JURNAL TERRYDEROSSA BATIKSURABAYA1

Download identitas budaya Indonesia. Perkembangan motif batik dengan karakter suatu daerah adalah salah satu potensi pengembangan motif batik yang b...

0 downloads 290 Views 370KB Size
1

Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya Terry De Rossa1 dan Rahmatsyam Lakoro, S. Sn, MT2 Jurusan Desain Produk Industri1,2, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan1,2, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)1,2 Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] dan [email protected]

Abstrak—Perkembangan motif batik merupakan hal yang dilakukan oleh para pengrajin batik dalam industri kecil ataupun menengah. Para pengrajin batik perlu untuk terus mengembangkan jenis-jenis motif batik yang baru sebagai upaya keikutsertaan mereka dalam pasar komoditas. Salah satu upaya pengembangan dapat dilakukan melalui eksplorasi bentuk khas dari masing-masing daerah penghasil batik. Surabaya sebagai salah satu kota industri sekaligus pusat perdagangan yang memiliki peluang untuk menciptakan motif kedaerahan, hal ini telah mendapat respon oleh beberapa pengrajin batik Surabaya. Berawal dari pemikiran ini muncul sebuah gagasan bagaimana menciptakan motif batik yang memamerkan ciri khas kota Surabaya. Untuk mengetahui beberapa aspek perancangan motif batik yang baru dalam penelitian ini, hal ini perlu melakukan serangkaian riset terlebih dahulu antara lain yaitu Aspek pasar dan Aspek desain. Langkah-langkah penelitian meliputi antara lain adalah Observasi ciri khas kota Surabaya, Observasi pola dan pemikiran pengrajin batik Surabaya, Wawancara pihak pemangku keputusan Pemerintah (Disperindag), kesukaan masyarakat terhadap batik khususnya batik khas Surabaya, dan penggalian gagasan verbal menjadi motif batik. Setelah melalui beberapa proses riset, ditemukan empat tema besar ciri khas kota Surabaya yakni Tema perjuangan Surabaya, Tema Bangunan kolonial Surabaya, Tema Kesenian khas Surabaya, dan Tema Makanan khas Surabaya. Pada perancangan ini diajukan 40 motif batik dari tema-tema tersebut. Motif baru ini merupakan projek percontohan untuk pengembangan motif batik baru khas selanjutnya. Namun demikian penelitian ini masih menemukan peluang bagi pengembangan motif di berbagai tema khas kota yang lain. Oleh karenanya, dibutuhkan riset yang lebih mendalam. Kata Kunci—Batik, Surabaya, Motif, Desain.

I. PENDAHULUAN

B

ATIK sebagai warisan tradisi budaya yang penting bagi masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia. Batik juga sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah menjadi sorotan oleh berbagai kalangan baik dalam negeri maupun internasional. Pengakuan yang tertuang kedalam keputusan lembaga UNESCO (Lembaga Internasional Bidang Pendidikan dan Kebudayaan) yang ditetapkan pada tanggal 2 Oktober 2009. Landasan keputusan UNESCO dalam menetapkan batik sebagai salah satu kebudayaan yang berkembang di Indonesia yang berkaitan dengan upaya

