Minor Overhaul Menyebabkan 3.6 dilakukan pada luka ringan setiap mesin Risiko Sedang sehinga kegiatan
63
12
Pemasangan kembali mesin
13
Memperbaiki kebocoran pipa pada ruangan bergas
14
Membersihkan Panel Parts dengan vacuum cleaner
15
Mengisi chemical (PAC) ke dalam tank. Meninggalkan/meleta kkan karung di atas tank penampungan
16
Tangga dan dasar kayu pada tank PAC,
dilakukan setiap hari pada mesin-mesin yang berbeda 3 0.6 2 Tertentu Sering Minor Kegitan Overhaul Luka ringan dilakukan pada dilakukan pada karena terjepit 3.6 waktu Overhaul setiap mesin shg kegiatan Risiko dilakukan setiap Sedang hari pada mesin-mesin yang berbeda 3 0.1 20 Tertentu Jarang Fatal Perbaikan Kejadian tidak Menyebabkan 6 diadakan pada dapat diprediksi kebakaran, saat terjadi kematian dan Risiko Sedang kebocoran kerugian akibat kebakaran 3 0.6 20 Tertentu Sering Fatal Membersihkan Untuk Dapat panel dilakukan membersihkan menyebabkan 36 1 kali dalam panel dengan kematian jika seminggu vacuum cleaner tersengat arus Ekstrim dibutuhkan listrik jarak yang cukup dekat 1 0.1 2 Jarang Sedang Minor Tidak banyak Pengisian PAC Luka ringan 0.2 dilalui oleh ke dalam akibat pekerja servise tank tertimpa Risiko Rendah dilakukan 1 karung minggu sekali 6 0.3 5 9 Berkala Sedang Sedang
64
NaOH dan HCl sangat rapuh. dan jalan tersebut tidak memiliki pegangan (hand-grip)
Dasar pijakkan yang terbuat dari kayu sudah rapuh sekali bahkan serpihan kayu sudah jatuh 3 Tertentu Pengisian PAC dilakukan 1x seminggu
Jadwal pengisian bahan kimia ke dalam sorage tank adalah 1x sebulan 0.3 Sedang Peluang akan terjadi pada waktu pengisian
17
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia PAC (Poly Aluminium Chloride)
18
Pekerja yang 3 0.3 berhubungan Tertentu Sedang langsung dengan Pengisian NaOH Peluang akan bahan kimia NaOH dilakukan 1x terjadi pada (Sodium Hydroxide) seminggu waktu pengisian
19
Pekerja yang 3 0.3 berhubungan Tertentu Sedang langsung dengan Pengisian HCl Peluang akan bahan kimia HCl dilakukan 1x terjadi pada (Hydrocloric Acid) seminggu waktu pengisian
Risiko Sedang Menyebabkan luka ringan, memar, luka terbuka dan fraktur ringan 10 Major iritasi mata, iritasi 9 pernapasan, iritasi Risiko Sedang pencernaan ringan, erosi pada gigi. 20 Fatal kerusakan paru, kebutaan, iritasi kulit 18 berkelanjutan, luka pada Risiko Tinggi mulut, tenggorokan, perut, dapat menimbulkan kematian. 20 Fatal Iritasi dan kerusakan permanen 18 pada mata, pernapasan, Risiko Tinggi iritasi pencernaan bahkan kematian, erosi pada gigi
65
Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan, didapatlah 4 macam risiko dengan nilai yang berbeda, di urutan pertama terdapat Risiko Tinggi (High Risk) sebesar 42,10%, urutan kedua terdapat Risiko Sedang (Medium Risk) sebesar 36,84%, urutan ketiga terdapat Risiko Rendah (Low Risk) sebesar 15,7% dan yang keempat adalah Risiko Ekstrim (Extreme Risk) sebesar 5,26% seperti Gambar 11.
Gambar 11 Tingkatan Risiko di Unit Utility
4.2.5 Pengendalian Risiko Tingkatan risiko yang dihasilkan dari Penilaian risiko kemudian dilihat pengendalian yang sudah ada (existing control), apabila masih kurang maka perlu dibuat pengendalian tambahan (additional control) seperti pada Tabel 15 berikut ini.
