MENGUJI KESYARIAHAN AKAD WADIAH PADA

Download Salah satu akad dalam produk Perbankan Syariah adalah akad Wadiah. Pengertian Akad ..... 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank. Indon...

1 downloads 451 Views 80KB Size
MENGUJI KESYARIAHAN AKAD WADIAH PADA PRODUK BANK SYARIAH Oleh : Bambang Murdadi, SE, MM e-mail : [email protected]

RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu akad dalam produk Perbankan Syariah adalah akad Wadiah. Pengertian Akad Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut; (PBI No.2/9/2000). Produk Perbankan Syariah dengan akad Wadiah antara lain dalam produk Giro Wadiah, Tabungan Wadiah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Sesuai dengan Fatwa dari Dewan Syariah Nasional bahwa produk giro wadiah secara umum memiliki kriteria 1. Bersifat titipan 2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call) 3.Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. Adapun dasar syariahnya antara lain dalam Firman Allah QS Annnisa (4):29. Hai orang yang beriman ! janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu. Di dalam praktek perbankan di lapangan, beleid (point) yang menyatakan “tidak ada imbalan yang dipersyaratkan” ataupun tidak ada imbalan yang dijanjikan dimuka apakah benar-benar telah diterapkan secara murni dan syar’ie?Perlu dikaji lebih mendalam. Baik tinjauan dari sisi legal formal (ketentuan yang ada) diluar fatwa Dewan Syariah Nasional maupun dalam praktek bisnis perbankan di lapangan. Dari hasil pengamatan dan diskusi, terkesan masih bersifat ambigu (abu-abu) ditengah praktek dunia bisnis perbankan yang penuh dengan persaingan yang sangat ketat. Kata kunci : akad wadiah, titipan, imbalan sukarela.

61

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

dikemas dalam akad wadiah. Produk perbaankan

I. PENDAHULUAN Perbankan

Indonesia

yang diikat dengan akad wadiah diantaranya adalah

berkembang cukup pesat tercermin dari pangsa aset

giro wadiah. Selain giro wadiah, akad wadiah juga

perbankan syariah dibandingan dengan perbankan

diterapkan untuk produk infak, sodaqoh atau zakat.

konvensional saat ini mencapai sekitar 3%. Produk-

Sesuai dengan fatwa DSN, akad wadiah umum

produk

harus memiliki kriteria :

yang

syariah

ditawarkan

di

antara

lain

dalam

1. Bersifat titipan 2.

penghimpunan dana dalam bentuk : giro (wadiah

Titipan bisa diambil kapan saja (on call) 3.Tidak

dan

deposito

ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam

mudharbah. Perbankan syariah yang berkembang

bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela

baik di Indonesia maupun di bebarapa negara

dari pihak bank. Dengan batas dan kriteria seperti

misalnya Malaysia, tidak dipungkiri pada awalnya

itu,

lahir tidak Sharia Full totally applied (secara total

dengan konsekwen, tidak ada janji dimuka bahwa

langsung menerapkan syariah Islam), namun secara

bank tidak akan memberikan imbalan atau bonus.

bertahap. Bank syariah banyak lahir melalui anak

Dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia bisnis

perusahaan bank atau window (bagian usaha bank)

perbankan adalah dunia yang penuh dengan

contohnya dalam bentuk Unit Usaha Syariah

persaingan yang ketat dalam merebut nasabah.

ataupun dengan mengkonversi (mengubah dari

Kalau diterapkan kepada prouk tertentu misalnya

bank konvensional menjadi bank syariah( Syafei,

zakat infaq dan shdaqoh mungkin bisa saja karena

Antonio,1999 :279) artinya praktek bank syariah

memang dana terseut sudah diikhlaskan untuk

yang masih menempel pada induknya yang

keperluan tersebut, namun untuk produk lain

merupakan bank konvensional. Dapat dikatakan

seperti giro, apakah memang dapat diterapkan

bahwa modal bank syariah tersebut pada awalnya

secara murni dan kosekwean. Contoh produk giro

(dananya) berasal dari praktek bank konvensional

wadiah misalnya dalam bentuk Sertifikat Wadiah

(bank dengan berbasis bunga). Sampai saat inipun

Bank Indonesia (SWBI). Selaipun produk tersebut

pola bank syariah dengan bentuk usaha seperti itu

juga sudah diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

masih banyak, artinya bank syariah yang belum

dan tentu sudah mengacu pada fatwa dari DSN,

sepenuhnya syariah kalau memang menghendaki

siapa tahu dalam aplikasi masih terdapat sedikit

syariah murni modal berasal bukan dari bank

unsur yang menyerempet kepada hal-hal yang

konvensional yang berbasis bunga. Bukan hanya

belum syar’ie, sesuai dengan kaidah syariah Islam.