masyarakat Indonesia untuk melestarikan batik. Berbagai upaya promosi penggunaan batik mulai terus dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk menindak lanjuti pencanangan UNESCO yang bertujuan untuk terus mendukung pelestarian budaya dan secara tidak langsung untuk menyadarkan kepada masyarakat bahwa batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia hingga menjadi salah satu ikon atau identitas budaya Indonesia. Perkembangan motif batik dengan karakter suatu daerah adalah salah satu potensi pengembangan motif batik yang baru (kontemporer) melalui pengembangan motif kedaerahan. Surabaya sebagai kota metropolis kedua tentunya memiliki ciri ke khas an tersendiri yang menjadi pembeda Surabaya dengan kota-kota lain. Oleh karena itu potensi yang dimiliki Surabaya cukup banyak antara lain dalam sisi sejarah kota, bangunan bersejarah, cagar budaya dan kuliner khas kota, cerita sejarah, legenda, maskot kota, dan lain-lain. Potensi kota sebagai ruang pamer menjadikan peluang bagi Surabaya memperkenalkan batik khas kota Surabaya. Beberapa pengrajin batik di kota Surabaya telah berusaha menciptakan beberapa motif yang berkarakter Surabaya, namun saat melakukan wawancara dengan pengrajin ditemukan beberapa kendala saat mengembangkan desain motif batik kedaerahan. Salah satunya adalah terdapat keterbatasan jumlah objek yang akan dijadikan motif utama atau elemen motif yang lain pada batik.Kurangnya pula pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan objek kedaerahan yang berkarakter untuk dipergunakan sebagai motif batik. Berdasarkan dengan hasil diskusi dan masukan yang diperoleh dari penggalian data (wawancara) tersebut, peneliti melakukan pra riset untuk menemukan beberapa kemungkinan ikon-ikon kota Surabaya dan menghasilkan tema yang akan dipilih untuk dijadikan desain motif batik baru yang mengangkat tema motif batik kedaerahan berdasarkan keinginan pasar (masyarakat Surabaya). Penggalian data tersebut melalui penyebaran kuesioner yang telah ditujukan kepada responden dengan kriteria : Bertempat tinggal di kota Surabaya, Dewasa (25 tahun-35 tahun), kelas ekonomi menengah, dan tingkat pendidikan minimum lulusan SMA. Melalui kuesioner kepada 100 responden target segmen yang dituju, ditemukan beberapa hasil. Antara lain :

2

salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia jaman dulu. Namun seiring perkembangan jaman dan perubahan waktu batik tidak lagi dikenakan oleh para bangsawan dan kerabat keraton saja, sebagai bentuk rasa cinta budaya dan seni, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Surabaya ingin melestarikan budaya dan seni batik.

Gambar. 1. Tema motif batik yang dipilih melalui data riset (kuesioner) dengan 100 responden pada tanggal 16 – 20 Maret 2011 di kota Surabaya.

Hasil riset menunjukkan sebanyak 42% dari 100 responden memilih tema motif batik perjuangan dan kepahlawanan sebagai tema terbesar yang menjadi tema berciri khas kota Surabaya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut mengarah perancangan ini kepada sebuah identifikasi masalah antara lain dikarenakan salah satu dampak positif dari momentum pencanangan batik ini adalah antusias dan meningkatnya kebutuhan batik, Trend menggenakan batik cukup berdampak diberbagai kalangan, Berkaitan dengan motif batik yang cenderung menggunakan motif batik yang lama perlu dilakukan perubahan gaya desain motif batik yang baru (kontemporer), Surabaya belum memiliki motif batik yang berciri khas kota Surabaya itu sendiri1. Masalah ini terbatas pada pengembangan desain motif batik dibagi berdasarkan kategori motif utama dan motif isen, di dalam perancangan ini hanya akan menyeleseikan permasalahan yang berhubungan dengan desain yang akan dikaji dengan teori-teori desain komunikasi visual, dan pengembangan motif batik hanya membuat desain motif yang berkarakter kota Surabaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang sebuah desain motif batik berkarakter kota Surabaya dengan menggunakan potensi kota?