66
Tabel 15. Pengendalian Risiko No
Identifikasi Aktivitas
Tingkatan Risiko (3)
Existing Control (4) Alat Pelindung Diri seperti helmet dan safety shoes
(1) (2) 1 2 orang Crusher/pekerja mengangkat sak/karung juga menggunakan drum 1.2 yang dipotong untuk Risiko memasukkan batu bara ke Rendah penggilingan, menaiki tangga yang tidak memiliki pegangan 2 1 orang crusher Alat Pelindung memecahkan batu bara Diri seperti dengan palu persis di atas sarung tangan 12 mesin penggiling batu bara Risiko Tinggi yang sedang berputar
3
4
1
5
Additional Control (5) Engineering Control: Pemasangan hand-rail dan conveyor
Administrative Control: melakukan pemecahan batu bara dahulu di tempat lain kemudian pecahannya dimasukkan ke dalam penggilingan Administrative Control: Inspeksi/pengawasan K3 Administrative Control: Safety sign/warning
Pada waktu-waktu tertentu Alat Pelindung saat bekerja, pekerja tidak 18 Diri seperti menggunakan masker Risiko Tinggi respirator dan penutup hidung dan mulut masker Operator menaiki tangga Alat Pelindung tanpa hand-rail dengan 18 Diri seperti tinggi 3 meter menuju Major helmet dan mesin Coal Boiler safety shoes Alat Pelindung Engineering Control: 2 orang Crusher/pekerja mengangkat sak/karung Diri seperti Pemasangan hand-rail dan juga menggunakan drum helmet dan conveyor 1.2 yang dipotong untuk safety shoes Risiko memasukkan batu bara ke Rendah penggilingan, menaiki tangga yang tidak memiliki pegangan Balok yang terbuat dari besi Alat Pelindung Administrative Control: menghalangi jalan tangga 3.6 Diri seperti Safety sign/warning menuju lantai 2 gedung Air Risiko helmet dan Compressor. Jarak antara Sedang safety shoes palang besi dengan tangga Administrative
67
kira-kira 1,5 meter
6
7
8
9
10
11
Control: safety line pada balok besi Semua aktivitas dalam Alat Pelindung Administrative Control: gedung terpapar oleh bising 18 Diri seperti ear- Meluangkan waktu untuk yang dihasilkan oleh mesin Risiko plug keluar gedung dalam Tinggi beberapa saat pada waktu renggang bekerja Iklim di tempat kerja Engineering Admnistrative Control: cenderung panas Control: Meluangkan waktu untuk Exhaust Fan, keluar gedung dalam 18 ventilation and beberapa saat pada waktu Risiko opened doors renggang dlm bekerja, Tinggi penyediaan air minum yang cukup di dalam ruangan Banyaknya debu akibat dari Alat Pelindung Administrasi Control: proses kerja mesin Diri seperti adanya pengawasan masker. penggunaan masker. 15 Administrative Risiko Control Seperti Tinggi adanya kebersihan setiap hari Mengisi Oli Alat Pelindung Admnistrative Control: Diri seperti adanya Instruksi Kerja safety shoes. yang benar dan adanya 9 Administrative pengawasan Risiko Control seperti Sedang adanya kebersihan setiap hari Menggerinda permukaan 0.6 Alat Pelindung Administrative Control: mesin Diri seperti adanya Instruksi Kerja Risiko sarung tangan yang benar dan adanya Rendah pengawasan Pemasangan kembali mesin Alat Pelindung Administrative Control: 3.6 Diri seperti adanya Instruksi Kerja Risiko sarung tangan yang benar dan adanya Sedang pengawasan
68
12
Membersihkan Cylinder Head Air Compressor, maka engine parts diangkat dengan menggunakan crane
13
Memperbaiki kebocoran pipa pada ruangan bergas
14
Membersihkan Panel Parts dengan vacuum cleaner
15
Mengisi chemical (PAC) ke dalam tank. Meninggalkan/meletakkan karung di atas tank penampungan Tangga dan dasar kayu pada tank PAC, NaOH dan HCl sangat rapuh. dan jalan tersebut tidak memiliki pegangan (hand-grip) Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan 9 kimia PAC (Poly Risiko Aluminium Chloride) Sedang
16
17
18
19
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia NaOH (Sodium Hydroxide) Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia HCl (Hydrocloric Acid)
Alat Pelindung 3.6 Diri seperti Risiko sarung tangan Sedang dan safety shoes Engineering Control seperti 6 Fire Alarm, Risiko Heat Detector, Sedang Hydrant dan APAR Alat Pelindung 36 Diri seperti Ekstrim sarung tangan dan goggles Engineering 0.2 Control adanya Risiko pembatasan Rendah area dengan pagar Alat Pelindung 4.5 Diri seperti Risiko helmet dan Sedang safety shoes
18 Risiko Tinggi
18 Risiko Tinggi
Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, respirator dan safety shoes Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, respirator dan safety shoes Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, respirator dan safety shoes
Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan
Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan Substitusi Control seperti menganti dasar kayu dengan dasar yang lebih kokoh dan kuat serta memasang hand-grip Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan Administrative Control: adanya Instruksi Kerja yang benar dan adanya pengawasan
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Bahaya Potensial Utility Unit adalah satu dari 6 unit yang berada di divisi produksi. Unit ini
