MUHAMMAD FAQIH DAN MUJIBURRAHMAN MODEL KEPRIBADIAN

Download Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ... Model Kepribadian Berkarakter dalam Quran dan Implikasinya bagi .... memiliki kepribadian...

0 downloads 433 Views 348KB Size
Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | i

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Volume 3 Nomor 2016 Jurnal Fakultas2 Edisi Ilmu Oktober Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

ISSN 2355-7761

JURNAL PAEDAGOGY Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Dewan Redaksi Pelindung dan Penasihat Penanggung Jawab Ketua Penyunting Sekertaris Penyunting Keuangan

: : : : :

Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D Dra. Ni Ketut Alit Suarti, M.Pd Drs.Wayan Tamba, M.Pd. Hariadi Ahmad, M.Pd. Junain Huri

Penyunting Ahli

:

Penyunting Pelaksana

:

Pelaksana Ketatalaksanaan

:

Distribusi Desain Cover

: :

1. Prof. Dr. Azis Abdul Wahab, M.Pd. 2. Prof. Dr. Gede Sedamayasa, M.Pd. 3. Prof. Dr. Wayan Maba 4. Dr. Hj. Jumailiyah, M.M. 5. Dr. Gunawan, M.Pd. 1. Muh. Husein Baysha, S.Pd., M.Pd. 2. Mujiburrahman, M.Pd. 3. M. Ary Irawan, M.Pd. 4. Endah Resnandari Puji Astuti, S.Pd.,M.Pd. 5. Restu Wibawa, M.Pd. 6. Wiwien Kurniawati, M.Pd. 1. Hardiansyah, S.Pd., MM.Pd. 2. Jien Tirta Raharja, M.Pd. Nuraeni, M.Si. Muh. Husein Basyha, S.Pd., M.Pd.

Alamat Redaksi: Redaksi Jurnal Paedagogy Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Gedung Dwitiya, Lt.3. Jalan Pemuda No.59 A Mataram Telp.(0370) 638991 Email: [email protected] Jurnal Paedagogy menerima naskah tulisan penulis yang original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dalam bentuk soft file, office word document (CD/ Flashdisk/ Email). Diterbitkan Oleh: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram.

Halaman | ii

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

ISSN 2355-7761

JURNAL PAEDAGOGY Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Daftar Isi

Halaman

HARIADI AHMAD DAN ALUH HARTATI Implementasi Buku Panduan Pelatihan Self Advocacy Siswa SMP untuk Konselor Sekolah ……………………………....…...…………………..…

65 – 71

MUHAMMAD FAQIH DAN MUJIBURRAHMAN Model Kepribadian Berkarakter dalam Quran dan Implikasinya bagi Pendidikan Karakter Anak di Sekolah ……………………………………....

72 – 78

AHMAD MUSLIM Pengambilan Keputusan Partisipatif Kepala Sekolah di MTs NW Nurul Ihsan Tilawah ………………………………………………………..…………..

79 – 83

NI KETUT ALIT SUARTI Bermain Buah Anggur Sambil Belajar Berhitung pada Anak Usia 5-6 Tahun …………………………………………………………….…....………….

84 – 94

HASTUTI DIAH IKAWATI DAN ZUL ANWAR Model Diskusi dan Pengaruhnya terhadap Penguasaan Materi Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pendidikan ………………………………………...…… RESTU WIBAWA Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Benda pada Siswa Tuna Netra ……...……………….

95 – 98

99 – 103

I MADE PERMADI UTAMA The Effects of Three Step Interview Strategy Towards Students’ Speaking Ability ……………………………………………………………......……….…..

104 – 109

ANI ENDRIANI Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa …..…..…...

110 – 117

WAYAN TAMBA DAN MOHNAN Identifikasi Keberhasilan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ………………….……………………………..

118 – 124

SUHARYANI, HERLINA, DAN M. KHAMSUL AZANI Peran Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Al-Quran bagi Peserta Didik ……….……………….

