MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM BIDANG SAINS MELALUI

Download e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015). MENINGKATKA...

0 downloads 454 Views 102KB Size
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM BIDANG SAINS MELALUI AKTIVITAS PERCOBAAN SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK KARTIKA VII-1 KODAM-UDAYANA IX

Ratih Kumalasari1, DB.Kt.Ngr. Semara Putra2, I Wayan Sujana3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains melalui aktivitas percobaan sederhana pada anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam-Udayana IX Tahun Ajaran 2014/2015 Denpasar Selatan yang berjumlah 30 anak, yang terdiri dari 22 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data perkembangan kognitif anak dalam bidang sains.Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi.Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa penerapan aktivitas percobaan sederhana dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 73,8% yang berada pada kategori sedang mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81,8% tergolong pada kategori tinggi dan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8%. Kata kunci: percobaan sederhana, perkembangan kognitif, sains Abstract This research project aimed to improve cognitive development in science through simple experiment activity on group B children of second semester in TKKartika VII-1 KodamUdayana IX,school year of 2014/2015 at South Denpasar with 30 children, consisted of 22 females and 8 males. The type of this research was Classroom Action Research (CAR) that conducted in two cycles, in which every cycle followed by four steps: (1) Planing, (2) Action, (3) observation/evaluation, (4) reflection.Children’s cognitive development was the data that were collected in this research. The data was collected through observation method. The data was analysed by using descriptive statistics method and quantitative descriptive analysis method. Based on the analysis data, it’s seen that the implementation of simple experiment couldimprove children’s cognitive development in science at group B TK Kartika VII-1. The improvement can be seen from children’s average value of cognitive development, in which at thefirst cycle 73,8% is on

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) medium category increase to 81,8% in second cycles which categorised on high category and there is 8% improvement of cognitive development from first cycle to second cycle. Key word: simple experiment, cognitive development, science.

PENDAHULUAN Pendidikan sebagai kunci kesuksesan mewujudkan bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang madani. Keberhasilan dalam pendidikan akan membawa dampak yang besar untuk mewujudkan generasi bangsa yang sukses. Generasi yang sukses membantu membangun bangsa dan Negara.Keberhasilan pendidikan tentu berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh pendidikan serta penerimaan yang baik dari peserta didik. Pendidikan pada dasarnya sebuah wujud usaha untuk memberikan pengembangan kepada individu maupun sekelompok orang. Seperti yang tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Tap MPR No.II/MPR/1988), dinyatakan sebagai berikut: Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. (Depdikbud, 2007:1). Sementara itu, peningkatan kualitas peserta didik dapat dilakukan sejak dini, karena pada masa ini anak mengalami masa pekanya. Berdasarkan Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis

pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan serta perkembanan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak. Dalam kaitannya, pendidikan yang dimulai semenjak usia dini, pendidikan anak usia dini tentu memiliki peran yang sangat penting pada persaingan di abad ke dua puluh ini. Pendidikan anak usia dini memegang perang yang penting yang menentukan perkembangan anak di masa selanjutnya karena selama masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak baru dimulai dan sedang berlangsung. Sebagaimana dikemukakan oleh Havighurst (dalam Latif, 2013:22) yang menyatakan bahwa “perkembangan pada satu tahap perkembangan akan menentukan bagi perkembangan selanjutnya.Keberhasilan dalam menjalankan tugas perkembangan pada suatu masa akan menentukan keberhasilan pada masa perkembangan berikutnya”. Hal inilah yang menitikberatkan mengapa pendidikan perlu diselenggarakan semenjak usia dini. Masa usia dini adalah masa anak sedang mengalami masa pekanya, pada masa ini anak sangat sensitif menerima rangsangan. Masa peka merupakan peletak dasar untuk mengembangkan kemampuankemampuan agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, serta sosialemosional.Montessori (dalam Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa “masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya”. Dalam hal demikian