merupakan Unit yang memiliki fungsi antara lain, penghasil listrik untuk semua kegiatan industri dan keperluan kantor (Diesel Generator dan Gas Engine), penghasil air berupa industrial water dan pure water (Water Treatment), penghasil Uap (steam) untuk keperluan industri (Boiler), penghasil udara bertekanan untuk keperluan industri (Air Compressor), penghasil Chilled Water untuk pendingin ruangan dan keperluan industri lainnya (Turbo Chiller), pemeliharaan limbah cair industri (Waste Water Treatment). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka didapatlah 5 sumber bahaya yang ada di Unit Utility yaitu lingkungan kerja, energi, pekerjaan manual, plant dan zat kimia (Rudi Suardi, 2007:75). Pertama, lingkungan kerja Unit Utility merupakan tempat yang dilalui oleh banyak pekerja (supervisor, operator, mekanik, elektrik, cleaning service, bahkan tamu). Semakin banyak akses ke lingkungan kerja, semakin besar pula peluang terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini yang menjadikan lingkungan kerja menjadi salah satu sumber bahaya potensial. Selain itu, temperatur di Unit Utility cenderung panas yang disebabkan oleh mesin-mesin yang bekerja. Setiap mesin menghasilkan panas, bunyi, getaran, debu, asap, bau dan kelembaban udara, dimana semua faktor tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan lingkungan kerja. Tingginya temperatur di tempat kerja mempengaruhi banyaknya kejadian 69
70
kecelakaan kerja karena para pekerja dapat menjadi malas, tidak senang, dan acuh tak acuh terhadap pekerjaannya (Tulus Winarsunu, 2008:58). Kedua, energi merupakan salah satu sumber bahaya potensial yang dapat berakibat fatal tentunya. Bahaya potensial energi dapat bersumber dari daya listrik (electrical), gravitasi, energy kinetik, getaran dan kebisingan. Daya listrik adalah sumber daya yang paling umum dan fleksibel digunakan di industri dan perumahan. Listrik juga mungkin yang paling berbahaya karena tidak tampak, tidak berbau dan jika dirasakan, mungkin sudah terlambat. Unit Utility adalah unit penghasil daya listrik utama di PT. SK Keris baik untuk keperluan industri maupun keperluan kantor. Total energi yang dihasilkan Unit Utility adalah 18.000 KW/jam. Pembangkit listrik dihasilkan oleh Diesel Generator dan Gas Engine . Bahan bakar yang digunakan Diesel Generator adalah jenis IDO (Industrial Diesel Oil) dan MFO (Marine Fuel Oil) yang mengalami proses pembakaran di ruang bakar (Combustion Chamber) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan perusahaan. Bahan bakar yang digunakan Gas Engine adalah jenis Gas LNG (liquefied natural gas) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan perusahaan. Terlebih lagi di Unit ini pernah terjadi kecelakaan kerja yang memakan korban jiwa akibat tersengat listrik. Total tegangan yang dihasilkan unit ini adalah 6600 Volt. Bahaya-bahaya yang dapat timbul akibat hubungan kelistrikan adalah kejut, hangus, mata merah, kebakaran dan statik. Unit Utility juga menghasilkan energi
71
lain berupa uap yg digunakan untuk keperluan industri. Uap yang dihasilkan berasal dari Gas Bolier, Coal Boiler dan Package Boiler. Bahan bakarnya berasal dari batu bara dan IDO (Industrial Diesel Oil/solar). Untuk menghasilkan uap keperluan industri maka diperlukan 10 ton batu bara perhari sehingga penggunaan alat pelindung diri para pemecah batu bara perlu diperhatikan mengingat peluang debu batu bara dapat berdampak buruk terhadap kesehatan terutama pada saluran pernapasan. Bentuk energi lain yang berbahaya adalah gravitasi. Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat gravitasi bumi adalah tertimpa benda, terjatuh, tersandung dan tergelincir. Bahaya akibat gravitasi ini dapat terjadi di Unit tetapi tidak sering terjadi dan risiko yang ditimbulkan pun adalah risiko rendah. Lain lagi bahaya yang ditimbulkan akibat energi kinetik antara lain apabila pekerja menabrak suatu benda atau tertabrak benda contohnya adalah menabrak palang besi yang terlalu rendah yang berada di gedung Air Compressor. Bahaya oleh getaran terjadi saat mesin atau alat yang dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran mekanis dibedakan berdasarkan jenis pajanannya, yaitu Getaran Seluruh Badan (Whole Body Vibration) dan Getaran Alat-alat Lengan (Tool-Hand Vibration). Getaran yang ada di Unit Utility adalah getaran yang disebabkan oleh mesin (motor) dan akibat yang dirasakan oleh pekerja adalah gangguan kenikmatan dalam bekerja dan mempercepat terjadinya kelelahan. Bahaya energi terakhir adalah kebisingan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh gedung yang merupakan bagian Unit Utility menghasilkan Kebisingan
72
diatas NAB (85 dB) yaitu antara 94,3 dB – 108,5 dB, sehingga melewati syarat NAB (KEP-51/MEN/1999). Kebisingan tertinggi pada bagian Gas Engine yaitu sebesar 108,5 dB, ini sangat perlu perhatian khusus terutama pada bagian APD para pekerja ditemmpat itu. Sedangkan hasil pengukuran audiometri tahun 2008 terhadap seluruh pekerja di Unit Utility ini dihasilkan 53% pekerja mengalami gangguan pendengaran. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan konsentrasi dalam bekerja, gangguan komunikasi, menurunkan daya dengar dan dapat menyebabkan ketulian (A. M. Sugeng Budiono, 2005:32). Ketiga, penanganan manual adalah segala kegiatan mengangkut atau menopang beban dengan tangan atau kekuatan tubuh yang berupa kegiatan mengangkat , meletakkan, mendorong, menarik, membawa, atau memindahkan. Dari korban cedera yang berasal dari penanganan manual, sebagian besar (dua pertiganya) berupa ketegangan otot dan terkilir (John Ridley, 2008:257). Penanganan manual ini hampir dilakukan oleh seluruh pekerja di Unit Utility seperti mechanician, coal crusher hingga Cleaning Service. Penanganan manual oleh mechanician (mekanik) dapat dilihat pada saat overhaul (bongkar-pasang mesin), sedangkan pada coal crusher (pekerja pemecah batu bara) pekerjaan manual dapat dilihat pada saat memecahkan batu bara dan mengangkat drum batu bara secara berulang-ulang. Pekerjaan manual seperti mengangkat beban dan melakukan pergerakan berulang ini (pekerja penghancur batu bara) dapat mengakibatkan tegangan tubuh dan secara ergonomis dapat menimbulkan kelelahan.