B. Karakter kota Surabaya Ciri khas kota Surabaya berdasarkan kuesioner yang dipilih oleh 100 responden dan penjelasan dari literatur Surabaya in the book antara lain cerita kepahlawanan 10 Nopember 1945, bangunan bersejarah, Karakter warga kota Surabaya, Pertokoan lama di kota Surabaya, Makanan berciri khas kota Surabaya, dan Kesenian khas Surabaya. Kota Surabaya memiliki banyak potensi yang mampu untuk menggambarkan ciri khas kota. Berdasarkan letak geografis, ekonomi, pendidikan yang telah banyak diketahui oleh masyarakat luar maupun warga kota Surabaya2. Hal tersebut telah menjadi acuan pengembangan motif pada penelitian ini yaitu Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya sebagai ikon-ikon yang dapat digunakan sebagai motif batik Surabaya. Hal ini didasari oleh pemilihan yang dilakukan menggunakan kuesioner kepada warga kota Surabaya yang berasal dari Surabaya. Disamping itu munculnya pendapat dari beberapa pengrajin yang telah mencoba membuat motif berkarakter Surabaya namun belum cukup mampu menggambarkan motif kota Surabaya. C. Elemen-elemen batik Elemen-elemen batik meliputi elemen visual, warna dan elemen komposisi. Berikut adalah penjelasannya pada tiap elemen batik. Elemen visual terdiri dari motif utama, motif pendukung dan motif isisan (isen) yang telah diperoleh berdasarkan hasil penggalian data (kuesioner) sebelumnya. Elemen warna terdiri dari susunan dan paduan warna-warna yang serasi yang berciri khas kota Surabaya. Elemen komposisi pada batik dipergunakan pada saat menyusun gambar-gambar ikon kota yang telah dilakukan penyerderhanaan objek sehingga menjadi pola batik yang dapat di implmentasikan dengan teknik mencanting (batik tulis).

II. URAIAN PENELITIAN A. Pengertian Batik Batik merupakan salah satu bagian dari Budaya Indonesia. Sejak dulu hingga sekarang kain Batik masih merupakan kain yang mewakili budaya Indonesia. Kain Batik juga telah menjadi kain nasional yang memberikan ciri khusus bagi Indonesia. Sering diketahui pada jaman dulu Batik sebagai pakaian yang dikenakan kerabat keraton dan pantang dipakai rakyat jelata. Beberapa corak hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu karena memiliki nilai-nilai filosofis dan dipakai dalam upacara-upacara adat. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi 1 Wawancara dengan pengrajin batik yang bersangkutan. Arie Widarto dan Leo Arief Budiman.

D. Landasan teori tentang segmentasi pasar : Dewasa Pemilihan target segmentasi ini dilakukan berdasarkan semua jenis kelamin atas antusiasme yang dimiliki khalayak terhadap batik. Penulis menentukan target segmentasi pada dewasa tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan antusiasme khayalak, disamping hal tersebut target ini menggunakan batik lebih besar dibandingkan target segmentasi yang lainnya. Sebagai buktinya adalah diwajibkannya pada hari tertentu target segmentasi mengenakan batik untuk beraktifitas dan menghadiri acara resmi.

2

Wawancara dengan pengrajin batik Surabaya, Arie Widarto

3

III. DATA & METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data Primer : 1. Wawancara dengan Hari selaku Pihak Disperindag Kota Surabaya 2. Wawancara dengan Ririn selaku Pihak Disperindag Provinsi Jawa Timur 3. Wawancara dengan Arie Widarto selaku Pengrajin Batik Surabaya 4. Wawancara dengan Leo Arief Budiman selaku Pengrajin Batik 5. Hasil kuesioner : a. Kuesioner ke - 1 kepada 100 responden untuk menampung pilihan responden mengenai potensipotensi yang akan dijadikan motif batik yang dimiliki kota Surabaya. b. Kuesioner ke - 2 kepada 100 responden mengenai perancangan motif batik dan elemen-elemen desain yang digunakan acuan dalam perancangan. c. Kuesioner ke – 3 kepada 100 responden mengenai AIO untuk mengetahui segala karakteristik khas responden yang dapat mendukung perancangan dari sisi gaya hidup responden dan minat. d. Kuesioner ke - 4 kepada 100 responden mengenai pendapat responden terhadap final desain dan pemilihan elemen-elemen perancangan desain buku motif batik. 6. Observasi dilakukan dengan menghadiri beberapa event atau acara pameran yang berhubungan dengan batik yang diselenggarakan di kota Surabaya. Observasi yang dimaksut adalah melakukan pengamatan terhadap macam-macam motif batik. Data Sekunder : 1. Buku Surabaya in the Book Literatur ini ditulis oleh M. Anis Fathoni, desember tahun 2009. Buku tersebut berisikan tentang selukbeluk kota Surabaya, dokumentasi teks sejarah seperti: gedung-gedung tua, jalan-jalan yang ada di pusat kota. Muatan data maupun artikel yang ada didalam buku tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai penggambaran dimana karakteristik kota Surabaya. 2. Surabaya di akhir tahun 1945 Literatur ini ditulis oleh H. Mohammad Moestadji, B. 2003. Buku tersebut mengulas tragedi yang terjadi pada tahun 1945 di kota Surabaya salah satunya tragedi 10 Nopember (Tragedi perebutan kemerdekaan bangsa Indonesia) 3. Kampung Surabaya menuju Metropolitan 4. The book of batik Literatur yang memuat desain-desain motif batik yang ada di dalam buku tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai studi eksisting. Teknik Pengumpulan Data : 1. Teknik Interview (Wawancara), wawancara ini dilakukan kepada para pemangku keputusan pemerintah

