JURUSAN PERI KANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN

Download 12 Mei 2011 ... Jurnal Penelitian Perikanan dan Kelautan. Dewan Redaksi : ..... tingkat pemanfaatan detritus oleh ikan belanak dilakukan an...

0 downloads 411 Views 4MB Size
JURUSAN PERI KANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Omni Akuatika

Vol. X

No. 12

Hal. 1 - 42

Purwokerto Mei 2011

ISSN : 1858-3873

Volume X No. 12 Mei 2011

'.

~

'.

ISSN : 1858·3873

Jurnal Penelitian Perikanan dan Kelautan Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Ketua Sekretaris Bendahara

Dr. Ir. Isdy Su listyo, DEA Dr. Tjahjo Winanto , M.Si Anandita Ekasanti, S.Pt, M.Si Rose Dewi, S.Kel, M.Si

Anggota

Drs. Asrul Sahri Siregar, M.Si Drs. Setijanto, M.Sc.St Nuning Vita, S.Pi, M.si F. Eko Dwi Haryono, S.Pi., M.Si R. Taufan Harisam, S.Pi Dewi Wisudyanti Budi Hastuti, S.Pt, M.Si Eko Wibowo, S.Si

Mitra Bestari

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA (IPB) Prof. Dr. Ir. Usman Mohammad Tang, MS (UNRI) Dr. Purwito Marta Subroto (MTI) Dr. Ita Widowati , DEA (UNDIP) Dr. Ir. Sulistyono, M.Sc (IPB) Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc (UGM) Dr. Ir. Simon Tubalawoni , M.Si (UNPATI) Prof. Dr. Ir. Inneke F.M. Rumengan , M.Sc (UNSRAT) Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc (UNILA) Dr. Yulianus Paonganan, S.Si, M.Si (UNDANA) Prof. Edy Yuwono, Ph.D (UNSOED) Ir. H. Purnama Sukardi, Ph.D (UNSOED) Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA (UNSOED Dr. Ir. P. Hary Tjahja S., MS (UNSOED)

Alamat Redaksi : Kampus Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman JI. Dr. Soeparno, Karang Wangkal , Purwokerto 53122 Telp: (0281) 642360 17607433 Fax: (0281) 642360 Email: [email protected]

I

Jurnal Penelitian Perikanan dan Kelautan

DAFTAR 151

Halaman

Pengaruh Penambahan Kalsi um pada Media Budidaya terhadap Beban Osmotik dan Kaitannya dengan Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana LEA) Ridwan Effandi, Dominggos M. Kolabora dan Daniel Djoko Setyanto ....... .... .... ......... .

1-6

Frekuensi Pemberian Pakan dan Kondisi Pemeliharaan Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Lele Oumbo (Clarias gariepinus) Sri Mamani, Emyliana Listiowati dan Marhaendro Santoso .. ................ ..

7-13

Kontribusi Eksosistem Mangrove sebagai Pemasok Energi Makanan Ikan Belanak (Usa sub viridis) Di Perairan Pantai Utara Konawe Selatan Sulawesi Tenggara Muhammad Ramli, Oietriech G Bengen, Richardus Kaswadji dan Ridwan Affandi.. ...

14-20

Stratifikasi Sosial dan Hubungan Kerja Nelayan Trammel Net Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap Pasca Tsunami Arif Mahdiana, Andika Prakasa, P. Hary Tjahja Soedibya dan Siamet Rosyadi ........ .

21-25

Ecological Footprint Sumberdaya Perikanan sebagai Indikator Keberlanjutan Oi Gugus Pulau Batudaka Kabupaten Tojo Una-Una D. Sulistiawati, L. Adrianto, I. Muchsin dan A. Masyahoro ............................. .... ........ .

26-32

Transplantasi Karang Acroporidae Pada Substrat Alami Abdul Haris ....... .... .. ..... ... .. ....... ...... .. .................... ........ ...... ............. ............ ........ ....... .

33-42

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM PADA MEDIA BUDIDAYA TERHADAP BEBAN OSMOTIK DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana LEA) Ridwan Affandi'. Domlnggos M. Kolabora 2 dan Daniel Djoko Setyanto

f

2

Fakul/as Perikanan dan IImu Kelautan. Institut Pertanian Bogar 2Polikteknik Perikanan Negeri Tual, Maluku Tenggara