pada permodalan awal yang faktanya masih belum

Demikian pula produk dengan akad wadiah di

syariah, namun bisa saja pada produk-produk yang

bank-bak umum syariah pelaksana/bank komersial.

ditawarkan masih terdapat unsur-unsur yang belum

Untuk itulah perlu adanya pengkajian yang terus

“pure” syariah. Sekalipun hal ini tergantung pada

menerus sehingga dapat dipastikan bahwa produk

pengelolanya sejauh mana memiliki komitmen kuat

bank syariah yang diikat dalam akad wadiah yang

dan niat yang tulus untuk mewujudkan bank

sepenuhunya ,mengacu pada syariah sebagaimana

dengan produk murn syariah, baik dalam undang-

dikehendaki sesuai dengan tuntuan syariah.

mudharabah)

undang/ketentuan

tabungan

yang

syar’ie

dan

apakah

memang

bank-bank

menerapkan

(berdasarkan

syariah) maupun dalam aplikasinya di lapangan.

II.

Salah satu produk yang memerlukan penelitian dan

PRODUK DENGAN AKAD WADIAH

DASAR-DASAR

HUKUM

SYARIAH

pendalaman yang tepat adalah produk-produk yang

62

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

Dalam perekonomian

dan Perbankan

Islam, transaksi yang dilarang adalah transaksitransaksi yang mengandung riba (tambahan), maisyir

(spekulasi)

dan

ghoror

b. Bahwa kegiatan giro tidak semuanya dapat dibenarkan oleh hukum Islam (syariah) c. Bahwa

oleh

karena

itu,

Dewan

Syariah

(tidak

Nasional (DSN) memandang perlu menetapkan

jelas)(Lasmiatun, 2010:103). Di dunia perbankan

fatwa tentang bentuk-bentuk muamalah syariah

segala transaksi lazim dilandasi dengan akad.

untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

Adapun arti akad atau al-‘aqdu adalah perjanjian,

giro pada bank syariah.

perikatan,permufakatan (Daeng Naja, 2011:17).

Konsideran tersebut dengan mengacu pada hukum-

Tentang perjanjian ini, Alloh swt berfirman dalam

hukum syariah berikut :

surat Al-Nahl ayat 91, yang artinya :” Dan tepatlah

1. Firman Allah QS Annnisa (4):29 Hai orang

janji dengan Alloh apabila kamu berjanji dan

yang

janganlah

memakan (mengambil) harta sesamamu dengan

kamu

melanggar

sumpah

setelah

beriman

janganlah

sebagai

perniagaan yang berlaku dengan sukarela

sumpah

itu).

Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang kamu

kecuali

saling

jalan

(terhadap

batil,

kalian

diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Alloh saksimu

yang

!

dengan

jalan

diantaramu ..

perbuat”. Dalam surat Al-Isra ayat 34 :” ...dan

2. Firman Allah QS Albaqarah (2):283, Maka, jika

penuhilah janji karena janji itu pasti diminta

sebagian kamu mempercayai sebagian yang

pertanggungjawaban”.

wadiah

lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

adalah titipan. Dalam konteks wadiah, barang yang

amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada

dititipkan

Allah Tuhannya

hanyalah

Sementara

sebatas

arti

titipan,

tidak

dibolehkan adanya tambahan ketika dikembalikan

3. Firman Allah QS Almaidah (5):1 Hai orang-

kepada sipenitipnya. Uang yang dititipkankan oleh

orang yang beriman ! penuhilah akad-akad itu

nasabah, bank dapat mengoperasikan sejumlah

4. Firman QS Almaidah (5):2 Dan tolong-

tertentu, seraya bankpun dapat mengembalikan uang titipan ini pada saat penitipnya meminta kembali (Abu Sura’i, 1993:95).

Atas definisi

menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan .. 5. Hadis nabi riwayat al ThabraniAbbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai

secara umum tersebut Dewan Syariah Nasional

mudharabah.

