KONVERSI ENERGI PAKAN DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN AMPAS TAHU KERING PADA ARAS YANG BERBEDA Sugiyono, S. Bulu, H. Cahyanto, M. Arifin, E. Rianto dan A. Purnomoadi (Fakultas Peternakan UNDARIS Ungaran) ABSTRACT This experiment was conducted to evaluate the effect of different level of dry soybean dregs to sheep on average daily gain (ADG), dry mater intake (DMI), gross energy intake (GEI), feed coversion and energi males Javanese thin-tail sheep of male given by dry soybean dregs. Completely randomized design with 3 treatment and 4 replication Javanese thin-tail sheep of male, aged 9-12 months with body wight 200,95 kg Treatment [of] T1= 150 g ( 20% dry soybean dregs from dry mater consumption at wight early), T2= 300 g ( 40% dry soybean dregs from dry mater consumption at wight early), T3= 450 g ( 60% dry soybean dregs from dry mater consumption at wight early) and all treatment given rumput Gajah ad libitum. Data were analysed with using analysis of variance and orthogonal polynomial, continued by Duncan multiple test. The increase of soybean dregs in the significantly (P<0,01) increased the average daily gain (ADG) (41,50; 65,75 and 96,25 g), significantly (P<0,01) increased dry mater intake (DMI) (702,07; 779,33; 835,29 g/h), significantly (P<0,01) increased gross energy intake (GEI) (12,682; 14,441 and 15,813 MJ/h). The other result efficiency of feed coversion not significantly (P>0,05), but the tendency increased (13, 05; 12,04 and 8,81) and efficiency energy conversion not significantly (P>0,05) but the tendency increased (0,472; 0,223 and 0,167 MJ/g). It was concluded that the increase of soybean dregs caused increased ADG, DMI, GEI, efficiency of feed conversion and energy conversion. Keyword: Javanese thin-tail sheep, dry soybean dregs, efficiency of freed coversion and energy conversion. ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi efek dari tingkat ampas tahu kering yang berbeda terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi bahan kering (BK), konsumsi energi, efisiensi BK pakan dan efisiensi energi pakan pada domba lokal ekor tipis jantan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Domba lokal ekor tipis jantan sebanyak 12 ekor berumur 9-12 bulan dengan bobot badan 20±0,95 kg, sedangkan perlakuan pakan yang diberikan adalah AT150= 150 g (20% ampas tahu kering dari konsumsi bahan kering pada bobot awal), AT300= 300 g (40% ampas tahu kering dari konsumsi bahan kering pada bobot awal) AT450= 450 g (60% ampas tahu kering dari konsumsi bahan kering pada bobot awal) dan semua perlakuan diberikan pakan basal rumput Gajah
secara ad libitum. Data dianalisis dengan analisis kovarians, polynomial orthogonal, dan dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan ampas tahu kering sangat nyata (P<0,01) meningkatkan PBBH, konsumsi BK dan konsumsi energi, sedangkan efisiensi konversi BK pakan dan energi pakan tidak berbeda nyata (P>0,05). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada AT450 sebesar 96,25 g sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar 65,75 g dan AT150 sebesar 41,50 g. Konsumsi BK pada AT450 sebesar 835,286 g/h sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar 779,333 g/h dan AT150 sebesar 702,070 g/h. Konsumsi energi (GEI) pada perlakuan AT450 sebesar 15,813 MJ/h sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar 14,441 MJ/h dan AT150 sebesar 12,682 MJ/h, sedangkan konsumsi energi pada AT300 sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT150. Efisiensi konversi BK pakan pada AT150; AT300 dan AT450 sebesar 13,05: 12,04 dan 8,81. Efisiensi konversi energi pakan pada AT150; AT300 dan AT450 sebesar 0,471 MJ/g; 0,233 MJ/g dan 0,167 MJ/g. Kesimpulan dar hasil penelitian adalah peningkatan pemberian ampas tahu kering sampai dengan 450 g akan meningkatan PBBH, konsumsi BK pakan dann konsumsi energi pakan secara linier (P<0,05), sedangkan efisiensi konversi BK pakan dan energi pakan terjadi kenderungan peningkatan. Kata kunci: Ampas tahu kering, Domba lokal ekor tipis, PBBH, konsumsi BK pakan, konsumsi energi pakan efisiensi BK dan energi pakan.
PENDAHULUAN Domba lokal ekor tipis mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain: disukai petani di pedesaan karena lebih tahan terhadap pakan yang kurang berkualitas, lebih tahan terhadap penyakit dan dagingnya disukai masyarakat. Khusus di Jawa Tengah domba lokal dapat menyumbangkan produksinya dalam bentuk karkas sebesar 13.670.000 kg dan daging sebesar 5.018.093 kg dalam memenuhi kebutuhan protein hewani (Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2002).