ABSTRACT A research to know the effect of calcium suplementation in culture medium on osmatic gradient and its relation to growth of Taiwanese Clam was carried out in laboratory. Twenty clams (4-5 em and 1-15 grams in size) were reared in plastic container of 100x50x50 cm in size, contain 250 liters of freshwater. The level of calcium supplementation applied in this experiment were 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm and 75 ppm and each treatment had three replications. Result of the experiment show that calcium suplementation of 25 ppm on clam culture medium (17,63 CaC03 in medium) gave the lowest level of gradient osmatic (0,013 m Osmlkg H2 0) and the best growth (1,10 % per day). Key

worn : Anodonta woodiana Lea, calcium, osmatic, growth

PENDAHULUAN Kijing Taiwan (Anodon woodiana Lea) merupakan kerang air tawar yang berasal dari Taiwan. Kijing ini masuk ke Indonesia tanpa disengaja pada saat Indonesia mengimpor ikan Mola (Hypopthalmichthys molitrix)pada tahun 1969 (Suwignyo, 1975). Kijing Taiwan memiliki nilai ekonomis Secara ekonomis, kijing ini dan ekologis. memiliki parsi daging yang cukup besar untuk dimakan sehingga dapat menjadi sumt>er protein bagi masyarakat (Suwignyo. 1975), dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, penghasil mutiara air tawar, bahan obat dan bahan baku kancing (Prihartini, 1999). Secara ekologis, kijing Taiwan dapat di gunakan sebagai filter biologis (biofilter) dan mampu memanfaatkan limbah budidaya. Saat ini pemanfaatan kijiing Taiwan masih terbatas, namun dimasa mendatang pemanfaatan kijing khususnya sebagai penghasil tawBr cukup menjanjikan, mutiara . air sebagaimana halnya di China dan Jepang (Rahayu, 2011). Untuk mengantisipasi kebutuhan kijing terutama ukuran yang siap untuk di implantasi inti mutiara (panjang cangkang 12 cm, lebar cangkang 8 em dan bobot individu ± 250 gram) di perlukan informasi biologis khususnya aspek pertumbuhannya. Pertumbuhan bobot cangkang kijing di pengaruhi oleh kandungan mineral makro dan mikro. Salah satu mineral makro yang

penting baik untuk pertumbuhan cangkang maupun untuk proses-proses fisiologis tubuh adalah kalsium. Kalsium merupakan komponen utama dalam pembentukan cangkang dan pembentukan nacre (Crystaline calcium carbonat). Nacre itu sendiri rnerupakan komponen pembentuk mutiara. Sehubungan dengan pentingnya keberadaan kalsium bagi kehidupan kijing maka informasi tentang kandungan kalsium yang ideal untuk pertumbuhan kijing sangat perlu untuk diketahui. Penelitlan ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan kalsium terhadap beban osmotik dan kaitannya dengan pertumbuhan kijing Taiwan. METODA Wadah yang digunakan pada percobaan ini adalah bak plastik berukuran 100x50x50 cm sebanyak 12 buah. Masing-masing bak diisi lumpur setinggi 5 cm dan air tawar sebanyak 250 liter, dan di lengkapi dengan aerasi. Media percobaan adalah air tawar yang kedalamnya ditambahkan kalsium sesuai dengan dosis perlakuan , Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan yaitu penambahan kalsium 0 ppm (kontrol), 25 ppm, 50 ppm dan 75 ppm, dan masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan. Kalsium yang digunakan pada percobaan ini adalah kapur pertanian (CaC0 3).

2

Omni-Akuatika Vol. X No.12 Mel 2011 : 1 - 6

Kijing Taiwan yang berukuran panjang 45 cm dan babot 14-16 gram ditebar pada masing-masing bak sebanyak 20 ekor. Benih kijing di tempatkan pada poket dan pada tiap poket (kantung) diisi 4 ekor kijing sehingga tiap bak memiliki 5 poke!. Poket diletakkan pada posisi tergantung di dalam bak. Selama masa pemeliharaan, kijing diberi pakan berupa mikroalga (dengan menambahkan air hijau) secara adlibitum dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari (06.00; 12.00; 18.00 dan 20.00), penggantian air dilakukan setiap 4 hari sebanyak 30-40% dari volume air media dengan air yang sudah disiapkan sesuai dengan perlakuan. PengMungan jumlah kijing yang hidup dan penimbangan bobol kijang dilakukan setiap 2 minggu selama 2 bulan percobaan. Pada percobaan ini diukur osmolaritas media dan cairan tubuh kijing · dengan menggunakan osmomeler (osmotat 030). Parameter fisika kimia perairan yang diukur antara lain : suhu. Kekeruhan, oksigen terlarut, alkalinitas CO 2 , NH3 dan mineral kalsium. Parameter yang diukur

pada

penel~ian

ini

antara lain :

3. Laju Pertumbuhan Panjang total rata-rata harian

a =laju pertumbuhan panjang rata-rala harian 1:t =Panjang rata-rata individu pada waktu t LO = panjang rata-rata individu pada waktu awal t =lama percobaan 4. Kelangsungan Hidup (Effendie, 2002) S~ =

N'X 100

No

SR =Kelangsungan hidup kijing NI = Jumlah kijing yang hidup pada akhir percobaan No = Jumlah kijing yang hidup pada awal percobaan Oata yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap masing-masing peubah yang diamati.