(DSN) mengeluarkan fatwanya terkait produk

mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan

wadiah tersebut dengan konsideran sebagai berikut

tidak menuruni lembah, serta tidak membeli

:.

hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia

a. Bahwa

keperluan

masyarakat

dalam

(mudharib)

Ia

mensyaratkan

harus

kepada

menanggung

peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang

resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan

investasi, pada masa kini, memerlukan jasa

Abbas

perbankan; dan salah satu produk perbankan di

membenarkannya..(HR

bidang penghimpunan dana dari masyarakat

Abbas)

adalah

giro,

penarikannya

yaitu

simpanan

dapat dilakukan

itu

didengar

Rasulullah, Thabrani

beliau

dari

Ibnu

dana

yang

6. Nabi bersabda “ ada tiga hal yang mengandung

setiap

saat

berkah : jual beli tidak secara tunai, muqaradah

dengan penggunaan cek, bilyet giro, sarana

(mudharabah), dan mencampur gandum dan

perintah pembayaran lainnya, atau dengan

jewawut untuk kepentingan rumah tangga,

pemindahbukuan;

63

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah dari

2. Giro yang dibenarkan secara syariah, yaitu giro

Shuhaib)

yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf

wadiah

Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum

Kedua : Ketentuan Umum Giro berdasarkan

muslimin,

Mudharabah :

kecuali

perdamaian

yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai

yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan

shahibul maal atau pemilik dana, dan bank

syarat-syarat

bertindak sebagai mudharib atau pengelola

mereka

mengharamkan

kecuali

yang

syarat

yang

yang

halal atau

menghalalkan yang haram. 8. Ijma. Diriwayatkan,

dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank

sejumlah

sahabat

dapat melakukan berbagai macam usaha yang

menyerahkan (kepada orang, mudharid) harta

tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada

mengembangkannya,

seorangpun mengingkari mereka. Karenanya,

mudharabah dengan pihak lain.

hal itu dipandang sebagai ijma’ (Zuhaily, AlFiqh Alislami wa Adilatuhu, 1989, 4/838)

termasuk

didalamnya

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang

9. Qiyas. Transaksi mudharabah, yakni peyerahan

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam

sejumlah harta (dana, modal) dari satu pihak

bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad

(malik, shahib al-mal) kepada pihak lain (amil,

pembukaan rekening

mudharib)

untuk

(diproduktifkan)

dan

diperniagakan keuntungan

dibagi

diantara mereka sesuai kesepakatan, diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

5. Bank

sebagai

mudharib

menutup

biaya

operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah

10. Kaidah fiqh “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”

keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Ketiga : Ketentuan umum giro berdasarkan wadiah

11. Para ulama menyatakan, dalam kenyataan

1. Bersifat titipan

banyak orang yang mempunyai harta namun

2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)

tidak mempunyai kepandaian dalam usaha

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali

memproduktifkannya, sementara itu tidak

dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat

sedikit pula orang yang tidak memiliki harta

sukarela dari pihak bank.

namun

ia

memiliki

kemampuan

memproduktifkannya. Oleh

karena

dalam itu,

diperlukan adanya kerjasama diantara kedua

III. PRODUK-PRODUK PERBANKAN SYARIAH DENGAN AKAD WADIAH

pihak tersebut.

Akad wadiah merupakan salah satu akad yang digunakan dalam kegiatan penghimpunan

Menetapkan fatwa tentang GIRO

dana pada perbankan syariah. Sesuai dengan buku

Pertama

kodifikasi

1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu

dikeluarkan Bank Indonesia (2008). Ditetapkan

giro yang berdasarkan perhitungan bunga

produk

perbankan

syariah

yang

definisi mengenai berbagai produk yang diterapkan

64

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). antara lain :

BAGI NASABAH

1. GIRO SYARIAH



Memperlancar

aktivitas

Pengertian :

dan/atau penerimaan dana

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat



pembayaran

Dapat memperoleh bonus

dilakukan setiap saat dengan menggunakan chek

/bilyet

pembayaran

giro

dan

sarana

perintah

atau

dengan

lainnya,

pemindahbukuan.

Risiko likuiditas yang disebabkan oleh fluktuasi dana yang ada di rekening giro

adalah Transaksi penitipan dana atau barang

(wadiah) dan bank setiap saat harus

dari pemilik kepada penyimpan dana atau

memenuhi

barang dengan kewajiban bagi yang menyimpan

tersebut

mengembalikan

dana

akad



wadiah

untuk

Sedangkan

ANALISIS DAN IDENTIFIKASI RISIKO

atau

barang



Risiko

kewajiban

pasar

yang

jangka

pendek

disebabkan

oleh

sewaktu-waktu

pergerakan nilai tukar untuk giro (wadiah)

Fitur dan mekanisme : Giro atas dasar akad

dalam valuta asing

wadiah  Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai

FATWA SYARIAH 

penitip dana  Bank

tidak

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

No

01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro diperkenankan

menjanjikan

pemberian imbalan atau bonus kepada

REFERENSI

nasabah



 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang

PBI

No.3/10/PBI/2001

tentan Prinsip

Mengenal Nasabah (KYC) 

PBI

No.