73
Keempat, di pabrik peralatan mesin dan peralatan manual juga merupakan sumber yang dapat menimbulkan bahaya potensial. Penanganan mekanik mengacu pada setiap sarana bermesin untuk memindahkan atau mengangkat beban. Contoh yang paling umum adalah lift, termasuk penggerek (hoist), kran (crane), ban berjalan (conveyor), truk bermesin termasuk yang tanpa pengemudi (John Ridley, 2008:262). Kelima, bahaya potensial yang terakhir adalah zat kimia industri terutama yang digunakan di Unit Utility antara lain, kontak dengan zat kimia, debu, ledakan dan gas. Kontak dengan zat kimia seperti PAC (Poly Aluminium Chloride), NaOH (Sodium Hydroxide) dan HCl (Hydrocloric Acid) dapat menyebabkan iritasi mata, bila terhirup dapat menyebabkan iritasi pernapasan, iritasi pencernaan ringan, pemaparan kronis dapat menyebabkan erosi pada gigi. Sedangkan debu hasil industri dan batu bara dapat menganggu pernapasan, akan tetapi hal ini telah ditangani dengan adanya kegiatan kebersihan oleh cleaning service. Ledakan juga merupakan bahaya potensial yang disebabkan banyaknya macam-macam gas, tekanan dan panas. Ledakan N2 juga pernah menjadi salah satu kasus di Unit ini. Gas-gas hasil kerja motor (mesin) seperti CO dan CO2 dapat menimbulkan gangguan pernapasan.
5.2
Tingkatan Risiko Hasil penelitian yang dilakukan terhadap penilaian risiko adalah risiko
tinggi berada di peringkat tertinggi, kemudian risiko sedang, risiko rendah dan risiko ekstrim. Penilaian dilakukan berdasarkan pertimbangan paparan, peluang
74
dan konsekuensi dari sumber bahaya yang dihasilkan. Setiap tingkatan risiko ini akan ditetapkan pengendaliannya berdasarkan prioritas tertinggi maka didapatlah 4 macam risiko dengan nilai yang berbeda, di urutan pertama terdapat Risiko Tinggi (High Risk) sebesar 42,10%, urutan kedua terdapat Risiko Sedang (Medium Risk) sebesar 36,84%, urutan ketiga terdapat Risiko Rendah (Low Risk) sebesar 15,7% dan yang keempat adalah Risiko Ekstrim (Extreme Risk) sebesar 5,26%. Berdasarkan hasil penilaian, risiko ekstrim berada diurutan terakhir tetapi apabila dilihat dari dampak yang akan ditimbulkan, maka risiko ektrim perlu diprioritaskan, karena pengendalian risiko dimulai dari risiko yang paling tinggi kemudian ke risiko yang paling rendah (Safety Risk Management Procedures, The University of Western Australia). 5.3 Pengendalian Risiko Berdasarkan bahaya potensial yang teridentifikasi di Unit Utility maka diperlukan pengendalian risiko. Pengendalian risiko diutamakan pada Risiko Ekstrim dan Risiko Tinggi yang menghasilkan dampak yang sangat besar (Safety Risk Management Procedures, The University of Western Australia).. Risiko Ekstrim terdapat pada bagian electrical dimana kegiatannya berhubungan dengan daya listrik dimana dapat menyebabkan kejut, hangus, mata merah, kebakaran yang berujung kematian. Secara administratif, penanganan daya listrik dapat dilihat dari beberapa point penting pada
Electricity at Work
Regulation 1989 ( John Ridley, 2008:272) dijelaskan sebagai berikut:
75
1.
Tugas-tugas dibebankan pada atasan dan orang yang bekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan peraturan, dan Pekerja untuk bekerjasama dengan atasan dalam mematuhi ketentuan peraturan.
2.
Untuk mencegah bahaya, seluruh sistem harus dikonstruksikan dengan benar dan harus dipelihara dengan baik
3.
Perlengkapan listrik yang bekerja di lingkungan yang ganas, harus didesain dan dibangun untuk tahan menghadapinya
4.
Seluruh konduktor dan sistem harus di insulasi dan dilindungi
5.
Perlengkapan pelindung yang disediakan harus sesuai penggunaannya, terpelihara dengan baik, dan digunakan dengan baik
6.