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) masa usia dini merupakan masa yang paling tepat dan sangat menentukan. Rangsangan yang terus menerus, yang diberikan oleh orang tua atau pendidik melalui bentuk kegiatan yang berulangulang, akan semakin memperkuat hubungan antar sel-sel otak anak. Satu sel otak mampu membuat 15.000 hubungan dengan sel otak yang lain. Hubungan yang sangat rumit inilah yang membentuk jaringan antar sel-sel otak (Hasan, 2009:46). Di usia dini, perkembangan otak individu mencapai 80 persen. Inilah mengapa masa ini disebut masa peka, atau dapat juga disebut sebagai masa keemasan (golden age). Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang amat penting adalah perkembangan kognitif. Semakin banyak orang tua menganggap bahwa perkembangan kognitif harus dikembangkan seoptimal mungkin dengan alasan meningkatnya persaingan di era globalisasi. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Menurut Fatimah (dalam Fadlillah, 2012:41) menyatakan “Perkembangan Kognitif merupakan perkembangan yang terkait dengan kemampuan berpikir seseorang.”Menurut pengertian kognitif ini, kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan merujuk pada kemampuan untuk memberikan alasan. Melalui kognitif anak beradaptasi dan mengintrepertasikan kejadian-kejadian disekitarnya.Menurut Piaget (dalam McDevitt, 2010:195) mengemukakan bahwa anak secara natural memiliki rasa ingin tahu yang besar dan secara aktif mencari informasi untuk diolah dan dipahami. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman,

serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan di TK Kartika VII1 Kodam Udayana IX pada tanggal 3 November 2014 ditemukan bahwa perkembangan kognitif anak dalam bidang sains di kelompok B3 masih tergolong dalam kategori rendah, rata-rata perkembangan mencapai 55,3 atau baru mencapai tingkat 55,3% dan menurut Agung (2013:107) pencapaian tersebut masih berada pada kategori rendah. Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan kepada Kepala Sekolah TK Kartia VII-1 Kodam Udayana IX yang bernama Silvya K. Sembiring, S.Pd.AUD diperoleh beberapa informasi yaitu kurang banyaknya hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kognitif anak terutama dalam menginterpretasikan informasiinformasi yang ada di sekitarnya. Kurangnya variasi media yang digunakan serta penggunaan metode ceramah yang terlalu sering digunakan membuat anak kesulitan dalam mengolah informasi yang diberikan oleh guru. Mencermati dari fenomena yang terjadi, pembelajaran yang diupayakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada perkembangan kognitif anak adalah dengan menerapkan aktivitas percobaan sederhana.Aktivitas percobaan sederhana dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membangun rasa ingin tahu anak.Seperti yang diungkapkan oleh Latif dkk (2013:108) yang menyatakan bahwa, “anak merupakan pembelajar yang aktif.Saat bergerak, anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesemparan untuk belajar”.Oleh karena itu, menciptakan pembelajaran yang menggerakkan keaktifan anak dapat memperkuat rangsangan stimulus kepada anak sehingga perkembangan dapat berkembang dengan baik. Percobaan sederhana ini merupakan sebuah aktivitas yang memungkinkan anak untuk melakukan berbagai eksperimen sehingga melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam bidang sains. Akan tetapi percobaan yang dilakukan oleh anak

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) kelompok B merupakan percobaan yang sederhana dan disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini. Percobaan yang dilakukan tidak mengandung bahan yang berbahaya, aman bagi anak, serta alat dan bahan mudah didapatkan namun dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi anak. Aktivitas percobaan sederhana dapat juga disebut sebagai metode eksperimen atau metode percobaan.Sutikno (2014:51) menyatakan bahwa “metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pernyataan atau hipotesis yang dipelajari”.Metode ini menekankan pada pembangunan pengetahuan dengan melibatkan anak secara langsung dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Selajan dengan pendapat di atas, Djamarah (2006:84) menyebutkan bahwa “metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Schoenherr (1996) yang di kutip oleh Palendeng (2003:81) menyebutkan “metode eksperimen merupakan metode yang berkaitan dengan pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal”.Melalui percobaan-percobaan yang dilakukan, siswa diberikan kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya yang selanjutnya dapat diaplikasikan ke dalam kehidupannya. Dari pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka aktivitas percobaan atau metode ekperimen dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan yang dilakukan anak didik untuk mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran sains. Sementara itu, aktivitas percobaan sains dapat diartikan sebagai pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan percobaan sederhana yang disesuaikan dengan perkembangan serta karakteristik anak didik.Percobaan atau eksperimen tidak