7/6/PBI/2005

tentang

trkait langsung dengan biaya pengelolaan

Transparansi Informasi Produk Bank dan

rekening antara lain biaya chek/bilyet giro,

Penggunaan Data Pribadi Nasabah

biaya meterai, cetak laporan transaksi dan



PBI

No.9/19/PBI/2007

saldorekening, pembukaan dan penutupan

Pelaksanaan

rekening

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

 Bank menjamin dana titipan nasabah

Prinsip

Syariah

tentang Dalam

serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

 Dana dapat diambil setiap saat oleh nasabah PERLAKUAN AKUNTANSI Tujuan dan Manfaat



BAGI BANK 

Sumber pendanaan, baik Rupiah maupun

PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah



PAPSI yang berlaku

Valuta Asing 

Salah satu sumber pendapatan dala bentuk

2. TABUNGAN WADIAH

jasa (fee base income) dari aktifitas

Pengertian/Definisi

lanjutan pemanfaatan rekening giro oleh

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya

nasabah

hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu

65

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan chek atau bilyet giro dan/atau alat

BAGI NASABAH 

lainnya yang dipersamakan dengan itu

Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas, baik dalam hal penyetoran, penarikan, transfer, dan pembayaran transaksi yang

AKAD TABUNGAN WADIAH Sedangkan akad tabungan

fleksibel

wadiah adalah



Dapat memperoleh bonus

Transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi yang menyimpan untuk

ANALISIS DAN IDENTIFIKASI RISIKO 

Risiko likuiditas yang disebabkan oleh

mengembalikan dana atau barang sewaktu-

fluktuasi dana yang ada di rekening

waktu

tabungan

relatif

tinggi

dibandingkan

dengan deposito Fitur dan mekanisme : Giro atas dasar akad



wadiah 



displacement

(commercial

displacement risk) yang disebabkan oleh

Bank bertindak sebagai penerima dana

adanya potensi nasabah memindahlan

titipan dan nasabah bertindak sebagai

dananya yang didorong oleh tingkat bonus

penitip dana

atau bagi hasil riil yang lebih rendah

Bank tidak diperkenankan menjanjikan

dibandingkan dengan tingkat suku bunga

pemberian imbalan atau bonus kepada 

Risiko



Risiko

pasar

yang

disebabkan

oleh

nasabah

pergerakan nilai tukar untuk tabungan

Bank dapat membebankan kepada nasabah

dalam valuta asing

biaya administrasi berupa biaya-biaya yang

trkait

langsung

dengan

biaya

pengelolaan rekening antara lain biaya

FATWA SYARIAH 

chek/bilyet giro, biaya meterai, cetak laporan

transaksi

dan

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

No

02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

saldorekening,

pembukaan dan penutupan rekening 

Bank menjamin dana titipan nasabah



Dana dapat diambil setiap saat oleh nasabah

REFERENSI 

PBI

No.3/10/PBI/2001

tentan Prinsip

Mengenal Nasabah (KYC) 

PBI

No.

7/6/PBI/2005

tentang

Transparansi Informasi Produk Bank dan Tujuan dan Manfaat BAGI BANK  

Penggunaan Data Pribadi Nasabah 

PBI

No.9/19/PBI/2007 Prinsip

Syariah

tentang

Sumber pendanaan, baik Rupiah maupun

Pelaksanaan

Dalam

Valuta Asing

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

Salah satu sumber pendapatan dala bentuk

serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

jasa (fee base income) dari aktifitas lanjutan pemanfaatan rekening giro oleh nasabah

PERLAKUAN AKUNTANSI 

PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah

66

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016



PAPSI yang berlaku

Namun bisa saja kedepan bisa menjanjikan apabila masyarakat sudah syariah minded.

