PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA INSPEKTORAT KOTA KENDARI Oleh Lisnawati Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara ABSTRACT This research aimed of presented to examine the effect of emotional intelligence and spiritual intelligence on the performance of Auditors. Primary data in this research were obtained from the perception of all employees involved in the audit process in the scope of the Inspectorate of Kendari. Perceptions of respondents was measured by responses to questionnaires that uses ordinal measurement with a 5 point Likert scale. The analytical tool used to test the hypothesis is multiple linear regression analysis. The result of this research indicate that emotional and spiritual Intelligence partially and simultaneously positively and significant effect on the performance of auditors. The result of the coefficient of determination for emotional and spiritual intelligence is R2 = 0,704. This number can be used to see the contribution of emotional and spiritual intelligence on the performance of auditors is 70,4%, while the remaining 29,6% was obtained from the contribution of other factors. Keywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, and Performance of Auditors. I. PENDAHULUAN Pengawasan keuangan daerah bertujuan untuk menjamin bahwa semua sumber daya ekonomi yang dimiliki daerah telah digunakan untuk kepentingan masyarakat dan telah dipertanggungjawabkan sesuai dengan asas akuntabilitas dan transparansi. Untuk kepentingan tersebut, kemudian daerah membentuk satuan pengawas internal yang diwadahi dalam sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang kemudian dikenal dengan Inspektorat Daerah atau Badan Pengawas Keuangan Daerah (Bawasda), yang berfungsi sebagai auditor atau pemeriksa internal bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota. Kedudukan Inspektorat Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Cara Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota Bab II Pasal 2 yang menyatakan bahwa Inspektorat Kabupaten/Kota berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota dan secara administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan tersebut dapat dikatakan bahwa pegawai inspektorat merupakan bagian dari pegawai pemerintah daerah. Harapan masyarakat terhadap kinerja Inspektorat yaitu kinerja inspektorat harus lebih ditingkatkan lagi terutama kinerja auditor dan Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) yang bertugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan Jurnal Akuntansi (JAk)
93
karena banyak temuan yang seharusnya lebih dulu ditemukan oleh auditor inspektorat sebagai auditor internal pemerintah, tetapi malah ditemukan oleh auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, kemudian temuan inspektorat seharusnya lebih banyak dari temuan auditor BPK. Auditor Inspektorat Kota Kendari bertugas melakukan pemeriksaan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkup Kota Kendari yang berjumlah 42 SKPD. Hal tersebut menunjukan bahwa suasana kerja auditor inspektorat kota kendari berubah-ubah karena auditor tidak hanya bekerja di ruangan dan lingkungan kantornya saja melainkan juga dilingkungan tempat dimana ia melakukan pemeriksaan. Lingkungan kerja dan suasana hati yang berubah-ubah, menuntut auditor agar tetap dapat mengontrol diri serta menjaga suasana hati agar saat melaksanakan tugasnya, auditor tetap terfokus dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Selain itu, suasana hati akibat adanya problem yang ada dalam kehidupan pribadi atau konflik dengan rekan kerja yang lain terkadang dapat juga terbawa hingga mempengaruhi kinerja auditor sehingga auditor harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi agar pekerjaannya dapat diselesaikan dengan baik. Auditor pada saat melakukan pemeriksaan berhubungan dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda dan temuan yang berbeda-beda pula. Kemudian auditor Inspektorat Kota Kendari yang berlatar belakang akuntansi sangat sedikit yaitu hanya berjumlah dua orang. Hal ini dapat menimbulkan beban kerja yang banyak serta konflik yang dapat menghambat proses audit. Beban kerja dan konflik yang tercipta dapat menimbulkan stress dan dapat berdampak pada proses pelaksanaan audit yang tersendat yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja dari auditor yang bersangkutan sehingga auditor harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi agar tidak mengalami stres dandapat memecahkan setiap konflik yang timbul. Kecerdasan spiritual yang ada pada diri auditor sangat menarik untuk diteliti karena adanya perbedaan hasil penelitian-penelitian, dimana penelitian Saida (2012) menemukan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja. Namun penelitian Dharmanegara, dkk (2013) menemukan bahwa kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh seseorang tidak mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari? (2) Apakah kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari? (3) Apakah kecerdasan emosional dan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari (2) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari (3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual signifikan secara simultan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari.