125 – 129

Halaman | iii

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram MODEL KEPRIBADIAN BERKARAKTER DALAM QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI SEKOLAH Muhammad Faqih dan Mujiburrahman Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram e-mail: [email protected] Abstrak: Pada perkembangannya pendidikan mengalami dilema ideologis dan formalis yang berdampak pada munculnya paradoksalitas dan ambiguitas pada tataran impelemtentasi pendidikan karakter di satuan pendidikan. Permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini adalah 1) Bagaimana model kepribadian berkarakter dalam Alquran; 2) Bagaimana tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran; 3) Apa implikasi model dan tipe kepribadian berkarakter dalam pendidikan karakter;. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara teoritis model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran dan bagaiman implikasinya bagi pendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam kajian adalah studi pustaka. Data primer dalam kajian ini adalah Alquran dan sumber pustaka sebagai sumber primer. Hasil kajian ini adalah: 1) Model kepribadian berkarakter dalam Alquran adalah model kepribadian Robbanik, Angelik, Profetik, dan Insanik. Sedangkan tipe kepribadian yang tidak berkarakter adalah model kepribadian Satanik; 2) Tipe Kepribadian berkarakter dalam Alquran ada dua yaitu tipe kepribadian Nuris (pribadi yang bercahaya) dan tipe kepribadian Naris (pribadi yang gelap); 3) mplikasi model kepribadian berkarakter dalam pendidikan karakter adalah menjadikan model Robbanik, Angelik, Profetik, Insanik dan tipe kepribadian Nuris sebagai model karakter dan tipe kepribadian yang akan menjadi profil karakter anak. Sedangkan model kepribadian Satanik dengan tipe kepribadian Narisnya dijadikan sebagai musuh karakter anak. Kata Kunci : Model Kepribadian, Pendidikan Karakter.

PENDAHULUAN Permasalahan pertama, dilema pendidikan karakter adalah apa yang saya sebut sebagai dilema ideologis pendidikan karakter. Dilematika ini muncul karena secara ideologis pendidikan karakter di Indonesia berbasis pada sila pancasila. Semua sila pancasila bertumpu pada sila pertama yakni sila ketuhanan. Ini artinya pendidikan di Indonesia mestilah religius, termasuk pendidikan karakter mestilah religius. Permasalahan kedua, dilema pendidikan karakter adalah apa yang saya sebut sebagai dilema formalis pendidikan karakter. Dilematika ini muncul karena secara nasional pendidikan secara nasional adalah pendidikan religius karena tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertakwa, kritis, mandiri dan seterunya. Artinya pendidikan karakter mestilah pendidikan reigius. Permasalahannya terjadi paradoks, justru pada satuan pendidikan

yang muncul justru pendidikan budaya dan karakter bangsa, dimana nilai-nilai budaya, demokrasi dan karakter bangsa lebih menonjol dibandingkan dengan nilai-nilai religius. pada tataran impelementasi pendidikan karakter akan terjadi ambigu model kepribadian apa yang akan diajarkan dan menjadi model kepribadian. Pendidikan karakter selain mengalami paradoksalitas juga mengalami ambiguitas. Mengingat model pendidikan karakter yang diharapkan oleh pendidikan nasional maka perlu digali model-model kepribadian dan tipe kepribadian yang terdapat dalam Alquran, karena Alquran sebagai petunjuk membangun pendidikan karakter di Indonesia. Persoalannya adalah bagaimana model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dala perspektif Alquran. Tulisan ini bertujuan untuk melacak secara teoritis model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran dan bagaiman implikasinya bagi pendidikan karakter. Halaman | 72