dan pengrajin Surabaya, untuk mendapatkan data mengenai ciri khas kota Surabaya dan perkembangan batik di Surabaya secara akurat. 2. Teknik penyebaran kuesioner, Salah satu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan cara mengirimkan pertanyaan untuk diisi oleh responden dan kemudian diukur menggunakan persentase atau angka. Sehingga penulis dapat mengetahui jawaban terbanyak dari responden. 3. Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis pada objek penelitian. Pada perancangan ini penulis melakukan dua kali pengamatan yaitu pengamatan langsung yang dilakukan pada saat pengerjaan pembuatan motif batik yang berawal dari beberapa tahap permulaan sampai pada tahap akhir. Pengamatan kedua yaitu observasi terhadap event dan pameran karya batik yang diselenggarakan di Surabaya. B. Teknik Sampling Untuk memperoleh motif batik berkarakter kota Surabaya yang sesuai dengan target segmentasi, maka penulis melakukan penelitian dan telah mendapatkan hasil riset dengan menggunakan teknik kuesioner sebagai metoda survei. Demografis Jenis kelamin : Laki- laki dan Perempuan Pemilihan target segmentasi ini dilakukan berdasarkan semua jenis kelamin atas antusiasme yang dimiliki khalayak terhadap batik. Target Audience : Dewasa (25 tahun – 35 tahun) Penulis menentukan target segmentasi pada dewasa tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan antusiasme khayalak, disamping hal tersebut target ini menggunakan batik lebih besar dibandingkan target segmentasi yang lainnya. Sebagai buktinya adalah diwajibkannya pada hari tertentu target segmentasi mengenakan batik untuk beraktifitas dan menghadiri acara resmi. Pekerjaan : Karyawan Penulis menentukan target segmentasi pada karyawan muda maupun sudah lama dengan tujuan meningkatkan antuisiasme khalayak. Sebagai bukti adalah beberapa Pegawai Negeri Sipil telah menetapkan batik adalah salah satu seragam resmi untuk bekerja pada hari-hari tertentu. Populasi Geografi target segmentasi : Menetap dan bertempat tinggal di Surabaya Karakteristik a. Memiliki antusiasme terhadap budaya b. Melestarika budaya c. Memiliki kecintaan terhadap seni d. Memiliki kecintaan untuk menambah koleksi kain batik

4

C. Teknik Perancangan

Merupakan tahap awal perancangan, yaitu proses sketsa gambar. Proses sketsa pada perancangan ini dilakukan melalui proses penggayaan dan penyederhanaan (stilasi) gambar menggunakan sumber gambar dokumentasi fotofoto dan potongan adegan film dokumenter yang didapatkan dalam beberapa sumber dalam penelitian ini. 2) Thumbnail design Adalah tahapan perngelompokkan informasi gambar. Proses pengelompokkan ini bertujuan untuk menyusun kelompok gaya sketsa yang dihasilkan dalam proses sebelumnya untuk disusun kembali dalam sebuah media informasi pesan. Inti utama dalam tahapan ini adalah menemukan kemungkinan cara berkomunikasi secara visual melalui penyusunan sketsa gambar yang telah dihasilkan. Beberapa teori yang digunakan dalam tahapan ini adalah teori komunikasi dan teori estetika. Teori komunikasi digunakan untuk mengetahui arah komunikasi informasi yang digunakan, teori estetika lebih kepada untuk mengetahui tanda gambar yang diterapkan dalam tiap gambar untuk menghasilkan sebuah komunikasi.