selalu harus dilakukan di dalam ruang laboratorium, melainkan dapat juga dilaksanakan di lingkungan sekitar. Menurut Djamarah (2006:81) metode eksperimen memiliki kelebihan antara lain: (1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, (2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, serta (3) hasil-hasil percobaan yag berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari aktivitas percobaan sederhana yaitu: (1) anak dapat lebih percaya tentang ilmu yang didapatkannya melalui percobaan yang dilakukannya sendiri, (2) anak memiliki pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, (3) pembelajaran menjadi lebih menarik, (4) melalui aktivitas percobaan sederhana anak-anak dapat terhindar dari verbalisme, (5) melatih anak untuk berpikir secara ilmiah, dan (6) dapat mendorong anak untuk membuat berbagai terobosan atau penemuan-penemuan terbaru. Demi kelancaran proses pelaksanaan penelitian, maka perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu langkah-langkah metode eksperimen. Palendeng (dalam Setyanti, 2014:191) mengemukakan ada empat tahap dalam pelaksanaan metode eksperimen, yaitu: (1) percobaan awal, (2) bimbingan, (3) pembuktian, dan (4) evaluasi. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan, maka penerapan penelitian ini untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains melalui aktivitas percobaan sederhana pada anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam-Udayana IX Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. METODE Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B3 di TK Kartika VII-1 KodamUdayana IX Denpasar Selatan.Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini juga disebut sebagai Classroom Action

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Research,yang kegiatan memecahkan masalahnya dilaksanakan melalui penerapan di dalam kelas. Agung (2010:3) menyatakan bahwa: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses atau program (program pembelajaran) yang sedang berjalan. Tahap-tahap penelitian dalam masingmasing tindakan terjadi secara berulangulang yang akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan kelas.Arikunto (2011:16) menyatakan bahwa “secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam PTK”. Tahapan-tahapan tersebut yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) Pengamatan/observasi, dan (4) refleksi. Tahapan dalam setiap siklus penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Perencanaan Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS II Pengamatan

(Arikunto, 2009:16) Gambar 1: Gambar Model Penelitian Tindakan Kelas Tiap tahapan pada siklus PTK dapat dijelaskan yaitu: (1) perencanaan, pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan adalah dengan menyusun jadwal penelitian yang akan dilaksanakan, menganalisis dan merumuskan masalah yang muncul di dalam kelas, menyamakan persepsi dengan model, Menganalisis program semester, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan media yang akan digunakan, Membuat instrumen penelitian. (2) tahap pelaksanaan tindakan,

pada tahapan ini yang dilakukan dalam menerapan percobaan sederhana adalah dengan mempersiapkan materi dan alatalat yang akan diperlukan sebagai bahan dalam kegiatan percobaan dan mencatat hal-hal penting yang perlu dijelaskan kepada anak, menyampaikan materi dan langkah-langkah dengan jelas dan singkat, menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan, memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan percobaan dan menceritakan apa yang telah dilakukannya. (3) Tahap observasi/evaluasi, pada tahapan ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini observasi dilakukan secara langsung selama proses kegiatan dilaksanakan mulai dari pembukaan, menyampaikan materi, melaksanakan tindakan, dan kegiatan penutup, dan evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran. (4) Tahap refleksi, tahapan refleksi dilakukan untuk merenungkan, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran pada siklus I. Hasil refleksi digunakan untuk mencari alternatif untuk mengatasi kendalakendala yang dialami pada siklus sebelumnya. Data yang dikumpulkan dalam PTK ini adalah data mengenai perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 dengan menggunakan metode observasi.Agung mengatakan (2012:61) “Metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Musfiqon (2012:12) menyatakan bahwa “Metode observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena, dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian”.Jadi, metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pembelajaran pengembangan kognitif berlangsung dengan berpedoman kepada pedoman observasi.Setiap kegiatan yang dilakukan dinilai atau dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu bintang (BB), bintang

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) (MB), dan bintang (BSB).Untuk lebih

