MODUL 1 : KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN TENTANG PENGADAAN TANAH Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelajaran ini, para peserta diharapkan mampu memahami dasar-dasar peraturan per-undang2an terkait Pengadaan Tanah untuk pembangunan.
2
Pokok Bahasan Tata Urutan Perundangan di Indonesia
UU Pokok Agraria No. 5 Thn 1960
Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Thn 2012
Permendagri No. 72 Thn 2012 UU No. 2 Thn 2012 Perpres No. 71 Thn 2012
etentuan tentang Perubahan-Perubahan Perpres No. 71 Thn 2012
PMK No. 13 Thn 2012 Ketentuan Perundangan Terkait Pengadaan Tanah
UUD 1945 TAP MPR
Tata Urutan Perundanganundangan di Indonesia
UNDANG-UNDANG PERPPU PERATURAN PEMERINTAH
PERPRES PERDA
Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 merupakan Hukum Dasar tertulis NKRI dan berfungsi sbg sumber hukum tertinggi. Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam Budiardjo ( 1981: 106-107) UUD 1945 mempunyai kedudukan yg istimewa, hal ini dikarenakan: 1. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yg berbeda dg pembentukan UU biasa 2. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yg luhur 3. UUD adalah piagam yg menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
TAP MPR RI & Undang-Undang
Ketetapan MPR adalah ketetapan yg dikeluarkan MPR sbg konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD 1945.
Undang-undang
merupakan peraturan perundang undangan untuk melaksanakan UUD 1945. Yang berwenang membuat UU adalah DPR legislative bersama pihak eksekutif (Presiden).
PERPPU & PP Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR. Hal ini dikarenakan PERPPU dibuat dlm keadaan darurat dalam arti persoalan yg muncul harus segera ditindaklanjuti. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan UU.
PERPRES & PERATURAN DAERAH Peraturan Presiden merupakan peraturan per-undang2-an yg dibentuk Presiden berdasarkan psl 4 UUD 1945. Dilihat dr sifatnya Presiden dapat membuat dua macam keputusan yaitu: 1.Bersifat pengaturan 2. Bersifat penetapan Peraturan Daerah adalah peraturan yg dibuat oleh Pemerintah Daerah
Propinsi / Kabupaten / Kota.
Undang-Undang Agraria No. 5 Thn. 1960 Dasar-Dasar dan Ketentuan Pokok Hak-Hak atas Tanah, Air dan Ruang Angkasa Serta Pendaftaran Tanah
Dasar-dasar dan Ketentuan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 diperjelas dalam pasal-pasal berikut
PASAL 1 Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
PASAL 2 Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 UndangUndang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
PASAL 3 Dengan mengingat ketentuanketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak-ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara.
PASAL 6 Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
Hak-Hak atas Tanah, Air dan Ruang Angkasa Serta Pendaftaran Tanah
Bagian I Ketentuan Umum
Bagian I Ketentuan Umum
Bagian II Pengadaan Tanah
Bagian II Pengadaan Tanah
Bagian III Hak Milik
Bagian III Hak Milik
Bagian IV Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan
Bagian IV Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan
PAKET PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM UU NO 2 TAHUN 2012
PERPRES NO 71 TAHUN 2012
PERATURAN KEPALA BPN NO 5 TAHUN 2012
PERATURAN KEPALA BPN NO 6 TAHUN 2015
PERMENDAGRI NO 72 TAHUN 2012
- PERPRES NO 40 TAHUN 2014 - PERPRES NO 99 TAHUN 2014 - PERPRES NO 30 TAHUN 2015 - PERPRES NO 148 TAHUN 2015 - INPRES NO 1 TAHUN 2016 - KEPPRES NO 3 TAHUN 2016
PER MEN KEUANGAN NO 13 TAHUN 2013 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.02/2016
PENGERTIAN ISTILAH UU No. 12 Tahun 2012
1
Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak Kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antarpihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah Pelepasan Hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada negara melalui Lembaga Pertanahan Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang pengadaan tanah
berhak dalam proses
Penilai Pertanahan (Penilai) adalah orang perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan profesional yang telah mendapat izin praktik penilaian dari Menteri Keuangan dan telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan untuk menghitung nilai/harga objek pengadaan tanah
PENGERTIAN ISTILAH UU No. 12 Tahun 2012
2
Penetapan Lokasi adalah penetapan atas lokasi pembangunan untuk kepentingan umum yang ditetapkan dengan keputusan gubernur, yang dipergunakan sebagai izin untuk Pengadaan Tanah, perubahan penggunaan tanah dan peralihan hak atas tanah dalam Pengadaan Tanah Tim persiapan adalah tim yang dibentuk oleh gubernur untuk membantu gubernur dalam melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana pembangunan dan Konsultasi Publik rencana pembangunan Tim Kajian adalah tim yang dibentuk oleh gubernur untuk membantu gubernur dalam melaksanakan inventarisasi masalah yang menjadi alas an keberatan, melakukan u klarifikasi dengan pihak yang keberatan, melakukan kajian dan rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan. Satuan Tugas selanjutnya disebut Satgas adalah satuan yang dibentuk oleh BPN untuk membantu pelaksanaan Pengadaan Tanah Ruang atas dan bawah tanah adalah ruang yang ada di bawah permukaan bumi dan atau ruang yang ada di atas permukaan bumi sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah.
