JURNAL PSIKOLOGI 619 KONSEP DIRI ADVERSITY

Download 1, APRIL 2013: 619 – 632. JURNAL PSIKOLOGI. 619. KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN. KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Hairina Novilita1...

0 downloads 286 Views 253KB Size
JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 8 No. 1, APRIL 2013: 619 – 632

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Hairina Novilita1 Universitas 17 Agustus1945 Surabaya Suharnan2 Universitas Darul ‘Ulum Jombang Abstract This research was conducted aiming to determine whether there is a relationship between Self-concept and Adversity Quotient by Student Independence. The research was conducted in SMP Negeri 44 Surabaya. This study uses quantitative methods. Study sample amounted to 220 students selected using stratified cluster random sampling. Retrieval of data using the three scales, namely self-concept scale, the scale of adversity quotient, and the scale independence of learning. Analysis of the data this study uses multiple regression analysis techniques, with the help of SPSS version 15.0 for Windows. The results of this study found that (1) significant relationship between self-concept and learning self-sufficiency rates obtained with r = 18.199p = 0.000 (p <0.05), (2) there was no significant relationship between adversity quotient to learn independence, prices obtained r = 1, 283 with p = 0.201 (p> 0.05), (3) there is a significant relationship between self-concept and adversity quotient, together with the independence of learning, the price obtained F = 166.286 with p = 0.000 (p <0.05). From the analysis of test results obtained also the value of R = 0.778 and R Square = 0.605. This may imply that the independent variables (self-concept and AQ) can explain the dependent variable (independent study) of 60.5%, while the remaining 39.5% which can be explained by factors other causes is not examined. These factors can be either internal factors (originating from within the individual) or external factors (factors that originate from outside the individual). Keywords: Self-Concept, Adversity Quotient, Independence Learning Kemandirian dalam belajar memang

belajar,

siswa

menjadi kunci bagi siswa dalam mencapai

menyerap

prestasi. Namun terbentuknya kemandirian

dengan

belajar pada peserta didik bukan hanya menjadi

tercapainya

tanggung jawab siswa untuk mencapainya,

terwujud.

tetapi terkait pula dengan peran orang tua serta

tidak sepenuhnya

pengetahuan maksimal,

Menurut

prestasi

dan pembelajaran

sehingga belajar

Hasbullah

dapat harapan

tidak

(2005)

akan bahwa

guru di sekolah untuk dapat menumbuhkannya.

penyebab rendahnya mutu pendidikan di

Karena bagaimanapun, tanpa upaya guru untuk

Indonesia adalah berasal dari faktor internal

membuat siswanya lebih mandiri dalam

dan faktor eksternal. Faktor internal seperti

1

Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: [email protected] 2 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: [email protected]

JURNAL PSIKOLOGI

motivasi, konsep diri, minat, kemandirian belajar, dan kecerdasan siswa. Sedangkan

619

NOVILITA & SUHARNAN faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru,

belajaar seperti masih kurang bertanggung

orangtua, dan lain-lain.

jawab terhadap jadwal belajar yang telah dibuat

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

sendiri, masih adanya ketergantungan yang

dari hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah

tinggi terhadap orang lain dalam hal ini adalah

Pertama,

kelulusan

guru dan orang tua pada saat melakukan

minimal 5,00 pada setiap mata pelajaran yang

kegiatan belajar, bersikap pasif pada saat

diujikan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia,

proses belajar dan mengajar berlangsung

dan

dikelas.

dengan

Bahasa

standar

Inggris,

nilai

masih

banyak

menghasilkan ketidaklulusan siswa setingkat

Menurut Carrol (2000) siswa yang

SMP. Seperti temuan Balitbang Jawa Timur

memuliki kemandirian belajar adalah siswa

dalam suatu penelitian dilaporkan bahwa

yang aktif dalam proses pembelajarannya.

60,5% guru menyatakan materi pelajaran

Sedangkan menurut Johnson (2009) rata-rata

belum terserap murid, disebabkan kurangnya

siswa di sekolah dalam belajar bersikap pasif.

keterampilan guru mengembangkan strategi

Siswa hanya mau bertanya ketika disuruh oleh

belajar

prasarana

guru, dan proses belajar yang terjadi hanya

pendukung yang kurang memadai, dan sumber

terpusat pada guru. Hal ini terus berkembang

bahan ajar yang kurang dimanfaatkan secara

sehingga

optimal. Temuan ini menunjukkan bahwa

menurun. Potensi dan bakat dari siswa juga

permasalahan mendasar yang mengakibatkan

tidak akan dapat ditingkatkan jika siswa hanya

tidak terserapnya materi pelajaran secara

menjadi pelajar yang pasif.