Jurnal Akuntansi (JAk)
94
II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Auditing Menurut Agoes (2004:3) auditing adalah “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak-pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Konrath dalam Agoes (2004:1), mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses sistematis yang untuk secara objektif mendapat dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak berkepentingan”. 2. Audit Internal Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan audit internal adalah: Aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. audit internal pada dasarnya berfungsi membantu organisasi untuk mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis danteratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas penilaian resiko, pengendalian dan proses governance. Pada lembaga sektor publik dikenal Fungsi Audit Internal (FAI) yaitu sebuah departemen, bagian, devisi, satuan, tim, konsultan atau pihak lain yang memberikan jasa asuransi dan jasa konsultasi secara objektif dan independen, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Menurut Mulyadi (2009), menyatakan bahwa tujuan dari audit internal adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting mengenai kegiatan mereka. Sedangkan fungsi dari audit internal yaitu merupakan kegiatan penilaian yang bebas yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lainnya untuk memberikan informasi kepada manajemen dengan menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentarkomentar yang penting. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit setiap laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Untuk entitas hukum pada umumnya auditor diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu: 1) Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya 2) Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban yang ditujukan kepada pemerintah 3) Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan kekayaan atas organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Jurnal Akuntansi (JAk)
95
3. Kinerja Auditor Menurut Bernadin dalam Sianipar (2000), menyatakan bahwa kinerja adalah catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode kegiatan.Trisnaningsih (2007) mengemukakan bahwa kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor. Menurut Putri (2013) kinerja auditor adalah suatu hasil kerja yang diselesaikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kualitas dan ketepatan waktu. Bernadin dalam Sianipar (2000:75), menjelaskan bahwa kinerja seseorang dapat diukur berdasarkan 5 (Lima) kriteria yang dihasilkan dari pekerjaan yang bersangkutan. Kelima kriteria tersebut adalah: 1. Kualitas output yaitu tingkatan dimana hasil akhir dicapai mendekati sempurna dalam arti memenuhi tujuan yang diharapkan oleh instansi. Kualitas output yang dihasilkan harus sesuai atau hampir sama dengan standar yang telah ditetapkan organisasi. 2. Kuantitas output yaitu jumlah yang dihasilkan dalam istilah sejumah unit kerja ataupun jumlah aktivitas yang dihasilkan yang berkenaan dengan jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan. Kuantitas output dilihat dari jumlah pemeriksaan yang diselesaikan dalam satu tahun, jumlah temuan yang ditemukan beserta rekomendasi perbaikannya dan tindak lanjut dari temuan tersebut. 3. Ketepatan waktu output yaitu tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan tersebut pada waktu yang telah ditentukan.Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai memiliki standar waktu yang telah ditentukan. Visi dan misi suatu organisasi akan tercapai apabila pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dalam hal ini diantaranya; Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan dan pekerjaan selesai pada saat dibutuhkan. Berbicara soal ketepatan waktu maka hal ini terkait dengan efisiensi waktu. 4. Kehadiran ditempat kerja yaitu jumlah absensi, keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu pegawai. Kehadiran ditempat kerja dilihat dari kehadiran pegawai ditempat kerja pada hari kerja, waktu datang dan pulang kerja serta ketepatan waktu pada saat menghadiri rapat. 5. Kerjasama (sikap kooperatif) Kerjasama (sikap kooperatif) yaitu keadaan masing-masing individu pegawai, apakah membantu atau menghambat dari teman sekerjanya. 4. Kecerdasan Emosional Isitilah keceradasan emosional baru dikenal secara luas pertengahan 90-an dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman: Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic intelligence) yaitu kemampuankemampuan kognitif murni yang diukur dengan kecerdasaan inteletual.