(BSH), jelasnya

mengenai penilaian perkembangan anak dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Tabel Skor Penilaian Perkembangan Anak Simbul Nilai Makna Nilai Skor Belum Berkembang (BB) 1 Mulai Berkembang (MB) 2 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 Berkembang Sangat Baik (BSB) 4 Dalam mengumpulkan data, diperlukan instrument pengumpulan data. Instrumen pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Lembar yang digunakan adalah rubrik penilaian perkembangan kognitif dalam bidang sains disajikan dalam bentuk tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Tabel Rubrik Penskoran Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains Skor No Indikator 1 2 3 4 1. Mencoba mencertakan apa yang terjadi jika warna dicampur 2. Menceritakan tentang proses pertumbuhan tanaman 3. Mengenal benda melayang, terapung, tenggelam, dan gravitasi bumi 4. Mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, dan bau. 5. Mengungkapkan sebab akibat (missal: mengapa balon dilepas bisa terbang, dll) (Sumber: Diimplementasi dari Dimyati, 2013:95)

Keterangan: 1 = Belum Berkembang ( ) 2 = Mulai Berkembang ( ) 3 = Berkembang Sesuai Harapan ( 4 = Berkembang Sangat Baik (

) )

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode, yaitu: metode analisis data deskriptif dan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Agung (2010:76), menyatakan bahwa: Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo), untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam (a) menghitung rentangan (b) tabel distribusi frekuensi; (c) menghitung modus (Mo); (d) menghitung median (Me); (e) menghitung mean atau angka rata-rata (M); dan (f) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Data yang telah dianalisis menggunakan metode analisis data deskriptif, data kemudian diolah menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan kriteria perkembangan kognitif anak yang ditentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Untuk menganalisis data dengan metode analisis deskriptif kuantitatif

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) digunakan rumus M% atau rata-rata persen sebagai berikut.

 M 

M(%) =  (1)  x 100%  SMI  (Agung, 2005:96) Keterangan: M(%) = Rata-rata Persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal

Hasil dari nilai rata-rata persen (M%) kemudian dibandingkan ke dalam PAP skala lima untuk mengukur kriteria perkembangan kognitif dalam bidang sains anak. Hasil ini kemudian digunakan untuk Berikut pedoman konversi PAP (Penilaian Acuan Patokan) skala lima tentang tingkatan perkembangan kognitif pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Perkembangan Kognitif Persentase (%) Kriteria Perkembangan Kognitif 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah (Agung, 2013:107) Penerapan percobaan sederhana ini dinyatakan berhasil apabila terdapat perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus selanjutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat perkembangan kognitif berada pada rentangan 80-89 dengan kriteria tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah anak sebanyak 30 orang anak yang terdiri dari 22 anak perempuan dan 8 anak lakilaki. Penelitian yang berlangsung pada semester genap ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan dengan pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dan penilaian terhadap kemampuan kognitif anak dalam bidang sains pada kegiatan penutup. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus I diperoleh Mean sebesar 73,8, Median sebesar 73,3, Modus sebesar 72,4 untuk data perkembangan kognitif dalam bidang sains. Berikut ini adalah grafik perkembangan kognitif anak dalam bidang sains pada siklus I.

9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 57

62

67

72

77

82

87

92

M = 73,8 Mo = 72,4

Md = 73,3

Gambar 2 Gambar Grafik Polygon Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains kelompok B3 pada siklus I Berdasarkan gambar grafik yang ditunjukkan pada gambar 2, dapat dilihat bahwa Mo < Md < M (72,4< 73,3 < 73,8), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus I menunjukkan kurve juling positif yang berarti bahwa rata-rata perkembangan kognitif anak dalam bidang sains pada siklus cenderung rendah. Selanjutnya adalah nilai rata-rata dibandingkan dengan kriterian PAP skala lima. Nilai rata-rata pada siklus I didapatkan sebesar 73,8 dihitung menggunakan rumus