3. SERTIFIKAT WADIAH BANK NDONESIA (SWBI)

Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank

Sertifikat

Wadiah

Indonesia

Indonesia yang menetapkan bahwa Wadiah adalah

diterbitkan pada tahun 2000, nampkanya sebagai

perjanjian penitipan dana antara pemilik dana

bentuk perkembangan produk perbankan syariah

dengan pihak penerima titipan yang dipercaya

menjawab

dengan

untuk menjaga dana tersebut. Dijelaskan bahwa

perbankan

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah

perbankan syariah itu sendiri. Diterbitkan sebelum

sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai

UU No 24 tahun 2008 tentang perbankan syariah

bukti penitipan dana berjangka pendek dengan

diundangkan, membuktikan adanya tuntutunan

prinsip Wadiah.

perkembangan produk dan secara luas bagi

Adapaun karakteristik, jumlah dan jangka waktu

tantangan

perkembangan

dan

Bank

jaman

sejalan

pertumbuhan

perekonomian adalah sebagai wujud dari tuntutan

penitipan dana diatur sebagai berikut :

sarana/perangkat pengendalian moneter dari sisi

1 Bank Indonesia dapat menerima penitipan dana

kegiatan produk perbaankan syariah. Apabila di

dari Bank atau UUS dengan menggunakan

perbankan konvensional (bank dengan basis produk

prinsip Wadiah.

bunga) produk semacam SWBI adalah Sertifikat

2

Sebagai bukti penitipan dana sebagaimana

Bank Indonesia (SBI). SBI merupakan perangkat

dimaksud dalam ayat (1), Bank Indonesia

utama Bank Indonesia dalam pengendalian moneter

menerbitkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

dalam operasi pasar terbuka (OPT) dengan

(SWBI).

instrumen suku bunga SBI (BI rate), saat ini sebesar

7,50%

(Maret

2015:pen).

3 Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas

Sebagai

penitipan dana sebagaimana dimaksud dalam

perangkat moneter utama dari sisi perbankan

ayat (1) yang diperhitungkan pada saat jatuh

konvensional. Maka diciptakan perangkat semacam

waktu.

SBI untuk perbankan syariah dengan produk/sarana

(1)

Jumlah dana yang dapat dititipkan

yang tentunya mengacu pada produk yang sesuai

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

dengan syariah. Sebetulnya SWBI bisa menjadi

(1)

perangkat moneter yang sangat efektif ketika

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

sekurang-kurangnya

Rp

perekonomian sedang menghadapi krisis karena

(2) Penitipan dana di atas Rp 500.000.000,00 (

“secara teori” SWBI bisa untuk mengenalikan uang

lima ratus juta rupiah) hanya dapat

uang beredar (sebagai perangkat untuk mengurangi

dilakukan

dan menambah jumlah uang beredar (dala arti

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

luas), namun mengingat daya tariknya adalah “bonus suka rela” apakah akan efektif melawan

dalam

kelipatan

Rp

Adapun jangka waktu penitipan dana ditetapkan 1 (satu) minggu, 2 (dua) minggu, dan 1

persaingan bisnis yang fully oriented to profit, jika

(satu)

bulan

yang

dinyatakan

dalam

hari.

dihadapkan pada SBI yang notebene beroperasi

Perubahan jangka waktu penitipan dana ditetapkan

berbasis turun naiknya BI rate. Apalagi pangsa

dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

SWBI saat ini tentu masih kecil, mengingat pangsa aset perbankan syariah juga masih kecil sekitar 3%.

67

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

TATA

CARA

PENYELESAIAN

JATUH

WAKTU PENITIPAN DANA

Nasional, namun tidak berlebihan apabila proses di lapangan, dalam praktek perbankan baik dari

(1) Pada saat jatuh waktu penitipan dana, Bank

asepek ketentuan yang dibuat oleh otoritas, pelaku

Indonesia akan mengkredit rekening giro

usaha (perbankan) maupun praktek di lapangan

Bank atau UUS pada Bank Indonesia sebesar

dalam bentuk penerapan praktis akan selalu

nilai titipan dana.

dikritisi, diperhatikan sehingga komitmen tentang

(2) Dalam hal Bank Indonesia memberikan bonus kepada Bank atau UUS pada saat jatuh waktu

Atas dasar kebijakan/ketentuan yang ada

penitipan dana sebagaimana dimaksud dalam

dan berdasarkan atas diskusi dengan para praktisi

Pasal 2 ayat (3), maka Bank Indonesia akan

perbankan dapat dimunculkan hal-hal yang perlu

mengkredit rekening giro bank sebesar nilai

dipertanyakan, dikritisi sebagaimana pandangan

bonus yang besarnya diatur dalam ayat (3)

tentang produk-produk wadiah di bawah ini.

dan ayat (4).