mengajar,

sarana

dan

optimal yaitu kurangnya kemampuan guru dalam

mengembangkan

dan

mutu

pendidikan

pun

menjadi

Kemandirian belajar juga menekankan

menerapkan

pada aktivitas siswa dalam belajar yang penuh

strategi belajar mengajar yang meransang

tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan

keaktifan tinggi pada siswa sehingga berakibat

dalam belajar. Dengan demikian kemandirian

ketergantungan siswa kepada guru yang tinggi.

belajar mengembangkan kognitif yang tinggi,

Maka pada akhirnya siswa kurang mampu

hal ini disebabkan karena para siswa telah

mengembangkan potensinya untuk belajar

terbiasa menghadapi tugas dan sumber belajar

secara mandiri dalam menuntaskan materi

yang ada. Meski sebenarnya untuk mencapai

belajarnya. Oleh karena itu, kemandirian

keberhasilan

belajar bagi siswa adalah penting.

ditentukan oleh faktor kemandirian belajar saja

dalam

belajar

tidak

hanya

Selain itu, fakta di lapangan juga

tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor

menunjukkan masih adanya siswa yang masih

lain, seperti dikemukakan oleh Burns (1993)

belum bisa mandiri dalam melakukan kegiatan

bahwa prestasi akademis kenyataannya tidak

620

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR hanya ditentukan oleh kecerdasan tetapi juga

tingkat kemandirian dalam belajar yang rendah

oleh variabel non kognitif seperti kepribadian

pula.

dan konsep diri sebagai seperangkat sikap yang

Selain faktor konsep diri ada faktor lain

dinamis dan memotivasi seseorang (Burns,

yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa

1993).

yaitu

daya

juang

seorang

siswa

dalam

Konsep diri merupakan hal penting

mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi

dalam membentuk tingkah laku, sehingga

tinggi. Stoltz (2005) berpendapat bahwa pada

terkait dengan dunia pendidikan, saat ini

dasarnya setiap orang memendam hasrat untuk

pendidik semakin menyadari dampak konsep

mencapai kesuksesan, tidak terkecuali bagi

diri terhadap tingkah laku anak dalam kelas

siswa yang juga ingin meraih keberhasilan

dan terhadap prestasinya (Soemanto, 1998).

dalam belajar, namun kemalasanlah yang

Seperti dikemukakan oleh Burns (1993) bahwa

sebenarnya menjadi faktor penghambat siswa

konsep diri yang positif dapat membantu

meraih kesuksesan tersebut. Lebih lanjut

seseorang untuk meningkatkan kepercayaan

dikatakan Stoltz (2005) bahwa dalam meraih

terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi

kesuksesan bukan IQ (Intelligence Quotient)

seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi.

ataupun EI (Emotional Intelligence) yang

Mead (dalam Burns, 1993) menjelaskan konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan

berperan besar dalam diri seseorang, namun juga diperlukan AQ (Adversity Quotient).

perasaan individu mengenai dirinya yang

Adversity Quotient adalah kemampuan

timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial.

seseorang dalam berjuang menghadapi dan

Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup

mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan

besar terhadap perilaku individu, yaitu individu

yang dimilikinya serta akan mengubahnya

akan bertingkah laku sesuai dengan

menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan

konsep

diri yang dimiliki (Rahmat, 1996). Pernyataan

(Stoltz,

tersebut didukung oleh Burns (1993) yang

berpendapat bahwa siswa yang memiliki

menyatakan

akan

adversity quotient yang tinggi maka akan

mempengaruhi cara individu dalam bertingkah

mengarahkan segala potensi yang dimiliki

laku di tengah masyarakat. Maka, siswa dengan

untuk memberikan hasil yang terbaik, serta

konsep diri yang tinggi akan cenderung

akan selalu termotivasi untuk berprestasi.

memiliki tingkat kemandirian dalam belajar

Mereka

yang tinggi. Sebaliknya siswa dengan konsep

mungkin, termasuk mencari informasi serta

diri yang rendah, akan cenderung.memiliki

memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia

bahwa

konsep

diri

dalam

JURNAL PSIKOLOGI

2005).

akan

Sehingga

mengerjakan

hidupnya.

Stoltz

tugas

Kesimpulannya

(2005)

sebaik

individu

621

NOVILITA & SUHARNAN tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak

pertimbangan, keputusan dan bertanggung

hanya bersikap pasif menunggu kesempatan

jawab atas kegiatan belajarnya.

datang. Maka bila adversity quotient ini

Pengukuran Kemandirian Belajar

dimiliki oleh seorang siswa, maka ia akan lebih

Penyusunan skala kemandirian belajar

terdorong untuk mengarahkan dirinya pada

menggunakan dasar teori dari Beller (dalam

hasil

Muththoliah, 2002) merumuskan indikator

terbaik

memanfaatkan

dengan

upaya

peluang,

aktif

optimal bertindak,

termasuk untuk belajar secara mandiri.

