Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
Tema: 8 (pengabdian kepada masyarakat)
PERANCANGAN STASIUN KERJA PRODUKSI SAPU IKM DENGAN ERGONOMI PARTISIPASI, CEK POIN ERGONOMI DAN PENGUKURAN POSTUR KERJA Oleh Niko Siameva Uletika, Maria Krisnawati, Musmuallim Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
[email protected]
ABSTRAK Purbalingga sebagai produsen sapu tradisional memiliki ratusan pengrajin sapu yang minim pengetahuan mengenai ergonomi. Stasiun kerja produksi sapu belum didesain dengan mempertimbangan prinsip ergonomi, yaitu kesesuaian stasiun kerja dengan postur pengrajin. Pengabdian ini menggunakan pendekatan ergonomi partisipasi, cek poin ergonomi International Labor Organization (ILO) dilengkapi dengan metode pengukuran postur yaitu Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan keberhasilan pendekatan partisipasi ergonomi. Responden pengabdian terdiri dari lima pengrajin terlibat dalam ergonomi partisipasi perancangan stasiun kerja produksi sapu. Umur pengrajin berkisar antara 25 sampai 40 tahun dengan pengalaman produksi sapu lebih dari 5 tahun. Pengembangan prototype stasiun kerja pertama adalah hasil penerapan cekpoint ergonomi nomor 51 yaitu mengubah ketinggian kerja. Analisis membandingkan sebelum dan sesudah stasiun kerja produksi sapu digunakan. Sebelum perbaikan rata-rata skor RULA adalah 6 yang artinya dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan perubahan segera, skor REBA adalah 9 yang artinya beresiko tinggi, diperlukan penelitian dan implementasi perubahan. Setelah perubahan dilakukan skor RULA menjadi 4 yang artinya diperlukan penelitian lebih lanjut dan perlu perubahan, skor REBA adalah 6 yang artinya beresiko menengah, diperlukan penelitian lebih lanjut dan implementasi perubahan. Kata kunci: Postur kerja, Perancangan ergonomis, Ergonomi Partisipasi, REBA, RULA
ABSTRACT Purbalingga as traditional broom supplier has hunderd of craft maker with minimal knowledge of ergonomics since the first traditional broom work station were not ergonomically designed. Traditional broom work station has not been designed with attention to ergonomic principle, the suitability broom work station design with the craft maker body posture. This study used participatory ergonomic approach, Ergonomic Check Point of International Labor Organization (ILO), equipped with postural measuring devices in the form of quantitative Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA). Several studies have shown the success of participatory ergonomic approach. Five craft man took part in a participatory ergonomic of traditional broom work station design. Their age range from 25 to 40 years and the average length of their experience in broom making was more than 5 years. The first work station prototype development was ergonomic check point number 51, change work station height. The obtained postural and production time data was analyzed before and after installed ergonomics broom work station. Before using ergonomic broom work station the average RULA score were 6 means that further investigation and change soon needed and the average REBA score were 9 means high risk,
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
investigate and implement change. After using ergonomic broom work station predicted RULA score were 4 means that further investigation and change may be needed and REBA score were 6 means medium risk, further investigate and implement change. Key words: Work Posture, Ergonomics Design, Participatory Approach, REBA, RULA
PENDAHULUAN Sapu, knalpot kendaraan dan gula kelapa adalah tiga produk unggulan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tercantum pada Draft Peraturan Daerah Rencana Aksi Pengembangan Industri Purbalingga (Disperindagkop dan UMKM, 2015). Purbalingga sebagai produsen sapu tradisional memiliki ratusan pengrajin sapu yang minim pengetahuan mengenai ergonomi. Meskipun produk sapu telah diekspor ke Taiwan dan Jepang, stasiun kerja produksi sapu belum didesain dengan mempertimbangan prinsip ergonomi, yaitu kesesuaian stasiun kerja dengan postur pengrajin.