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram PEMBAHASAN Kepribadian seringkali dibedakan dengan karakter. kepribadian digambarkan sebagai deskripsi tanpa nilai sedangkan karakter digambarkan sebagai tingkah laku yang bernilai. Alwisol (2014) menulliskan bahwa Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai, sedangkan karakter diartikan sebagai penggambaran tingkah laku. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian berada pada aspek pengukuran dan karakter berada pada aspek penilaian. Ada beberapa model kepribadian yang dibahas disini yaitu; model kepribadian psikoanalisis Freud, model psikologi analitis Jung, model kepribadian Behavioristik, model kepribadian humanistik, model kepribadian kognitif, dan model kepribadian psikoreligius. Model Kepribadian Analisis (Psikoanalisis) Freud Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh tiga komponen psikis yaitu Id, Ego, dan Superego. Menurut syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2013) Id, Ego dan superego diartikan sebagai berikut: Id adalah sistem asli yang bersifat subjektif atau tidak mengenal dunia objektif. Id berisi instink-instink dan gudangnya psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian. Ego berkembang untuk memenuhi kebutuhan Id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energi dari Id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif. Sedangkan superego merupakan komponen moral kepribadian yang terdiri dari dua sub sistem: kata hati yang menghukun tingkah laku yang salah dan ego ideal yang mengganjar tingkah laku yang baik. Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh Alwisol (2014: 17) mengenai Id, Ego, dan Superego,

sebagai berikut: “bahwa ID adalah sistem original, sistem muasal dari sistem yang lain. Berisi instink dan penyedia enerji psikis untuk dapat beroperasinya sistem yang lain. Id hanya mengetahu dunia dalam dan tidak berhubungan dengan dunia luar. Tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif. Id mengikuti prinsip kenikmatan dan bekerja dalam bentuk proses primer. Tujuannya tunggal yaitu mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.mencari kepuasan insink segera, tidak rasional danberoperasi di daerah unconcious (keitdaksadaran). Ego berkembang dari Id untuk menangani dunia eksternal. Ego memperoleh energi dari Id. Ego memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun dunia realitas objektif. Mengikuti prinsip realitas dan bekerja dalam bentuk sekunder. Tujuannya untuk memebedakan antara fantasi dan dunia nyata, sehingga dapat memuaskan kebutuhan organisme. Harus dapat menggabungkan kebutuhan Id, Ego, dan superego dan dunia eksternal. Tujuan umumnya adalah memeprtahankan hidup dan kehidupan jenisnya (reproduksi. Ego berusaha menuda kepuasan instink sampai kepuasaan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan superego dan dunia eksternal. Bersifat rasional dan beroperasi di daerah sadar, prasadar, dan bawah sadar. Superego berkembang dari ego untuk berperan sebagai tangan-tangan moral kepribadian. Merupakan wujud internalisasi nilai-nilai orang tua. Dikelompokkan menjadi dua yaitu conciense (yang menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang menghaiahi tingkah laku yang benar) superego tidak mengenal dunia eksternal dan tidak memeiliki pengetahuan dengan realitas objektif. Superego bertujuan untuk membedakan yang bendar dan salah dan menuntut Halaman | 73

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram bahwa diri telah mematuhi ancaman moral dan memuaskan kebutuhan kesempurnaa. Superego menghambat kepuasaninsting. Tidak rasional dan bekerja didaerah sadar, prasadar dan bawah sadar. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapatlah dikatakan bahwa ego membantu anak dalam membangun hubungan dengan dunia sosial, karena ego berusaha eksis dan membangun relasi emosional. Ini artinya ego akan membantu anak menjadi anak yang sosialis. Superego juga demikian, membantu anak dalam menangani moralitas dan norma agama. Ego ideal akan membantu anak menjadi anak yang moralis dan agamis. Dengan demikian Ego dan Superego berperan dalam membentuk kepribadian anak yang berkarakter sosialis, moralis dan agamis. Tahapan pekembangan psiko seksual akan memberikan dampak yang beragam bagi perkembangan karakter atau kepribadian individu pada dewasanya. Apabila individu mampu melalui semua tahapan dengan mulus maka dia akan cenderung akan memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya cenderung akan mengalami maljudsment dan neurotis atau gangguan jiwa (syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2013: 65). Model kepribadian psikoanalisis freud ini cocok digunakan pada anak sekola dasar mengingat tahap perkembangan anak sampai pada usia 12 tahun. Berdasarkan model kepribadian psikoanalsis ini maka kepribadian yang berkarakter adalah pribadi yang memiliki kecerdasan ego (social intelegent) dan superego (moral and religius intelegent). Implikasi model kepribadian psikoseksual dalam pendidikan karakter antara lain: 1) pendidikan karakter bertujuan untuk memperkuat ego sehingga mampu mengontrol instink dan meningkatkan kemampuan anak untuk mengekspresikan cintanya pada