1. Gradienl osmolik (Anggoro, 1992); GO = [(osmolaritas hemolimph kijing (m OsrnlkgH20)-osmolamas media (m Osmlkg H20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.

Hasil pengukuran osmolamas cairan lubuh (hemolymph) dan osmolaritas media disajikan pada Tabel 1.

Laju Pertumbuhan Bobol (NRC, 1977);

'wi' 1] X 100 a= [ , I~-

HASIL

'i l~o

a =Laju pertumbuhan babot rala-rala harian l:Vt = Bobol rata-rala pada akhir percobaan Wo =Bobol rata-rala pada awal percobaan I =lama percobaan

iabel 1. I3eban Osmotik (gradien osmotik) kijing Taiwan pada berbagai perlakuan (di ukur pada akhir percobaan) .

Osmolaritas M Osrnlkg H2O

Perlakuan Penambahan Ca

Hemalymph

Media

o ppm

0.029

0.071

0.042 •

25 ppm

0.083

0.070

0.013 b

50 ppm

0.048

0.069

0.021

75 ppm

0.036

0.069

0.033 •

BO (60)

Keterangan : Berbeda nyata (P< 0.05), BO = Beban osmotik, data yang disaiikan adalah nilai rata-rata.

c

Ridwan Affandietal. 2011, Pertumbuhan KiJing Taiwan

3

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Sobot Rata-Rata Harian Kijing Taiwan Pada Masing-Masing Pertakuan Selama Percobaan Sobot Rata-rata

Perlakuan Penambahan Ca

Awal

Akhir

o ppm

15.40

22.99

Laju Pertumbuhan 0.67 ± 0.06 8

25 ppm

15.94

30.78

1.10 ± 0.04·

50 ppm

15.40

27.23

0.96 ± 0.02 c

75 ppm

15.69

26.78

0.89 ± 0.06·

Tabe13. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Harian Kijing Taiwan Pada Setiap Pertakuan Selama Percobaan

o ppm

5.00

6.11

Laju Pertumbuhan Panjang rala-rala Harian (%) 0.33 ± 0.04

25 ppm

5.00

6.82

0.52 ± 0.018

50 ppm

5.00

6.62

0.48 ± 0.02 8

75 ppm

5.00

6.60

0.46 ± 0.04 8

Perlakuan Penambahan Ca

Panjang rat-rala harian Akhir Awal

Serdasarkan dala pada tabel 1 lampak bahwa penambahan kalsium 25 ppm menghasilkan beban osmolik yang lerendah, beban osmolik kijing naik dengan lurunnya penambahan dari 25 ppm dan penambahan lebih dari 25 ppm. Serdasarkan dala pada tabel 2 tertihal bahwa perlakuan penambahan kalsium sebanyak 25 ppm (kandungan kalsium dalam media sebesar 17,62 ppm), menghasilkan pet1umbuhan bobol rata-rala harian yang tertinggi dibanding pertakuan lain. Peningkalan jum lah penambahan kalsium ke dalam media

diatas 25 ppm menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, laju pertumbuhan panjang rala-rala harian kijlng Taiwan lidak berbeda nyala anlara pertakuan. jadi perlakuan penambahan kalsium lidak laju pertambahan berpengaruh terhadap panjang kijing Taiwan selama percobaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan panjang kijing tidak dapal dijadikan indikator pertumbuhan pada kijing Taiwan khususnya unluk periode pengamatan yang pendek.

Tabel4. Kelangsungan Hidup Kijing Taiwan Pada Seliap Pertakuan Selama Percobaan

~ inggu ke

Penambahan

kalsium.(ppm) _

_

0

o ppm

2

4

6

8

SR (%)

20

20

20

20

100

25 ppm

20

20

20

20

20

100

50 ppm

20

20

20

20

19

95

75 ppm

20

20

20

20

20

100

4

Omnl-Akuatika Vol. X No.12 Mel 2011 : 1-6

Tabel 5. Nilai Parameter Fisika - Kimia Air Pada Masing-Masing Perlakuan. No

I

PARAMETER

o ppm

I

PERLAKUAN 25 ppm I 50 ppm

I

5 6

Suhu (oC) Kekeruhan (NTu) Oksigen terlarut Kesadahan (MglL) pH C02 (mg/L)