Pokok-Pokok Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan Pengadaan Tanah Jaminan terselenggaranya Pengadaan Tanah oleh pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah disertai jaminan tersedianya anggaran Kewajiban Pihak yang Berhak untuk melepaskan tanahnya setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Penegasan bahwa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum adalah diselenggarakan oleh Pemerintah Dilaksanakan sesuai dengan RTRW, RPJMN/RPJMD, Renstra dan Rencana Kerja Instansi yang melibatkan para pengampu dan pemangku kepentingan Kewajiban Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek Pengadaan Tanah mematuhi ketentuan dalam Undang-undang Prinsip keseimbangan kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat serta pemberian Ganti Kerugian yang adil dan layak
Prinsip Pengadaan Tanah
• Terjaminnya hak-hak Masyarakat atas Tanah • Terhindarnya Masyarakat dari Upaya Spekulasi Tanah • Terjaminnya perolehan tanah untuk kepentingan umum
Ketentuan Umum UU No. 2 Tahun 2012 Instansi
Konsultasi Publik
Pengadaan Tanah
Pelepasan hak
Pihak yang Berhak
Ganti Kerugian
Objek Pengadaan Tanah
Penilai Pertanahan
antara lain
Hak Atas Tanah
Pemerintah Pusat
mengenai:
Kepentingan Umum
Pemerintah Daerah
Hak Pengelolaan
Lembaga Pertanahan
Ketentuan umum ini menjelaskan beberapa konsep/pengertian yang membatasi lingkup pengaturan,
1. Asas Kemanusiaan 2. Asas Keadilan 3. Asas Kemanfaatan 4. Asas Kepastian 5. Asas Keterbukaan 6. Asas Kesepakatan 7. Asas Keikutsertaan 8. Asas Kesejahteraan 9. Asas Keberlanjutan 10. Asas Keselarasan
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan Asas:
Asas Kemanusiaan, pengadaan tanah harus memberikan perlindungan serta menghormati terhadap hak asasi manusia, harkat, dan martabat, setiap warga negara
1
Asas Keadilan, kepada masyarakat yang terkena dampak diberi ganti kerugian yang dapat memulihkan kondisi social ekonomisnya, dg memperhitungkan kerugian thd faktor fisik maupun nonfisik
2 3
4 5
Asas Kemanfaatan, pengadaan tanah diharapkan mendatangkan dampak positif bagi pihak yg memerlukan tanah, masyarakat yg terkena dampak dan masyarakat luas Asas Keterbukaan, dlm proses pengadaan tanah, masyarakat yg terkena dampak berhak memperoleh informasi ttg proyek dan dampaknya, kebijakan ganti kerugian, jadwal pembangunan, rencana pemukiman kembali dan lokasi pengganti
Asas Kepastian, pengadaan tanah dilakukan menurut tata cara yg diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga para pihak mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing
6
Asas Kesepakatan yakni seluruh kegiatan pengadaan tanah dan Pemegang hak atas Tanah dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak yg memerlukan tanah dg Pemegang Hak atas Tanah
7 8 9 10
Asas Keikutsertaan / Partisipasi, peran serta seluruh pemangku kepentingan dlm setiap tahap pegadaan tanah (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) diperlukan agar menimbulkan rasa ikut memiliki dan dapat meminimalkan penolakan penolakan masyarakat thd kegiatan yang bersangkutan Asas Kesejahteraan, bahwa pengadaan tanah utk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yg berhak dan masyarakat secara luas Asas Asas Keberlanjutan, kegiatan pembangunan dpt berlangsung secara terus –menerus, berkesinambungan, utk mencapai tujuan yg diharapkan
Asas Keselarasan, bahwa Pengadaan Tanah untuk pengembangan dapat seimbangdan sejalan dg kepentingan Masyarakat dan negara
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
1
Pasal 3
Pengadaan Tanah utk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dg tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Pasal 7 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dg Rencana Tata Ruang Wilayah, Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Kerja setiap instansi yg memerlukan tanah.
UU No. 2 Tahun 2012 Pokok-Pokok Pengadaan Tanah
Pasal 4 (1) Pemerintah/Pemda menjamin tersedianya tanah utk kepentingan umum (2) Pemerintah/Pemda menjamin tersedianya pendanaan utk kepentingan umum
Pasal 5 Pihak yang berwajib melepaskan tanahnya pd saat pelaksanaan Pengadaan Tanah utk Kepentingan Umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap
2
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pasal 6 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan oleh Pemerintah.
Pasal 7 (1) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Kerja setiap instansi yg memerlukan tanah.
3
UU No. 2 Tahun 2012
4
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud digunakan untuk pembangunan a. Pertahanan dan keamanan Nasional; b. Jalan Umum, Jalan Tol, Terowongan, Jalur Kereta Api, Stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; c. Waduk, bendungan, bending, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air, dan sanitasi dan bangunan pengairan lainnya; d. Pelabuhan, Bandar Udara, dan Terminal; e. Infrastruktur Minyak, Gas, dan Panas Bumi;
Psl 10
f. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik; g. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
h. Jaringan telekomunikasi dan Informatika Pemerintah; i. Rumah Sakit Pemerintah/ Pemda; j. Fasilitas keselamatan umum; k. Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemda; l. Fasilitas social, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; m.Cagar alam dan Cagar Budaya; n. Kantor Pemerintah/Pemda/Desa;
o. Penataan Permukiman kumuh, perkotaan. Kantor Konsolidasi Tanah, Serta perumahan masyarakat berpenghasilan rendah dan perumahan sewa;
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 13 Pengadaan tanah untuk kepentingan Umum diselenggarakan melalui tahapan: a. Perencanaan
b. Persiapan c. Pelaksanaan; dan d. Penyerahan hasil
5
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
6
Pasal 52 (1) Pendanaan Pengadaan Tanahuntuk Kepentingan Umum bersumber dari APBN dan/atau APBD (2) Dalam hal instansi yang memerlukan tanah Badan Hukum Milik Negara/ BUMN yg mendapatkan penugasan khusus, pendanaan bersumber dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (3) Penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
7
Pasal 53 (1)Dana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dlm Pasal 52 meliputi dana: a. Perencanaan; b. Persiapan; c. Penyerahan hasil; d. Administrasi dan Pengelolaan; e. Sosialisasi;
(2) Pendanaan
Pengadaan Tanah utk Kepentingan Umum dilakukan oleh Instansi dan dituangkan dlm dokumen penganggaran sesuai dg ketentuan peraturan per-undang2-an
(3) Ketentuan
mengenai mekanisme pelaksanaan pendanaan Pengadaan Tanah utk Kepentingan Umum diatur dg Peraturan Presiden
UU No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
8
BAB VI TENTANG HAK PAKAI
PASAL 55 Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah, Pihak yang Berhak mempunyai hak: a. Mengetahui rencana penyelenggaraan Pengadaan Tanah;dan b. Memperoleh informasi mengenai Pengadaan Tanah.
PASAL 56 Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, setiap orang wajib mematuhi ketentuan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
PASAL 57 Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, masyarakat dapat berperan serta, antara lain: a. Memberikan masukan secara lisan atau tertulis mengenai Pengadaan Tanah; dan b. Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah.