Gambar. 2. Bagan logika berpikir

IV. KONSEP DESAIN A. Gambaran Umum Perancangan Dalam upaya perancangan ini, peneliti diarahkan untuk menjawab beberapa kriteria desain yang dibutuhkan dalam proses perancangan desain motif ilustratif batik. Tujuan perancangan ini adalah sebagai model pengembangan desain grafis dalam aplikasi media batik, khususnya pada pengembangan motif ilustratif. Berdasarkan tujuan tersebut, tahapan proses perancangan desain menjadi output penting dalam perancangan ini (selain ouput desainnya). Sehingga tujuan dan maksud dari perancangan ini adalah menghasilkan sebuah rekomendasi tahapan perancangan yang dapat digunakan oleh beberapa pihak seperti, pengrajin, pengusaha dan beberapa pemerhati atau praktisi perkembangan batik. B. Deskripsi Perancangan Setelah mendapatkan hasil penelitian diatas (kriteria desain) proses selanjutnya adalah proses perancangan desain. Proses perancangan desain menggunakan hasil penelitian untuk dikembangkan dalam sebuah proses desain perancangan desain. Beberapa proses desain perancangan ini meliputi : Rough design, Thumbnail design, Alternatif design, Comprehensive design, dan Final design. Beberapa tahapan-tahapan perancangan akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Rough design

3) Alternatif design Adalah tahapan penyeleksian kelompok gambar menggunakan kriteria desain. Kriteria desain yang digunakan berkaitan dengan kualitas gambar dan preferensi yang didapatkan dari studi konsumen. Pada tahapan ini sebuah alternatif desain sudah berupa tema (themes) desain motif batik, lengkap dengan pilihan warna dan bentuk motif batik tersebut. 4) Comprehensive design Adalah tahapan pengimplementasian gambar kerja kedalam media desain. Dalam tahapan ini, fokus perancangan akan dikaitkan dengan teknis proses membatik, sehingga beberapa pembahasan teknis seperti : ketebalan garis, implimentasi warna kain, teknik pencantingan. Dalam tahapan ini akan terdapat beberapa penyelarasan antara gambar kerja desain dan kenyataan praktis dilapangan, seperti terbatasnya warna dalam pewarnaan batik, terbatasnya ukuran garis dengan ukuran canting (standart), dan berbagai macam penyelaras teknis lainnya. 5) Final design Adalah tahapan akhir dari perancangan ini, yakni penyajian prototype desain. Hasil akhir dari desain ini antara lain adalah : gambar proses perancangan, gambar kerja perancangan dan hasil contoh (prototype design) yang dibuat untuk membuktikan bekerjanya metode pengembangan desain grafis dalam aplikasi media batik, menggunakan karakteristik atau ikon kota. C. Penelusuran Masalah Permasalahan yang diteliti pada perancangan ini pada dasarnya adalah bagaimana sebuah desain grafis dapat berkonstribusi dalam menciptakan sebuah motif yang dapat diterapkan kedalam berbagai media. Motif menjadi sebuah objek penelitian dalam perancangan ini.

5

Identifikasi masalah yang melatarbelakangi perancangan ini adalah potensi pengembangan motif batik kontemporer yang menceritakan sebuah cerita dan karakter tertentu. Permasalahan utama dalam perancangan ini dirumuskan dalam Rumusan masalah pada Bab 1. Berikut rumusan masalah perancangan tersebut : Bagaimana merancang sebuah motif batik berkarakter Surabaya dengan menggunakan potensi kota? V. IMPLEMENTASI DESAIN A. Pemilihan Tema Motif Penerapan tema motif batik Berkarakter Surabaya ini dilakukan untuk memulai awal implementasi desain. Penerapan tema nantinya akan menggunakan empat tema dengan masing-masing minimal tiga objek gambar utama. Tabel 5.1 Penerapan Tema dan Objek Gambar Tema