Kelemahan
peternakan domba lokal ekor tipis yang ada di masyarakat petani pedesaan adalah, domba dipelihara secara tradisional yang ditandai dengan jumlah pemelihaaran yang sedikit, pemberian pakan kurang berkualitas dan pengendalian terhadap penyakit yang masih terbatas. Pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak Kondisi pakan (kualitas dan kuantitas) yang tidak mencukupi kebutuhan, dapat
menyebabkan produktivitas ternak rendah, antara lain ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan domba. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi guna mendukung produktivitas ternak domba diantaranya dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen pemberian pakan. Pakan ternak yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat, karena kedua bahan pakan dapat menghasilkan zat pakan dan energi yang lebih baik daripada diberikan hijauan saja. Pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup penting untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi ternak. Ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kedelai menjadi tahu dengan kandungan zat pakan yang lengkap dan protein kasar sebesar 18,87% sehingga ampas tahu bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak khususnya ruminansia. Ampas tahu yang akan diberikan sebagai pakan ternak sebaiknya dijemur dan digiling terlebih dahulu untuk mendapatkan daya simpan yang lebih lama dan lebih mudah dalam penyajian pakannya (Masturi et al., 1992).
MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan domba ekor tipis jantan sebanyak 12 ekor, rata-rata bobot badan awal 20±0,95 kg, berumur 9-12 bulan (gigi seri sudah tumbuh semua dan belum ada yang poel). Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang dicacah dengan ukuran
3-5 cm dan konsentrat berupa ampas tahu kering.
Kandungan nutrisi rumput gajah adalah BK 21%; PK 6,55%; LK 1,84%; SK 35,38%; BETN 35,33%; Ca 0,59%; P 0,43%; abu 12,71% dan 4178,3 kal/g. Ampas tahu yang diberikan dalam bentuk kering diperoleh dari pengeringan sinar matahari dan kandungan bahan keringnya sebesar 79%. Kandungan nutrisi ampas tahu kering adalah Bk 74%; PK 19,45%; LK 6,55%; SK 21,65%; BETN 42,77%; Ca 0,88%; P 0,60%; abu 4,80% dan 4924,5 kal/g. Peralatan yang digunakan antara lain: timbangan ternak, timbangan duduk, kandang digesti, oven dan Methane analyzer. Timbangan ternak yang digunankan
adalah merk “Protinal” kapasitas 300 kg dengan kepekaan 0,1 kg digunakan untuk menimbang bobot badan ternak. Timbangan duduk merk “Five Goats” kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,01 kg digunakan untuk menimbang konsentrat dan rumput Gajah. Kandang digesti merupakan kandang individu yang dilengkapi dengan tempat penampung feses yang terbuat dari kawat ram dengan ukuran 0,5 cm2 dan penampung urin yang terbuat dari seng. Kandang digesti digunakan untuk menampung feses dan urin selama periode koleksi. Oven “Memmert” buatan Jerman digunakan untuk mengeringkan rumput Gajah, ampas tahu, feses dan urin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancanagn Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (T) dan 4 ulangan (r) berarti ada12 unit percobaan (n). Pengacakan pertama dilakukan terhadap 12 materi domba ke dalam kandang individu perlakuan, pengacakan kedua dilakukan terhadap perlakuan 12 materi ternak domba. Pengacakan dilakukan secara undian. Perlakuan pakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: T1= Ampas tahu kering 150 g (20% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal) T2= Ampas tahu kering 300 g (40% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal) T3= Ampas tahu kering 450 g (60% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal) Semua perlakuan diberikan pakan basal rumput Gajah secara ad libitum. Data Yang diamati adalah: Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi BK pakan, energi pakan (GEI), BK Total tercerna, Energi Tercerna/DE, Konversi BK Pakan dan Konversi energi pakan. PBBH diperoleh dengan perhitungan bobot badan akhir domba (kg) dikurangi bobot awal domba (kg) dibagi dengan jumlah hari (lama penelitian). Konsumsi pakan diperoleh dari pengurangan jumlah pakan yang disajikan dengan sisa pakan setiap hari, meliputi konsumsi bahan kering (BK) dan energi. Konsumsi BK (g) diperoleh dari jumlah pakan yang dikonsumsi dikali dengan persen (%) BK pakan berdasarkan analisis laboratorium. BK Total tercerna (g) diperoleh dari konsumsi BK Total selama 12 minggu perlakuan dikali dengan kecernaan BK. Energi Tercerna/DE (MJ/h) diperoleh dari GEI dikurangi dengan energi yang keluar melalui feses (FE). Konversi BK Pakan
adalah banyaknya pakan produksi.