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Instansi
Konsultasi Publik
menjelaskan beberapa
Pengadaan Tanah
Pelepasan hak
konsep/pengertian yang
Pihak yang Berhak
Ganti Kerugian
Objek Pengadaan Tanah
Penilai Pertanahan
Hak Atas Tanah
Pemerintah Pusat
Kepentingan Umum
Pemerintah Daerah
Hak Pengelolaan
Lembaga Pertanahan
Ketentuan umum ini
membatasi lingkup
pengaturan, antara lain mengenai:
Tentang Sumber Dana Terdapat 3 hal dalam pengaturan pendanaan Pengadaan Tanah
Pertama Pertama, sumber pendanaan dibebankan pada APBN d/a APBD serta dimungkinkan pendanaan internal BUMN/BUMD dg aturan khusus
Kedua Kedua, adanya jaminan alokasi pendanaan meliputi anggaran: perencanaan, persiapan, pelaksanaan penyerahan hasil administrasi dan pengelolaan dan sosialisasi
Ketiga Ketiga, adanya jaminan ketersediaan anggaran yg dialokasi pd Instansi yg memerlukan tanah
KETENTUAN SUMBER DANA DAN LUAS Undang-Undang No. 2 Thn 2012
Tentang Sumber Dana Sumber Dana
PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
A.P.B.N A.P.B.D SUMBER DANA
BUMN/BHMN yang mendapat penugasan khusus Perpres No. 30 2015 tentang dana talangan untuk BUMN dan non BUMN
>5,00 Ha
LUAS KEBUTUHAN
TANAH < 5,00 Ha
• Mengikuti ketentuan Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum sesuai dg UU. No. 2 Th. 2012 dan PERPRES No. 71 Th. 2012 dg 4 Tahapan (Perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil)
• Perpres No. 148 Th. 2016 Tidak memerlukan SK Pemkot • Dapat dilakukan dg pengadaan langsung (Jual/Beli) melalui notaris/ PPAT • Penilaian Harga oleh Apraisal • Tidak diberlakukannya ketentuan konsinyasi • Dilakukan dlm 1 Tahun Anggaran Sesuai Peraturan Kepala BPN No. 5 Thn 2012
Pihak-Pihak yang Berperan Serta Dalam Proses Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dengan Luas Kebutuhan Tanah > 5,00 Ha
Instansi yang memerlukan tanah pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kel urahan Desa KANWIL BPN/ Kantor Pertahanan Perguruan Tinggi/Akademis Pengadilan Tata Usaha Negara Pengadilan Negeri Mahkamah Agung
Pihak yang Berhak
Pihak yang Terkena Dampak (Dampak yang berbahaya seperti: Nuklir, Tegangan Tinggi, (TPA)
Nazhir untuk Tanah Wakaf
Pemilik Masyarakat Tanah Hukum bekas Adat tanah adat
Pemegang dasar penguasaan atas tanah
Pemegang Hak Pengelolaan
Pemegang Hak atas tanah
Pihak yang menguasai tanah negada dengan itikad baik
PIHAK YANG BERHAK
Pemilik Bangunan, tanaman
Untuk pembangunan yang memiliki dampak khusus seperti: Nuklir dll
PIHAK YANG TERKENA DAMPAK
PIHAK YANG BERHAK BERDASARKAN UU. No. 2/2012 DAN PERPRES 71/2012
• Pemegang Hak Atas Tanah adalah perorangan atau badan yg ditetapkan sesuai undang2 No. 5 Tahun 1960 • Pemegang Hak Pengelolaan, adalah hak menguasai dr negara yg pelaksanaanya dilimpahkan sebagian kpd pemgegannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan • Nadzhir untuk tanag wakaf adalah pihak yg menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan • Pemiliki tanah bekas tanah adat, adalah pemegang hak atas tanah bekas tanah adat sbgmn diatur dalam ketentuan konversi sesuai ketentuan peraturan perundangan di bidang agraria, misalnya petunjuk pajak bumi/landrente, girik, ketir, yang telah di konversi sesuai UU No. 5 Tahun 1960
PIHAK YANG BERHAK BERDASARKAN UU. No. 2/2012 DAN PERPRES 71/2012 (Contd)
• Masyarakat hukum adat, adalah masyarakat yg keberadaanya telah ditetapkan dg peraturan daerah setempat • Pihak yang menguasai tanah negara dg itikad baik, adalah perseorangan, badan sosial/keagamaan, instansi pemerintah yg secara fisik menguasai/memanfaatkan tanah negara secara turun temurun dalam waktu tertentu dg cara tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan • Pemegang dasar penguasaan atas tanah adalah pihak yg memiliki alat bukti kepemilikan tanah dr pejabat yg berwenang • Pemilik bangunan, tanaman adalah pihak yg memiliki bukti penguasaan bangunan/tanaman berupa IMB, bukti tagihan listrik/telepon, surat pernyataan kepemilikan bangunan/tanaman
Substansi Perpres No 71 Tahun 2012 1) Ketentuan Umum 7) Sumber Dana Pengadaan Tanah 6) Pemantauan dan Evaluasi 5) Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
2) Perencanaan Pengadaan Tanah 3) Persiapan Pengadaan Tanah 4) Pelaksanaan Pengadaan Tanah
PERUNTUKAN PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM SESUAI UU. No. 2/2012 DAN PERPRES No. 71/2012
Pertahanan dan Keamanan Nasional
Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi
Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api
Pembangkit transmisi, gardu, jaringan dan distribusi tenaga listrik
Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi dan bangunan pengairan lainnya
Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah
Pelabuhan, Bandar Udara dan Terminal
Tempat pembuangan dan pengolahan sampah
PERUNTUKAN PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM SESUAI UU. No. 2/2012 DAN PERPRES No. 71/2012
Rumah Sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah
Penataan Permukimah Kumuh Perkotaan dan/atau Konsolidasi Tanah, serta Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan Stasus Sewa
Fasilitas Sosial, fasilitas umum dan ruang terbka hijau publik
Cagar alam dan Cagar Budaya
Prasana Pendidikan atau Sekolah Pemerintahan/Pemerintah Desa
Prasarana Olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah
Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/ Desa
Pasar Umum dan Lapangan Parkir Umum
Pokok Pengaturan Pengadaan Tanah Merupakan tindak lanjut penyelenggaraan UU No 2 Tahun 2012, khususnya Pasal 53 ayat (3) dan Pasal 59
Pasal 53 ayat (3): Ketentuan mengenai mekanisme pelaksanaan pendanaan Pengadaan Tanah utk Kepentingan Umum diatur dg peraturan Presiden Pasal 59: Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan utk Kepentingan Umum diatur dg peraturan Presiden
Ketentuan umum ini menjelaskan beberapa konsep/pengertian yg membatasi lingkup pengaturan, a l mengenai: (1) Instansi, (2) Pengadaan Tanah, (3) Pihak yang Berhak (4) Objek Pengadaan Tanah, (5) Hak Atas Tanah, (6) Kepentingan Umum, (7) Hak Pengelolaan (8) Konsultasi Publik (9) Pelepasan hak, (10) Ganti Kerugian, (11) Penilai Pertanahan,
12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22)
Penilai Publik Penetapam Lokasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah BPN Kantor Wil. BPN Provinsi Kantor Pertanahan Tim Persiapan Tim Kajian Keberatan Satuan Tugas dan Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah.
Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam pasal 3 s/d 7 Perpres No. 71 Thn 2012 , membahas terkait tiga ketentuan dasar Perencanaan Pengadaan Tanah, yaitu:
Muatan Materi
Dokumen Perencanaan
Dokumen Studi Kelayakan
Persiapan Pengadaan Tanah
Persiapan Umum dibahas dalam Pasal 8 s/d Pasal 48 Pemberitahuan Rencana Pembangunan Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan dibahas dalam Pasal 16 s/d Pasal 28 Konsultasi Publik Rencana Pembangunan, dibahas dalam Pasal 29 s/d Pasal
Penetapan Lokasi Pembangunan dibahas dalam Pasal 41 s/d Pasal 44
Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan Pasal 45 s/d Pasal 46 Pendelegasian Persiapan Pengadaan Tanah dibahas dalam Pasal 47 s/d Pasal 48
Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagian Umum
Penitipan Ganti Kerugian
Pelepasan Objek Pengadaan Tanah
Penyiapan Pelaksanaan
Pemberian Ganti Kerugian Khusus
Pemutusan Hubungan Hukum
Inventarisasi dan Identifikasi
Pemberian Ganti Kerugian
Pendokumentasian Peta Bidang
Musyawarah Persiapan Bentuk Ganti Kerugian
Daftar Administrasi dan Nominatif
Penetapan Penilai
Ketentuan Lainnya Untuk Pengadaan Tanah
Pemantauan dan Evaluasi diatur dalam pasal 115
Ketentuan Penutup diatur dalam pasal 124
Sumber Dana Pengadaan Tanah diatur dalam pasal 116 s/d 120
Ketentuan Peralihan diatur dalam pasal 123
Pengadaan Tanah Skala Kecil diatur dalam pasal 121
Insentif Perpajakan diatur dalam pasal 122
Perubahan Peraturan Pelaksanaan No. 71 tahun 2012
Perpres No. 40 Thn 2014 Perpres No. 99 Thn 2014 Perpres No. 30 Thn 2015 Perpres No. 148 Thn 2015
SUBSTANSI PER KA BPN NO 5 TAHUN 2012 Ketentuan Umum Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Pengambilan Ganti Kerugian yang Dititipkan di Pengadilan Negeri Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Pertanahan Nasional RI Pendanaan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Koordinasi Pelaksanaan Pengadaan Tanah Pengadaan Tanah Skala kecil
Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup
Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
1
1. Muatan Materi PK BPN RI 2012
Materi Pokok tentang Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
2. Ketentuan Umum diatur dalam Pasal 1 s/d 5 3. Penyiapan Pelaksanaan diatur dalam pasal 6 s/d 8 4. Inventarisasi dan Identifikasi diatur dalam pasal 9 s/d 19 5. Penilaian diatur dalam pasal 20 s/d 24
NEXT
Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
2
6. Musyawarah Penetapan ganti rugi diatur dalam pasal 25
Materi Pokok tentang Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
7. Pemberian ganti kerugian diatur dalam Pasal 26 s/d 33 8. Pemberian ganti kerugian khusus diatur dalam pasal 34 s/d 36 9. Penitipan ganti kerugian diatur dalam pasal 37 s/d 38 10. Pelepasan objek pengadaan tanah diatur dalam pasal 39 s/d 40
NEXT
Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
3
11. Pemutusan Hub. Hukum diatur dalam pasal 41 s/d 44
Materi Pokok tentang Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
12. Pendokumentasian Peta Bidang diatur dalam pasal 45 13. Penyerahan hasil pengadaan tanah diatur dalam pasal 46 s/d 48 14. Pengambilan ganti kerugian diatur dalam pasal 49 15. Pemantuan dan evaluasi oleh BPN diatur dalam pasal 50
NEXT
4
Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012 16. Pndanaan plaksanaan pgadaan Tanah diatur dalam pasal 41 s/d 44
Materi Pokok tentang Peraturan Kepala BPN RI No. 5 Tahun 2012
17. Pgadaan tanah skala kecil diatur dalam pasal 53 18. Koordinasi pelaksanaan pgadaan tnah diatur dalam pasal 54 19. Ketentuan Peralihan diatur dalam pasal 55 20. Ketentuan Penutup diatur dalam pasal 56
NEXT
SUBSTANSI PERMENDAGRI NO 72 TAHUN 2012
1) Ketentuan Umum
5) Penutup. 2) Sumber Pendanaan
4) Pengelolaan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
3) Penggunaan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Pengadaaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
PENGERTIAN BIAYA PENGADAAN TANAH APBD
Biaya Perencanaan adalah alokasi dana yg dikeluarkan oleh pemerintah daerah yg bersumber dari APBD untuk menyusun dokumen perencanaan pengadaan tanah utk pembangunan bagi kepentingan umum Biaya Persiapan adalah alokasi dana yg dikeluarkan oleh pemerintah daerah yg bersumber dr APBD utk mendukung pelaksanaan tugas dari Tim Persiapan d/a Tim Kajian dlm pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum Biaya Pelaksanaan adalah alokasi dana yg dikeluarkan oleh pemerintah daerah yg bersumber dr APBD utk mendukung tugas pelaksana pengadaan tanah d/a Satgas dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum Biaya Penyerahan Hasil adalah alokasi dana yg dikeluarkan oleh pemerintah daerah yg bersumber dari
APBD untuk mendukung tugas pelaksana pengadaan tanah dalam menyerahkan hasil pengadaan tanah kpd instansi yg memerlukan tanah disertai dg data pengadaan tanah
PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL DAN PENDUKUNG PERENCANAAN
PERSIAPAN PELAKSANAAN PENYERAHAN HASIL ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
SOSIALISASI
SUBSTANSI PER MENTERI KEUANGAN No 13 TAHUN 2013 jo PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.02/2016 Diktum
5) Ketentuan Penutup
1) Ketentuan Umum
2)
4) Ketentuan Peralihan 3) Penggunaan biaya operasional dan biaya pendukung
Besaran satuan biaya, Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dan besaran biaya
Permendagri No. 72 Tahun 2012
Peraturan perundang-undangan yg menjadi acuan
Ada 5 Materi Pokok tentang Permendagri No. 72 Tahun 2012, yaitu:
Ketentuan Umum diatur dalam pasal 1 Sumber Pendanaan diatur dalam pasal 2 Penggunaan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Pengadaaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pengelolaan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yg diatur dalam Pasal 6 s/d Pasal 8
NEXT
Peraturan Menteri Keuangan No. 13 Tahun 2012 Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara NEXT
Peraturan Menteri Keuangan No. 13 Tahun 2012 Muatan Materi
Materi Pokok tentang Peraturan Mentri Keuangan No. 13 Tahun 2012, yaitu:
Besaran Satuan Biaya, Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dan Besaran Biaya diatur dalam Pasal 2 Pengggunaan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Honorarium Tim Kerja Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup
NEXT
BIAYA OPERASIONAL DAN PENDUKUNG SESUAI PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK) NO. 10/PMK.02/2016 s.d Rp 10 miliar
=
(4% x Rp 10 miliar)
Di atas Rp 10 miliar s.d Rp 15 miliar
=
(Rp.400.000.000) + (3% x Rp 5 miliar)
Di atas Rp 15 miliar s.d Rp 30 miliar
=
(Rp 550.000.000) + (2% x Rp 15 miliar)
Di atas Rp 30 miliar s.d Rp 50 miliar
=
(850.000.000) + (1% X Rp 20 miliar)
Di atas Rp 50 miliar s.d Rp 100 miliar
=
(1.050.000.000) + (0,50% X Rp 50 miliar)
Di atas Rp 100 miliar s.d Rp 250 miliar
=
(1.300.000.000) + (0,25% X Rp 150 miliar)
=
(Rp. 2.175.000.000) + (0,15% x
Di atas Rp 500 miliar
60
STRUKTUR DAN BESARAN HONORARIUM TIM PERSIAPAN PENGADAAN TANAH, TIM KAJIAN KEBERATAN, PELAKSANA PENGADAAN TANAH, DAN SATUAN TUGAS No I
II
URAIAN SATUAN TIM PERSIAPAN PENGADAAN TANAH/PELAKSANA PENGADAAN TANAH A. Ganti Kerugian Tanah s.d Rp. 10 miliar
BESARAN
1. 1. 1. 1. A.