hubungan sosial dan pekerjaan. 2) Pendidikan karakter dapat menggunakan metode pembelajaran antara lain: a) metode asosiasi bebas: yaitu anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya mengenai objek atau materi yang sedang dipelajarinya. b) metode transferensi: anak-anak dapat diberikan waktu untuk memberikan pandangan mengenai guru dan metode belajar yang mereka sukai dan tidak disukai. Model Kepribadian Jung Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh ego yang sadar dan tidak sadar. Syamsu dan juntika nurihsan (2013) menuliskan: “Ego yang sadar memiliki dua komponen kesadaran yaitu sikap jiwa dan fungsi jiwa. Sikap jiwa dan fungsi yang pokok adalah pikiran, perasaan, penindreaan dan intuisi. Keempat fungsi jiwa itu saling berpasangan jika pikiran dominan dalam kesadaran maka perasaan ada dalam ketidaksadaran. Sikap jiwa berperan dalam mengarahkan individu dalam dunianya. Orang yang berorientasi terhadap sesuatu lebih dikuasai oleh pendapat objektifnya bisa dikatakan ia bertipe ekstravers. Jika orang berorientasi pada pendapat subjektifnya bisa dikatakan ia bertipe introvers. Kehidupan alam sadar berbeda dengan kehidupan alam tidak sadar. Orang yang bertipe pemikir maka ketidksadaranya adalah perasa.orang yang kesadaranya ekstravers maka ketidaksadaranya adalah introvers. Uraian di atas memberikan petunjuka bahwa ada tiga aspek kepribadian yang bekerja dalam sistem kepribadian yaitu introversi vs ekstraversi, persona, anima-animus, fungsi jiwa dan sikap jiwa. (pikiran, perasaan, penindera, dan intuisi). Jika anak dapat menyeimbangkan ketiga komponen kepribadian ini melalui proses difrensiasi dan perkembangan sepenuhnya maka anak-anak akan menjadi pribadi yang integral dan sehat. Halaman | 74

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Proses difrensiasi dan perkembangan sepenuhnya ini Syamsu dan Juantika (2013: 93) menyebutnya sebagai proses pembentukan diri dan penemuan diri. Alwisol (2014:55) menyebutnya sebagai individuasi dan transendensi.Alwisol menjelaskan sebagai berikut: “tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesempurnaan yang disebut individuasi yaitu proses analistik, meilah-milah, merinci, dan mengelaborasi aspek-aspek kepribadian. Semua aspek harus ikut berkembang dalam suatu kebutuhan (uniti). Individuasi umumnya dicapai sesudah usia pertengahan. Sedangkan transendensi adalah proses sintetik yaitu proses mengintegrasikan materi taksadar dan kesadaran kedalam suatu sistem, dan mengintegrasikan sistemsitem secara keseluruhan secara efektif. Proses ini mungkin hanya dimiliki oleh para nabi. Dalam tradisi religius, individuasi sama dengan islamisasi yang disebut dengan kepribadian muslim dan transendensi sama dengan keimanan yang disebut dengan kepribadian mukmin. Menurut Mujib (2006: 184-249). Dalam tradisi Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang dikembangkan oleh Kuntowijoyo (2006) transendensi disamakan dengan keimanan. Dengan demikian pribadi yang berkarakter dalam model kepribadian C.G.Jung adalah pribadi yang integral (probadi yang islamis dan imanis). Secara keseluruhan adalah pribadi yang religius. Impilkasi model kepribadian Jung dalam pendidikan karakter yakni pendidikan karakter bertujuan untuk membantu anak mencapai realisasi diri agar dapat menjadi manusia yang integral dan sempurna. Untuk mencapai manusia yang sehat dan sempurna dapat ditempuh melalui proses penemuan diri atau pembentukan diri. Ada empat metode yang bisa digunakan agar anak mencapai individuasi dan transendensi