28.0 - 29.0 2.2-6.2 5.98 -6.31 76.0 -137.9 7.72 -7.88 5.72-6.666

28.0 - 29.0 1.6-3.1 6.08-7.83 90.1-129.2 7.54 - 8.25 5.94-6.66

27.5-28.5 1.7-6.7 5.72-6.60 100.1 -138.2 7.02-8.44 7.02 -7.61

75 ppm 28.0-28.5 1.4 - 3.3 5.35-6.70 102.1 - 152.67 7.71 - 8.74 5.28-8.32

7 8

Mineral kalsium (mg/L) NH3 (MglL)

11.71 -16.50 0.02-0.06

14.55-17.62 0.02-0.04

23.14 - 26.49 0.08-0.57

24.41 - 25.10 0.09-0.66

1 2 3 4

Kelangsungan hidup kijing selama percobaan cukup tinggi yakni antara 95-100%, berarti bahwa kondisi lingkungan sangat mendukung untuk kelangsungan hidup kijing. Dosis penambahan kalsium pada percobaan ini masih berada peda kisaran toleransi. Nilai parameter fisika-kimia air secara umum berada pada kisaran yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan kijing Taiwan. Parameter yang sedikit mengganggu dan perlu diwaspadai adalah NH3 yang nilainya cukup tinggi terutama pada perlakuan penambahan kalsium 50 ppm dan 75 ppm.

PEMBAHASAN Kalsium merupakan unsur hara makro yang sangat penting peranannya bagi hewan air termasuk kijing Taiwan. Keberadaan kalsium di perairan berka~an langsung dengan nilai pH dan alkalin~as (kesadahan), penambahan kalsium ke media akan meningkatkan pH dan alkalinitas (kesadahan) . (Tabel 5). Kadar kalsium media dapat mempengaruhi kadar kalsium hemolymph melalui jalur osmoregulasi dan kijing dalam pengkonsumsian pakan (kalsium plankton). Selain untuk pembentukan dan pertumbuhan rangka, menjaga keseimbangan osmotik, ko factor beberapa jenis enzim, aktivitas otot, kalsium juga penting untuk transmisi rangsangan saraf (Bronner, 1977). Barton et al (1980) dan Pillard et al (2002) dalam Tantulo aM Fotedar (2006) menyatakan bahwa mineral kalsium yang optimal dalam media akan meningkatkan efisiensi aktivitas enzim Na+IK+ ATPase, aktivitas enzim ini bertanggung jawab dalam menjaga keseimbangan Na+intraselular dan kestabilan membrane sel. Kestabilan membran sel ini penting sekali dalam menopang melabolisme

seluler. Sebaliknya apabila kandungan kalsium diperairan tidak mencukupi maka proses osmoregulasi akan terganggu sehingga berdampak pada pertumbuhan (Tseng, 1987) sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi osmoregulasi adalah untuk mempertahankan kondisi sel termasuk struktur membran sel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kalsium ke dalam media akan berpengaruh terhadap kadar kalsium dimedia dan pengaruh ini berujung pada tekanan · osmotik media.. Adanya perbedaan tekanan osmotik media dengan tekanan osmotik tubuh akan berakibat peda neraca energinya (bioenergetika) termasuk pada potensi tumbuh kijing. Pada percobaan ini penambahan kalsium sebesar 25 ppm ke dalam media kultur menghasilkan beban osmotik yang terendah. Pada beberapa hasil penel~ian menunjukkan bahwa keUka suatu perlakuan (salin~s atau alkalin~as) menghasilkan beban osmotik terendah maka pada saat yang bersamaan, tingkat konsumsi oksigen pada kondisi metabolisme basal (hewan di puasakan) mencapai nilai yang terendah pula (Kaligis dkk, 2009). Hal ini berarti pada saat beban osmotik mencapai nilai terendah dari suatu perlakuan maka pembelanjaan energy untuk osmoregulasinya pun terendah (Imsland et ai, 2003). Rendahnya energi iJrituk osmoregulasi akan menyebabkan porsi · energy· untuk pertumbuhan akan lebih besar (Stickney, 1979 dan JOhling, 1994). Peneliti lain Juga mengungkapkan hal yang sama bahwa pada kondisi tekanan osmotik media mendekati isomatik terhadap osmatik organisme atau osmotik lingkungan berada pada kondisi ideal, menyebabkan osmotik cairan tubuh kondisinya tepat untuk melangsungkan berbagai proses fisiologis. Pada kondisi ini proses pemanfaatan

Ridwan Affandi et a/. 2011, Pertumbuhan Kljlng Taiwan pakan menjadi lebih efisien sehingga energy yang tersedia untuk pertumbuhan menjadi /ebih besar (Venkataramiah. et ai, 1972) Pada penelnian ini, kondisi media yakni !isimakan ->kenyang->Iapar->makan dst akan meningkatkan konsumsi pakan dan meningkatnya konsumsi pakan pada akhirnya akan memacu pertumbllhan.