yang terdiri atas: 1) Mampu

mengambil

inisiatif,

yaitu

keberanian / kemampuan untuk mengambil Metode Penelitian

suatu tindakan atau usaha dalam melakukan

Populasi dan sampel

kegiatan

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX SMP Negeri 44 Surabaya yang berjumlah 729 orang siswa. Metode

pengambilan

belajar

dan

berani

untuk

mengerjakan tugasnya tanpa diperintah oleh orang lain. 2) Mampu mencoba mengatasi rintangan yang ada, yaitu mampu mencoba memecahkan

sampel

yang

persoalan

yang

dihadapi

pada

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

berlangsung

proses

teknik sampling kombinasi, yaitu stratified

mengatasinya

tanpa

cluster random sampling. Subyek penelitian

mengharapkan bantuan orang lain.

atau sampel penelitian adalah sebanyak 220

belajar

saat dan

melibatkan

atau

3) Memperoleh kepuasan dari pekerjaan yang

siswa.

dilakukannya, yaitu adanya perasaan puas

Variabel penelitian

dan senang jika dapat melakukan atau

Dalam

penelitian

ini

meliputi

tiga

variabel, yang terdiri atas dua variabel bebas yaitu konsep diri (X1)dan adversiry quotient (X2)dan satu

variabel

terikat

(Y) yaitu

menyelesaikan tugas-tugas belajar yang telah dikerjakan sendiri. 4) Mencoba mengerjakan tugas-tugas rutinnya sendiri, yaitu adanya kesadaran diri untuk

kemandirian belajar

mengerjakan

1. Kemandirian belajar

sudah menjadi kewajibannya tanpa harus

Definisi Operaasional Kemandirian Belajar

dibantu ataupun diperintah terlebih dahulu

Kemandirian belajar adalah kesiapan seorang

anak

dalam

mengatur

serta

mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar

belajar

yang

oleh orang lain. 5) Mengarahkan

perilaku

menuju

kesempurnaan, yaitu adanya keinginan untuk

622

tugas-tugas

meningkatkan

kemampuan

dan

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR perilaku yang ada pada dirinya untuk

hadapan orang lain yang disebabkan oleh

menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan

keadaan fisiknya. 2) Aspek

yang diinginkan. Validitas

dan

Reliabilitaas

Kemandirian

Belajar

psikologis,

meliputi

penilaian

individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta

Skala kemandirian belajar terdiri dari 49 item. Indeks daya beda item berkisar antara

kemampuan dan ketidakmampuannya. Validitas dan Reliabilitaas Konsep Diri

0,326 - 0,755. Berdasarkan hasil analisis yang

Skala konsep diri terdiri dari 52 item.

menggunakan SPSS 15,0 for windows didapat

Indeks daya beda item berkisar antara 0,360 -

39 item valid dan 10 item gugur.

0,763. Berdasarkan hasil analisis didapat 34

Penghitungan

reliabilitas

Skala

kemandirian belajar menunjukkan koefisien korelasi

Alpha

sehingga

skala

Crombach sebagai

sebesar

alat

ukur

item valid dan 18 item gugur. Sedangkan perhitungan reliabilitas Skala

0,945

konsep diri menunjukkan koefisien korelasi

dapat

Alpha Crombach sebesar 0,947 sehingga skala

dikategorikan andal.

sebagai alat ukur dapat dikategorikan andal.

2. Konsep diri

3. Adversity quotient

Definisi Operasional Konsep Diri

Definisi Operasional Adversity Quotient

Konsep diri adalah pandangan atas diri

Adversity

quotient

kemampuan

diri sendiri melalui cara pandang individu

menghadapi

dalam melihat diri sendiri sebagai pribadi,

permasalahan dalam hidupnya untuk meraih

merasakan yang ada didalam dirinya, dan

kesuksesan

gambaran serta pandangan orang lain tentang

dimilikinya, cara berfikir dan bersikap terhadap

diri individu itu sendiri.

kesulitan-kesulitan tersebut.

Pengukuran Konsep Diri

Pengukuran Adversity Quotient

dan dengan

Skala

dalam

suatu

sendiri, pengenalan diri sendiri dan pemahaman

Skala konsep diri disusun dengan item-

seseorang

adalah

memahami,

menyelesaikan segala

adversity

segala

potensi

quotient

yang

disusun

item yang didasari oleh aspek-aspek konsep

berdasarkan dimensi dasar adversity quotient

diri menurut Hurlock (1999), yaitu :

menurut Stoltz (2005), yaitu:

1) Aspek fisik, meliputi sejumlah konsep yang

1) Kemampuan mengontrol situasi (Control),

dimiliki individu mengenai penampilan,

yaitu

kemampuan

kesesuaian dengan jenis kelamin, arti

merasakan

penting tubuh, dan perasaan gengsi di

positif

dan

suatu

individu

mempengaruhi situasi,

serta

dalam secara mampu

mengendalikan respon terhadap situasi,

JURNAL PSIKOLOGI

623

NOVILITA & SUHARNAN dengan pemahaman awal bahwa sesuatu

15,0 for windows didapat 24 item valid dan 17

apapun dalam situasi apapun individu dapat

item gugur.

