KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA PADA ANAK USIA DINI

Download JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI. Volume 7 Edisi 2, November 2013. 222 sangat bergantung pada orang dewasa, yaitu orang tua dan guru. Sesuai d...

2 downloads 390 Views 254KB Size
KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA PADA ANAK USIA DINI MUTIARA MAGTA PGPAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jl. Udayana No. 11, Bali. E-mail: [email protected]

Abstract: The aim of this study is to detect the form of development from the application of Ki Hajar Dewantara’s education concept in early childhood. By using qualitative methods approach, this research was conducted in two places, Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta and Taman Indria Jakarta. Research was carried out by observation, interview and documentation. Data were analyzed using the Miles and Huberman technique, through the process of data reduction, data display and research data verification. The results of data analysis indicate (1) that the concept of education Ki Hajar Dewantara always applicable (2) forms of activities for early childhood education is to develop the senses, such as playing, singing, dancing and storytelling (3) the education process is done by cultural approach as playing traditional games, sing traditional songs, storytelling, using surround natural materials as learning media is a unique of the concept of education Ki Hajar ewantara, (4) factors that hinder and support the implementation of Ki Hajar Dewantara’s education concept from the school, external and internal factors. Keyword: The concept of education Ki hajar Dewantara, early childhood

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi pengembangan penerapan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif, dilakukan didua tempat Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Taman Indria Jakarta. Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik Miles dan Huberman, melalui proses reduksi data, display data dan verifikasi data peneliti. Hasil analisis data menunjukkan (1) konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara selalu berlaku; (2) bentuk kegiatan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan indra, seperti bermain, bernyanyi, menari dan bercerita; (3) proses pendidikan dilakukan dengan pendekatan budaya seperti permainan tradisional, menyanyikan lagu-lagu tradisional, bercerita, menggunakan bahan alami sebagai media pembelajaran adalah keunikan dari konsep pendidikan Ki Hajar ewantara, (4) factor internal dan eksternal yang menghambat dan mendukung pelaksanaan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara di sekolah. Kata kunci: Konsep pendidikan Ki hajar Dewantara, anak usia dini

Pendidikan

adalah

sesuatu

yang

pendidikan

itu

diselenggarakan

universal dan berlangsung terus dan

sesuai dengan pandangan hidup dan

tak terputus dari generasi ke genarasi

dalam latar sosial-kebudayaan setiap

di manapun di dunia ini. Upaya

masyarakat tertentu. Keberhasilan

memanusiakan

anak usia dini dalam pendidikan

manusia

melalui

221

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

sangat

bergantung

pada

orang

menjadikan

belajar

menulis,

dewasa, yaitu orang tua dan guru.

membaca dan berhitung sebagai

Sesuai dengan pengertian pendidikan

kegiatan inti. Orang tua dan guru

anak usia dini yang tercantum dalam

seakan memaksakan harapan anak

UU RI No.20 Tahun 2003 tentang

kepada anak untuk menjadi pintar

Sistem Pendidikan Nasional Bab 1

secara akademik dan melupakan

Pasal 1 Butir 14 yang menyatakan

kodrat anak untuk tumbuh serta

bahwa pendidikan anak usia dini

berkembang secara alami.

adalah suatu upaya pembinaan yang

Ki Hajar Dewantara, seorang

ditujukan kepada anak sejak lahir

tokoh

sampai

yang

menyatakan bahwa pendidikan anak

pemberian

usia dini merupakan masa peka atau

usia

dilakukan

enam

tahun

melalui

rangsangan

pendidikan

membantu

pertumbuhan

pendidikan

nasional

untuk

masa penting bagi kehidupan anak,

dan

dimana pada masa tersebut masa

perkembangan jasmani dan rohani

terbukanya

agar anak memiliki kesiapan dalam

segala pengalaman yang diterima

memasuki pendidikan lebih lanjut.

