MUHAMMAD HUSNI, GINA SAPTIANI DAN AGUSTINA JURNAL

Download 11 Nov 2016 ... Kendala yang sering dihadapi adalah serangan jamur Saprolegnia sp. yang menyerang telur ikan. Saprolegniasis atau white cot...

0 downloads 407 Views 125KB Size
Muhammad Husni, Gina Saptiani dan Agustina PEMBERIAN EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga) TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) (Application of Alpinia galanga Extract for Egg Hatchability on Catfish (Clarias gariepinus)) MUHAMMAD HUSNI1), GINA SAPTIANI2) dan AGUSTINA2) 1) Mahasiswa Jurusan BDP-FPIK, Unmul 2) Staf Pengajar Jurusan BDP-FPIK, Unmul Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda E-mail: [email protected]

ABSTRACT The aim to study was to learn of the extract of Alpinia galanga leaves and rhizome for the egg hatchability of catfish, and to knew the best concentration of the extract to improve egg hatchability. There are six treatments and three replication, namely 800 and 1000 ppm of leaf extract, 800 and 1000 ppm of rhizome extract, positive controle, and negative controle. Each of treatment were given 100-150 egg, and then after 1 hour were chalenge test by saprolegnia 106 cfu/ml. Extract of A. galanga can improve egg hatchability of catfish. The best concentration for egg hatchability is 1000 ppm extract of A. galanga rhizome, namely 83,59 %, following positive control 82,57 %, 800 ppm A. galanga rhizome 82,02%, 1000 ppm A. galanga leaves 72,10%, 800 ppm A. galanga leaves and negative controle59,39%. Egg and larva condition were given extract of A. galanga healthy and motile. Keywords: Extract, A. galanga , egg of catfish, Saprolegnia sp.

PENDAHULUAN Ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah banyak dibudidayakan di Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Kutai Kartanegara. Ikan lele mempunyai prospek yang cerah untuk dibudidayakan, hal tersebut dikarenakan ikan lele digemari oleh banyak orang di Indonesia, karena harganya cukup terjangkau dan stabil. Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budidaya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai. Selama ini usaha ke arah tersebut telah dilakukan namun belum berhasil dengan baik. Kendala yang sering dihadapi adalah serangan jamur Saprolegnia sp. yang menyerang telur ikan. Saprolegniasis atau white cotton growth merupakan penyakit pada ikan dan telur ikan yang disebabkan kapang Saprolegnia berbentuk benang menyerupai kapas, berwarna putih sampai kelabu dan coklat (Klinger dan Francis-Floyd dalam Wahyuningsih, 2006). Hifa Saprolegnia berkoloni pada telur yang telah mati, dan menghasilkan miselia kusut yang berlebih, sehingga mengakibatkan matinya telur hidup yang berada di sekitar telur mati tersebut.

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 21. No. 2, April 2016: 080–084 Diterima 30 September 2015. Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.