1. Giro Wadiah di Bank Umum

(3) Dalam hal Bank Indonesia akan memberikan bonus

kepada

Bank

atau

UUS

yang

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan

menitipkan dana, maka besarnya bonus akan

chek

dihitung dengan menggunakan acuan tingkat

pembayaran

indikasi imbalan Pasar Uang Antarbank

pemindahbukuan.

berdas arkan prinsip Syariah (PUAS) yang

adalah Transaksi penitipan dana atau barang

merupakan

dari pemilik kepada penyimpan dana atau

indikasi

rata -rata tertimbang tingkat

imbalan

Sertifikat

Investasi

Mudharabah Antarbank (Sertifikat

(4)

kesyariahan dalam produk akan tetap terjaga.

IMA)

/bilyet

giro

dan

sarana

perintah

atau

dengan

lainnya, Sedangkan

akad

wadiah

barang dengan kewajiban bagi yang menyimpan untuk

mengembalikan

dana

atau

barang

yang terjadi di PUAS, pada tanggal penitipan

sewaktu-wakt

dana.

Produk titipan tersebut jangan sampai terjadi

Dalam hal data mengenai tingkat indikasi

semacam janji tentang pemberian bonus di

imbalan PUAS sebagaimana dimaksud dalam

awal, sekalipun secara tertulis tidak ada, secara

ayat (3) tidak tersedia pada hari penitipan dana,

lisanpun tidak diperkenankan. Namun dalam

maka besarnya bonus akan dihitung dengan

suatu forum diskusi dengan praktisi perbankan.

menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan

Seandainya si mudi”(penitip dana) sama sekali

PUAS terakhir yang terjadi atau rata -rata

tidak diinformasikan tentang bonus yang akan

tingkat imbalan deposito investasi Mudharabah

diterima misalnya bonus setara nisbah bagi

sebelumdidistribusikan pada bulan sebelumnya

hasil sekian rupiah, maka dalam praktek bisnis

dari seluruh Bank yang melakukan kegiatan

riil yang dalam kenyataannya mengahadapi

usaha berdasarkan prinsip syariah dan UUS.

persaingan yang ketat, maka akan sulit bagi bank untuk dapat menghimpun dana dalam

IV. PANDANGAN KRITIS (CRITCAL POINT)

bentuk giro wadiah tersebut. Dalam kenyataan

KESYARIAHAN PRODUK DENGAN

produk giro wadiah meliputi lalu-lintas dana

AKAD WADIAH

dalam jumlah besar, karena sifatnya yang likuid

Sekalipun

semua

produk

perbankan

syariah tentu sudah melalui Fatwa Dewan Syariah

(mudah untuk perputaran dana). Bagi dunia usaha, akan sulit

apabila dana yang cukup

68

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

besar tersebut ditanamkan begitu saja tanpa

tidak diperjanjikan di awal perjanjian. Yang

adanya return yang menjanjikan, sekurangnya

perlu dicermati antara lain :

apabila dana ditanamkan dalam bentuk akad

i. Titipan ditetapkan dalam jangka waktu

mudharabah

(walaupun

menjadi

1(satu) minggu, 2 (dua) minggu dan 1(satu)

kurang likuid) untuk keperluan lalu-lintas

bulan. Padahal dalam prinsip syariahnya,

pembayaran. Dari sisi bank sendiri, tentu

dana titipan tersebut dapat diambil sewaktu-

menganggarkan

bonus.

waktu dan ini hak dari si penitip dana. Bagi

Apabila hal tersebut terjadi secara rutin, berarti

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter,

akan menjadikan kebiasaan menganggarkan

penetapan

pemberian bonus menjadi hal biasa dan lazim,

menyelaraskan

nasabahnpun akan memahami, “mengharap”

Indonesia (SBI) sebagai perangkat moneter,

adanya bonus . Betapa tidak,

maka

untuk

tentunya

pemberian

dana yang

ini

wajar pada

SWBI

karena

apabila

Sertifikat

bisa

dianggap

Bank

sebagai

ditanamkan begitu besar, apakah akan begitu

perangkat moneter juga sehingga apabila

saja digratiskan sementara bisnis “as usulan”

tidak ada batasan waktu, maka fungsi

adalah mobilisasi dana yang tentu ada biayanya.

sebagai

Lebih

sudah

sumir. Namun apabila dikaji dari sisi produk

“diperjanjikan”walaupun secara lisan tentang

syariahnya memang menjadi sedikit kurang

besarnya bonus. Hal demikian yang perlu

pas.