Ketua merangkap anggota Sekertaris merangkap anggota Anggota Sekretariat Ganti Kerugian Tanah di atas Rp. 10 Miliar s.d Rp. 50 Miliar
OB per Paket OB per Paket OB per Paket OB per Paket
Rp. 1.300.000 Rp. 1.100.000 Rp. 800.000
1. 2. 2. 2. A.
Ketua merangkap anggota Sekertaris merangkap anggota Anggota Sekretariat Ganti Kerugian Tanah di atas Rp. 50 miliar
OB per Paket OB per Paket OB per Paket OB per Paket
Rp. 2.400.000 Rp. 1.900.000 Rp. 1.600.000 Rp. 900.000
OB per Paket OB per Paket OB per Paket OB per Paket
Rp. 3.700.000 Rp. 2.900.000 Rp. 2.400.000 Rp. 1.000.000
PER HASIL KAJIAN PER HASIL KAJIAN PER HASIL KAJIAN
Rp. 1.100.000 Rp. 800.000 Rp. 750.000
1. Ketua merangkap anggota 2. Sekertaris merangkap anggota 2. Anggota 2. Sekretariat TIM KAJIAN KEBERATAN LOKASI PEMBANGUNAN
1. 2. 2.
Ketua merangkap anggota Sekertaris merangkap anggota Anggota
61
Rp. 1.600.000
INTEGRASI PAKET PERATURAN TENTANG PENGADAAN TANAH No A
BAB Diktum
BAGIAN
PASAL
UU 2/2012 SUBSTANSI
Muatan
BAB
Perpres 71/2012,jo 40/2014 Pasal Muatan
BAB
PerKa BPN 5/2012 Pasal Muatan
BAB
PMDN 72/2012 Pasal Muatan
Pasal
PMK 13/2013 Muatan
Menimbang Mengingat Menetapkan
B
Pasal demi Pasal I II
2 s/d 3
III
4 s/d 9
IV
10 s/d 51 10 s/d 13 14 s/d 15
Kesatu Kedua
Ketiga
19 s/d 21 22 s/d 25
1Ketentuan Umum Asas dan Tujuan
I
Pokok-pokok Pengadaan Tanah Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Umum Perencanaan Pengadaan Tanah 14Dasar Perencanaan 15Dolumen Perencanaan Pengadaan Tanah Persiapan Pengadaan Tanah 16Umum 17Pemberitahuan Rencana Pembangunan 18Pendataan Awal Rencana Lokasi Pembangunan Konsultasi Publik Rencana Pembangunan Penetapan Lokasi Pembangunan
3 s/d 4 5 s/d 7 III 8 s/d 10 11 s/d 15 16 s/d 28 29 s/d 40 44 s/d 44
26Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan Pendefelasian Persiapan Pengadaan Tanah Keempat
Pelaksanaan Pengadaan Tanah 27Umum 27Penyiapan Pelaksanaan 28Inventarisasi dan Identifikasi P4T
1
1 s/d 2 II
45 47 s/d 48 IV
I 49 s/d 51 52 s/d 54
1 s/d 5 6 s/d 8
55 s/d 62
9 s/d 16
29 s/d 30
Pengumuman dan Persetujuan Hasil P4T
31 s/d 32
Penetapan Penilai
17 s/d 19
33 s/d 36
Penilaian Ganti kerugian
37 s/d 39
Musyawaran Penetapan Ganti Kerugian
68 s/d 73
25
40 s/d 41
Pemberian Ganti Kerugian Pemberian Ganti Kerugian Keadaan Khusus
74 s/d 83 84 s/d 85
26 s/d 33 34 s/d 36
63 s/d 67
20 s/d 22
23 s/d 24
No
BAB
BAGIAN
UU 2/2012 PARA SUBSTANSI 42 s/d 43 Penitipan Ganti Kerugian 44 Insentif Perpajakan
Muatan
Perpres 71/2012,jo 40/2014 BAB Pasal Muatan 86 s/d 95
45 Pelepasan Tanah Instansi Pelepasan Objek Pengadaan Tanah Pelepasan Hubungan Hukum Pihak yang Berhak dengan Objek Pengadaan Tanah
Kelima
Keenam
V Kesatu Kedua
Pendokumentasian peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi Pengadaan tanah Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah Berita Acara Penyerahan Pelaksanaa Pembangunan Pengambilan Ganti Kerugian yang Dititipkan di Pengadilan Negeri Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan Evaluasi oleh BPN
Sumber Dana Pengadaan Tanah Umum Sumber Pendanaan Penyediaan dan Penggunaan Pendanaan Pendanaan Pengadaan Tanah
PerKa BPN 5/2012 BAB Pasal Muatan 37 s/d 38
96 s/d 99
39 s/d 40
100 s/d 108
41 s/d 44
109 s/d 111
V
VI
VII
PMDN 72/2012 BAB Pasal Muatan
PMK 13/2013 Pasal Muatan
45
II 112
46 s/d 47
113 s/d 114
48
III
49
IV
50
115
116 s/d 120* I II V
1 2
51 s/d 52
Stándar Biaya, satuan biaya dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak, Besaran biaya
2
Penggunaan Biaya Operasional dan Pendukung
III 3 s/d 5
3,4,5,6
Pengelolaan Biaya Operasional dan Pendukung Pengadaan Tanah Skala Kecil Insentif Perpajakan
IV 6 s/d 8
7,8
VIII IX
121* 122
VII
Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat Koordinasi Pelaksanaan Pengadaan Tanah Ketentuan Peralihan
X
VIII
Ketentuan Penutup
XI
VI
VI
53
123
VII VIII
54 55
124 s/d 126
IX
56 s/d 57
9,10
V
9
11
Peraturan Percepatan Bangunan
Inpres No. 1 Thn 2016 • Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Perpres No. 3 Thn 2016 • Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Hak Ulayat
Hak atas Tanah Pada Masyarakat Adat Definisi Hak Ulayat
Kedudukan Hak Ulayat dlm UUPA Tanah Ulayat berkaitan dgn UU No. 2 Thn 2012
Definisi Hak Ulayat
Hak Ulayat disini adalah suatu sifat komunalistik yg menunjuk adanya
hak bersama oleh para anggota masyarakat hukum adat atas suatu tanah
tertentu. Dalam
pelaksanaannya, kelompok
tersebut bisa
merupakan masyarakat hukum adat yg teritorial (Desa, Marga magari,
hutan) bisa jg merupakan masyarakat hukum adat geneologik atau keluarga, seperti suku.