yaitu konfesi, eludikasi, edukasi dan transformasi. Metode Konfesi dilakukan dengan menggunakan kata-kata tertentu dan anak-anak mengunkapkan semua isi pikirannya mengenai kata yang dipilih. Eludikasi dilakukan memberikan penjelasan dan interpretasi tingkah laku anak yang mengalami hambatan dalam pengembangan diri. Edukasi dilakukan dengan memberikan anak pengalaman-pengalaman baru dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan tantangantantangan baru. Sedangkan transformasi dilakukan dengan menyediakan jalan bagi anak mencapai realisasi diri. Membantu anak belajar membedakan berbagai aspek kejiwaannya sehinga anak mampu mengatur aspek-aspek itu dalam harmoni dan mampu merealisasikan potensinya. Model Kepribadian Humanistik Model kepribadian humanistik ini dapat juga disebut sebagai model kepribadian holistik yaitu suatu model kepribadian yang utuh antara tubuh dan jiwa. Keduanya tidak terpisah. Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh self actualization (aktualisasi diri). Kemampuan mengaktualiasikan diri ini lahir dari potensi manusia yang merupakan ciri universalnya yaitu kreatif. Manusia kreatif sejak dilahirkan kata Bahraham Maslow. Model kepribadian humanistik bergerak lebih dalam dibandingkan dengan psikoanalisis maupun psikologi analitis. Manusia bukan sekedar mampu menjadi manusia yang sepenuhnya berkembang menjadi manusia yang integral dan sehat, manusia yang transenden tetapi manusia yang spiritualis. Baharudin (2007: 290) menuliskan sebagai berikut: “psikologi humanistik memandang manusia seabgai makhluk yang unik yang aberbeda dengan binatang. Ia memiliki karakteristik kemanusiaan seperti gagasan, kreativitas, nilai-nilai, Halaman | 75

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram kesadaran diri, tanggungjawab, hati nurani, makna hidup, transendensi, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa seni dan lain-lain. Di dalam diri manusia itu ada dimensi spiritual. Pada gilirannya karateristik manusia dapat disimpulkan pada spirituality, freedom, dan responsibilty. Kepribadian yang nomal dalam model kepribadian humanistik adalah kepribadian yang ditandai dengan uniti, integrasi, konsistensi, dan koherensi. organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi adalah patologis. Berdasarkan (Alwisol, 2014: 200). Maslow berpendapat motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis. Suatu kebutuhan dasar harus terpenuhi baru kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan dasar itu digambarkan dalam suatu bentuk piramida: dimulai dari physiological nee=d, safety need, belongingness dan love need, esteem need, cognitive nedd, aesthetic need, dan self actualization. Model kepribadian humanistik memberikan gambaran bahwa model kepribadian yang berkarakter adalah kepribadian yang spiritualistik atau psikospirit. Dalam tradisi moral spiritualitas selalu dihubungkan dengan Tuhan. Itu artinya kepribadian yang religius bahwa tuhan adalah tujuan dan