mendalam

lagi,

bonus

perangkat

moneternya

menjadi

dicermati oleh para pengawas syariah baik dari

ii. Pada butir (2) pasal PBI No. 2/9/PBI/2000

DSN, DPS maupun masyarakat peduli syariah

tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

lainnya. Dalam bahasa syar’i-nya, sudah ada

memang ditetapkan “Dalam hal Bank

niat

Padahal

Indonesia akan memberikan bonus kepada

tentunya mengcau pada inna a’malu biniyah

Bank atau UUS yang menitipkan dana”,

(Segala sesuatunya bergantung pada niat).

artinya bonus belum merupakan kepastian,

Dalam konteks produk giro wadiah, walaupun

sudah sesuai dengan syariah akad wadiah

tidak

(titipan). Namun selanjutnya tertulis “maka

untuk

ada

mendapatkan

bonus

atau

bonus.

imbalan

dalam

akadnya(perjanjian awalnya), namun sudah ada

besarnya bonus

niat/harapan untuk adanya bonus dikemudian

menggunakan

hari. Inilah yang tipis perbedaanya antara

imbalan Pasar Uang Antarbank berdas arkan

syariah dan non syariahnya.

prinsip Syariah (PUAS) yang merupakan rata

2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

-rata

imbalan

akan dihitung acuan

tertimbang

tingkat

tingkat

dengan indikasi

indikasi

Sertifikat Investasi Mudharabah

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, SWBI

Antarbank (Sertifikat IMA) yang terjadi di

adalah produk syariah yang dikeluarkan oleh

PUAS,

Bank

Tidakkah,

Indonesia

(Bank

Sentral

Republik

pada

tanggal kalimat

tersebut

sudah

memberikan

titipan atas ditempatkannya dana tersebut oleh

mendekati pasti” bahwa bonus selalu akan

masyarakat

Bank

diberikan kepada penitip dana. Terlebih lagi

Indonesia dapat memberikan bonus, namun

bahwa operasional SWBI sebagai perangkat

syariah).

“harapan

dana.

Indonesia). Bank Indonesia dapat menerima

(perbankan

semacam

penitipan

yang

moneter melibatkan uang milyaran rupiah,

69

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

sebagaimana ditetapkan bahwa minimal

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya

dana yang dititipkan dalam bentuk SWBI

hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu

sebesar Rp 500 juta dan diatas Rp500 juta

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan

penuh.

dengan chek atau bilyet giro dan/atau alat

Pertanyaan selanjutnya apakah bagi bank

lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat

umum syariah yang menitipkan dana dalam

tertentu itu misalnya penarikannya dibatasi

jumlah besar akan begitu saja rela tanpa

dalam satu hari sekian rupiah. Dalam hal ini

adanya income (pendapatan)? Sementara

perlu dicermati pula azaz akad wadiah itu

bank tersebut mengelola dana masyarakat

adalah titipan dana yang dapat diambil sewaktu-

agar mendatangkan return? Mengapa dana

waktu, artinya terserah kepada mudi’(pemilik

masyarakat tersebut tidak ditanamkan saja

dana).

pada produk mudharabah, murabahah, ijaroh

kesepakatan yang telah dibuat. Namanya titipan

dan lain sebagainya yang sudah pasti

yang memang niatnya untuk dititipkan, bukan

mendatangkan

tentu

berniat untuk berinvestasi. Tidak ada bonus

bahwa dana yang ditanamkan dalam bentuk

yang dijanjikan pada awalnya. Perlu dipahami

SWBI juga mendatangkan return, hanya

oleh mudi’ uang yang dititipkan dalam bentuk

tidak diperjanjikan dimuka, namun dengan

tabungan wadiah dalam kondisi :

kelipatan

Rp

return.

50

juta

Jawabnya

“harapan hampir pasti” bahwa pada saat



SWBI jatuh tempo Bank Indonesia juga akan memberikan bonus. Maka disinilah

Namun

memang

Biasanya

akan



dan “bonus janji”. Dalam pandangan syariah

kurangnya 5%/tahun. 

inflasi,

semata-mata

manusia tergantung pada niatnya”. Apa

menjalankan syariah.