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) M% menjadi sebesar 73,8%. Kemudian nilai rata-rata persen dikonversikan ke dalam PAP skala lima. Terlihat bahwa nilai rata-rata perkembangan kognitif anak dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam-Udayana IX Denpasar Selatan menunjukkan berada pada kategori sedang. Rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 berada pada kategori sedang terjadi karena ditemukannya beberapa kendala selama proses pembelajaran siklus I berlangsung. Kendala tersebut yaitu: pada saat menjelaskan materi dan langkah-langkah dalam melakukan percobaan, anak-anak masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan sehingga hal ini berdampak selama kegiatan percobaan sederhana dilakukan, beberapa anak masih belum bisa mengikuti langkah-langkah dalam melakukan percobaan sehingga perlu dipantu dalam melakukan percobaan, dan anak-anak masih takut dan malu untuk bertanya pada langkah yang belum dipahami sehingga tidak sedikit anak yang keliru dalam melakukan percobaan. Dari kendala-kendala yang ditemukan, maka dicari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemukan yaitu: menyediakan gambar dan media yang ukurannya lebih besar dan menarik sehingga anak-anak dapat memusatkan perhatian selama proses menjelaskan materi dan langkah-langkah percobaan, ,memperagakan langkah-langkah percobaan dengan jelas dan singkat sehingga anak-anak tidak kebingungan dengan langkah-langkah yang begitu panjang, dan membangun suasana menarik dan seceria mungkin serta memancing munculnya pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak pada hal-hal yang belum dipahami. Karena nilai rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 masih berada pada kategori sedang, dan ditemukan kendalakendala selama pelaksanaan siklus I. Maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. pada siklus II dilaksanakan 5 kali pertemuan dengan pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dan penilaian terhadap kemampuan kognitif anak dalam bidang

sains pada kegiatan penutup dan akhir pembelajaran. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus II diperoleh Mean sebesar 81,8, Median sebesar 82,3, Modus sebesar 82,8 untuk data perkembangan kognitif dalam bidang sains. Berikut ini adalah grafik perkembangan kognitif anak dalam bidang sains pada siklus II.

10 8 6 4 2 0 62

67

72

77

82

87

92

97

Mo = 82,8 M = 81,8

Md = 82,3

Gambar 3: Gambar Grafik Polygon Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains kelompok B3 pada siklus II Berdasarkan gambar grafik yang ditunjukkan pada gambar 3 dapat dilihat bahwa Mo > Md > M (82,8> 82,3 > 81,8), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II menunjukkan kurve juling negatif yang berarti bahwa rata-rata perkembangan kognitif anak dalam bidang sains pada siklus cenderung tinggi. Kemudian perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 dibandingkan dengan kriteria PAP skala lima. Nilai rata-rata perkembangan kognitif terlebih dahulu dihitung menggunakan rumus M% dan didapatkan bahwa nilai rata-rata persen sebesar 81,8%. Kemudian nilai rata-rata persen dikonversikan ke dalam PAP skala lima. Terlihat bahwa nilai rata-rata perkembangan kognitif anak dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam-Udayana IX Denpasar Selatan menunjukkan berada pada kategori tinggi. Dalam pelaksanaan siklus II, terdapat beberapa temuan yaitu: sebagian besar

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) anak sudah dapat memperhatikan penjelasan materi dan langkah-langkah percobaan sederhana dari guru di depan kelas, secara umum anak sudah berani melontarkan pertanyaan pada hal-hal yang belum dipahami. Anak sudah mengerti langkah-langkah meskipun mengalami beberapa kesulitan namun sebagian besar anak dapat mencari solusi dari kesulitan yang dihadapinya dengan baik, pada saat menjawab pertanyaan anak sangat bersemangat dan tidak ragu-ragu dalam menjawab. Komunikasi antara guru dengan anak berlangsung dengan baik, dan anak sangat bersemangat dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar setiap guru baru akan memulai pembelajaran dan selalu menantikan pembelajaran selanjutnya. Melalui pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II yang dilakukan