Tanah Ulayat berkaitan dgn UU No. 2 Thn 2012
Hak Ulayat berkaitan dgn UU No. 2 Thn 2012 dalam masyarakat hukum adat tsb selain kepunyaan bersama atas tanah bersama warganya, Hak bersama dalam masyarakat hak ulayat bukan hak milik dalam arti merupakan hak kepunyaan bersama yg itu bersama.
mengandung hak para anggota atau adat yg merupakan yuridis, melainkan adalah kepentingan
Tanah Wakaf Definisi Terkait UU no. 41 ttg Wakaf
Wakaf Tanah utk Kepentingan Masyarakat
Perubahan Status harta benda
Penukaran harta benda
Ganti Rugi atas harta benda wakaf
Tata Cara penukaran Tanah Wakaf
Dasar Hukum Wakaf
UU No. 5 Thn. 1960 Tentang UU Pokok Agraria
UU No. 41 Thn. 2004 Tentang Wakaf
PP No. 42 Thn. 2006, Pelaksaan UU No. 41 Thn. 2004 Tentang Wakaf
Definisi Tanah Wakaf Wakaf adalah perbuatan hukum wakaf utk memisahkan d/a menyerahkan sebagian harta benda miliknya utk dimanfaatkan selamanya atau utk jangka waktu tertentu sesuai dg kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Ikrar Wakaf adalah penyataan kehendak wakif yg diucapkan secara lisan d/a tulisan kpd nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya Nazhir adalah pihak yg menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dg peruntukannya Harta Benda Wakaf adalah harta benda yg memiliki daya tahan lama d/a manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yg diwakafkan oleh wakif Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW adalah pejabat berwenang yg ditetapkan oleh menteri utk membuat akta ikrar wakaf
Tanah Wakaf Jenis Harta Wakaf
Benda Tidak Bergerak
Benda Bergerak Selain Uang
Benda Bergerak Berupa Uang
1
Tanah Wakaf
Dalam praktek yg ada di masyarakat, sebidang tanah yg telah diwakafkan akan mempunyai kedudukan khusus, yakni ter isolisasinya tanah wakaf tsb dr kegiatan transaksi (jual beli, sewa beli, hibah, waris, penjamin an dan bentuk pengalihan lain. Hal tsb ditegas kan dlm UU No. 41 Tahun 2004, Pasal 40, yg me nyatakan bahwa harta benda wakaf yg sudah diwakafkan dilarang:
2 Dijadikan jaminan
Disita Dihibahkan Dijual Diwariskan Ditukar Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya
Penukaran Harta Benda Wakaf
1
1. Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk
penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis dari menteri berdasarkan pertimbangan BWI
Pasal 49 PP no 42 Tahun 2006
2. Izin tertulis dari menteri sebagaimana tertulis di (ayat 1): a. Perubahan harta benda wakaf untuk keperluan umum dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah
b. Harta Benda Wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf c. Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak
Penukaran Harta Benda Wakaf
Pasal 49 PP no 42 Tahun 2006
2
3. Selain dari pertimbangan sbgmn dimaksud pd ayat (2), izin pertukaran harta benda wakaf hanya dapat diberikan jika: a. Harta benda penukar memiliki sertifikat atau bukti kepemilikan sah sesuai dg peraturan perundangan b. Nilai dan manfaat harta benda penukar se-kurang2-nya sama dg harta benda wakaf semula
Penukaran Harta Benda Wakaf
3
4. Nilai dan Manfaat harta benda penukar sbgmn dimaksud pd ayat (3) huruf (b) ditetapkan oleh Bupati/Walikota berdasarkan rekomendasi tim penilai yg anggotanya terdiri dr unsur: Pasal 49 PP no 42 Tahun 2006
a. Pemda Kabupaten/Kota b. Kantor Pertahanan Kabupaten/Kota c. MUI Kabupaten/Kota d. Kantor DEPAG Kabupaten/Kota e. Nazhir Tanah Wakaf yang bersangkutan
Penukaran Harta Benda Wakaf
Nilai tukar thd harta benda Wakaf Pasal 50 PP 42 thn 2006, menjelaskan bahwa nilai tukar thd harta benda : a. Harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-kurangnya sama dg NJOP harta benda wakaf b. Harta benda penukar berada di wilayah yg strategis dan mudah utk dikembangkan
4
Penukaran Harta Benda Wakaf
5
Nilai tukar thd harta benda Wakaf Pasal 50 PP 42 tahun 2006, menjelaskan bahwa nilai tukar thd harta benda : a. Harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-kurangnya sama dg NJOP harta benda wakaf
b. Harta benda penukar berada di wilayah yg strategis dan mudah untuk dikembangkan
Waris dan Penjualan Tanah Waris
Dasar Hukum Waris Menurut KUH Perdata Psl 380
Ahli Waris dan Surat Keterangan Waris
Pewarisan menurut hukum Islam
Ahli Waris yang tinggal Jauh
Hukum Waris secara adat
Balik nama ahli Waris
Penjualan Tanah Waris
Perhitungan Pajak-pajak
Waris Menurut KUH Perdata Pasal 830
1
Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kpd pihak lain) apabila terjadinya suatu kematian; Dapat diartikan bahwa dlm hal pemilik harta masih hidup, dia tidak dapat mewariskan apapun kpd ahli warisnya. Sehingga, dalam hal terjadi suatu pemberian atas suatu barang kpd keturunannya yg ditujukan agar keturunannya dpt memiliki hak atas barang tsb setelah meninggal dunia (dlm bentuk hibah misalnya), mk hal tsb dianggap sbg “Hibah Wasiat”. Dimana barang tsb baru beralih pd saat pemberi hibah telah
meninggal dunia. Dalam hal pemberian barang tsb diberikan pd saat si pemberi barang masih hidup, tanpa diberikan suatu imbalan berupa uang, mk hal tsb disebut sbg “Hibah” saja.
Waris Menurut KUH Perdata Pasal 832
2
Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali utk suami atau isteri dari pewaris., dg ketentuan mereka masih terikat dlm perkawinan ketika pewaris meninggal dunia. Artinya, kalau mereka sudah bercerai pd saat pewaris meninggal dunia, maka suami/isteri tsb bukan merupakan ahli waris dari pewaris. Berdasarkan prinsip tsb, maka yang berhak mewaris hanyalah orang2 yg mempunyai hubungan darah dg pewaris. Baik itu berupa keturunan langsung maupun orang tua, saudara, nenek/kakek atau keturunannya dr saudara2-nya. Sehingga, apabila dimasukkan dalam kategori, maka yang berhak mewaris menurut BW ada empat golongan besar, yaitu:
Waris Menurut KUH Perdata Pasal 832
3
Golongan I : Suami/Isteri yang hidup terlama dan anak/keturunannya (Pasal 852 KUHPeradata) Golongan II
: Gol. II ini baru bisa mewarisi harta pewaris dalam hal Gol. I tidak sama sekali. Jadi, apabila masih ada ahli waris Gol. I, maka Gol. I tersebut “menutup” Golongan yang diatasnya (854 KUHPerdata)
Golongan III : Gol. II ini baru bisa mewarisi harta pewaris dalam hal Gol. I tidak sama sekali. Jadi, apabila masih ada ahli waris Gol. I, maka Gol. I tersebut “menutup” Golongan yang diatasnya (854 KUHPerdata) Golongan IV :
Paman dan Bibi pewaris baik dari pihak bapak dari pihak ibu, keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris, saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat
KUH Perdata Tentang Anak Angkat
Karena prinsip dr pewarisan adalah adanya hubungan darah, mk secara hukum anak angkat atau anak tiri (yg bukan keturunan langsung dr pewaris ) tidak berhak mendapatkan warisan secara langsung dr pewaris. Namun dimungkinkan bagi anak angkat tsb untuk menerima warisan dg cara pemberian Hibah atau “Hibah wasiat” (pasal 874 BW).