anak pada masa usia di bawah tujuh

Pernyataan

tahun akan menjadi dasar jiwa yang

tersebut

menguatkan

jiwa

anak

pemahaman bahwa anak usia dini

menetap,

sangat

pendidikan di dalam masa peka

membutuhkan

“pembina”

untuk

seorang

tumbuh

dan

berkembang.

sehingga

sehingga

bertujuan menambah isi jiwa bukan merubah dasar jiwa. Lebih lanjut, Ki

Kenyataannya

pendidikan

Hajar Dewantara mengatakan bahwa

bagi anak usia dini saat ini hanya

pendidikan

diselenggarakan

untuk

untuk

mengembangkan

kemampuan

pendidikan selama

anak

mengancam.

situasi

mengelilinginya.

budaya

Hampir

yang semua

lembaga pendidikan anak usia dini

yang

anak

kognitifnya saja dan menjauhkan dari

pentingnya

tidak

Ki

usia yang ada

Hajar

diselenggarakan dini

adalah

membebaskan bahaya

yang

Dewantara

mendirikan Taman Indria (sebutan 222

Konsep Pendidikan… Mutiara Magta

lain dari Taman Kanak-kanak) di

konsep

Yogyakarta sebagai langkah awal

Dewantara saat ini?. Secara khusus

dalam perjuangannya menciptakan

muncul pertanyaan-pertanyaan yang

bangsa yang merdeka setelah lama

menjadi rinci: (1) bagaimana proses

berkecimpung

dunia

penerapan konsep pendidikan Ki

jurnalistik. Saat ini Taman Indria

Hajar Dewantara pada anak usia

sudah menyebar di hampir seluruh

dini?; (2) apa relevansi konsep

wilayah

pendidikan

melalui

Indonesia

termasuk

di

pendidikan

Ki

Ki

Hajar

Hajar

Dewantara

Jakarta. Tidak hanya taman indria,

terhadap kebutuhan bangsa Indonesia

namun

juga

saat ini?; (3) apa yang menjadi

didirikan oleh Ki Hajar Dewantara

keunikan dari konsep pendidikan Ki

yaitu, taman muda (SD), taman

Hajar Dewantara?; (4) faktor apa saja

dewasa

yang

jenjang

(SMP),

berikutnya

Taman

Madya

mempengaruhi

penerapan

(SMA). Seluruh jenjang ini masuk

konsep Ki Hajar Dewantara saat ini?;

dalam

(5)

sekolah

yang

disebut

Adakah

Perguruan Taman Siswa. Sayangnya,

penyelenggaraan

seiring berjalannya waktu ajaran Ki

khususnya

Hajar Dewantara pun mulai luntur,

Jakarta?

di

perbedaan Taman

Indria

Yogyakarta

dan

kalimat terkenal “tutwuri handayani”

Berdasarkan latar belakang

pun tampaknya mulai hilang dari

masalah penelitian di atas maka

dunia pendidikan nasional, padahal

tujuan

tutwuri handayani dijadikan sebagai

menyusun

semboyan

bangsa

penerapan konsep pendidikan Ki

Indonesia. Guru-guru hanya mampu

Hajar Dewantara pada anak usia dini,

menyebutkan

menyusun

pendidikan

tanpa

mampu

penelitian

ini

informasi

informasi

tentang

tentang

menjelaskan apa makna dari kalimat

relevansi

tersebut.

Hajar Dewantara terhadap kebutuhan

Melihat kenyataan tersebut muncul

pertanyaan

konsep

adalah

pendidikan

Ki

bangsa Indonesia saat ini, menyusun

peneliti,

informasi tentang keunikan konsep

bagaimana perkembangan penerapan

pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan 223

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

menyusun informasi tentang faktor

memiliki sifat aktif dan penuh rasa

penghambat dan faktor pendukung

ingin tahu sehingga membentuk

penerapan konsep pendidikan Ki

pengetahuan

Hajar Dewantara saat

melalui

ini

serta

dan proses

pemahaman pengalaman

menyusun

informasi

tentang

beradaptasi

perbedaan

penerapan

konsep

(Mcdevitt, 2004). Montessori juga

pendidikan Ki Hajar Dewantara di

menyatakan hal sama, menurutnya

Yogyakarta dan Jakarta.