Jurnal Akuntansi (JAk)
96
Purba dalam Fabiola (2005) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan dibidang emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikan emosi, semangat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain atau empati. Secara konseptual, indikator kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman (2001) meliputi: 1. Kesadaran Diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. 2. Pengaturan Diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. 3. Motivasi Dirimerupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi. 4. Empatimerupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu mamahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu meyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan. 5. Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerjasama dalam tim. 5. Kecerdasan Spiritual Istilah kecerdasan spiritual mulai muncul karena banyak orang yang memperdebatkan tentang kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang dipandang hanya menyumbang sebagian dari penentu kesuksesan seseorang dalamkehidupan. Faktor lain yang juga ikut berperan adalah kecerdasan spiritual yang lebih menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja (Hoffman dalam Fabiola, 2005). Menurut Ginanjar (2001:47) Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu mensinergikan IQ dan EQ secara komprehensif.Sedangkan menurut Zohar dan Marshall (2007:4): Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan orang lain. Indikator dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002) mencakup: 1. Tingkat kesadaran diri yang tinggi yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui batas wilayah kenyamna dan kemmpuan dirinya, yang nantinya akan mendiring dirinya untuk untuk intropeksi diri terkait apa yang dipercayainya dan apa yang dianggap sebagai sesuatu yang bernilai seperti visi dan tujuan hidup. Jurnal Akuntansi (JAk)
97
2.
Kualitas hidup yang diilhami visi dan nilai-nilai yaitu kualitas hidup seseorang yang didasari dengan tujuan hidup yang telah pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu membantu dirinya untuk mencapai harapan yang diinginkan. 3. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yaitu kemampuan seseorang dalam menghadapi sebuah penderitaan, serta mengambil pelajaran dari penderitaan yang telah dialaminya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dikemudian hari. 4. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu yaituseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi memiliki pola pikir bahwa kerugian yang saya sebabkan untuk orang lain, secara tidak langsung akan merugikan diri saya sendiri, sehingga orang tersebut selalu memikirkan setiap pilihan yang akan dilaluinya agar tidak sampai merugikan orang disekitarnya. 6. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Saida (2012) dengan judul pengaruh kecerdasan spiritual, gaya kepemimpinan, dan insentif terhadap kinerja pegawai bandara mutiara Palu, dengan menggunakan alat analisis data yaitu analisis regresi berganda (Multiple Regression). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai. Semakin baik kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh seorang pegawai maka dapat berpengaruh signifikan dan dapat menghasilkan kinerja yang baik. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini berarti bahwa gaya kepemimpinan yang bagus akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa insentif yang diperoleh karyawan dapat mempengaruhi kinerja dari karyawan tersebut. Penelitian terdahulu yang relevan dan dapat dijadikan bahan sebagai bahan pembanding, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ariffuddin (2015) dengan judul Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Spiritualitas Dan Kualitas Audit (Studi Pada Inspektorat Sulawesi Tenggara). Penelitian yang dilakukan Arifuddin bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi terhadap spiritualitas dan kualitas audit. Hasil penelitian Arifuddin menunjukkan kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap spiritualitas dan kualitas audit. Penelitian Arifuddin tersebut dianalisis dengan metode analisis jalur. 7. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola hubungan antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2012:8).Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (independent) yaitu Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) serta satu variabel terikat (dependent), yaitu kinerja auditor. Penelitian ini akan menguji masing-masing pengaruh Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) secara parsial maupun simultan terhadap kinerja auditor.Adapun hubungan antara variabel X dan Y digambarkan dalam paradigma penelitian dalam skema 1 sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi (JAk)
98
Skema 1 Paradigma Penelitian H3 є
Kecerdasan Emosional