melakukannya. 2) Kemampuan

Sedangkan hasil penghitungan reliabilitas menanggung

akibat

dari

adversity

Skala

quotient

menunjukkan

situasi (Ownership dan Origin), yaitu

koefisien korelasi Alpha Crombach sebesar

kemampuan individu dalam menempatkan

0,910 sehingga skala sebagai alat ukur dapat

perasaan

dikategorikan andal.

dirinya

dengan

berani

menanggung akibat dari situasi yang ada,

Teknik analisis

sehingga menciptakan pembelajaran dalam

Teknik analisis data yang digunakan

melakukan perbaikan atas masalah yang

dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif

terjadi.

karena berkaitan dengan uji hipotesis, dan

3) Kemampuan

menghadapi

kemalangan

teknik statistik yang digunakan adalah teknik

(Reach), yaitu kemampuan individu dalam

Analisis

menjangkau dan membatasi masalah agar

Parsial. Untuk menganalisis data dikerjakan

tidak

dengan program statistik SPSS 15,0 for

menjangkau bidang-bidang lain

dalam kehidupan, sehingga ketika ada

Regresi

Berganda

dan

Korelasi

windows.

masalah atau konflik dengan seseorang tetaplah konflik, bukan sesuatu yang harus

Hasil Penelitian

mengganggu segala aktifitasnya dan lain-

Uji Normalitas Sebaran Dari hasil analisis menunjukkan sebaran

lainnya. mempersepsi

skor variable konsep diri adalah normal (KS-Z

yaitu

= 0,885 p = 0,414), variabel adversity quotient

kemampuan individu dalam mempersepsi

adalah normal (KS-Z = 1,142; p = 0,147) dan

kesulitan, dan kekuatan dalam menghadapi

untuk variabel kemandirian belajar juga normal

kesulitan tersebut dengan menciptakan ide

(KS-Z = 1,037; p = 0,232). Jadi, dapat

dalam

disimpulkan

4) Ketahanan kemalangan

diri

dalam

(Endurance),

pengatasan

ketegaran

masalah

sehingga

hati dan keberanian

dalam

asumsi

normalitas

sebaran

terpenuhi.

penyelesaian masalah dapat terwujud. Validitas dan Reliabilitaas Adversity Quotient Skala adversity quotient terdiri dari 41

Uji linearitas hubungan Hasil uji linearitas hubungan variabel

item. Indeks daya beda item berkisar antara

konsep

0,311 - 0,776. Berdasarkan hasil analisis yang

menunjukkan F = 513,405 dengan nilai

telah dilakukan dengan menggunakan SPSS

signifikasnsi p = 0,000 (p<0,05) yang berarti

624

diri

dengan

kemandirian

belajar

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR hubungan kedua variabel tersebut adalah

Hipotesis 3 : Ada hubungan antara Konsep

kuadratik.

Diri

Sedangkan hasil uji linearitas hubungan

dan

Adversity

Quotient

dengan

Kemandirian Belajar.

variabel adversity quotient dengan kemandirian

Dari hasil uji F pada penelitian ini

belajar menunjukkan harga F = 1,942 dan nilai

didapatkan nilai F sebear 165,348 dengan

signifikansi p = 0,165 (p>0,05) yang berarti

angka signifikansi p sebesar 0,000<0,05. Hal

hubungan kedua variabel tersebut adalah linear.

ini berarti variabel konsep diri dan adversity

Hasil uji hipotesis

quotient mempunyai hubungan yang signifikan

Hipotesis 1 : Ada hubungan antara Konsep

secara

Diri dan tingkat Kemandirian Belajar Siswa.

kemandirian belajar. Sehingga semakin tinggi

Berdasarkan

hasil

analisis

diperoleh

bersama-sama

terhadap

variabel

konsep diri dan adversity quotient siswa maka

harga t sebesar 18,058 dengan nilai signifikansi

semakin tinggi pula

p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

belajarnya. Sebaliknya semakin rendah konsep

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan

diri dan adversity quotient yang dimiliki siswa

antara konsep diri dengan kemandirian belajar

maka semakin rendah pula tingkat kemandirian

siswa. Dengan demikian semakin tinggi konsep

belajar siswa tersebut.

tingkat kemandirian

pula

Nilai R2 adalah sebesar 0,604. Hal ini

siswa

dapat diartikan bahwa variabel konsep diri dan

tersebut. Sebaliknya semakin rendah konsep

adversity quotient dapat menjelaskan variabel

diri siswa maka semakin rendah pula tingkat

kemandirian belajar sebesar 60,4%, sedangkan

kemandirian belajar siswa tersebut.

sisanya yaitu 39,6%

Hipotesis 2 : Ada hubungan antara Adversity

faktor-faktor penyebab lainnya yang tidak

Quotient danKemandirian Belajar Siswa.

diteliti.