Tidak boleh ada perlengkapan listrik yang digunakan jika kelebihan kapasitas dan kekuatannya mengakibatkan bahaya
7.
Konduktor yang mengakibatkan bahaya harus dibumikan atau dilindungi dengan sarana lain
8.
Setiap sambungan (joint) dan koneksi harus kuat
9.
Ketika perlengkapan dimatikan agar tidak bekerja, tindakan pencegahan harus dilakukan untuk memastikannya benar-benar telah mati
10.
Jika bekerja pada atau dekat dengan perkakas listrik, harus ada ruang kerja yang cukup, akses yang memadai, dan pencahayaan yang cukup
11.
Jika pengetahuan teknis dibutuhkan untuk mencegah bahaya maka petugas yang bekerja harus, memiliki pengetahuan tersebut, berpengalaman atau mendapatkan pelatihan yang cukup.
76
Sedangkan yang termasuk risiko tinggi adalah kebisingan, debu, temperatur, zat kimia, penanganan manual. Kebisingan seperti yang telah diketahui dampaknya pada identifikasi bahaya sebelumnya harus dikendalikan dengan cara pengendalian secara engineering control (penyekatan, isolasi mesin, penyerapan, peredaman getaran, pembungkaman), pengendalian secara substitusi (mengganti mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, mendesain ulang dan memodifikasi peralatan, atau dengan mengubah tata letak peralatan di area kerja) akan memakan banyak biaya dan waktu sehingga diperlukan analisis lebih lanjut oleh perusahaan. Pengendalian administratif kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat kerja akibat bahan kimia berbahaya seperti PAC, NAOH dan HCl adalah (Pedoman Penanganan PAC, NAOH dan HCl) antara lain, penyimpanan PAC, simpan di tempat sejuk dan jauhkan dari sinar matahari, simpan ditempat yang berventilasi baik, jauhkan dari bahan pengoksidasi atau bahan makanan, hindarkan dari pemanasan yang menghasilkan gas H2S yang berbahaya. Penyimpanan NaOH, simpan di kontainer tertutup rapat, lindungi dari kerusakan fisik simpan di tempat kering dan berventilasi, tidak menyimpan bersama Alumunium dan Magnesium, selalu menambahkan NAOH ke air, bukan sebaliknya. Penyimpanan HCl, simpan di kontainer tertutup rapat, lindungi dari kerusakan fisik simpan di tempat kering dan berventilasi, jauhkan dari sinar matahari langsung, selalu menambahkan HCl ke air bukan sebaliknya (Tata Cara Penyimpanan Bahan Kimia Perusahaan).
77
Debu industri hasil kerja mesin dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan dalam bekerja dapat dikendalikan dengan cara, ventilasi keluar setempat (local exhaust) dengan menggunakan alat penghisap agar debu dapat dialirkan keluar, perawatan rumah tangga yang baik (good housekeeping) meliputi kebersihan, pembuangan sampah, pencucian dan pengaturan tempat kerja yang aman telah cukup dilakukan. Ventilasi umum yang dilakukan sudah cukup baik dengan mengalirkan udara ke dalam ruang kerja agar kadar bahan berbahaya dalam ruang kerja berkurang sangat efektif untuk mengatasi bahaya gas dan uap tetapi tidak tepat untuk fume dan debu. Pengawasan dan pemantauan lingkungan kerja yang dilakukan secara teratur dan terus menerus (A. M. Sugeng Budiono, 2005:138). Pengendalian administratif lain yang tidak dapat diabaikan adalah perlunya dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 (PER.5/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 di perusahaan). Oleh karenanya organisasi K3 hendaknya dapat berdiri sendiri sehingga penanganan K3 dapat direalisasikan dengan baik oleh petugas-petugas yang bersangkutan. Monitoring
pelaksanaan standar
keselamatan kerja (inspeksi dan patroli) secara rutin serta memelihara komunikasi tentang pesan keselamatan kerja melalui media seperti poster, buletin, stiker, bahkan mencontohkan dengan panutan, sangat perlu digalakkan agar keselamatan dan kesehatan kerja dapat terjaga (John Ridley, 2008:57). Penggunaan APD merupakan alternatif terakhir bila pengendalian yang laen telah dilakukan. Seluruh tenaga kerja yang berada di unit ini sebaiknya dilengkapi dengan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Untuk
78
menghindari kebisingan hendaknya para pekerja menggunakan sumbat telinga (earplug) (gambar 12) atau penutup telinga (earmuff) (gambar 13) . APD untuk mengatasi kebisingan dapat menggunakan earmuff (mengurangi kebisingan 40–50 dB) tetapi pd unit ini pekerja menggunakan earplug (mengurangi kebisingan hingga 30 dB) hanya saja tidak semua pekerja mendapat alat ini secara merata dan disesuaikan dengan tempat kerjanya (Prabu, 2009:2). Oleh karena itu perlu perhatian khusus untuk memfasilitasi pekerja dengan earplug serta adanya pengawasan agar alat ini selalu terpasang setiap kali pekerja melakukan pekerjaannya.