Pembagian waris menurut KUH perdata ini yg banyak dipergunakan oleh masyarakat umum saat ini di Indonesia.
Waris menurut Hukum Islam
Dalam Islam, Harta waris dibagikan jika memang orang yg meninggal, meninggalkan harta yg berguna bagi orang lain. Namun, sebelum harta waris itu diberikan kpd ahli waris, ada tiga hal yg terlebih dahulu mesti dikeluarkan, yaitu peninggalan dr mayit: 1. Segala biaya yg berkaitan dg proses pemakaman jenazah; 2. Wasiat dari orang yg meninggal; dan 3. Hutang piutang sang mayit.
1
Al Qur’an sebagai sumber utama dasar Pewarisan
Dlm Islam saling mewarisi antara kaum muslimin hukumnya adalah wajib berdasarkan Al Qur’an dan hadist rasulullah. Diantaranya firman Allah swt dalam Q.S. An-Nisa/4:7 :
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”.
Siapa saja ahli waris harus di buktikan secara tertulis dalam bentuk SK Waris 1. Untuk WNI asli, SKW dibuat dibawah tangan dg ditandatangani oleh dua orang saksi dan disahkan oleh lurah dan dikuatkan oleh camat setempat; 2. Sementara untuk WNI keturunan Tionghoa dan Eropa SKW dibuat dgn Akta notaris dan untuk WNI keturunan Timur Asing seperti Arab dan India SKW dibuat oleh Balai Harta Peninggalan. 3. Adakalanya untuk kasus tertentu SKW dibuatkan dg penetapan pengadilan atau yg lazim disebut fatwa waris. SKW dg Penetapan Pengadilan dibutuh kan terutama utk kondisi ahli waris terdiri dr banyak orang yg berpotensi menimbulkan sengketa. Hal ini bisa terjadi jika pewaris merupakan orang dg tingkatan yg sudah jauh secara vertikal dlm hubungan kekeluargaan.
Ahli Waris tinggal di lokasi yang berjauhan Jika ada ahli waris tinggal di lokasi yg berjauhan dg objek tanah, mk utk menandatangani akta jual beli bisa memberikan kuasa utk menjual berupa akta notaris atau legalisasi kpd salah seorang ahli waris lainnya. Akta kuasa untuk menjual bisa dibuat di hadapan notaris tempat si ahli waris berada. Kuasa untuk menjual ini tidak bisa dibuat di bawah tangan saja.
Dimana pd saat pembuatan akta jual beli di hadapan PPAT, asli akta kuasa utk menjual tsb harus dilampirkan.
Balik Nama ke Seluruh Ahli Waris Sertifikat Asli
Fotokopi SPPT PBB
Syarat-syarat lain yg dbutuhkan dalam pengajuan balik nama turun waris
SK Kematian Pewaris
Fotokopi KK seluruh ahli waris
BPHTB
Surat Kuasa jika dikuasakan
Pengelolaan Aset Desa Dasar Hukum Proses Pengelolaan
1
Pengelolaan Aset Desa
2
Dasar Hukum
PP No. 43 tahun 2014 Tentang Peraturan pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 - PP No. 47 Tahun 2015, tentang Perubahan PP 43 Tahun 2014, Tentang peraturan pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014. - Permendagri No. 4 Tahun 2007, pedoman pengelolaan kekayaan Desa -
Pengelolaan Aset Desa
4
Pengertian
Aset Desa adalah barang milik Desa yg berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yg sah.
Pengelolaan Aset Desa
5
Jenis Aset Desa 1. Kekayaan asli Desa 2. Kekayaan milik Desa yg dibeli atau diperoleh atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 3. Kekayaan Desa yg diperoleh dari hibah dan sumbangan (termasuk tanah wakaf) atau yg sejenis; 4. Kekayaan Desa yg diperoleh sbg pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dll 5. Hasil Kerjasama Desa;
6. Kekayaan Desa yg berasal dari perolehan lainnya yg sah
Pengelolaan Aset Desa Kekayaan asli Desa sebagaimana dimaksud poin 1 diatas:
Tanah kas Desa, Tanah Ulayat, Pasar Desa, Pasar Hewan, Tambatan Perahu, Bangunan Desa, Pelelangan Ikan, Pelelangan
hasil pertanian, Hutan Milik Desa, Mata Air milik Desa, Pemandian Umum dan Aset lainnya milik Desa.
6
Pengelolaan Aset Desa
7
Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan kekayaan milik Desa. Dalam melaksanakan kekuasaan
pengelolaan kekayaan milik Desa. Kepala desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.
Pengelolaan Aset Desa
8
Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa. Pengelolaan kekayaan milik Desa dilaksanakan berdasarkan asas: 1. Kepentingan umum, 2. fungsional, 3. kepastian hukum, 4. keterbukaan, 5. efisiensi, 6. efektivitas, 7. akuntabilitas, dan 8. kepastian nilai ekonomi.
Pengelolaan Aset Desa
9
Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan pendapatan Desa. Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dg peraturan Desa dg berpedoman pd peraturan menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.
Pengelolaan Aset Desa
10
Kepala Desa sbg pemegang kekuasaan pengelolaan aset desa mempunyai wewenang dan tanggung jawab sbb : a. b. c. d. e.
Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa; Menetapkan pembantu pengelola dan petugas/pengurus aset desa; Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan aset desa; Menetapkan pengamanan aset desa Mengajukan usul pengadaan, pemindahtanganan dan atau penghapusan aset desa yg bersifat strategis melalui musyawarah desa; f. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan aset desa sesuai batas kewenangan; dan g. Menyetujui usul pemanfaatan aset desa selain tanah d/a bangunan
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda Dasar Hukum
Nilai Tanah Proses perolehan hak atas Tanah dan Bangunan
Ketentuan Umum
Bentuk Pemindah tanganan
Pelepasan Hak Tanah
Penjualan dan Tukar Menukar
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
1
Dasar Hukum
• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara dan Daerah • Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 2008, Tentang Perubahan atas PP No. 6 tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
2
Pemindahtanganan BMD adalah pengalihan kepemilikan sbg tindak lanjut dr penghapusan. Pemindahtanganan BMD berupa tanah d/a bangunan
dan selain tanah dan bangunan yg bernilai lebih dr Rp 5.000.000.000,(lima milyar rupiah) ditetapkan dg Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan DPRD.