anak memiliki bawaan, kemampuan dan

Beberapa

ahli

pendidikan

lingkungan

perkembangannya

masing,

Anak Usia Dini

dengan

sehingga

membutuhkan

masing-

setiap

anak

perhatian

secara

(Montessori,

2008).

mencetuskan teori-teori yang melatar

individual

belakangi

berkembangnya

Dengan demikian, dapat dipahami

pendidikan anak usia dini. John

bahwa setiap anak usia dini memiliki

Locke

sifat bawaan dan kemampuan yang

menyatakan

bahwa

anak

seperti kertas putih, baik buruknya

berbeda

anak dipengaruhi oleh lingkungan

sekitarnya menjadi media belajar

(Morrison, 2007). Pernyataan John

untuk

Locke

mengembangkan kemampuan yang

berbeda

Schopenheur

yang

dengan

teori

menyatakan

dimana

lingkungan

memunculkan

dan

dimilikinya.

bahwa anak sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang bersifat

Proses Pendidikan Anak Usia Dini

kodrati dan tidak dapat diubah oleh

Menurut Ki Hajar Dewantara

lingkungan. Pernyataan kedua ahli tersebut

dibantah

menurutnya

anak

Dipengaruhi

Stern,

Frőbel yang memberikan kebebasan

dipengaruhi

pada anak yang diatur secara tertib

oleh

keduanya, baik itu lingkungan dan

dan

faktor bawaan.

membebaskan

oleh

pemikiran

pemikiran

Montessori anak-anak

yang

seakan-

Pernyataan Stern didukung

akan secara tak terbatas, maka Ki

Piaget,

Hajar

menurutnya

anak

Dewantara

merumuskan 224

Konsep Pendidikan… Mutiara Magta

sebuah

semboyan

“tutwuri

dan seterusnya. Oleh sebab itu,

yakni

memberi

keteladanan mutlak dibutuhkan oleh

handayani”

kebebasan yang luas selama tidak

anak-anak,

ada bahaya yang mengancam kanak-

menyebutnya

kanak. Inilah sikap yang terkenal

Tulada, dimana guru harus menjadi

dalam hidup kebudayaan bangsa kita

teladan untuk anak didiknya.

sebagai sistem “among”.

Ki

Hajar Ing

Teori

Pendidikan anak usia dini

pemikiran

Ngarsa

yang

Ki

Dewantara Sung

mendukung

Hajar

Dewantara

berdasarkan pemikiran Ki Hajar

adalah teori Rousseau, yaitu orang

Dewantara didasarkan pada pola

dewasa berperan sebagai pendidik

pengasuhan yang berasal dari kata

dengan dukungan (support) kepada

“asuh”

memimpin,

anak untuk dapat berkembang secara

mengelola, membimbing. Pendidikan

alami. Elkind juga percaya bahwa

dilaksanakan

anak-anak membutuhkan dukungan

artinya

dengan

memberi

contoh teladan, memberi semangat

yang

dan

untuk

kegiatan yang dipilihnya sendiri

(Sujiono,

2009).

dengan tujuan untuk dapat bertahan

sesuai

dengan

dalam stres yang ada sekarang dalam

pernyataan Bandura, bahwa anak

lingkungan anak (Soemiarti, 2003).

mengobservasi

Dukungan

mendorong

berkembang Pemikiran

ini

anak

perilaku

orang

kuat

untuk

bermain

dan

yang diberikan dapat

dewasa dan menirunya. Lebih lanjut

berupa motivasi dan penyediaan

teori

Bandura

media belajar. Dalam sistem among,

perilaku,

hal ini disebut sebagai Ing Madya

lingkungan dan orang atau kognisi

Mangun Karsa. Jadi, kebebasan yang

merupakan faktor penting di dalam

diberikan

perkembangan.