H1 Kinerja Auditor
Kecerdasan Spiritual
H2
8. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: H1: Kecerdasan emosionalsecara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. H2: Kecerdasan spiritualsecara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. H3: Kecerdasan emosional dan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. III. METODE PENELITIAN Objek dari penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan spiritual sebagai variabel independen serta kinerja auditor sebagai variabel dependen.jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data kualitatif dalam penelitian ini berupa penjelasan dari variabel penelitian dan juga pernyataan dalam kuesioner yang akan diklasifikasikan dalam kategori menggunakan skala Likert. (2) Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jawaban responden atas pernyataan kuesioner. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari pusat data atau melalui survei lapangan (Kuncoro, 2009;148). Data primer dalam penelitian ini bersumber langsung dari responden yang berhubungan dengan objek penelitian ini, yaitu Auditor Internal pada Inspektorat Kota Kendari yang dikumpulkan melalui kuesioner (2) Data sekunder adalah data yang biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipubliksikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009:148). Data sekunder dalam penelitian ini, yaitu mengambil data-data dokumen pada Inspektorat daerah Kota Kendari yakni profil dan sejarah Inspektorat Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh aparat inspektorat kota kendari yang terlibat dalam proses pemeriksaan, yaitu sebanyak 37 orang. Karena sedikitnya jumlah populasi, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
Jurnal Akuntansi (JAk)
99
penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan metode sampling jenuh, yaitu semua populasi digunakan sebagai sampel yang biasa disebut dengan istilah sensus. Teknik pengumpulan data meliputi angket atau kuesioner dan dokumentasi. Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pertanyaan yang diajukan dengan modifikasi skala likert yang mempunyai skor 1 sampai 5. Dimana skor 5 (SS=Sangat Setuju ), 4 ( S=Setuju), 3 (N=Netral), 2 (TS=Tidak Setuju), 1 (STS=Sangat Tidak Setuju). Selanjutnya dokumentasidigunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum lokasi penelitian.Sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah editing, tabulasi dan interpretasi data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif yang digunkan adalah analisis deskriptif presentase. Selanjutnya kriteria interpretasi skor kuisioner yang digunakan yaitu angka 90%-100% dikategorikan sangat baik, angka 80%-89% dikategorikan baik, angka 70%-80% dikategorikan cukup baik, angka 60%-69%dikategorikan kurang baik, dan angka <59% dikategorikan tidak baik (Riduwan,2008).Selanjutnya pada pengujian hipotesis untuk mengetahui masingmasing pengaruh variabel bebas baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel terikat dengan kriteria sebagai berikut: 1. Untuk menentukan nilai t tabel ditentukkan dengan tingkat signifikansi 5%maka : - Bila nilai thitung> ttabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. - Bila nilai thitung< ttabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. 2. Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan 5% maka: - Bila nilai Fhitung> Ftabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunnyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. - Bila nilai Fhitung < Ftabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Adapun Hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = a+b1 X1+ b2 X2+є Ket:
Y a X1 X2= b1, b2
= Pengawasan keuangan daerah = Nilai konstanta = Komitmen organisasi Pengetahuan dewan tentang anggaran = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut: 1. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola emosinya sehingga beban kerja yang diembannya dapat diatasi dengan baik serta dapat menjalin hubungan baik dengan rekan kerja. 2. Kecerdasan spiritual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam bekerja (pengambilan keputusan) tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelektual dan emosinya saja melainkan dihubungkan dengan nilai spiritual yang ada dalam dirinya (agama atau kepercayaannya). Jurnal Akuntansi (JAk)
100
3.
Kinerja auditor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini auditor pada Inspektorat Kota Kendari.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Deskripsi Variabel Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional (X1) dan kecerdasan spiritual (X2), sedangkan kinerja auditor (Y) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian deskripsi variabel kecerdasan emosional menurut tanggapan responden sudah baik, yang dicerminkan nilai persepsi rerata keseluruhan sebesar 4,15 atau sebesar 83%, variabel kecerdasan spiritual dikategorikan baik dengan persepsi rerata sebesar 4,31 atau sebesar 86%, sedangkan kinerja auditor dikategorikan baik kerana memiliki rerata keseluruhan sebesar 4,23 atau sebesar 85%.Adapun distribusi frekuensi jawaban responden pada masing-masing variabel tersebut disajikan pada tabel berikut: U Tabel