5

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambahan kapur (CaC0 3) sebanyak 25 ppm (menjadi 17,63 ppm Ca dalam media) kedalam fnedia bUClidaya kijing Taiwan mengakibatkan beban osmotik terendah (0,013 m OsmlkgH2 0) dan laju pertumbuhan bobot rata-rata harian tertinggi (1,10%) Saran Perlu kajian teniang optimasi mineral lain yang berperan penting baik dalam biosintesis cangkang maupun dalam menunjang proses-proses fisiologis tubuh kijing. DAFTAR PUSTAKA Anggoro S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetes Telur Dan Vllamas larva Udang Windu, Penaeus Monodon F. Disertasi. Pascasarjana. IPB. Bogor. Barton B.S, RE. Peter and C.R Pau/encu. 1980. Plasma Cortisol levels of Fingerling Rainbows Trout (Oncorhynchus my/iss) at Rest and Subjected to Handling Confinement, Trous Port and Shocking. Can. J. Fish. Aqua/. Sei. , 37: 805-811.

Bronner F. 1997. Calsium in O. Dell, Bl, and RA Sunde, Handbook of Nlltmionally Essensial Mineral Elements. New York. Marcell Dekker. Inc. Cholik

F. Artati dan R Arifudin. 1986. . Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS. Manual Seri no. 26 Dirjen Perikanan. 52 halaman

Effendie M.1. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nllsatama. Yogyakarta. 163 hal.lmsland, A.K. S. Gunarsson, A. Foss and S.O Stefansson. 2003. Gill Na+, K+ ATPase Activity, Plasma Chloride ana Osmolality in Juvenil Turbot, Scophthalmus Reared in Different Temperature and Salinitys, Aquaculture;

218: 671-683 Joblin M. 1994. Fish Bio Energetics. Fish and Fisheries. Series 13. Chapman and Hall, london. 309 p.

6

Omni-Akuatika Vol. X No.12 Mei 2011: 1 -42

Kaligis E, D. Djokosetyanto dan R Affandi. 2009. Pengaruh Penambahan Kalsium dan Salinitas ' Aklimasi Terhadap Peningkatan Sintasan Post larva Udang Vannamei (litopenaeus vannamei, Boone. Jumal Kelautan Nasional. Vol. 2. Edisi Khusus Januari 2009. Pusat Riset Teknologi Kelautan, Departemen Kelautan dan Perikanan. NRC, 1977. Nutrient Requirement of Warm Water Fishes. National Academic Press. Washington, D.C. 17 pp. Prihartini W. 1999. Keragaman Jenis dan Ekologi Kerang Air Tawar Famili Unionidae (Molusca; Bivalvia) di Situ Kabupaten dan Beberapa Kotamadya Bogor. Tesis. Program Paseasarjana. IMlitUI Pertanian 8090r. 94 hal. Rahayu

S.Y.S. 2011 . Biomineralisasi pada Proses Pelapisan Inli Muliara Kijing Air Tawar, Anodonta woodiana (Unionidae). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor

Slickney RR 1979. Principle of Warm Waler Aquaculture. John Willey and Sons. Toronto. p : 161 -221

Syakirin M.B. 1999. Pengaruh Tekanan Osmotik Media Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromus sp). Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Suwignyo P. 1975. Kijing Taiwan Suatu Sumber Prolein Hewani Baru di Indonesia. BIOTROPfTAI75/173. Tantulo U and R Fotedar. 2006. Comparison of Growth, Osmoregulatory Capacity, lonicregulalion and Organo Somatic Indices of Black Tiger Prawn (Penaeus monodon Fabricus, 1978) Juveniles Reared in Potasium Fortifield Inland Salind Waler and Ocean Water al Differenl Salinities. Aquaculture 258 : 594-605. Tseng

W.Y. 1987. Shrimp Mariculture. Departement of Fisheries. Univ. Papua New Guinea Port Moresby. 305 p.