diri

siswa

kemandirian

maka

semakin

belajar

yang

tinggi dimiliki

dapat dijelaskan oleh

Setelah dilakukan uji t diperoleh harga t

Sumbangan Relatif Konsep Diri adalah

sebesar 1,207 dengan nilai signifikansi p =

sebesar 99,17 % dan Sumbangan Relatif untuk

0,289 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

Adversity Quotient adalah sebesar 0,83 %.

ada hubungan yang tidak signifikan antara

Sedangkan Sumbangan Efektif masing-masing

adversity quotient dengan kemandirian belajar

variabel adalah 59,90 % untuk variabel konsep

siswa. Artinya, tinggi rendah adversity quotient

diri dan 0,50 % untuk variabel adversity

siswa

quotient.

tidak

mempengaruhi

atau

tidak

memberikan kontribussi yang besar pada tingkat kemandirian belajar siswa tersebut. Pembahasan

JURNAL PSIKOLOGI

625

NOVILITA & SUHARNAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsep diri yang dimiliki (Rahmat, 1996).

terdapat hubungan yang positif dan signifikan

Pernyataan tersebut didukung oleh Burns

antara konsep diri (X1) dengan kemandirian

(1993) yang menyatakan bahwa konsep diri

belajar siswa (Y). Artinya bahwa semakin

akan mempengaruhi cara individu dalam

tinggi konsep diri yang dimiliki oleh seorang

bertingkah laku ditengah masyarakat. Brooks

siswa maka semakin tinggi kemandirian belajar

& Emmert (Rahmat, 2000) menjelaskan ciri-

siswa tersebut, dan sebaliknya semakin rendah

ciri individu yang memiliki konsep diri yang

konsep diri yang dimiliki siswa maka semakin

positif

rendah kemandirian belajar yang dimiliki siswa

kemampuannya, merasa setara dengan orang

tersebut.

lain, menerima pujian tanpa rasa malu,

Diterimanya

yakin

akan

menyadari bahwa setiap orang mempunyai

penelitian ini, menunjukkan bahwa hasil

perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak

penelitian

yang

seluruhnya disetujui oleh masyarakat, dan

Burns (1993) bahwa

mampu memperbaiki diri karena sanggup

keberhasilan belajar, kenyataannya tidak hanya

mengungkapkan aspeka-spek kepribadian yang

ditentukan oleh kecerdasan tetapi juga oleh

tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

variabel non kognitif seperti kepribadian dan

Sedangkan ciri-ciri individu dengan konsep diri

konsep diri. Konsep diri merupakan hal penting

negatif adalah peka terhadap kritik, responsif

dalam membentuk tingkah laku, sehingga

terhadap pujian, tidak pandai dan tidak

terkait dengan dunia pendidikan. Saat ini

sanggup dalam mengungkapkan penghargaan

pendidik semakin menyadari dampak konsep

atau

diri terhadap tingkah laku anak dalam kelas

hiperkritis, merasa tidak disenangi oleh orang

(Soemanto, 1998).

lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi

dikemukakan oleh

dengan

pertama

merasa

pada

sesuai

hipotesis

diantaranya

pendapat

pengakuan

pada

orang

lain

atau

Pembentukan konsep diri dipengaruhi

Penilaian akan kemampuan siswa dapat

oleh interaksi dengan lingkungan sekitar.

timbul karena adanya dukungan dari guru di

Dalam berinteraksi, setiap individu akan

sekolah yang menerapkan kemandirian dalam

memperoleh tanggapan, yang akan dijadikan

metode belajar di dalam kelas. Menurut Ryan

cermin untuk menilai dan memandang dirinya.

dan Grolnick (dalam Wong dan Dudley, 2002),

Tanggapan yang positif dari orang lain akan

kemandirian yang diberikan oleh guru di dalam

membentuk konsep diri yang positif.

kelas dapat membuat siswa merasa bahwa

Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu

dirinya

memiliki

mengerjakan

kemampuan

tugas-tugas

akademis

untuk dan

individu akan bertingkah laku sesuai dengan

626

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR memiliki motivasi yang berasal dari dirinya

hubungan yang positif dengan kemandirian

sendiri.

belajar.

Peningkatan kemandirian,

dan

tanggung

jawab,

menurunnya

tingkat

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa

hipotesis

yang

menyatakan

ada

ketergantungan remaja terhadap orang tua

hubungan antara adversity quotient dengan

adalah salah satu tugas perkembangan yang

kemandirian belajarsiswa ditolak. Hal ini

harus dipenuhi siswa pada periode remaja.

berarti bahwa tinggi rendahnya adversity

Monks dkk (1999) mengatakan bahwa orang

quotient yang dimiliki siswa tidak memberikan

yang mandiri akan memperlihatkan perilaku

pengaruh yang nyata terhadap kemandirian

yang

mengambil

belajar siswa.

keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu

Temuan

eksploratif,

mampu

pada

penelitian

ini

tidak

juga mampu bertindak kritis, tidak takut

mendukung pernyataan yang dikemukakan

berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam

oleh Stoltz (2005) bahwa siswa yang memiliki

melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan

adversity quotient yang tinggi maka akan

mampu

dapat

mengerahkan segala potensi yang dimiliki

memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi

untuk memberikan hasil yang terbaik, serta

dengan teman sebaya, percaya diri, terarah

akan selalu termotivasi untuk berprestasi.

pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.