No
1. Rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden
Variabel
Total Tanggapan Responden
Indikator SS (5)
1
Kecerdasan Emosional (X1)
F
(%)
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
23 32 28 18 28
23,23 32,32 28,28 18,18 28,28
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4
45 36 44 35
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
41 29 27 36 29
S (4) F 64 32 56 61 56
KS (3)
TS (2)
STS (1)
3
Kecerdasan Spiritual (X2)
Kinerja Auditor (Y)
RataRata Skor
(%)
(%)
F
(%)
F
(%)
F
(%)
64.65 32,32 56,57 61,62 56,57
10 2 15 17 14
10,10 2,02 15,15 17,17 14,14
2 0 0 3 1
2,02 0,00 0,0 3,03 1,01
0 0 0 0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
405 441 409 391 408 2054
4,09 4,45 4,13 3,95 4,12 4,15
82 89, 83 79 82 83
0 0 0 0
0,00 0,00 0,00
0,00
0 0 0 0 0
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
424 421 435 427 1707 428 429 422 593 413 2231
4,28 4,25 4,39 4,31 4,31 4,32 4,33 4,26 4,08 4,23 4,23
86 85 88 86 86 86 86 85 82 85 85
Rata-rata variabel Kecerdasan Emosional (X1) 2
Total Skor
45,45 39 39,39 13 13,13 2 2,02 36,36 52 52,5350,5 11 11,11 0 0,00 44,44 50 1 5 5,05 0 0,00 35,35 60 60,61 4 4,04 0 0,00 Rata-rata variabel Kecerdasan Spiritual (X2) 41,41 49 49,49 9 9,09 0 0,00 29,29 31 31,31 6 6,06 0 0,00 27,27 32 32,32 7 7,07 0 0,00 29,51 74 60,66 19 15,57 3 2,46 29,29 60 60,61 8 8,08 2 2,02 Rata-rata variabel Kinerja Auditor (Y)
b. Analisis Regresi Linear Berganda Dalam analisis regresi linear berganda, penelitian ini menggunakan kuisioner sehingga terdapat beberapa tahap pengujian yang dilakukan. Adapun tahap pengujian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi alat ukur. Uji validitas dilakukan dengan metodeStatistik Product Moment Pearson. Bila dari hasil pengujian lebih besar dari 0,30 (r ≥ 0,30) instrumen dikatakan valid. Pegujiannya dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM Statistical SPSS Versi 21. Setelah melakukan pengujian menunjukkan hasil bahwa semua instrumen telah memenuhi syarat (valid) karena semua instrumen memiliki nilai r > 0,30. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat dindalkan. Relibilitas instrumen akan diuji dengan Jurnal Akuntansi (JAk)
101
menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Bila dari hasil pengujian diperoleh nilai koefisien lebih dari 0,60 maka instrumen yang digunakan adalah reliabel. Berdasarkan hasil uji relibilitas yang telah dilakukan, maka semua instrumen telah memenuhi syarat (relibel). Keputusan ini diambil berdasarkan hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa semua instrumen diperoleh nilai Cronbach Alpha>0,60. Hasil regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap kinerja auditor. Berdasarkan hasil regresi linearberganda dengan menggunakan program SPSS versi 21 diperoleh koefisien sebagai berikut: Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model
Unstandardized Coefficients
T
Sig
Beta 1 (Constant) Kecerdasan Emosional (X1) Kecerdasan Spiritual (X2) R2
ZeroOrder
Partial
Part
Collinearity Statistic Tolerance VIF
,390
,853
,428
2,930
,006
,772
,472
,291
,470
2,127
,479
3,292
,003
,787
,515
,327
,470
2,127
ttabel
,704 1,694
Ftabel
3,33
Fhitung
Correlations
35,598
Berdasarkan hasil pengujian model regresi tersebut, maka model regresi yang menyatakan pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Kota Kendari dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = 0,390 + 0,428X1 + 0,479X2 + e Dimana: Y = Kinerja auditor X1 = Kecerdasan emosional X2 = Kecerdasan spiritual ß1 = 0,428 ß2 = 0,479 Berdasarkan data tabel diatas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Konstanta bernilai 0,390, hal ini berarti bahwa jika variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat kinerja auditor akan meningkat sebesar 0,390 sebesar nilai konstan. 2. Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan emosional adalah 0,428 kali, dapat diartikan bahwa apabila variabel kecerdasan emosional terjadi kenaikan 1 kali dan variabel bebas kecerdasan spiritual dengan asumsi konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat kinerja auditor mengalami kenaikan 0,428 kali. 3. Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan spiritual adalah 0,479 kali, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual auditor dengan kinerja yang dihasilkannya. Sehingga dapat diartikan bahwa apabila variabel kecerdasan spiritual terjadi kenaikan 1 kali dan variabel bebas kecerdasan emosional dengan asumsi konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat kinerja auditor mengalami kenaikan 0,479 kali.