Gambar 12 Earplug
Gambar 13 Earmuff
Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia seperti PAC, NaOH dan HCl sebaiknya menggunakan sarung tangan tahan bahan kimia (nitrile gloves) (gambar 14), Chemical Cartridge Respirator (gambar 15) karena ada pekerja yang hanya menggunakan sarung tangan biasa dan masker kain. Debu industri hasil kerja mesin dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan
79
ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga sebaiknya menggunakan alat pelindung diri seperti dust,mist respirator (gambar 16). Pada ruangan Coal Boiler ada pekerja yg menggunakan masker debu, ada yang menggunakan baju yg diikat menutupi mulut. Hal ini menjadi perhatian khususnya bagi perusahaan agar dapat menyediakan APD yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan pekerja dan menjadi perhatian juga bagi pekerja untuk merawat dan membersihakan APD yang disediakan perusahaan.
Gambar 14 Nitrile Gloves
Gambar 15 Chemical Cartridge Respirator
Gambar 16 Dust, mist Respirator
80
Selain itu, untuk pekerjaan manual dapat menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata las (gambar 17), sepatu keselamatan (gambar 18), helm keselamatan (gambar 19), welding mask (gambar 20), face shield (gambar 21).
Gambar 17 Welding Goggles
Gambar 18 Safety shoes
Gambar 19 Safety helmet
Gambar 21 Face Shield
Gambar 20 Welding mask
81
APD pekerjaan manual, perusahaan telah menyediakan dengan baik, yang perlu menjadi perhatian adalah perusahaan perlu meningkatkan pengawasan dan pelatihan terhadap cara pemeliharaan dan perawatan APD agar perusahaan tidak berulang-ulang menyediakan APD bagi pekerja yang tidak menjaga APD-nya dengan baik. 5.4
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
observasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif yang bertujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi. Karena identifikasi dan penilaian risiko ini dilakukan secara langsung oleh peneliti, maka ada hal-hal yang tidak dapat diidentifikasi karena keterbatasan pengalaman peneliti.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa: 1. Identifikasi bahaya yang dilakukan di Unit Utility menghasilkan 19 bahaya yang teridentifikasi yang bersumber dari lingkungan kerja, energi, pekerjaan manual, plant dan zat kimia. 2. Tingkatan risiko mulai dari yang terbanyak adalah tingkat risiko tinggi, risiko sedang, risiko rendah dan ekstrim. 3. Pengendalian Bahaya dilakukan adalah pengendalian bahaya secara administratif dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang disertai pengawasan P2K3.
6.2 Saran Saran yang ditujukan bagi PT. SK. Keris adalah sebagai berikut: 1. Perlu dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.5/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 di perusahaan sehingga identifikasi bahaya dan penilaian risiko dapat lebih digalakkan. 2. Tingkatan risiko dapat dikurangi dengan cara
pembuatan Standar
Operasional Prosedur pada setiap bagian pekerjaan pelaksanaan standar keselamatan kerja secara rutin.
82
dan monitoring
83
3. Pengendalian tambahan yang perlu dilakukan adalah dengan pengembangan komunikasi tentang pesan keselamatan kerja serta perusahaan dihaerapkan lebih memperhatikan kecukupan serta pemeliharaan APD para pekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahmat Fathoni, 2006, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ahmad
Anshori, 2008, Kecelakaan Kerja Tertinggi http://www.jamsostek.co.id, diakses 12 April 2008.
di
Dunia,
DK3N, 1993, Pedoman Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Audit K3), Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi DATI I. Edhie Sarwono, 2002, Green Company, Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Astra Internasional Tbk. ILO, 2009, World Day For Safety and Health at Work 2009. James E Dooley, 1990, Risk Analisys For Health and Environmental, Canada: Halifax. John Ridley, 2008, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: Erlangga. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES, 2007, Pedoman Penyusunan SkripsiMahasiswa Program Strata 1. LAI, 2005, ALKITAB, Jakarta: LAI Lexy Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prabu, PT
2009, Alat Pelindung Telinga, http://putraprabu.wordpress.com/ 2009/01/07/alat-pelindung-telinga/, diakses 28 Januari 2010.
Freeport Indonesia, 2008, Pelatihan HIRADC 2008 di PTFI, http://www.ptfi.com/news/eBK/gen_ebk.asp?ed=20081022, diakses 10 Februari 2010.
Rudi Suardi, 2007, Manajemen Risiko – Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996, Jakarta: PPM. Saffeway India, 2010, Personal Protective Equipment, www.saffewayindia. com/ppe.htm, diakses 5 Januari 2010.
84
85
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, 83 Jakarta: Sagung Seto. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta A. M. Sugeng Budiono, 1996, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang: UNDIP. , 2005, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang: UNDIP. Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta. The University of Western Australia, 2010, Risk Management Procedures, http://www.safety.uwa.edu.au/policies/safety_risk_management_proce dures, diakses 2 Februari 2010. Tjandra Yoga dan Tri Hastuti, 2006, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: UI Press. Tulus Winarsunu, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, Malang: UMM Press.