makna hidup. Meskipun Tuhan yang dimaksud Abraham Maslow adalah Tuhan yang tidak membawa peraturan dan ajaran karena urusan Tuhan sudah selesai bersamaan dengan selesainya penciptaan. Paling tidak bisa dikatakan sebagai religius sekuler. Model-model Kepribadian yang Berkarakter dalam Alquran Yadi Purwanto (2012: 287) membagi kepribadian menjadi enam model kepribadian yaitu 1) Model Kepribadian selamat vs Kepribadian tidak selamat; 2) kepribadian sehat VS Kepribadian sakit; 3) Kepribadian Normal VS Kepribadian Abnormal. Alqur‟an menampilkan kepribadian tidak saja dalam konteks manusia tetapi lebih luas dari dunia manusia. Ini dimensi yang tidak dimiliki oleh teori manapun bahwa yang memiliki kepribadian bukan saja manusia tetapi makhluk selain manusia. Ada empat model kepribadian dalam Alquran yaitu: 1) Kepribadian Robbanik, 2) Kepribadian Angelik, 3) Kepribadian Profetik, dan 4) Kepribadian Satanik. Keempat Model Kepribadian tersebut kemudian dibagi dalam dua kelompok model kepribadian berdasarkan kecenderungannya yaitu 1) Model Kepribadian Religius dan 2) Model Kepribadian Syirikius. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut MODEL KEPRIBADIAN

MODEL KEPRIBADIAN

SATANIK

Kepribadian Gelap dan Bermuatan negatif

1. 2. 3. 4.

ROBBANIK ANGELIK PROFETIK INSANIK

Kepribadian Cahaya dan Bermuatan Positif

Gambar 1. Model-Model Kepribadian Dalam Alquran

Halaman | 76

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Model kepribadian masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Model Kepribadian Robbanik: model kepribadian ini hanya dimilliki oleh Tuhan semesta Alam yaitu Allah SWT. Terdapat 78 sifat Robbanik yang disandarkan kepada Allah dan ada 94 fungsi Robbanik Allah dalam Alquran (Tim Penyusun Aluran Alfatih, 2014). (2) Model Kepribadian Angelik: model kepribadian ini hanya dimiliki oleh Para Malaikat. Jibril merupakan pimpinan tertinggi dari seluruh Malaikat. Alquran menggambarkan malaikat dalam 50 ayat. (3) Model Kepribadian Profetik: model kepribadian ini hanya dimiliki oleh para Nabi. Alquran menyebutkan hanya 25 Nabi yang wajib diketahui. Semua Nabi tersebut disebutkan dalam surah Al Anbiya. (4) Model

Kepribadian Satanik: model kepribadian ini hanya dimiliki kalangan Jin, Syaitan, dan Iblis. Alquran menjelaskan kepribadian mereka dalam 50 ayat. Dari keempat model kepribadian dapat disusun tipe-tipe kepribadian dari masing-masing model sebagai berikut: 1) tipe kepribadian cahaya (Nuris) yaitu tipe kepribadian yang terangi oleh cahaya Allah melalui petunjuk yang ada di dalam kepribadian mereka sendiri dan diluar diri mereka. Kepribadian yang termasuk dalam tipe ini adalah tipe Angelik, Profetik, dan Insanik. 2) tipe kepribadian gelap (Naris). Kepribadian yang termasuk dalam tipe ini adalah kepribadian Satanik. hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

MODEL KEPRIBADIAN TIPE KEPRIBADIAN NARIS (GELAP)

SATANIK

MODEL KEPRIBADIAN 5. 6. 7. 8.

ROBBANIK ANGELIK PROFETIK INSANIK

TIPE KEPRIBADIAN NURIS (CAHAYA)

Gambar 2. Tipe-tipe Kepribadian Dalam Alquran Dari kedua model kepribadian ini masih ciri-ciri perilaku pada asing-masing tipe bisa diuraikan menjadi ciri-ciri kepribadian, sebagai berikut: kepribadiannya. Di bawah ini diuraikan TIPE KEPRIBADIAN NARIS (GELAP)

MODEL KEPRIBADIAN

TIPE KEPRIBADIAN NURIS (CAHAYA)

Jibrilian Mikailian 1. Jinnis 2. Satanis 3. Iblis

ANGELIK (PSIKOANGELIK)

KEPRIBADIAN BERKARAKTER

KEPRIBADIAN TIDAK BERKARAKTER

ROBBANIK (PSIKOROBBANIK)

Halaman | 77

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Zalzalis Adiyatis Qorianis Humazahis Filis Maunis Kafiranis Lahabis Falaqis