Konversi
(BK) yang digunakan untuk menghasilkan satu satuan
Energi
Pakan
(MJ/g)
adalah
banyaknya
energi
yang
dikonsumsi/GEI (MJ) yang digunakan untuk menghasilkan 1 g PBBH. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditabulasi diuji normalitas dengan menggunakan program komputer Minitab release 11. Selanjutnya dianalisis ragam, uji Wilayah Ganda Duncan dan Polynomial Orthogonal dengan menggunakan program SAS versi 6.12 (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi bahan kering (BK) total domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering tercantum pada Tabel 1 dengan perhitungan. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa rata-rata konsumsi BK total domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Konsumsi BK Total meningkat sesuai dengan peningkatan level ampas tahu kering dalam pakan dan BK tercerna.
Tabel 1. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi Bahan Kering (BK) Total, BK Rumput Gajah, BK Ampas Tahu Kering, BK Total Tercerna, dan Konversi BK Pakan serta Konversi Energi Pakan. Perlakuan Parameter
AT150
AT300
AT450
P
PBBH (g/h)
41,50A
65,75A
96,25B
0,0052
Konsumsi BK Total (g/h)
702,070A
779,333 A 835,286B
0,0088
Konsumsi BK Rumput Gajah (g/h)
570,790A 517,246 AB 447,189B
0,0108
Konsumsi BK Ampas Tahu (g/h)
131,100
262,087
BK Total Tercerna (g/h)
430,320A
504,618AB 594,974B
0,0120
GEI Total (MJ/h)
12,682A
14,441B
0,0014
388,097 15,813C
GEI Rumput Gajah (MJ/h)
7,817A
9,041AB
9,980B
GEI Ampas Tahu (MJ/h)
2,700
5,383
8,064
DE (MJ/h)
8,088A
9,742B
11,627C
Konversi BK Pakan
13,05A
12,04A
8,81A
0,1650
Konversi Energi Pakan (MJ/g)
0,472A
0,167
0,2429
0,223A
0,0108
0,0025
Keterangan: Superkrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (A,B,C; P<0,01), (a,b,c; P<0,05). Konsumsi BK pada domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 450 g sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada domba ekor tipis dengan pemberian ampas tahu 300 g dan 150 g. Konsumsi BK total pada domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 150 g tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan 300 g.
Peningkatan konsumsi BK total ini sejalan dengan peningkatan
pemberian ampas tahu kering dan
penurunan konsumsi BK rumput Gajah yaitu
570,790 g/h pada perlakuan AT150; 517,246 g/h pada perlakuan AT300 dan 447,189 g/h pada perlakuan AT450. Konsumsi BK total per bobot badan domba meningkat dengan peningkatan ampas tahu yaitu dari 3,19% pada perlakuan AT150 menjadi 3,21% pada perlakuan AT300 dan 3,35% pada perlakuan AT450. Peningkatan konsumsi BK total ini diduga disebabkan oleh meningkatnya palatabilitas pakan (Manurung, 1996). Peningkatan konsumsi BK total ini diikuti dengan peningkatan BK tercerna. Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 150 g memberikan BK tercerna sebesar 428,12 g/h; 300 g sebesar 504,62 g/h dan 450 g sebesar 594,97 g/h. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa BK tercerna domba yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Konsumsi Energi (Gross Energy Intake;GEI) Analisis statistik menunjukkan rata-rata energi terkonsumsi (GEI) domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Gross Energy Intake pada domba ekor tipis jantan yang diberi ampas tahu kering sebanyak 450 g sebesar 15,813 MJ/h sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada
300 g sebesar 14,441 MJ/h dan 150 g sebesar 12,682 MJ/h. Peningkatan GEI total ini disebabkan oleh meningkatnya GEI dari ampas tahu kering yaitu 2,7 MJ/h (setara dengan 21,29% GEI total) pada perlakuan AT150; 5,383 MJ/h (setara dengan 37,28% GEI total) pada perlakuan AT300 dan 8,06 MJ/h (setara dengan 50,99% GEI total) pada perlakuan AT450. Semakin tinggi tingkat kandungan energi pakan, maka semakin tinggi pula ketersediaan energi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup pokok danpertumbuhan ( Mathius et al ., 1996). Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Data PBBH yang dihasilkan dari domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering disajikan dalam Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata PBBH domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 450 g sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan 300 g dan 150 g. Domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 300 g tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan 150 g. Peningkatan PBBH tersebut disebabkan oleh peningkatan konsumsi BK total, BK ampas tahu kering dan
BK total tercerna.