Jurnal Akuntansi (JAk)
102
3.Pengujian Hipotesis 1. Uji t a. Kecerdasan emosional Berdasarkan tabel 1, diperoleh t-hitung untuk kecerdasan emosional yaitu sebesar 2,930 > dari t-tabel yaitu sebesar1,694 atau dengan tingkat signifikan t sebesar 0,006 < daripada pada α = 0,05, maka tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor. b. Kecerdasan spiritual Berdasarkan Tabel 1, diperoleh t-hitung untuk kecerdasan spiritual yaitu sebesar 3,292 > dari t-tabel yaitu sebesar1,694 atau dengan tingkat signifikan sebesar 0,003 < daripada pada α = 0,05, maka tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. Uji F Berdasarkan Tabel 4.18, diperoleh nilai F-hitung sebesar 35,598 > dari Ftabel yaitu sebesar 3,33 atau dengan tingkat signifikan F sebesar 0,000 < dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama (simultaniously) baik itu kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. 2.Pembahasan a. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor Berdasarkan hasil analisis pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor diperoleh nilai regresi yang positif dan signifikan. Nilai regresi yang positif menandakan bahwa terdapat hubungan yang searah antara kecerdasan emosional dan kinerja auditor. Hal ini berarti hasil pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dengan demikian, kinerja auditor di inspektorat kota kendari dianggap baik seiring dengan peningkatan kecerdasan emosional auditor. Kinerja yang ditampilkan auditor akan semakin baik apabila auditor memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dalam melaksanakan proses pengauditan.Seseorang yang cerdas secara emosi akan mampu mengenali dirinya sehingga mampu mengetaui bakat pada dirinya. Selain itu, seseorang yang cerdas secara emosi akan mampu mengendalikan dirinya sehingga ia mampu untuk untuk memanfaatkan potensi yang ia miliki secara optimal serta mampu untuk memilah apa yang harus ia lakukan dan apa yang tidak. Seseorang yang memilikikecerdasan emosional juga mampu memotivasi dirinya sehingga ia akan cepatbangkit ketika mengalami keterpurukan. Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan memiliki empati dan keterampilan sosial yang baik sehingga ia akan mampu bekerja secara tim dengan baik karena dapat mengenal apa yang pas dan tidak pas dalam hubungan saling memberi danmenerima dalam timnya,dan pada akhirnya dapat memanfaatkan kemampuananggota timnya yang paling kreatifdan berbakat secara maksimaldan menciptakan yang maksimal dari keseluryan kelompok. Sehinga seorang auditor yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan memiliki kinerja yang baik pula. Sifat empati dan keterampilan sosial dapat membantuseseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam melakukan pemeriksaan. Ketika seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain terutama dengan pihak yang di audit maka auditor akan lebih mudah dalam menjalankan tugasnya, dimana auditor mampu mendeteksi Jurnal Akuntansi (JAk)
103
permasalahan yang dihadapi instansi yang diperiksanya sehingga dapat dilakukan tindak lanjut atas temuan tersebut serta rekomendasi yang disarankan dapat diterima oleh instansi yang diperiksa. Hasil penelitian ini konsisten dengan pendapat dan penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2001), berdasarkan penelitian dan pengalamannya dalam memajukan perusahaannya yang bergerak dalam bidang telekomunikasi dan perdangangan berpendapat bahwa keberadaan kecerdasan emosional yang tinggi akan membuat seseorang akan menampilkan kinerja dan hasil kerja yang lebih baik. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Choiriah (2007) dan Dhoni (2015) yang menemukan bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. b. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor Berdasarkan hasil analisis pengaruh langsung kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor diperolah koefisien regresi yang positif dan signifikan koefisien regresi positif menandakan bahwa terdapat hubungan yang seara antara kecerdasan spiritual dan kinerja auditor. Hal ini berarti hasil pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan spiritual seorang auditor maka akan semakin baik pula kinerjanya. Dengan demikian kinerja auditor Inspektorat Kota Kendari dianggap baik seiring dengan peningkatan kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh auditor. Auditor yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memiliki kepekaan didalam melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pengauditan kepada masyarakat dengan mengedepankan rasa tanggung jawab yang tinggi penuh dengan kejujuran serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moralitas karena memahami betul dalam menjalankan tugasnya secara baik dan prima kepada pihak yang diperiksa merupakan bentukk amanah dan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan bidang kerja yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jaab. Sehingga dengan demikian, kecerdasan spiritual yang dimiliki setia auditor Inspektorat Kota Kendari akan mampu mengkatkan kinerjanya didalam melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wiersma (2005), Sofyan (2006) dan Saida (2012) yang menemukan bahwa kecerdasan spiritual mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencapai tujuanhidup untuk mencapai karirnya di dunia kerja. Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam kerjanya akan merasakan hidup dan pekerjaannya lebih berarti. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Zohar dan Marshall (2000) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dharmanegara yang menemukan bahwa kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang tidak berpengaruh terhadap kinerja seseorang. c. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor Berdasarkan hasil analsis pengaruh langsung kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor diperoleh koefisien regresi yang positif dan signifikan. Koefisien regresi yang positif menandakan bahwa terdapat hubungan searah antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor. Hal ini berarti bahwa hasil pengujian hipeotesis ketiga dalam penelitian ini menunjukkan Jurnal Akuntansi (JAk)