Perilaku

dapat

sesungguhnya

mempengaruhi

individu

dan

kognitif

menyatakan

sosial bahwa

pada

anak

usia

dini

memerlukan

bimbingan yang bersifat keteladanan

sebaliknya individu tersebut dapat

sebagai

mempengaruhi

kepemimpinan orang dewasa dan

lingkungan,

lingkungan mempengaruhi seseorang

bentuk

membutuhkan

perwujudan

dorongan

atau 225

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

motivasi orang dewasa kepada anak

Pendekatan digunakan

secara alami

yaitu ketika anak

dalam pendidikan anak usia dini

bermain atau kegiatan-kegiatan yang

adalah dengan melalui permainan,

diminati anak.

nyanyian,

dilakukan

pembelajaran

Ki

Hajar

Hajar

yang

dalam menjalani proses hidupnya

Proses

Ki

budaya

Dewantara

dongeng,

olaraga,

yang

sandiwara, bahasa, seni, agama dan

Dewantara

lingkungan alam. Sejalan dengan

kepada anak usia dini dilakukan

teori

dengan pendekatan budaya yang ada

mangatakan bahwa perkembangan

dilingkungan anak-anak. Menurutnya

anak yang dipengaruhi oleh konteks

untuk

mikrosistem (keluarga, sekolah dan

menyempurnakan

perkembangan

Bronfenbrenner

yang

budipekerti

anak-

teman sebaya), konteks mesosistem

dilupakan

dasar

(hubungan keluarga dan sekolah,

yaitu

sekolah dengan sebaya dan sebaya

mementingkan segala unsur-unsur

dengan individu), konteks ekosistem

kebudayaan

(latar sosial orang tua dan kebijakan

anak

jangan

“Bhinneka

Tunggal

Ika”,

yang

dimasing-masing

baik-baik

daerah

kanak-

pemerintah)

dan

konteks

kanak sendiri, dengan maksud pada

makrosistem (pengaruh lingkungan

tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi

budaya,

melaksanakan

lingkungan sosial di mana anak

“konvergensi”

seperlunya, menuju kearah persatuan kebudayaan

Indonesia

norma,

agama,

dan

dibesarkan.

secara

Ki Hajar Dewantara juga

evolusi. sesuai dengan alam dan

menyatakan bahwa mendidik anak

jaman (Ki Hajar Dewantara, 1977).

kecil itu bukan atau belum memberi

Ki Hajar Dewantara membentuk

pengetahuan

sistem pendidikan yang bersumber

berusaha akan sempurnanya rasa

pada

dan

pikiran. Adapun segala tenaga dan

kepercayaan atas kekuatan sendiri

tingkah laku itu sebenarnya besar

untuk tumbuh.

pengaruhnya bagi hidup batin; juga

kebudayaan

sendiri

akan

tetapi

baru

hidup batin itu berpengaruh besar 226

Konsep Pendidikan… Mutiara Magta

atas

tingkah

laku

lahir.

Jalan

alamiah dan membebaskan. Namun

perantaranya didikan lahir ke dalam

dalam

batin yaitu panca indera. Maka dari

terdapat tuntunan dan bimbingan dari

itu latihan panca indera merupakan

pendidik

pekerjaan lahir untuk mendidik batin

bersumber

(pikiran, rasa, kemauan, nafsu dll).

lingkungan anak, dimana nilai budi

Pemikiran tersebut dilatari oleh

pemikiran

kepada pada

tersebut

anak

yang

kebudayaan

pekerti, nilai seni, nilai budaya,

dan

kecerdasan, ketrampilan dan agama

memberi

yang menjadi kekuatan diri anak

pelajaran panca indera tetapi tetap

untuk tumbuh berkembang melalui

yang diutamakan adalah permainan

panca inderanya. Kebudayaan yang

anak, kegembiraan anak, sehingga

dimaksud adalah kebudayaan sehari-

pelajaran panca indera diwujudkan

hari yang mengelilingi kehidupan si

menjadi

anak seperti nyanyian, permainan,

Montessori.