Pertambahan bobot badan per hari antara lain dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering total (Ranjhan, 1980). Hasil penelitian ini juga
sesuai dengan
hasil penelitian
Adiwinarti et al. (2001) yang melaporkan bahwa domba ekor tipis yang diberi pakan tambahan ampas kedelai mengkonsumsi BK 686,16 g/h; 1130,81 g/h dan 1370,33 g/h diikuti dengan peningkatan PBBH sebesar 58,00 g/h; 89,72 g/h dan 95,14 g/h. Hasil uji Polynomial Orthogonal ditunjukkan bahwa pemberian ampas tahu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap PBBH pada tingkat linier. Hal ini dapat diartikan bahwa pemberian ampas tahu lebih dari 450 g dapat meningkatkan PBBH domba sebanding dengan tingkat pemberian ampas tahu. Efisiensi BK pakan Rata-rata efisiensi BK pakan domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa efisiensi BK pakan domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering tidak berbeda nyata
(P>0,05) antar perlakuan. Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering 150 g mempunyai konversi BK pakan sebesar 13,05; 300 g sebesar 12,04 dan 450 g sebesar 8,8. Ada kecenderungan terjadi penurunan konversi BK pakan atau terjadi peningkatan efisiensi BK pakan pada peningkatan pemberian ampas tahu kering. Efisiensi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot badan ternak dan komposisi pakan yang dikonsumsi (Forbes, 1995). Selanjutnya dinyatakan oleh Haryanto et al. (1995) yang disitasi oleh Martawidjaja et al. (1999) bahwa konversi pakan yang tinggi diakibatkan oleh kecernaan pakan yang rendah. Domba perlakuan AT150; AT300 dan AT450 kecernaan BK total dan konversi pakan sebesar 60,98% dan 13,05; 64,75% dan 12,04; 71,23% dan 8,81.
Selanjutnya BK yang tercerna akan dimanfaatkan untuk metabolisme tubuh,
sedangkan BK yang tidak teretensi akan dibuang melalui feses dan urin. Efisiensi Energi Pakan Rata-rata efisiensi energi pakan domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa efisiensi energi pakan domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering 150 g mempunyai konversi energi pakan sebesar 0,472 MJ/g; 300 g sebesar 0,224 MJ/g dan 450 g sebesar 0,167 MJ/g. Ada kecenderungan terjadi penurunan konversi energi pakan atau terjadi peningkatan efisiensi energi pakan pada peningkatan pemberian ampas tahu kering. KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan pemberian ampas tahu kering sampai dengan 450 g (60% konsumsi BK dari bobot awal) dengan pakan basal rumput gajah akan meningkatkan efisiensi BK dan energi pakan. DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarti, R, C.M.S. Lestari dan E. Purbowati. 2001. Performans domba yang diberi pakan tambahan limbah tempe pada aras yang berbeda. Jurnal Produksi
Ternak. Edisi Khusus. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Pebruari 2001: 94-102. Bondi, A. A. 1987. Animal Nutrition. John Wiley dan Sons, Chichester. Cole, H.H dan Garrett. 1980. Animal Agriculture (The Biology, Husbandry, and Use of Domestic Animals). W.H. Freeman and Company. San Francisco. Devendra, C. dan G.B. McLeroy. 1990. Goat and Sheep Production in the Tropics. Longman Singapore Publisher Pte. Ltd, Singapore. Direktorat Bina Produksi Peternakan dan Fakultas Peternakan IPB. 1986. Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Proyek Pembinaan Peternakan Pusat, Jakarta. Edey, T.N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. 2-nd ed. Australian Universites International Development Program (AUIDP). Canberra. Forbes. J.M. 1995. Volutary Food Intake and Diet selection in Farm Animal. CAB International, Wallingford. Gatenby, R.M. 1986. Sheep Production in the Tropics and Subtropics. Longman, London. Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminose pakan sebagai sumber protein ransum sapi potong. J.Ilmu Ternak dan Vet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 1 (3): 143-148. Martawidjaja, M, B. Setiadi, S.S. Sitorus. 1999. Pengaruh tingkat protein-energi ransum terhadap kinerja produksi kambing kacang muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4.(3). 167-172. Mathius, I., M. Martawidjaja, A. Wilson dan T. Manurung.1996. Studi strategi kebutuhan energi-protein untuk domba lokal: I. Fase pertumbuhan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 2.(2): 84-91. Mattjik, A.A. dan Sumertajaya 2000. Perancangan Percobaan dengan Analisis Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid I edisi 1. IPB Press, Bogor. Patino, C.P, M.J. Ulyat, C.W. Holmes, T.N. Barry dan K.R. Lassey. 2000. Some rumen digestion characacteristics and methane emmision in sheep. Proc. Of the 15th symposium on energy metabolism in animal. Snekkersten 103: 63-66.
Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah. 2002. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, Semarang. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6. University of Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Wahyuni, S. 2003. Karakteristik Nutrisi Ampas Tahu yang Dikeringkan Sebagai Pakan Domba. (Tesis) Magister Ilmu Ternak. Universitas Diponegoro, Semarang.