Venkataramiah A. C.J. lakhsmi and G. Gunther. Salinity, 1972. The Effect of Temperature and Feeding levels on The Food Convertion, Growth and Survival. Marine Technical Soc. P. 1-11.

s

KONTRIBUSI EKSOSISTEM MANGROVE SEBAGAI PEMASOK ENERGI MAKANAN IKAN BELANAK (Uza subviridis) 0 1PERAIRAN PANTAI UTARA KONAWE SELATAN SULAWESI TENGGARA 2

Muhammad Ramll" Dletriech G Bengen ,Rlchardus Kaswadji 2 dan Ridwan Affandi

2

' Faku/tas Perikanan dan IImu Ke/autan, Universitas Ha/uo/eo. E-mail : [email protected] 2Fakultas Perikanan dan IImu Ke/autan, Insfftut Pertanian Bogor

ABSTRACT

lIIangrove is a detritus producer in many coastal ecosystems. Mangrove detritus is used by marine xganisms as one of their main food sources. Mullet, a detrivorous fish, is known to feed on mangrove jetritus as their primary food source. The research was carried out for 6 months (Mei 2010- October W10) in a mangrove area on the north coast of South Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Fish ;amples were collected using gill net. Based on the analysis of stomach contents, the diets of mullet ish can be classified into six types which were detritus, algae, diatom, foraminifera, copepods and nollusks. Detritus group was the main diet component constituted for 43.29% to 48.29% of the total 'ood components. It was estimated that the total enegy of detritus component found in the fish ltomach ranged from 0.99 kkallg to 1.03 kkallg '(eywords: Mangrove, detritus, food energy, mullet.

"ENDAHULUAN Peran terpenting dari pohon mangrove 3dalah pemasok luruhan daun yang gugur
2007), namun masih sangat terbatas yang mengaitkan dengan muatan energinya. Salah satu jenis ikan yang memanfaatkan detritus mangrove sebagai makanan (sumber materi dan energi) adalah ikan belanak (Gambar 1). Ikan belanak, Liza subviridis (Famili Mugilidae) secara ekologis sangal penting dalam rantai makanan dan berperan dalam transfer energi dalam kehidupan di perairan esluari. Ikan ini banyak bergantung pada ekosistem mangrove unluk mencari makan karena sifatnya pemakan detritus atau detritivore. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan detritus oleh ikan belanak dilakukan analisis isi lam bung. Analisis isi lambung merupakan kajian untuk mengetahui jenis dan jumlah organism makanan yang dimanfaatkan oleh satu jenis ikan. Data hasil analisis isi lam bung dapat memberikan gambaran lenlang peran spesies ikan ini dalam ekosistem perairan serta alokasi sumberdaya makanan alami yang ada di perairan mangrove.

's

i-Akuatika Vol. X No.12 Mei 2011 : 14 - 20

.Gambar 1. Ikan belanak, Liza subviridis (Valenciennes, 1836) Laboratorium, Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei OrganiSi'Ii/! dalai'li iSi lai'lioung diideiitifikasi adober 2010 di perairan mangrove pantai Utara dengan menggunakan puku Davis (1955), Yarnall J8 5 janis bakau meliputi Sonneratla alba, 2007). Nilai dari komponen tersebut: ~(8 stylasa, Avicenia marina, 8ruguera selanjutnya dikalikan dengan eqUivalensl _ iza) dan Rhizophora apiculata dengan energinya (Nurjana, 2010) yaitu untuk protein ' ; yang dominan adalah Sonneratia alba, s sebesar 5.65 kkaVgram, ' karbohidrat 4.20 :iaa k.efapalan untuk semua vegetasi adalah kkaVgram, dan lemak sebesar 9.40 kkaVgram 2.3ll tegakanlha. (Sediatama 1987). Parameter flSik -kimiawi dan Penangkapan ikan dilakukan dengan biologi perairan yang diukur sebagai data :::It!Il9!QUIl8kan jaring insang (mesh size: 0.5, 1, penunjang meliputi suhu, pH, okslgen tenarut :::an .5 inch). Ikan yang tertangkap dlawetkan dan salinitas, kelimpahan plankton. :elg8ll formalin 10 %, kemudian dianalisis di

B.6.HAN DAN METODE

Muhammad Ramli et al. 201 1. Kontribusi Eksosistem Mangrove

1&

Gambar 2 Lokasi Penelitian, pantai Utara Konawe Selatan Sulawesi Tenggara

. HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan belanak yang diperoleh selama penelitian sebanyak 260 ekor dari muara Landipo dan 150 ekor dari tanjung Tiram. Kisaran panjang total antara 80 mm-250 mm dengan kisaran babot 9 - 164 g. Analisis kebiasaan makanan ikan hanya dapat dilakukan terhadap 75 ekor ikan yang lambungnya berisi makanan dan tidak dalam keadaan rusak. Jemsjenis makanan yang berhasil teridentifikasi .dari lambung ikan belanak selama waktu penellllan disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 terfihat bahwa komposisi jenis-jenis makanan ikan belanak didominasi oJeh detritus. Hal ini dapat dirnengerti karena ikan belanak adalah detritivore yang banyak memanfaatkan detritus yang diperoleh dari hasil dekomposisi daun mangrove. . Hasil pameriksaan isi lambung Ikan belanak, selanjutnya dikelompokkan kedalam 6