Perjuangan dan Kepahlawanan

Bangunan Kolonial Belanda di Surabaya

Kesenian Khas Kota Surabaya Makanan Khas Kota Surabaya

Objek Gambar - Bung Tomo - Perjuangan Arek-arek Suroboyo - Bambu runcing sebagai senjata perang - Hotel Majapahit atau Hotel Oranye - Gedung Siola - Tugu Pahlawan - Tari Remo - Sinden - Alat musik tradisional Jengglong dan Gambang - Semanggi - Pemikul Semanggi - Lontong Balap

5. Riset menunjukkan sebanyak empat tema motif batik terbesar didapat dengan menyaring pendapat masyarakat Surabaya untuk memilih tema mana yang memiliki ciri khas kota Surabaya, Tema-tema motif batik yang telah diangkat ke dalam perancangan ini mampu menunjukkan motif batik yang berkarakter kota Surabaya. 6. Berdasarkan sumber data yang diperoleh, data-data tersebut diolah dan di proses menggunakan dasar ilmu desain antara lain : Stilasi sketsa gambar, ukuran, komposisi, dan warna. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada Instansi Pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan wilayah kota Surabaya dan wilayah Jawa Timur serta kepada para Pengrajin batik di kota Surabaya, dan tokoh-tokoh masyarakat kota Surabaya atas wawancara dan pemberian data-data yang penulis perlukan. DAFTAR PUSTAKA [1]

Dharsono, S. K. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.

[2]

H. Mohammad Moestadji, B. (2003). Surabaya di akhir tahun 1945. Surabaya Agung Karya Perkasa Hempri, S. (2010). Potret Kehidupan Pembatik di Lasem Rembang. Jakarta: IPI Institute Pluralisme Indonesia. Johan, S. (1996). Kampung Surabaya Menuju Metropolitan. Surabaya: Yayasan keluarga Bhakti Surabaya dan Surabaya Post. Kerlogue, F. (2004). The book of batik. Singapore: Archipelango Press. Kudiya, K. (2010). Buku Saku Batik Jawa Batik. Bandung: YBJB Yayasan Batik Jawa Barat. Primadi, T. (2009). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.

[3] [4] [5] [6] [7]

LAMPIRAN

B. Pemilihan Warna Penulis akan membuat suatu gambaran bahwa kota Surabaya mempunyai karakter berani. Karakter tersebut kemudian diterapkan kedalam sebuah warna agar mudah untuk dipahami secara visual. VI. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Batik merupakan budaya Indonesia yang perlu untuk terus dilestarikan melalui beberapa gagasan dan ide-ide kreatif untuk menciptakan motif batik baru, salah satunya dengan mengangkat tema motif batik kedaerahan. 2. Dengan perkembangan dan perubahan waktu batik seharusnya berevolusi menjadi motif batik yang memiliki torehan motif batik modern dan memanfaatkan potensi kota. 3. Dengan adanya perancangan desain motif baru ini telah mendapat dukungan oleh Pemerintah terkait, pengrajin batik dan tokoh masyarakat yang memiliki harapan agar motif batik ini mampu mengispirasi para pengrajin batik. 4. Dengan melakukan penelitian atau riset terlebih dahulu yang bertujuan untuk mencari, menggali dan mengetahui potensi-potensi kota yang dapat mewakili ikon kota kedalam perancangan desain motif batik.

Gambar. 3. Final Design Motif Batik Tema Makanan khas Surabaya

Gambar. 4. Final Design Motif Batik Tema Bangunan Kolonial

6

Gambar. 5. Final Design Motif Batik Tema Kesenian Khas Surabaya

Gambar. 6. Final Design Motif Batik Tema Perjuangan Surabaya

Gambar 8. Bagan penentuan keywrod 2

Gambar 9. Implementasi Motif Batik berkarakter kota Surabaya pada pakaian pria dan wanita.

Gambar 7. Bagan penentuan keywrod 1