Ternyata kemandirian belajar yang dimiliki

menerima

Oleh

karena

realitas

itu,

serta

untuk

dapat

seorang

siswa

tidak

secara

signifikan

meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP

dipengaruhi oleh adversity quotient. Dengan

Negeri 44 Surabaya diperlukan konsep diri

kata lain kemandirian belajar yang tinggi tidak

yang positif sebagai salah satu faktor intern

hanya memerlukan AQ yang tinggi. Banyak

yang dapat mempengaruhi. Hal ini dikarenakan

faktor

bahwa dengan konsep diri yang positif

terhadap

tersebut, berarti siswa sudah mampu mengenali

Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (1996)

tentang dirinya baik dari segi sikap, emosi,

bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh

perasaan, kemampuan, ketidakmampuan, nilai-

faktor dari dalam yang antara lain kematangan

nilai dan aspirasinya sehingga mereka memiliki

usia; kecerdasan (intelegensi), dan faktor dari

keyakinan yang kuat bahwa mereka mampu

luar yang meliputi kebudayaan; keluarga.

lain

yang

memberikan

kemandirian

belajar

pengaruh seseorang.

untuk mandiri untuk dapat meraih prestasi yang

Berkaitan dengan tidak ditemukannya

baik. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

kontribusi yang signifikan dari AQ terhadap

disimpulkan bahwa konsep diri siswa memiliki

kemandirian belajar pada siswa SMP Negeri 44 Surabaya ada beberapa kemungkinan antara

JURNAL PSIKOLOGI

627

NOVILITA & SUHARNAN lain skor kemandirian belajar maupun skor AQ sangat

homogen

untuk

cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu

besar

individu akan bertingkah laku sesuai dengan

kontribusi AQ pada kemandirian belajar siswa.

konsep diri yang dimiliki. Artinya, apabila

Kemungkina yang lain adalah diduga bahwa

siswa memiliki konsep diri yang tinggi akan

alat ukur yang ada memiliki kelemahan.

memiliki prestasi yang tinggi. Sebaliknya siswa

mengetahui

dan

sehingga menilai

sulit

Konsep diri mempunyai pengaruh yang

seberapa

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

dengan

konsep

diri

yang

rendah,

akan

cenderung memiliki prestasi yang rendah.

signifikan antara konsep diri (X1) dan adversity

Selain faktor konsep diri ada faktor lain

quotient (X2) secara bersama-sama dengan

yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa

kemandirian belajar (Y). Ini berarti semakin

yaitu

tinggi konsep diri dan adversity quotient diikuti

mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi

juga dengan semakin tinggi kemandirian

tinggi. diperlukan AQ (Adversity Quotient).

belajar. Sebaliknya, semakin rendah konsep

Adversity

diri dan adversity quotient maka semakin

seseorang dalam berjuang menghadapi dan

rendah pula krmandirian belajar siswa tersebut.

mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan

Hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu

yang dimilikinya serta akan mengubahnya

ada hubungan positif antara konsep diri dan

menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan.

aadversity

Maka apabila adversity quotient ini dimiliki

quotient

dengan

kemandirian

belajar.

daya

juang

seorang

Quotient

adalah

siswa

dalam

kemampuan

oleh seorang siswa, maka ia akan lebih

Kemandirian belajar menekankan pada

terdorong mencapai prestasi atau mengarahkan

aktivitas siswa dalam belajar yang penuh

dirinya pada hasil terbaik dengan upaya

tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan

optimal

dalam belajar. Dengan demikian kemandirian

bertindak, termasuk untuk belajar secara

belajar mengembangkan kognitif yang tinggi,

mandiri.

memanfaatkan

peluang,

aktif

hal ini disebabkan karena para siswa telah

Oleh karena itu, konsep diri dan adversity

terbiasa menghadapi tugas dan sumber belajar

quotient memiliki peranan dalam kemandirian

yang ada. Meski sebenarnya untuk mencapai

belajar siswa. Sehingga dengan kemandirian,

keberhasilan

hanya

siswa belajar dengan penuh tanggung jawab

ditentukan oleh faktor kemandirian belajar saja

untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor

Sedangkan dengan konsep diri yang positif,

lain, seperti kepribadian dan konsep diri.

siswa

dalam

belajar

tidak

terhadap

628

dapat

meningkatkan

dirinya

sendiri

kepercayaan

sehingga

dapat

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR memotivasi siswa untuk dapat menjadi lebih

mempengaruhi perkembangan kemandirian

baik lagi. Selain itu siswa yang memiliki

anak remajanya.