Frőbel

kebebasannya

Frőbel

barang-barang

menyenangkan

anak.

yang

Sedangkan

Montessori mementingkan pelajaran panca indera

dongeng,

alam

sekitar

dan

sebagainya.

dengan memberikan

kemerdakaan anak yang luas tetapi

METODE PENELITIAN

permainan tidak dipentingkan. Ki

Penelitian ini menggunakan

Hajar Dewantara menggabungkan

pendekatan penelitian kualitatif studi

keduanya,

pelajaran

kasus. Penelitian dilakukan di Taman

panca indera dan permainan anak

Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan

tidak terpisah. Segala tingkah laku

Taman Indria Jakarta pada tahun

dan segala keadaan hidupnya anak-

2012. Teknik pengumpulan data

anak sudah diisi oleh Sang Maha

dilakukan

Among (Tuhan) dengan segala alat-

wawancara dan dokumentasi, dimana

alat yang bersifat mendidik si anak.

sumber datanya adalah guru, anak,

menurutnya

Proses

pembelajaran

dengan

observasi,

pada

proses pembelajaran dan pengurus

anak usia dini menurut pemikiran Ki

Majelis Luhur sebagai pengayom

Hajar Dewantara berlangsung secara

dari Perguruan Taman Siswa. Data 227

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

dianalisis

dengan

menggunakan

pendekatan budaya seperti bermain

teknik analisis Miles dan Huberman

permainan

di mana cara menganalisis data

lagu daerah, cerita-cerita khas daerah

dengan mereduksi data, display data

dan menggunakan bahan-bahan alam

dan verifikasi data. Uji keabsahan

sekitar sebagai media belajar, serta

data dilakukan dengan perpanjangan

bahasa

pengamatan,

komunikasi.

meningkatkan

tradisional,

daerah

bernyanyi

sebagai

Pendekatan

alat budaya

ketekunan dan melakukan triangulasi

inilah yang menjadi keunikan dari

yaitu mengecek data dari berbagai

konsep

sumber, berbagai cara dan waktu

Dewantara.

serta teori yang ada (Sugiyono,

permainan

2005).

(bernyanyi),

pendidikan

Ki

Hajar

Kegiatan

seperti

tradisional,

nembang

cerita-cerita

daerah

selain dapat mengembangkan aspek perkembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan lapangan,

maka

temuan hasil

di

pendidikan

juga

memuat

karakter

karena

penelitian

didalamnya terdapat banyak pesan

adalah bentuk kegiatan pembelajaran

moral yang bisa disampaikan kepada

di Taman Indria Ibu Pawiyatan

anak didik. Selain itu penggunaan

Yogyakarta

dan

bahasa

Jakarta

adalah

Taman

Indria kegiatan

daerah

komunikasi

sebagai

adalah

cara

alat untuk

pengembangan pancaindera seperti

melestarikan bahasa daerah yang

bermain,

semakin tergerus oleh bahasa asing.

bernyanyi,

bercerita,

menari, senam dan renang. Kegiatan-

Pendekatan

kegiatan tersebut tidak hanya dapat

merupakan

mengembangkan pancaindera namun

mengenalkan

juga aspek perkembangan yang lain,

kepada

seperti

Pengenalan

perkembangan

koginitif,

motorik, bahasa, sosial dan emosi. Kegiatan-kegiatan dilakukan

dengan

tersebut

menggunakan

langkah

budaya awal

budaya

anak-anak

dalam

Indonesia sejak

budaya

dini. akan

mengantarkan anak untuk mencintai budayanya

sendiri.