104
semakin baik kecerdasana emosional dan spiritual seorang auditor maka akan semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. Dengan demikian kinerja auditor Inspektorat Kota Kendari dianggap baik seiring dengan peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual auditor. Auditor yang memiliki kecerdasan emosional yang baik disertai dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih menonjol dibandingkan dengan keryawan yang hanya memiliki kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual saja. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pekerjaannya seorang auditor tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual saja, tetapi ia harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi agar kinerja yang dihasilkan lebih optimal. Hasil analisis juga membuktikan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja auditor adalah kecerdasan spiritual. Hal tersebut membuktikan secara empiris dan mendukung teori Zohar dan Marshal (2000) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kecerdasan emosional auditor maka akan semakin baik pula kinerjanya atau dengan kata lain, semakin baik kecerdasan emosional yang dipersepsikan melalui kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial, semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. 2. Kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kecerdasan spiritual auditor maka akan semakin baik pula kinerjanya atau dengan kata lain, semakin baik kecerdasan emosional yang dipersepsikan melalui tingkat kesadaran diri yang tinggi, kualitas idup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, semakin baik pula kinerja auditor. 3. Kecerdasan emosional dan spiritual secara simultan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan semakin baik kecerdasan emosional dan spiritual seorang auditor maka akan semakin baik pula kinerjanya. Atau dengan kata lain auditor yang memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi akan menampilkan kinerja yang optimal. Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, maka penulis dapat menyarankan: 1. Bagi pihak Inspektoratsebagai informasi khusunya bagi para auditor agar senantiasa meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritualnya, karena dengan kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi auditor dapat memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dan menghasilkan kinerja yang lebih baik pula. 2. Bagi peneliti selanjutnya a. Disarankan untuk mempertimbangkan variabel lain selain kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang diduga mempengaruhi kinerja auditor misalnya variabel kecerdasan intelektual atau variabel komitmen dan menggunakan
Jurnal Akuntansi (JAk)
105
paradigma metode penelitian yang lain serta menambahkan metode wawancara dalam metode pengumpulan data. b. Mempertimbangkan untuk menambah jumlah sampel. c. Untuk mempertimbangkan penambahan jumlah referensi. d. Untuk melakukan penelitian pada objek yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik) Jilid I & II Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ: Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Tingkat Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sianipar. 2000. Perencanaan Peningkatan Kinerja. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Akuntansi Nasional X Makasar 26 – 28 Juli 2007 Arifuddin. 2015. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Spiritualitas Auditor dan Kualitas Audit. Disertasi Doktor Universitas Halu Oleo Kendari. Dharmanegara, Agung. 2013. Effect of Spiritual Intelligence and Asta Brata Leadership to the Culture of Tri Hita Karana and Employment Performance.IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM). Volume 11 Fabiola, Meirnayanti. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Tingkat Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat Putri, Yola. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi, Profesionalisme, Dan Perilaku Etis Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Saida, Zainal. 2012. Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Gaya Kepemimpinan, daan Insentif Terhadap Kinerja Karyawan Bandara Mutiara Palu. e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 1, Desember 2012 hlm 85-94 Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business A Skill-Building Apporoach. Third Edition. John Wiley & Sons.inc. New York.
Jurnal Akuntansi (JAk)
106
Sianipar. 2000. Perencanaan Peningkatan Kinerja. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta Simamora, Hendy. (2006). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIE YKPN Sugiyono. 2004. Metodologi Penelitian. Alfa Beta. Bandung. Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Akuntansi Nasional X Makasar 26 – 28 Juli 2007 Zohar, D dan Marshal, I. 2001. The Ultimate Intelligence. Mizam Media Utama. Bandung.
Jurnal Akuntansi (JAk)
107