adversity quotient yang tinggi maka akan

d. Sistem pendidikan di sekolah. Proses

mengerahkan segala potensi yang dimiliki

pendidikan

untuk meraih prestasi atau memberikan hasil

mengembangkan

yang terbaik, serta akan selalu termotivasi

dan cenderung menenkankan indoktrinasi

untuk berprestasi.

tanpa

Sumbangan efektif yang dihasilkan dari perhitungan analisis regresi linier berganda diperoleh nilai R Square sebesar 0,604. Ini

di

sekolah

yang

demokrasi

argumentasi

akan

tidak

pendidikan menghambat

perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa

berarti bahwa konsep diri dan adversity

besarnya

quotient secara bersama-sama memberikan

terhadap kemadirian belajar adalah sebesar

sumbangan pengaruh sebesar 60,4% terhadap

59,90 % dan ini berarti masih ada 40,10 %

kemandirian belajar. Hal tersebut memberi arti

faktor

bahwa konsep diri dan adversity quotient

kemandirian belajar yang tidak diteliti dalam

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

penelitian

terhadap kemandirian belajar sebesar 60,4%.

disimpulkan bahwa semakin tinggi konsep diri

Kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor

yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi

lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini

kemandirian belajar siswa dan begitu pula

sebanyak

sebaliknya. Sedangkan besarnya sumbangan

39,6%.

Faktor-faktor

tersebut

sumbangan

lain

yang

ini.

efektif

dapat

Dengan

konsep

diri

mempengaruhi demikian

dapat

meliputi:

efektif adversity quotient terhadap kemandirian

a. Kematangan Usia. Berpengaruhnya faktor

belajar siswa adalah sebesar 0,50% dan ini

kemandirian

berarti masih ada 99,50% faktor lain yang

mengalami

dapat mempengaruhi kemandirian belajar yang

perkembangan rohani dan pertumbuhan

tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan

jasmani pada umur tertentu.

demikian dapat dikatakan bahwa semakin

kematangan

usia

disebabkan,

b. Kecerdasan seseorang kemandirian

dalam

seseorang

(Intelegensi).

Intelegensi

tinggi adverity quotient maka semakin tinggi

terhadap

kemandirian belajar siswa dan begitu pula

berperan

penting

dan

keberhasilan

belajar

sebaliknya.

seseorang. c. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh

dan

mendidik

JURNAL PSIKOLOGI

anak

akan

Simpulan dan Saran Simpulan

629

NOVILITA & SUHARNAN Latar belakang penelitian ini didasarkan

dan (3) Ada korelasi positif antara konsep diri

pada rumusan masalah yaitu mengetahui

dan adversity quotient secara bersama-sama

apakah ada hubungan antara konsep diri dan

dengan kemandirian belajar remaja.

adversity quotient dengan kemandirian dalam

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas

belajar. Kemandirian belajar adalah kesiapan

VII, VIII, dan IX SMP Negeri 44 Surabaya.

seorang

serta

Responden yang digunakan dalam penelitian

mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar

ini berjumlah 220 siswa yang diambil secara

mampu

mencoba

stratified cluster random sampling. Data

mengatasi rintangan yang ada, memperoleh

mengenai konsep diri, adversity quotient, dan

kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya,

kemandirian

mencoba mengerjakan tugas-tugas rutinnya

menggunakan skala konsep diri, skala adversity

sendiri, dan mengarahkan perilaku menuju

quotient, dan skala kemandirian belajar.

anak

dalam

mengambil

mengatur inisiatif,

kesempurnaan. Konsep diri adalah pandangan

belajar

dikumpulkan

dengan

Hasil skala pengukuran diuji dengan

atas diri sendiri, pengenalan diri sendiri dan

menggunakan

pemahaman diri sendiri melalui cara pandang

program SPSS 15,0 for windows dan hasil

individu dalam melihat diri sendiri sebagai

penelitian telah membuktikan hipotesis yang

pribadi, cara individu dapat merasakan yang

sudah dirumuskan. Pertama, konsep diri dan

ada

individu

adversity quotient berkorelasi positif dan

menginginkan dirinya sendiri menjadi individu

signifikan dengan kemandirian belajar. Artinya

yang ideal dan gambaran serta pandangan

bahwa semakin tinggi konsep diri dan adversity

orang lain tentang diri individu itu sendiri.

quotient seorang siswa maka semakin tinggi

Sedangkan adversity quotient diartikan sebagai

kemandirian belajar siswa tersebut, sebaliknya

suatu kemampuan seseorang dalam memahami,

semakin rendah konsep diri dan adversity

menghadapi

segala

quotient siswa maka semakin rendah pula

permasalahan dalam hidupnya untuk meraih

kemandirian belajar siswa tersebut . Kedua, ada

kesuksesan

yang

hubungan positif dan signifikan antara konsep

dimilikinya, cara berfikir dan bersikap terhadap

diri dengan kemandirian belajar, sehingga

kesulitan-kesulitan tersebut.