sebagai tindak lanjut dari siklus I, ditemukan adanya peningkatan perkembangan kognitif dalam bidang sains pada anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan. Peningkatan yang terjadi sangat signifikan dan seluruh anak kelompok B3 bisa mengikuti proses pembelajaran dengan aktif. Adapun peningkatan persentase perkembangan kognitif dalam bidang sains pada siklus I sebesar 73,8% meningkat pada siklus II sebesar 81,8%. Adapun ringkasan hasil penelitian terhadap perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan adalah disajikan pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4 Tabel Ringkasan Hasil Penelitian Terhadap Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains Anak Kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan Tahapan Siklus I Kategori Siklus II Kategori M (Mean) 73,8 Sedang 81,8 Tinggi M (%) 73,8% Sedang 81,8% Tinggi Md (Median) 73,3 82,3 Mo (Modus) 72,4 82,8 Berdasarkan analisis data data siklus I dan siklus II yang telah dilaksankan, tampak bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan melalui penerapan aktivitas percobaan sederhana. Setelah diterapkan aktivitas percobaan sederhana pada perkembangan kognitif anak pada siklus I dan dilakukan analisis data tampak bahwa nilai rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan sebesar 73,8 dengan persentase nilai rata-rata 73,8%. Rata-rata perkembangan kognitif anak pada siklus I ini termasuk ke dalam kategori sedang. Sementara nilai rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan pada siklus II sebesar 81,8 dengan persentase nilai

rata-rata yaitu 81,8%. Rata-rata perkembangan kognitif anak pada siklus II ini termasuk ke dalam kategori tinggi.Dari hasil analisis data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan yang signifikan pada perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan aktivitas percobaan sederhana dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 semester genap TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan.Oleh karena telah terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan kategori tinggi sesuai dengan yang telah ditentukan.Dengan demikian, penelitian sudah dapat dihentikan. Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya aktivitas percobaan sederhana sehingga perkembangan kognitif anak dalam bidang sains dapat meningkat secara signifikan.Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah (2006:85) yang mengatakan bahwa “metode eksperimen ini

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) sesuai dengan bidang sains dan teknologi”.Schoenherr (dalam Palendeng, 2003:81) juga menyatakan bahwa “metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal”. Anak usia dini merupakan pembelajar yang aktif sehingga dengan melakukan kegiatan secara langsung dapat mengasah kemampuan berpikir dan mempertajam daya ingat anak. Dengan demikian perlu diterapkan aktivitas percobaan sederhana untuk meningkatkan perkembangan anak dalam bidang sains secara berkelanjutan dan intensif SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan serta hasil analisis data sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan aktivitas percobaan sederhana dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam IX Udayana Denpasar Selatan. Pada siklus I rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 mencapai 73,8 % yang berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata perkembangan kognitif dalam bidang sains anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 naik menjadi 81,8% pada kategori tinggi, jadi ini peningkatan rata-rata perkembangan kognitif anak kelompok B3 TK Kartika VII-1 dari siklus I ke siklus II naik sebesar 8%. Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini maka dapat diajukan saran kepada berbagai pihak sebagai berikut:(1) Kepala sekolah, agar dapat merekomendasikan penerapan aktivitas percobaan sederhana kepada guuru, sebagai alternatif pembelajaran di kelas dan mengembangkan penerapan aktivitas percobaan sederhana, (2) Guru, disarankan agar dapat mengembangkan dan menerapkan alternatif-alternatif pembelajaran dalam rangka meningkatkan perkembangan kognitif anak, (3) Anak, agar dapat terus bersemangat dan aktif sehingga penerapan aktivitas pembelajaran dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan nyata dan tidak

hanya semata di dalam kelas saja, (4) Peneliti lain, yang ingin dan tertarik untuk melaksanakan penelitian menggunakan aktivitas percobaan sederhana (metode eksperimen) disarankan agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian sebagai pertimbangan untuk meneliti masalah lain maupun aspek perkembangan anak usia dini yang lain. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian, Suatu Pengantar Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha ------. 2010 “Penelitian Konvensional”.(Eksperimental dan No Eksperimental). Makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha.Pada tanggal 27 September 2010 -------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha -------. 2013. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Arikunto, Suharsimi, dk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pengembangan Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Ditjendikti, Departemen Pendidikan Nasional Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Hasan, Maimunah. 2009. (Pendidikan Anak Usia Jogjakarta: DIVA Press

PAUD Dini).

Latif, Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana McDevitt, Teresa M, dan Jeanner Ellis Ormrod. 2010. Child Development and Education Fourth Edition. New Jersey: Pearson Education International Palendeng. 2003. Strategi Pembelajaran Sains.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Sutikno, Sobry. 2014. Metode & Modelmodel Pembelajaran. Lombok: Holistika