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
3
Pemindahtanganan BMD berupa tanah d/a bangunan yg tidak memerlukan persetujuan DPRD apabila sudah tidak sesuai dg tata ruang wilayah atau penataan kota
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
Pelepasan hak atas tanah dan bangunan Pemerintah Daerah dikenal 2 (dua) cara, yakni melalui pelepasan yaitu dg cara:
1. pembayaran ganti rugi (dijual) dan 2. dengan cara tukar menukar (ruilslag/tukar guling)
4
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
Alasan pelepasan hak (cara ganti rugi atau cara tukar menukar/ruilslag/tukar guling) antara lain: 1. Terkena Planologi 2. Belum dimanfaatkan secara optimal (idle) 3. Menyatukan barang/aset yg lokasinya terpencar utk memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi 4. Memenuhi kebutuhan operasional Pemda sbg akibat pengembangan organisasi; dan 5. Pertimbangan khusus dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam
5
Pemindahtanganan Bangunan Milik Perda
1. Dalam hal tukar menukar (ruilslag/tukar guling), mk nilai tukar pd prinsipnya harus berimbang dan lebih menguntungkan Pemerintah
Daerah; 2. Apapun yg harus dibangun Pihak Ketiga di atas tanah tsb harus seijin Pemerintah Daerah agar sesuai dg peruntukan tanahnya;
6
Perihal Tukar Menukar a. Dalam hal tukar menukar ( ruilslag/tukar guling), mk nilai tukar pd prinsipnya harus berimbang dan lebih menguntungkan Pemerintah Daerah; b. Apapun yg harus dibangun Pihak Ketiga di atas tanah tsb harus seijin Pemerintah Daerah agar sesuai dg peruntukan tanahnya; c. Dalam hal pelepasan hak dg pembayaran ganti rugi, diperlukan surat pernyataan kesediaan Pihak Ketiga untuk menerima tanah d/a bangunan itu dg pembayaran ganti rugi sesuai ketentuan yg berlaku; d. Dalam hal pelepasan hak dg tukar menukar (ruilslag/tukar guling), diperlukan Surat Perjanjian Tukar Menukar antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga yg bersangkutan yg mengatur materi tukar menukar, hak dan kewajiban masing-masing Pihak sesuai ketentuan yang berlaku.
Nilai Tanah dan Bangunan
1
Nilai ganti rugi tanah dpt ditetapkan dg berpedoman pd harga dasar terendah atas tanah yg berlaku setempat, untuk kavling perumahan, Pegawai Negeri, TNI, POLRI dan DPRD, sedangkan utk Instansi Pemerintah, Koperasi d/a Yayasan milik Pemerintah, dapat ditetapkan dg berpedoman pd Nilai Jual Objek Pajak d/a harga pasaran umum setempat. Nilai taksiran tanah untuk swasta harus ditetapkan dg berpedoman pd harga umum tanah dan berdasarkan NJOP yang berlaku setempat;
Nilai Tanah dan Bangunan nilai bangunan ditaksir berdasarkan nilai bangunan pd saat pelaksanaa penaksiran dan hasilnya dikurangi dg nilai susut bangunan yg diperhitungkan jumlah umur bangunan dikalikan dg 2 % untuk bangunan permanent, 4 % untuk bangunan semi permanen, dan 10% untuk bangunan yang darurat. Dg ketentuan maksimal susutnya sebesar 80 % dari nilai taksiran (tidak dikenakan potongan sebesar 50 % seperti pada penjualan rumah dinas daerah golongan 111 ).
2
Aset Milik Perusahaan
Dasar Hukum
Pengawas Perusahaan Terbuka
Obyek Transaksi
Penjualan Aset
Pengalihan Aset
Dasar Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) 2. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar modal dan Lembaga Keuangan, Nomor : Kep-413/BL/2009, tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Utama
Penjualan Aset PT
Dalam hal pengalihan aset perseroan kurang dari 50% (lima puluh perseratus) , mk Direksi dapat langsung melakukan penjualan aset dan perbuatan hukum tsb tetap mengikat Perseroan, hal ini sbgmn diatur dalam Pasal 102 ayat (2) UUPT. Akan tetapi, apabila hal ini ditentukan lain dalam Anggaran Dasar perseroan, sbgmn diatur dlm Pasal 117 UUPT, yg mana harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
komisaris, mk sebelum pengalihan aset tsb harus memperoleh persetujuan tertulis dahulu dari Dewan Komisaris perseroan.
Pengalihan Aset perusahaan pada Perusahaan Terbuka atau PT Tbk
Dasar hukum Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar modal dan Lembaga
Keuangan, Nomor : Kep-413/BL/2009, ttg Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Utama
1
Pengalihan Aset perusahaan pada Perusahaan Terbuka atau PT Tbk Perusahaan yg melakukan Transaksi Material dg nilai
transaksi 20% (dua puluh perseratus) sampai dg 50% (lima puluh perseratus) dari ekuitas Perusahaan tidak diwajibkan untuk memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2
Obyek Transaksi Material Aset selain Aset Saham
Transaksi Material yg dilakukan oleh Perusahaan dg nilai lebih besar dari 50% (lima puluh perseratus) dari ekuitas Perusahaan, wajib terlebih dahulu
memperoleh persetujuan RUPS sesuai dg prosedur dan persyaratan yg ditetapkan dalam Peraturan ini. Dalam agenda RUPS harus ada acara khusus mengenai penjelasan ttg Transaksi Material yg akan dilakukan.
Penggunaan Kawasan Hutan
Dasar Hukum
PKH utk Pembangunan
Hapusnya Ijin Pinjam
Pinjam Pakai PKH/IPPKH
Permohonan IPPKH
Jangka Waktu
Kewajiban Pemegang IPPKH
Dasar Hukum
Dasar Hukum Penggunaan Kawasan Hutan 1. PP No. 105 tahun 2015, tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan. 2. PP No. 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
Pinjam Pakai kawasan hutan atau (IPPKH) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 2 dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan atau IPPKH.
1
Pinjam Pakai kawasan hutan atau (IPPKH)
Pada provinsi yg luas kawasan hutannya sama dg atau kurang dari 30% (tiga puluh per seratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, d/a provinsi, dg kompensasi: 1. lahan untuk penggunaan komersial; dan
2. melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pd kawasan hutan untuk penggunaan nonkomersial.
2
Pinjam Pakai kawasan hutan atau (IPPKH) Pada provinsi yg luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh per
seratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, d/a provinsi, dg kompensasi:
1. membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan hutan untuk penggunaan komersial; dan
2. melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan hutan untuk penggunaan nonkomersial;
3
Jangka Waktu Pinjam Pakai
Pasal 18, ayat 1 jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan diberikan sama dg jangka waktu perizinan sesuai bidangnya dan dilakukan sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hapusnya Ijin Pinjam Pakai
Hapusnya Izin pinjam Pakai. Pasal 20 , Izin pinjam pakai kawasan hutan sbgmn dimaksud hapus jika :
a. jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan telah berakhir; b. dicabut oleh Menteri; atau c. diserahkan kembali secara sukarela oleh pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan kpd Menteri sebelum jangka waktu berakhir dg pernyataan tertulis.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
Sukses Selalu Sampai Ketemu Lagi 121