semakin tinggi konsep diri siswa maka semakin

didalam

dirinya,

dan

cara

menyelesaikan

dengan

segala

potensi

analisis

regresi

berganda

ini

tinggi kemanndirian belajar yang dimiliki

menyatakan (1) Ada korelasi positif antara

siswa tersebut. Sebaliknya semakin rendah

konsep diri dengan kemandirian belajar remaja;

konsep diri siswa maka semakin rendah pula

(2) Ada korelasi positif antara adversity

kemandirian

quotient dengan kemandirian belajar remaja;

tersebut. Ketiga, tidak ada hubungan antara

Hipotesis

630

dalam

penelitian

belajar

yang

dimiliki

siswa

JURNAL PSIKOLOGI

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR adversity quotient dengan kemandirian belajar

berbagai pihak terkait untuk membahas

siswa, artinya tinggi rendahnya adversity

mengenai

konsep

quotient siswa tidak memberikan kontribusi

adversity

quotient

yang bearti terhadap kemandirian belajar siswa

kemandirian belajar siswa.

tersebut.

diri,

pengembangan

dan

peningkatan

3. Bagi Guru. Guru

Saran Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

diharapkan

kemandirian

dapat

siswanya

meningkatkan dengan

cara

simpulan di atas maka dapat diberikan saran-

menciptakan metode pengajaran yang lebih

saran sebagai berikut:

kreatif sehingga memudahkan pemahaman

1. Bagi Siswa

siswa dalam menyerap materi pelajaran.

Siswa diharapkan lebih mengenal diri dan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

potensi-potensi yang dapat dikembangkan,

Penelitian ini mengungkap kemandirian

baik dalam bidang akademik maupun non

belajar dengan melibatkan dua variabel,

akademik. Hal tersebut membuat siswa

yaitu konsep diri dan adversity quotient.

dapat menentukan tujuan yang realistis

Kedua hal ini hanya mampu menjelaskan

sehingga

variansi

dapat

lebih

mandiri

dalam

kemandirian

belajar

sebesar

melakukan kegiatannya. Membuat daftar

60,4%. Hal ini menunjukkan bahwa masih

mengenai kekuatan dan kelemahan diri

terdapat 39,6% faktor lain yang mampu

akan membantu mengenal diri sendiri.

menjelaskan variansi kemandirian belajar.

Siswa juga lebih aktif dalam kegiatan

Oleh karena itu dimungkinkan untuk

belajarnya seperti membuat jadwal belajar,

mengadakan penelitian yang mengungkap

menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri tanpa

faktor-faktor lain tersebut untuk dijadikan

bantuan

sebagai variabel yang berhubungan dengan

orang

lain

sehingga

dapat

meningkatkan kemandirian dalam dirinya.

kemandirian belajar.

Selain itu siswa juga dapat membuat sistem belajar

sendiri

yang

sesuai

dapat

meningkatkan minat belajar, karena hanya diri

sendirilah

yang

mengetahui

kemampuan, kekurangan, dan kelebihan 2. Bagi Pihak Sekolah Sekolah dapat mengadakan diskusi dengan pakar

JURNAL PSIKOLOGI

Asrori, M., & Ali, M. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pengantar Praktik. Edisi IV. Jakarta:Rineke Cipta

diri.

mengundang

Kepustakaan

pendidikan

dan

Arini, A. T. 2006. Orang Tua dan Konsep Diri Anak. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius. 631

NOVILITA & SUHARNAN Azwar, Syaifuddin. 2003. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar ______________ . 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Basri,

Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan. Chaplin, J. P. 3004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Djmarah, Drs. Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya Gordon, Thomas. 1991. Menjadi Orang Tua Efektof. Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang Bertanggung Jawab. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Hadi, S & Parmadiningsih. Y. 2002. Seri Program Statistik (SPS). Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Versi IBM/IN Hak Cipta © 2002, dilindungi UU Hamalik, Oemar. 1995. Psikologi Remaja. Bandung: Mandar Maju Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Monks, F. J., Haditono, S. R., Knoers, A.M.P. Psikologi Perkembangan. 2006. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

632

Mutholiah. 2002. Konsep Diri Penunjang Prestasi PAI, Semarang: Gunung Jati. Nashori, F.N. & Kurniawan, I.N. (2006). Pelatihan Adversity Intellegence untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Remaja Panti Asuhan. Psikologika: Nomor 23 Tahun XII Januari Purwanto, N. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandu ng : Remaja Rosdakarya Santrock, JW. 1995. Life Span Development. Jilid 1. Jakarta: Erlangga Sarwono, S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Steinberg, L. 2002. Adolescence. New York: Mc Graw Hill Stoltz, P. 2005. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Alih Bahasa : Hermaya. Jakarta : Grasindo Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PT. Grmedia Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Winkel, WS. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia

JURNAL PSIKOLOGI