item makanan yaitu detritus, foraminifera, alga, diatom, kopepoda, dan moluska (Gambar 3). Kelompok jenis makanan yang tertinggi adalah detritus yaitu sebesar 48.29% pada muara landipo dan 43.29% pada daerah tanjung tiram. Jenis makanan non detrtus (foraminifera, alga, diatom, kopepoda, dan moluska), di Muara Landipo sebesar 51.71% dan di Tanjung Tiram 56.11 %. Besarnya kandungan detritus dalam kelompok makanan mengindikasikan eratnya ketergantungan ikan belanak (L/za subvmd/s) pada ekosistem mangrove sebag~i pem~so~ - detritus. Kai'idungan detritus yang dlmakan Ikan belanak diyakini berasal dari komponen daun bakau karena dalam isi lambung juga dijumpai komponen pasir yang berfungsi sebagai penggiling detritus yang masih mengandung bahan yang sulit dicerna (selulosa dan IIgOln) yang tinggi.

,: :......Al
Kelompok Makanan Muara Landipo 48.29

18.96

18.44 3 , 40

:............- -:=

..... - .----

.. -.-------~

3 , 67

.- ~~~/ .. .

Kelompok Makanan Tanjung Tiram

*-

c:

C> ~

C> C>.

50.00 4 0 .00 30.00 20.00 10.00 0 .00

43 ,89

3.81

4.72

Gambar 3 Komposisi Makanan ikan belanak, Liza subviridis tJemeOiI
_ 'ial:GlXllI:~

mengindikaSikan eratnya Ketergantungan ikan belanak (Liza subviridis) pada ekosistem mangrove sebagai pemasok detritus. Prapapom et a/ (1998) menemukan persentase tertinggi dalam isi lam bung Liza subviridis yang terdapat di perairan mangrove Thachin, Thailand adalah komponen detritus, sebesar 72 persen, Sumbangsih komponen detritus dalam isi lambung disajikan pada Gambar 4 yang masuk dalam rantai makanan berbasiskan detritus (detritus food chain) di perairan mangrove pantai utara Konawe Selatan.

Muhammad Ramli et al. 2011, Kontribusi Eksosistem Mangrove

18

SERASAH Dekomposisi 1',A,=483 ,

I

A,=43.9

I II

.

~-------

DETRITUS

Nutrien

1

I

II

A,=37.4

A2

Mineralisasi

.---- ---

}['. :.\o',;;37.4, C,\ I

I

I

I

Fitoplankton

~

I Zooplankton A.=14.0

I I

.1

I

I

Invertebrata ai r

11:~A;~IQ~t! -;1 A.

A3

lKAN BELANAK

o

I

E'j~ :=,i;1,;7:1

I

A.=4.7

Muara Landipo Detritus (A,) : 48.3 %;

Non Detritus (Az + A. + A.,): 51.7 %

!:ill Tanjung Tiram Detritus (A,) : 43.9 %;

Non Detritus (Az + A. + A.,): 56.1 %

I

Gambar 4. Rantai Makanan berbasiskan detritus (detritus food chain) di Ekosistem Mangrove Pesisir Utara Konawe Selatan berdasarkan analisis food habit ikan belanak. Ketergamungannya ternaaap aetrnus yang berasal dari serasah mangrove sangat besar. Ikan belanak saat memanfaatkan detritus sebgai makanan juga ikut menelan pasir saat makan. Hal ini karena detritus dari sisa tumbuhan (bakau) mengandung bahan seluJosa yang tinggi sehingga sulit lerurai (dicema), oleh karena itu, pasir digunakan dalam lambung untuk membantu menggiling bahan yang sulit dicema (selulosa) tersebut agar menjadi partikel kecil sehingga mudah tereduksi menjadi senyawa sederhana. Menurut Oren, 1981; Hickling 1970; dan Romer dan McLachlan 1986 yang diacu Patricia (2002), lkan belanak dalam hal makanan dapat

oeradaptasl Ke tlngKat tronK yang berbeda. Memakan dengan menyedot lumpur, pasir atau scraping permukaan batu dan tanaman. Kandungan detritus yang banyak dalam lumpur ikut tertelan sebagai makanan (Odum, 1970). Marais (1980) yang diacu Patricia, (2002). Pada ikan belanak dewasa makanannya adalah detritus dan partikel sedimen termasuk makroalga dan diatom. Hasil pengukuran total energi lSI lambung ikan belanak muara Landipo berupa detritus sebesar 1.03 kkal/g, dan non detr~us sebesar 2.70 kkaVg. dibandingkan Tanjung Tiram untuk komponen detr~us sebesar 0.99 kkaVg. dan non detritus sebesar 2.51 kkal/g.