86
87 LAMPIRAN 1 Company Risk Assesment
No
Identify The Activity
Identify The Hazards
Identify Risks (Associated with each hazard and whom exposed)
Risk Rating
Exposure (E)
Likelihood (L)
Existing Control
Consequence (C)
Additional Risk Control (Apply the hierarchy of risk controls))
Risk Level (E x L x C)
1 2
Team
Completed By
Unit/Division
SHE - Team
Date Describe The Activity and Location
Other Person
-
Hierrarchy of Risk Controls Eliminate the Hazard Substitute the hazard Engineering Controls Administrative Controls Personal Protective Controls
Exposure (E) (10) Continuously (6) Frequently (3) Occasionally (2) Infrequently (1) Rarely
Likelihood (L) (1) Almost Certain (sangat memungkinkan) (0.6) Likely (memungkinkan) (0.3) Possible (cukup memungkinkan) (0.1) Unlikely (kurang memungkinkan) (0.05) Rare (jarang terjadi)
Consequense (C) (20) Catastrophic (10) Major (5) Moderate (2) Minor (1) Insignificant
Action By Whom
Action By When
Remarks
Risk Level ( >20 ) Extreme (E)/Significant risk, immediate action required, must be manage by senior management with detail plan ( >10 ) High Risk (H), senior management attention needed, detail research and management planning at senior level ( 3-10) Moderate Risk (M), management responsibility must be specified, monitoring or response procedure ( <3 ) Low Risk (L), manage by routine procedures, unlikely to need specific allocation of resources
88 LAMPIRAN 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Sub No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
Identity Name Nik Section Achmad Irfan 101540 SDY2 Adang Subandi 116080 SDY2 Aenes Sandinata 118837 FY 1 Andriyana 115396 Mechanic Engkus 115328 Utility 2 Hadi Suwito 105262 SDY2 Heri Suwanta 104871 Poly Herman Susilo 115045 SDY 1 Mas Setia Budi S 105152 SDY 1 Mochamad Akhwani 118753 Mech.2 Nanang Garnita 108415 DT Saeful Anwar 112238 SDY 1 Sudarno 111350 SDY 1 Yuli Kartika 118266 SDY-1 Budison 117090 FY 2 Eko Jumono 601178 HR&Adm Muhimin 109492 SDY 1 Suntoro 800272 HR&Adm Suparmin 115250 Mech.1 Supiyadi 109382 SDY 1 Yudi Sunarya Setiawan 114570 FY 2 Adhi Wibowo Nasution 108730 SDY-1 Agus Ramadhan PET Prod Anas Wahyudi 109398 SDY 1 Dwi Suatmaji 109639 SDY-1 Karyana 109644 SDY-1 Kurnia Jaya 115527 Spinning Maulana 109995 Utility 1 Mulyadi 113410 U/T Ops.2 Purwanto 111721 SDY-2 Saeful Anwar 112238 SDY 1 Setiyadi 112772 PET Maint. Sutikno (A) 103789 Mech Wibawa Maulana 104185 FY Maint Gunardi (A) 106402 SDY-1 Patonih 104253 Technic Fariz Muslim 107495 DW Pirmansyah 118491 UT Saring Wahyudi 104060 FY Maint Tentrem 109712 FY 1 Bangun Hajopan 119977 UT Kurnia jaya 115527 Fy 2 & Tech TOTAL CLAIM ASURANSI
Grade Ass. Mgr Leader WK SWK SWK SWK FM SW SWK SWK SWK SWK SW SWK SWK Driver SWK Driver Leader SWK Leader SWK SWK SWK LD SWK SWK Ld SWK SWK SWK SWK LD SWK SWK LD SWK SWK LD LD S.SV SWK
Year 2005
2006
2007
2008
2009
Accident Classify Traffic Accident, Motorcycle Non Machine related Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Machine related Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Car Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Machine related Machine related Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Machine related Machine related Traffic Accident, Motorcycle Machine related Machine related Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Traffic Accident, Motorcycle Machine related Machine related Traffic Accident, Motorcycle Machine related Machine related Machine related Traffic Accident, Motorcycle