Inilah

yang

dibutuhkan oleh bangsa Indonesia 228

Konsep Pendidikan… Mutiara Magta

saat ini. Kecintaan terhadap budaya

anak

sendiri

rasa

mengungkapkan perasaan serta ide-

nasionalisme terhadap bangsa sendiri

ide anak. Namun demikian, ada

serta dapat melestarikan kekayaan

kalanya guru bersikap tegas terhadap

budaya bangsa Indonesia termasuk

anak.

bahasa. Hal ini juga mencerminkan

melakukan kegiatan-kegiatan yang

rasa

bentuk

akan membahayakan, tidak hanya

kemerdakaan yang luas, sesuai cita-

secara fisik namun juga terhadap

cita

yang

situasi yang membahayakan perilaku

Indonesia

anak. Guru akan menegur anak jika

maupun

anak berbicara dan bersikap yang

merupakan

percaya

Ki

diri

Hajar

menginginkan merdeka

bentuk

serta

Dewantara bangsa

secara

fisik

pemikiran.

Ini

bebicara

dilakukan

dan

saat

anak

nsosialve, situasi ini disebut sebagai

Proses dilakukan

untuk

pembelajaran

berdasarkan

yang

Tutwuri Handayani.

rumusan

Adapun faktor-faktor yang

sistem among yang dibuat oleh Ki

menghambat

Hajar

pendidikan

Dewantara.

Guru

selalu

penerapan Ki

Hajar

Dewantara

menjaga sikap dan bicaranya agar

adalah

menjadi teladan anak untuk bersikap

penataran terhadap guru mengenai

dan berbicara yang baik, situasi ini

ajaran Ki Hajar Dewantara, belum

adalah proses Ing Ngarsa Sung

ada tim supervisi yang mengawasi

Tulada bahwa guru berada di depan

penerapan

untuk menajdi contoh positif anak,

Dewantara, regulasi pemerintah yang

selain

berseberangan dengan ajaran Ki

itu

memotivasi

guru anak

juga didik

selalu sebagai

Hajar

kurang

konsep

maksimalnya

ajaran

Dewantara

Ki

dan

Hajar

keinginan

perwujudan Ing Madya Mangun

masyarakat yang mengingkan anak-

Karsa. Hal ini dilakukan untuk

anaknya

membantu

menulis di Taman Indria. Namun

tujuan

anak

didik

pembelajaran.

mencapai Guru

juga

demikian,

belajar

masih

membaca

ada

dan

faktor

memberikan kebebasan bagi anak

pendukung seperti masih adanya

seperti memberi kesempatan pada

beberapa

guru

dan

pengurus 229

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

Perguruan Taman Siswa yang masih

pendekatan multicultural anak didik

memahami

Hajar

Taman Indria Jakarta akan semakin

Dewantara, selain itu orang tua yang

kaya mengenai pengetahuan budaya

masih mempercayakan anak-anaknya

Indonesia yang sangat beragam.

untuk

Selain

ajaran

bersekolah

Ki

di

Perguruan

itu

melalui

pendekatan

Taman Siswa khususnya Taman

multicultural ini, anak belajar untuk

Indria.

menghargai setiap perbedaan yang Temuan

lapangan

menghasilkan

data

juga

ada,

sehingga

memupuk

yang

persatuan dan kesatuan.