9

Omni-Akuatika Vol. X No.12 Mei 2011 : 14 - 20

rggA-lya total energi detritus dari isi lambung

belanak -.:amgannya -:a:qovenya.

asal muara Landipo erat dengan struktur vegetasi

1ULAN Hutan mangrove berkontribusi sebagai =enasoI<. makanan berupa detritus. Komponen dalam makanan ikan belanak sebesar :!.29% . - 48.29%, dari total makanan yang p.;:nsiUlrnsinya, setara dengan 28.18-29.48 % :a; total energi yang dikonsumsi. Komponen non delriius (foraminifera, alga, ::iaom. kopepoda, dan moluska) sebesar :- - % -56.11%, setara dengan 70.52-71 .82% ::er ;otaI energi yang dikonsumsinya.

t-e= 1S

ARPUSTAKA D, Soeroyo dan Sutomo. 1993. Komunitas ikan di perairan mangrove sungai donan dan sungai sapuregel Cilacap. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta 25-27 Agustus 1993. 5e:gell D.G. and L.M Dutton. 2004. Interaction: mangrove, fISheries and forestry management in Indonesia. Fishes and Forestry.Worldwide Watershed Interaction and Management. Edit by T.G. Northcote and G.F. Hartman. Blackwell Publishing company. And Chua. 1979. The food and feeding habits of greenback grey mullet, Liza subviridis (Valenciennes), from different

habitats and at various stages of growth. Joumal of Fish Biology. Volume 15, Issue 2. pages 165-171, August 1979.

•,::n>g V.C, A.

Sesakumar, M.U.C. Leh and R. D. Cruz. 1990. The fish and prawn communities of a Malaysian coastal mangrove system, with comparisons to adjacent mud fiats and inshore waters. Estuarine, Coastal and Shelf Science (31): 703-722. :::oMs C. C. 1955. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State. Biologi 3'en
pandeglang banten. Berita biologi 9(4). April 2009. Hsing-Juh Lin, Wen-Yuan Kao and Ya-Ting Wang. 2007. Analyses of stomach contents and stable isotopes reveal food sources of estuarine detritivorous fish in tropicaVsubtropical Taiwan. Estuarine, Coastal and Shelf Science. Volume 73, Issues 3-4, July 2007, Pages 527-537. Kawaroe M, D.G. Bengen, M Eidman, dan M 2001. Kontribusi ekosistem Boer. mangrove terhadap struktur komunitas ikan di pantai utara Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jumal Pesisir dan Laut 3 (3): 13-26 Laegdsgaard and Johnson. 2001 . Why do juvenile fish utilise mangrove habitats? Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 257 (2001) 229-253. Musfiroh I, WlWiek I, Muchtaridi, Yudhi S, 2007. Analisis - Karoten dalam Proksimat dan Penetapan Kadar Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. ) Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Nurjana D.J. 2010. Analisis Proksimat daun Sing kong. Departemen IImu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Odum W. E. 1970. Utilization of the direct grazing and plant detritus food chains by the striped mullet Mugi/ cephalus. In J.H. Steele (ed.). Marine food chains. Oliver and Boyd, Edinburg. 552 p. Patricia S.R. 2002. Stomach content analysis of Mugi/ cephalus and Mugi/ cumma (Mugiliformes: Mugilidae) with emphasis on diatoms in the Tamiahua lagoon, MElxico. Rev. Bioi. Trap. 5b(1j: 245-252, 2002. Prapapom W, Siraprapha P, Sommai J, and M Worawit. 1996. Food items and feeding habits of the greenback mullet, Liza subviridis (Valenciennes, 1836), in the mangrove areas surrounding Thachin estuary, Changwat Samut Sakhon. Congress on Science and Technology of Thailand, Bangkok (Thailand), 19-21 Oct 1996. p. 436-439

Muhammad Ramli ef a/. 2011, Kontribusi Eksosistem Mangrove Sachlan

M. 1982. Planktonologi. Petemakan dan Perikanan Semarang.

Faku~as

UNDIP.

Sediatama. 1987. Gizi.. Dian Rakyat. Jakarta. Sesakumar A, V.C. Chong. M.U. Leh. and R.D. Cruz. 1992. Mangrove as habitat for fish

and prawns. 195-207.

Hydrobio/ogia

20

247:

Yamadji C. S. 1976. Illustration of the Marine of Japans. Hoikusha Publishing Co. Ltd. London.