Place Hospital RSU Tangerang RS.Usada Insani Usada Insani Asshobirin/RSUI Asshobirin RS. Asshobirin RS. Usada Insani Asshobirin/RSUI Asshobirin RS.Usada Insani Asshobirin/RSUI Usada Insani Asshobirin Usada Insani Usada Insani Usada Insani Usada Insani RS. Siloam Usada Insani RS. Asshobirin Usada Insani Usada Insani Usada Insani Bona Sarana Indah Asshobirin Asshobirin Usada Insani Asshobirin Usada Insani Usada Insani RS. Global Medika RS. Omni Internasional RS. Global Medika RS. Global Medika RS. Global Medika RS. Mayapada Usada Insani Usada Insani RS. Global Medika RSI Ashobirin
Jl Raya Sepong Toilet Pondok Cabe
Jl. Makam Seribu Jl. Makam Seribu Jl. Raya Serpong Jl. Raya Serpong PET Production Jl Raya Serpong Cisauk Jl. Raya Legok Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Tol Jakarta Jalan Raya Jalan Raya Cisauk SDY-1 PET Production Kebon Nanas Tng Gembok, Jati uwung Jl. Raya Serpong Jl. Pasar Minggu Jkt Utility Utility Jl. Raya Serpong SDY-1 PET Production German Centre Pakulonan Pusdiklat - Alam Sutera PT. SK Keris PT. SK Keris Modernland Tangerang PT. SK Keris PT. SK Keris PT. SK Keris Jl SK keris
Jamsostek Claim Rp 124.000.350 Rp 617.700 Rp 12.991.898 Rp 15.884.803 Rp 426.400 Rp 7.035.579 Rp Rp 15.305.521 Rp Rp 2.335.580 Rp 50.415.310 Rp 6.866.440 Rp -
Bumida Claim
Remarks Meninggal Dunia Tidak ada selisih Tulang patah
Rp 2.883.432 Rp 8.844.433 Rp 3.920.637 Rp Rp 738.100 Rp 6.866.440 Rp Rp 15.118.977 Rp 4.119.448 Rp 580.900 Rp Rp Rp Rp 393.000 Masih Proses Rp 7.046.770 Rp Rp 6.647.270 Rp 7.848.198 Rp 77.455.646 Rp 5.007.026 Rp 996.922 Rp 601.985 Rp 5.678.022 Rp 1.003.991 Rp 1.848.019 Rp Rp Rp 390.202.365
Rp 6.016.500
Tidak ada selisih Jari kelingking sobek Tdk Claim Gegar otak Tdk Claim Tidak ada selisih Meninggal Dunia 2,463,162 (soft loan) Tdk Claim Tangan, kaki luka 6,240,337.59 (Soft loan) Tidak selisih Tdk Claim Luka-luka 2,463,162 (Soft loan) Tdk Claim Gegar otak & Luka Mata sebelah kanan luka Bibir atas kanan, sobek Tdk Claim Tdk Claim Tdk Claim Kaki terluka Meninggal Dunia Ujung jari terkelupas Ggr otak & tulang bahu retak Jari manis kanan terkelupas menabrak belakang mobil
Jari tengah tangan kiri retak Mata sebelah kiri DiTabrak sepeda motor Kepala terluka
Rp 9.292.932
89
LAMPIRAN 3
90
Lampiran 4
Daftar Fire Equipment di Utility Fire
Water
Foam
Exit
Building
Extinguisher
Hydrant
Tank
Lamp
Utility
89
132
2
-
Fire Alarm Heat
Smoke
Manual
Detector
Detector
Station
25
-
6
Hallon
Cobra
Sumber: PT. SK Keris, 2009
Daftar Alat Pemadam Api Ringan di Utility Utility Unit
Jenis APAR Powder
Powder
Gas
Gas CO2
YA - 10L
YA - 50L
CO2
YC - 50
(Trolley)
YC - 7
(Trolley)
AF - 11
Water Treatment
3
-
1
-
-
-
Turbo Chiller dan
9
-
6
-
-
-
1
-
3
4
1
-
20
-
5
-
-
-
9
-
-
-
-
-
Package Boiler
9
-
-
1
-
-
Utility
working
2
-
-
-
-
-
Water
3
-
1
-
-
-
Air Compressor Diesel 2nd
Generator Floor Diesel
st
Generator
1
Floor Diesel Generator (Basement)
Area Waste Treatment
Sumber: PT. SK Keris, 2009
Lampiran 5
91
Lampiran 6
92
93
94
95
LAMPIRAN 7
96 LAMPIRAN 8 T/MGR
GM
8 Oct 16, 2008 Mei 01, 2009 T/MGR
TEAM MGR Erwin Osmal
Operation-1
Plan
Actual
1
1
Operation-2
Operation D/G, Ste am & Ele ctric Maintenance
A/C, T/C, W/T
Mulyadi
Yug i Eryu H
SVR Plan
Actual
4
4
F/M
U/T-Elec Plan
Actu al
11
Teguh
11
L/D Plan
Actual
11
11
W/K Plan Actual 19 19
Arippudin Irfan
TOTAL Plan 46 3 Shift/ 4 Group
Daily Rivia
Actu al 46
WWT & Safety Officer
Mech, ADM
Hasanudin
B. Hajopan
3 Shift/ 4 Group
A.Azis
Daily (Rivia)
Ba hrudin Sukardi
8
Team A
Team B
Team C
Team D
Team A
Wibowo
Pujiman
Tri.G
Ade. MN
Pardi
Tota l employee = 5 7 Team B
Wiyono
Team C
Team D
WWT
Mech, Adm. S.Part
Warso
Suyanto
Bambang
Dedi. H
Adm/ S.Part Joko.T
Amirudin
Rahmat
A.Fatin
Mansuri
Yulianto
Fauzi
Sahrul. A
Ops-2
Ops-1
Mulyadi ( E )
Martono
Fahlepi
Syarif
Asep.J
Pirmansyah
Saepul.B
Dede.G
Dadang
Sutarno
Firman.M
Tatang
Nurjaya
Budi Utoyo
Edi Jusuf
Engkus
Hidayat
Saih
Budi Utoyo
I.Kholid
Crusher Coal
Helper Mechanic
Jupriadi
Iping
Subur
Damiyati
Nurdin
Lampiran 9
97