rasa

menyebutkan bahwa ada perbedaan penerapan konsep pendidikan di

SIMPULAN

kedua Taman Indria. Perbedaan ini

Berdasarkan hasil penelitian

muncul pada pendekatan budaya

di atas, ditarik kesimpulan bahwa

sebagai keunikan konsep pendidikan

konsep

Ki Hajar Dewantara. Taman Indria

Dewantara

Ibu Pawiyatan Yogyakarta dengan

diterapkan,

sangat mudah melakukan pendekatan

penyesuaian terhadap perkembangan

budaya

budaya

saat ini. Pendidikan yang bersifat

sehari-hari anak hanya satu yaitu

kebangsaan dan nasionalisme selalu

budaya Jawa. Seperti yang sudah

dibutuhkan untuk mendidik jiwa

disebutkan

pendekatan

merdeka para anak bangsa agar

budaya tersebut dilakukan dengan

mampu mempertahankan persatuan

permainan

dan kesatuan serta selalu mencintai

karena

cerita-cerita

di

memang

atas,

tradisional, khas

nembang,

Jawa,

dan

tanah

pendidikan masih

Ki

Hajar

dapat

terus

namun

airnya

diperlukan

sehingga

mampu

menggunakan bahasa Jawa sebagai

berpikir dan bersikap mandiri demi

alat komunikasi. Sedangkan Jakarta,

kemajuan

dengan segala kompleksitas latar

budaya

belakang

masyarakat

merupakan keunikan dari konsep

membuat guru sulit untuk melakukan

pendidikan Ki Hajar Dewantara pada

pendekatan budaya. Padahal dengan

anak usia dini. Selain itu penerapan

budaya

bangsa. yang

Pendekatan

dilakukan

guru

230

Konsep Pendidikan… Mutiara Magta

konsep

pendidikan

Dewantara

Ki

Hajar

berkaitan

dengan

pemberian

kegiatan-kegiatan

pembelajaran

yang

dapat

mengembangkan pancaindera anak di Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta

dan

Taman

Indria

Jakarta, sudah cukup baik. Kegiatan-kegiatan

pem-

belajaran yang diberikan pada anak didik adalah kegiatan yang dapat mengembangkan pancaindera dan aspek perkembangan melalui proses pendidikan sistem among, yaitu Ing Ngarsa Sung tulada, Ing Madya Mangun

Karsa

Handayani. internal

Adanya

maupun

menghambat

dan

Tutwuri

faktor-faktor

ekstenal

pelaksanaan

yang konsep

pendidikan Ki Hajar Dewantara di lingkungan Perguruan Taman Siswa.

DAFTAR PUSTAKA Bredekamp, Sue. Developmentally Approriate Practice in Early Education Program Serving from Birth Through Age 8. Washington: NAECY,1992. Brewer, Jo Ann. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades. United States: Pearson Education Inc.,2007.

Crezwell, John W. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches.New Delhi: Sage Publications, 2007. Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan. Yogyakarta: Mejelis Luhur Persatuan Taman Siswa,1977. Dodge,Diane Trister, The Creative Curriculum For Preschool. Washington: Quality Books, Inc., 2009. Hall, Calvin S. & Gadner Lidsey, Theories of Personality.Canada: John Wiley and Sons, 1981. Jonker, Jan. dkk,Metodologi Penelitian.Jakarta: Salemba Empat, 2011. Kartono, Kartini. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju,2007. Ki Soenarno Hadiwijoyo dan Ki Sugeng Subagya, Sistem Among, Konsep dan Implementasinya.(Yogyakar ta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2005. McDevitt, Teresa M & Jeane Ellis Ormrod, Child Development, Educating and Working with Children and Adolescents. New Jersey: Pearson Education, 2004 Merriam, Sharan B. Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San Fransisco: JosseyBass,1998. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005. 231

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013

Montessori, Maria. The Absorbent Mind. Yogyakarta: Pustaka Belajar,2008. Morrison, S George. Early Childhood Education Today. United States: Pearson Merril Prentice Hall, 2007. Morrisson, Goerge S. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Indeks, 2012. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,2003. Pidarta, Made.Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Roopnarine, Jaipul L. dan James E. Johnson. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Santoso, Soegeng. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya. Jakarta,2011. Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga,2007. Solso, Robert L, Otto H. Maclim dan M Kimberly Maclim. Pikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga,2008. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005. Sujiono, Yuliani Nurani.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks,2009. Surjomihardjo, Addurachman. Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah

Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan,1986. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010. Suyuti, HA. “Pendidikan Sistem Among Pada Sekolah Dasar Taman Siswa” Jakarta,2003. Tirtaraharja, Umar. dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Wangid, Muhammad Nur. “Sistem Among Pada Masa Kini, Kajian Konsep dan Praktik Pendidikan”. Jurnal Kependidikan Vol.39 No.2 November 2009.

232