PROFETIK (PSIKOPROFETIK)

Yunusian Hudian Yusufian Ibrohimian Maryamian Luqmanian Nuhian

INSANIK (PSIKOINSANIK)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Alaqis Qadaris Bayyinis Takasuris Quraisis Kautsaris Nasris Asris Ikhlasis Nasis

KEPRIBADIAN BERKARAKTER

1. Jinnis 2. Satanis 3. Iblis

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

KEPRIBADIAN BERKARAKTER

KEPRIBADIAN TIDAK TIDAK BERKARAKTER

KEPRIBADIAN TIDAK BERKARAKTER

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Gambar 3. Ciri-ciri Kepribadian Nuris dan Naris SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada kajian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Model kepribadian berkarakter dalam Alquran adalah model kepribadian Robbanik, Angelik, Profetik, dan Insanik. Sedangkan tipe kepribadian yang tidak berkarakter adalah model kepribadian Satanik. (2) Tipe Kepribadian berkarakter dalam Alquran ada dua yaitu tipe kepribadian Nuris (pribadi yang bercahaya) dan tipe kepribadian Naris (pribadi yang gelap). (3) Implikasi model kepribadian berkarakter dalam pendidikan karakter adalah menjadikan model Robbanik, Angelik, Profetik, Insanik dan tipe kepribadian Nuris sebagai model karakter dan tipe kepribadian yang akan menjadi profil karakter anak. Sedangkan model kepribadian Satanik dengan tipe kepribadian Narisnya dijadikan sebagai musuh karakter anak.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Mujib. 2006. Kepribadian dalal Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Press Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Baharuddin. 2007. Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar KI Fudyartanta. 2012. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan. 2013. Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya Yadi Purwanto, 2013. Psikologi Kepribadian: Integrasi Nafsiyah dan Aqliyah Perspektif Psikologi Islami. Bandung: Refika Abditama

Halaman | 78

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Jurnal Paedagogy Gedung Dwitiya Lt.3. Jln Pemuda 59A Mataram-NTB 83125 Tlp (0370) 638991. e-mail: [email protected]

PEDOMAN PENULISAN 1. 2. 3. 4.

5.

Naskah merupakan hasil penelitian atau kajian kepustakaan di bidang pendidikan, pengajaran dan pembelajaran, Naskah merupakan tulisan asli penulis dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya dalam jurnal ilmiah lain, Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Penulisan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut: Program MS Word Margin kiri 3.17 cm Font Times New Roman Margin kanan 3.17 cm Size 12 Margin atas 2.54 cm Spasi 1.0 Margin bawah 2.54 cm Ukuran kertas A4 Maksimum 20 halaman Naskah ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Judul (huruf biasa dan dicetak tebal), nama-nama penulis (tanpa gelar akademis), instansi penulis (program studi, jurusan, universitas), abstrak, kata kunci, pendahuluan (tanpa sub-judul), metode penelitian (tanpa sub-judul), hasil dan pembahasan, simpulan dan saran (tanpa sub-judul), dan daftar pustaka. Judul secara ringkas dan jelas menggambarkan isi tulisan dan ditulis dalam huruf kapital. Keterangan tulisan berupa hasil penelitian dari sumber dana tertentu dapat dibuat dalam bentuk catatan kaki. Fotokopi halaman pengesahan laporan penelitian tersebut harus dilampirkan pada draf artikel. Nama-nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis. Alamat instansi penulis ditulis lengkap berupa nama sekolah atau program studi, nama jurusan dan nama perguruan tinggi. Penulis yang tidak berafiliasi pada sekolah atau perguruan tinggi dapat menyertakan alamat surat elektronik. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata. Kata kunci (key words) dalam bahasa sesuai bahasa yang dipergunakan dalam naskah tulisan dan berisi 3-5 kata yang benar-benar dipergunakan dalam naskah tulisan. Daftar Pustaka ditulis dengan berpedoman pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IKIP Mataram.

Halaman | 130

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | 2