Gambar 1. Stasiun Kerja Produksi Sapu Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan pendekatan partisipatif untuk menyelesaikan permasalahan industri, penyelesaian ini berbeda dengan yang biasa diterapkan yaitu pendekatan top-down (Hermawati dkk, 2014). Pendekatan partisipasi ergonomi adalah metode dimana para pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan diberi pengetahuan dan prinsip-prinsip ergonomi dalam rangka meningkatkan kondisi kerja mereka (Nagamachi, 1995). Partisipasi pekerja berada di tahap masalah identifikasi, desain dan evaluasi solusi. Solusi partisipasi ergonomi antara lain yaitu job enrichment, job enlargement, dan perbaikan desain stasiun kerja (Guimaraes dkk, 2015). Pendekatan partisipasi untuk mendesain ulang peralatan kebersihan menggunakan lima
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
tahap metodologi yang berbeda yaitu studi kuesioner, penilaian kerja, penilaian ergonomi peralatan kebersihan, pengujian peralatan ini di laboratorium dan fokus group discussion dengan pihak yang berkepentingan (Woods dan Bukle, 2005) Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan keberhasilan pendekatan ergonomi partisipasi. Proses ergonomi partisipatif dilakukan pada produsen pakaian di Ontario, Kanada (Tompa dkk, 2013), di industri pengolahan daging di Selandia Baru (Tappin dkk, 2016), di perusahaan manufaktur furnitur di Brasil Selatan (Guimaraes dkk, 2015), dan untuk pustakawan di Baton Rouge Parish Library Timur Utama (Yuan, 2015). Tujuan dari pengabdian ini adalah diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai prinsip ergonomi dan pengembangan stasiun kerja produksi sapu menggunakan metode ergonomi partisipasi, cek list ergonomi dan pengukuran postur kerja.
METODE PENELITIAN Pengabdian ini menggunakan metode ergonomi partisipasi, cek poin ergonomi International Labor Organization (ILO),
dilengkapi dengan metode pengukuran postur yaitu
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Partisipasi ergonomi didefinisikan sebagai metode yang melibatkan beberapa pengguna yang memiliki pengetahuan dan kekuatan cukup dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas untuk mempengruhi proses dan hasil dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan (Wilson, 1995). Penelitian terdahulu mengenai partisipasi ergonomi (Gumaraes et al, 2015) menunjukkan produktivitas meningkat 46% dan beban kerja berkurang 42%. Partisipasi pekerja pada identifikasi masalah, perencanaan dan evaluasi dari solusi berperan penting pada perbaikan. Pendekatan partisipasi ergonomi ideal sesuai langkah-langkah sebagai berikut (Vink dkk, 1995): 1. Persiapan: sebelum memulai, dukungan komitmen pimpinan dan tersedianya fasilitator untuk organisasi (misalnya sebuah komite pengarah yang bertanggung jawab untuk proyek tersebut). Selain itu, kerjasama dalam organisasi dan anggaran khusus untuk proyek perubahan yang efektif. Pada tahap ini tujuan dari proyek dan kerangka umum harus dirumuskan dan disepakati oleh semua peserta. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pada keputusan tahap berikutnya yang memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan untuk satu atau lebih pihak akan lebih mudah diterima oleh pihak-pihak tersebut; 2. Analisis pekerjaan dan kesehatan: pada langkah kedua monitoring yang sebenarnya terjadi. Seringkali beberapa instrumen (seperti daftar periksa, kuesioner dan metode observasi) perlu diberikan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kelompok risiko. Hasil tahap ini harus diketahui dan diakui oleh semua pihak yang terlibat. Hal ini penting karena pada
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
implementasi tahap berikutnya bisa menjadi masalah jika beberapa orang tidak menyadari bahwa ada masalah. 3. Pilihan solusi: Untuk faktor risiko terbesar dan kelompok risiko, perbaikan dikembangkan dan diuji. Setelah pelatihan atau setelah mengalami bekerja di tempat kerja yang lebih baik para pekerja memilih perbaikan sendiri. Ini juga penting untuk keberhasilan pelaksanaan; 4. Pelaksanaan: Karena pekerja telah memilih perbaikan sendiri, tahap ini dapat dikurangi dengan fasilitasi dari realisasi oleh promosi, pelatihan dan instruksi; 5. Evaluasi: Langkah ini harus memberikan informasi tentang efektivitas langkah-langkah dan menunjukkan jika langkah-langkah tambahan yang diperlukan. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah metode survei yang dikembangkan untuk digunakan dalam investigasi ergonomi tempat kerja di mana gangguan ekstremitas atas yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaporkan. Alat ini tidak memerlukan peralatan khusus dalam memberikan penilaian cepat dari postur leher, batang dan tungkai atas bersama dengan fungsi otot dan beban eksternal yang dialami tubuh. Sebuah sistem pengkodean digunakan untuk menghasilkan suatu tindakan daftar yang menunjukkan tingkat intervensi diperlukan untuk mengurangi risiko cedera karena beban fisik pada operator. Ini adalah bantuan khusus dalam memenuhi persyaratan penilaian baik dari European Economic Commnity (90/270 / EEC) pada keselamatan dan kesehatan persyaratan minimum untuk bekerja dengan layar display peralatan dan pedoman Kerajaan Inggris tentang pencegahan ekstremitas atas yang sehubungan dengan sakit akibat kerja (McAttemney dan Corlett, 1993). Rapid Entire Body Assessment (REBA) telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan alat lapangan praktisi, yang khusus dirancang untuk peka terhadap jenis postur kerja tak terduga yang ditemukan dalam perawatan kesehatan dan industri jasa lainnya. Sebuah tim ergonomists, ahli fisioterapi, okupasi terapis dan perawat dikumpulkan dan kode individu lebih dari 600 contoh postur menghasilkan alat baru yang menggabungkan faktor dinamis dan statis postur mengangkat, antarmuka manusia-beban (kopling), dan konsep baru dari bantuan gravitasi pada posisi tungkai. Kehandalan awal untuk antar-pengamat coding menunjukkan keberhasilan tapi pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan validitas alat (Hignett dan McAtamney, 2000). Responden pengabdian terdiri dari lima pengrajin berjenis kelamin laki-laki, dengan umur berkisar antara 25 sampai 40 tahun dengan pengalaman produksi sapu lebih dari 5 tahun. Program diawali dengan langkah persiapan yang berupa wawancara awal terstruktur dengan kuesioner kepada pengrajin sapu. Kuesioner mengukur postur kerja membuat sapu dengan menggunakan REBA dan RULA. Setelah nilai REBA dan RULA diperoleh kemudian dilakukan edukasi kaidah postur kerja yang ergonomis pada posisi kerja produksi sapu. Kuesioner ke dua mengetahui perubahan rancangan sesuai cek point ergonomi.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
Tabel. 1. Rekomendasi RULA Skor 1 atau 2 3 atau 4 5 atau 6 7
Rekomendasi Postur sesuai Diperlukan investigasi mendalam, memungkinkan perubahan Diperlukan investigasi mendalam dan perubahan segera Diperlukan investigasi dan implementasi perubahan
Tabel 2.Rekomendasi REBA Skor 1 2 sampai 3 4 sampai 7 8 sampai 10 11+
Rekomendasi Resiko dapat diabaikan Resiko rendah, memungkinkan perubahan Resiko menengah, diperlukan investigasi mendalam dan perubahan segera Resiko tinggi, investigasi dan implementasi perubahan Resiko sangat tinggi diperlukan implementasi perubahan
Gambar 2. Lembar kerja pengukuran RULA
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
Gambar 3. Lembar kerja pengukuran RULA Cek poin ergonomi disusun berdasarkan pengalaman pelatihan Work Improvement in Small Enterprises (WISE) pada negara industri berkembang dengan metodologi yang dikembangkan oleh International Labor Organization (ILO). Metode yang digunakan adalah pelatihan yang berorientasi pada aksi partisipasi. Cek poin sederhana, murah, dan siap diaplikasikan untuk perbaikan ergonomi. Cek poin yang tersedia meliputi 9 point yaitu: 1.
Penanganan dan penyimpanan material (material storage and handling)
2.
Perkakas tangan (hand tools)
3.
Keamanan Mesin (Machine Safety)
4.
Perancangan Stasiun Kerja (Workstation Design)
5.
Pencahayaan (Lighting)
6.
Tempat Kerja (Premises)
7.
Zat kimia dan unsur berbahaya (Hazardous substances and agent)
8.
Fasilitas keselamatan (Welfare facilities)
9.
Work Organization Cek point yang sesuai untuk pengabdian ini adalah cek poin yang ke-4 yaitu perancangan
stasiun kerja. Isi cek point perancangan stasiun kerja terdiri dari 12 point yaitu dari nomor 51 sampai dengan nomor 63 sebagai berikut (International Labour Office in collaboration with the International Ergonomics Association, 1996):
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
51. Adjust the working height for each worker at elbow level or slightly below it. 52. Make sure that the workplace accommodates the needs of smaller workers. 53. Make sure that the workplace accommodates the needs of taller workers. 54. Place frequently used materials, tools and controls within easy reach. 55. Provide a stable multi-purpose work surface at each workstation. 56. Make sure that workers can stand naturally, with weight on both feet, and perform work close to and in front of the body. 57. Allow workers to alternate standing and sitting at work as much as possible. 58. Provide standing workers with chairs or stools for occasional sitting. 59. Provide sitting workers with good adjustable chairs with a backrest. 60. Use height-adjusted computer workstations and arrange related computer peripherals within easy reach. 61. Provide eye examinations and proper glasses for workers using a visual display unit (VDU) regularly.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan stasiun kerja hasil penerapan cek point ergonomi nomor 51 yaitu mengubah ketinggian kerja. Sebelumnya stasiun kerja lebih rendah sehingga kaki tidak pada posisi tegak lurus. Prototype pertama mengubah ketinggian kerja sesuai teori tinggi kerja pada saat duduk. Data antropometri yang digunakan adalah ketinggian popliteal pengrajin sapu.