menanamkan

biasanya

sekurang-

Tidak ada niat untuk investasi, uang

“Inna a’malu biniyah” (Sesungguhnya amal

bank

biaya

Nilai uang juga akan turun karena pasti terjadinya

tujuan/niat

dikenakan

pada

adminsitrasi, berarti uang akan berkurang

tipisnya perbedaan antara “bonus sukarela”

tentu juga sudah dikenal makna dari hadits

tergantung

untuk

dititipkan

demi

dananya

Pihak bank berkewajiban untuk menjelaskan

dalam bentuk SWBI, hanya menitipkan atau

kepada nasabah tentang arti/perbedan tabungan

mengharapkan bonus? Niat tentu urusannya

wadiah dengan tabungan mudharabah. Adakah

sama Alloh, bukan pada formalitas (bentuk

nasabah yang menitipkan dananya kepada bank

formal perjanjian) atau perjanjian lisan

syariah dalam bentuk tabungan wadiah? Wallohu

antara

a’lam.

mudi’(penitip

muda’(penerima

titipan

dana)

dan

dana).

Perlu

dicermati bahwa kebiasaan tidak tertulis

V. KESIMPULAN DAN SARAN

yang dilakukan berulang-ulang maka akan

A. KESIMPULAN

menjadi ikatan atau konvensi atau hukum.

1. Produk bank syariah dengan akad wadiah

Pemberian bonus yang tidak diperjanjikan

seperti Giro Wadiah di Bank Umum, Sertifikat

namun

dan

Wadiah Bank Indonesia dan tabungan wadiah

menjadi kebiasaan, lama-kelamaan akan

perlu lebih ditajamkan nilai-nilai kesyariahhnya

menjadi keniscayaan.

dalam pelaksanaannya.

dilakukan

berulang-ulang

3. Tabungan Wadiah

70

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016

2. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang produk-

namun, pengetahuan perekonomiian secara

produk tersebut sudah cukup jelas, namun

luas.

pengkajian tentang substansi produk perlu terus ditajamkan dalam tataran praksisnya.

------0------

3. Tentang persyaratan yang dikenakan pada produk tabungan wadiah, perlu dijelaskan agar

DAFTAR PUSTAKA

tidak bertentangan dengan substansi produk

1. Bank Syariah, Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia Oleh : DR Amir Mahmud dan H. Rukmana, SE, MSi

bahwa dana titipan tersebut dapat diambil oleh penitipnya (penabung) sewaktu-waktu. Terlebih lagi, para penabung ini kebanyakan masyarakat

Penerbit Erlangga, Jakarta, 2010

kalangan bawah yang uangnya pas-pasan sehingga dalam penerapnnya produk perbanka

2. Bank Syariah, Dari Teori dan Praktek Oleh : DR M Safi’i Antonio. MEc

syariah tetap memperhatikn kemaslahatan umat sebagaimana

tujuan

akhir,

baik

ekonomi

maupun perbankan Islam adalah kemaslahatan umat.

STEI, Tazkia, Jakarta 3. Bank Syariah, Wacana Ulama & Cendekiawan Oleh : Muhammad Syafi’i Antonio Penerbit : Tazkia Institut, Jakarta, 1999.

B. SARAN-SARAN 1.

Pihak-pihak yang terlibat dalam praktek perbankan syariah seperti Dewan Syariah

4. Perbankan Syariah Oleh Lasmiatun, SE, MSi Penerbit Kartini Press, Semarang, 2010

Nasional, Dewan Pengawas Syariah dan masyarakat peduli perbankan syariah lain

5. Tanya jawab Perbankan Syariah Oleh :Prof DR Abdul Ghofur Anshori, SH, MH

agar tidak hanya terpaku pada Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN, namun perlu mempelajari

dan

mendalami

praktek-

praktek perbankan di lapangan agar fatwafatwa dapat dijalankan selaras dengan praktek-praktek di lapangan. 2.

Dunia

perbankan

menyangkut

begitu

perekonomian,

kompleks, moneter,

sistem pembayaran dan bahkan aspek

UII Press, Yogyakarta, 2010 6. Akad Bank Syariah Oleh : H.R. Daeng Naja Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011 7. Bunga Bank Dalam Islam Oleh : DR Abu Sura’i Abdul Hadi MA Guru Besar Syariah, Riyadh University, Saudi Arabia

sosiologis sehingga perlu kepakaran yang optimal agar praktek perbankan syariah menerapkan

produk

yang

benar-benar

syariah. 3.

Penerbit : Al Ikhlas, Surabaya, Indonesia, 1993. 8. Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Masyarakat peduli perbankan syariah perlu proaktif dalam mengikuti perkembangan perbankan syariah. Dituntut bukan hanya harus memahami tentang prinsip syariah

9. Undang-Undang No. 7 tahun 1992 sebagaiman diubah dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan 10.Undang-Undang No 23 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

71

Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016