Gambar 4. Stasiun kerja awal (kiri) dan hasil perancangan (kanan) Sebelum perbaikan rata-rata skor RULA adalah 6 yang artinya dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan perubahan segera, skor REBA adalah 9 yang artinya beresiko tinggi, diperlukan penelitian dan implementasi perubahan. Setelah perubahan dilakukan skor RULA menjadi 4 yang
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
artinya diperlukan penelitian lebih lanjut dan perlu perubahan, skor REBA adalah 6 yang artinya beresiko menengah, diperlukan penelitian lebih lanjut dan implementasi perubahan. Tabel 3. Hasil pengukuran RULA dan REBA Pengukuran RULA REBA
Sebelum 6 9
Sesudah 4 6
Pendekatan partisipasi ergonomi berhasil melakukan perbaikan stasiun kerja dengan spesifikasi sebagai berikut: -
Material stasiun kerja dibuat dari kayu laban/ kayu keras
-
Penambahan sandaran kursi
-
Penambahan sandaran kaki
-
Pembuatan jok/dudukan yang empuk
Rencana pengembangan prototype stasiun kerja berikutnya sesuai cek poin ergonomi ILO adalah: -
Penataan tools agar mudah diraih (Checklist No.54)
-
Alas memotong khusus (Checklist No.55)
KESIMPULAN Perancangan perubahan dalam rangka perbaikan sebaiknya sedikit demi sedikit, sehingga pengrajin tidak kesulitan dalam adaptasi penggunaan stasiun kerja yang baru. Perubahan radikal membuat pengrajin sulit beradaptasi sehingga merasa tidak nyaman dan menolak menggunakan stasiun kerja.
DAFTAR PUSTAKA Disperindagkop dan UMKM, 2015, Draft Peraturan Daerah Rencana Aksi Pengembangan Industri Purbalingga, disampaikan pada Focus Group Discussion, Kantor Dinas Koperasi, 28 Oktober 2015. Guimaraes, L.B., Anzanello, M.J., Ribeiro, J.L.D. and Saurin,T.A., 2015, Participatory ergonomics intervention for improving human and production outcomes of a Brazilian furniture company, International Journal of Industrial Ergonomics, 49, 97-107. Hermawati, S., Lawson, G., and Sutarto, A. P., 2014. Mapping ergonomics application to improve SMEs working condition in industrially developing countries: a critical review. Ergonomics, doi:10.1080/00140139.2014.953213. Hignett, S., and McAtamney, L., 2000, Rapid Entire Body Assessment (REBA), Applied Ergonomics, 31(2), 3 April 2000, 201–205 http://dx.doi.org/10.1016/S00036870(99)00039-3
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”1718November 2017 Purwokerto
International Labour Office in collaboration with the International Ergonomics Association, 1996, Ergonomic Checkpoints, Practical and easy-to-implement solutions for improving safety, health and working conditions, Second Edition, Geneva. Nagamachi, M., 1995, Requisites and practice of participatory ergonomics, International Journal of Industrial Ergonomics, 15(5), 371-377. Tappin, D.C., Vitalis, A., Bentley, T.A., 2016, The application of an industry level participatory ergonomics approach interventions, Applied Ergonomics, 52, 151-159. Tompa, E., Dolinschi, R., dan Natale, J., 2013, Economic evaluation of a participatory ergonomics intervention in a textile plant, Applied Ergonomics, 44(3), 480-487. Uletika, N.S., Fadli, A., 2015, Sapu teras ergonomis hasil pengembangan desain sapu sabut kelapa dengan metode ergonomic partisipasi, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI, 24-25 November 2016, Purwokerto. Vink, P., Peters, M., Grundemann, R.W.M., Smulders, P.G.W., Kompier, M.A.J, Dul, J. 1995, A participatory ergonomics approach to reduce mental and physical workload, International Journal of Industrial Ergonomics, 15, 389-396. Woods, V., and Buckle, P., 2005. An investigation into the design and use of workplace cleaning equipment, International Journal of Industrial Ergonomics, 35(3), March 2005, 247–266 http://dx.doi.org/10.1016/j.ergon.2004.09.004 Yuan, L., 2015, Reducing ergonomic injuries for librarians using a participatory approach, International Journal of Industrial Ergonomics, 47, May 2015, 93-103.