80

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Muhammad Husni, Gina Saptiani dan Agustina Kerusakan yang disebabkan Saprolegnia akan menurunkan daya tetas telur, sehingga ketersediaan benih ikan untuk budidaya akan berkurang. Brown dan Gratzek dalam Wahyuningsih (2006) menyatakan bahwa infeksi Saprolegnia sp. pada telur ikan dapat diminimalisasi dengan mengurangi bahan organik dalam air dan direndam dalam larutan antifungal. Penggunaan bahan kimia untuk mencegah Saprolegnia dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Menurut Wahyuni (2004) cara penanggulangan Saprolegnia dengan menggunakan bahan kimia atau antibiotik beresiko dapat menimbulkan pencemaran perairan, karena bahan kimia tersebut sulit terurai. Selain itu, bahan kimia memiliki harga yang relatif mahal. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka digunakan bahan alami yang memiliki sifat anti mikroba. Salah satu bahan alami yang mengandung sifat anti mikroba terdapat di daun dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga). Sifat anti mikroba yang terdapat di dalamnya diduga karena aktivitas allisin yang dapat menghancurkan kelompok sulfhidril yang terikat pada protein bakteri yang merupakan gugus esensial atau stimulator spesifik pada multifikasi sel (Cavalito et al. dalam Martini, 2005). Hal ini memungkinkan lengkuas dapat dimanfaatkan sebagai bahan anti jamur alami bagi penetasan telur, sehingga dapat meningkatkan daya tetas telur. Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan ekstrak daun dan rimpang lengkuas (A. galanga) adalah belum diketahuinya konsentrasi ekstrak daun dan rimpang lengkuas yang terbaik bagi penetasan telur ikan lele sangkuriang (C. gariepinus). Penggunaan konsentrasi ekstrak daun dan rimpang lengkuas untuk perendaman yang tidak tepat dapat membunuh jamur serta dapat mematikan telur ikan tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak daun dan rimpang lengkuas pada telur ikan lele yang diinfeksi jamur Saprolegnia sp. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh ekstrak daun dan rimpang lengkuas terhadap daya tetas telur ikan lele yang diinfeksi jamur Saprolegnia, serta mencari konsentrasi ekstrak terbaik untuk meningkatkan daya tetas telur ikan lele. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam meningkatkan produksi usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan ekstrak daun dan rimpang lengkuas sebagai bahan pencegahan jamur Saprolegnia sp.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Perairan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman,Samarinda. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepasang induk ikan lele sangkuriang jantan berumur 1 tahun dan betina 1,5 tahun dari Laboratorium Kolam Percobaan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan Universitas mulawarman. Bahan untuk kultur dan identifikasi jamur seperti, Media Potato Dextrose Agar (PDA), Akuades, Media Tryptic Soy Aagar (TSA), Media Tryptic Soy Broth (TSB), Ethanol 80%. Tanaman lengkuas yang berasal dari kebun di Kecamatan Tenggarong seberang masingmasing sebanyak 1kg. Jamur Saprolegnia sp. dari Laboratorium Mikrobiologi Perairan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman. Antibiotik Oxytetracycline dan hormon ovaprim untuk merangsang ikan memijah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Box stearoform 2 buah untuk wadah pengangkutan induk ikan lele, Kolam buatan dari terpal dan kayu ukuran 1x2 m, plastik kontainer untuk akuarium perlakuan, ukuran 10,5 liter sebanyak 18 buah. Ijuk untuk pemijahan telur, plastik hitam untuk penutup wadah penetasan telur. Cawan petri, tabung reaksi, autoclaf, cover glass dan objek glass, jarum ose, api bunsen. Inkubator merk Haraeus, Lemari es merk Panasonic, Waterbath merk memmert, blower dan aerator Ekstrak Lengkuas Daun dan rimpang lengkuas masing-masing sebanyak 1 kg diambil di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Daun lengkuas diambil dari urutan 3 dari bawah tumbuhan. Setelah diambil daun dan rimpang lengkuas dibawa ke laboratorium untuk dibersihkan dan dicuci dengan

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

81

Muhammad Husni, Gina Saptiani dan Agustina air. Selanjutnya daun dan rimpang lengkuas ditiriskan. Daun dan rimpang lengkuas masing-masing dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 2 minggu, tanpa terkena sinar matahari langsung. Daun dan rimpang lengkuas yang sudah kering masing-masing di maserasi, daun dan rimpang lengkuas sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam toples ukuran 2500 ml lalu ditambahkan aquades sampai 2500 ml. Setelah itu diaduk dan dipanaskan di dalam water bath dengan suhu 80oC, sampai mendidih. Proses ini dilakukan selama 2 jam. Kemudian ekstrak disaring, cairannya didihkan kembali di dalam water bath sampai menjadi 1/3 bagian dari larutan semula (Saptiani dan Hartini, 2008). Selanjutnya ekstrak dibiarkan dingin dan disimpan di dalam lemari es. Saprolegnia sp. Isolat jamur dari laboratorium diregenerasikan pada media PDA selama 44 jam dengan suhu 36 oC, selanjutnya diisolasi lagi ditumbuhkan pada media PDB diinkubasi selama 44 jam pada suhu 35oC. Media lalu diencerkan sampai 106 cfu/ml untuk digunakan pada uji tantang. Telur ikan Telur yang digunakan penelitian berasal dari proses pemijahan sendiri. Induk ikan diinjeksi dengan ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dengan campuran NaCl 0,2 ml, pada daerah punggung. Kemudian induk dimasukkan kolam terpal dan ditutup dengan plastik hitam. Setelah sekitar 12 jam, induk ikan lele mulai menunjukkan tanda-tanda memijah. Setelah 2 jam telur sudah menempel dikakaban, selanjutnya telur ikan lele diambil dari kakaban, diseleksi, dipisahkan dan dimasukkan ke dalam akuarium sekitar 100-150 telur, sebelum telur dimasukkan, akuarium sudah diberi perlakuan. Perlakuan Perlakuan ekstrak yang digunakan adalah 1000 ppm dan 800 ppm. Cara pembuatannya adalah, sebanyak 2 ml larutan ekstrak dilarutkan dalam 2000 ml air di dalam akuarium. sedangkan untuk perlakuan 800 ppm adalah, sebanyak 1,6 ml larutan ekstrak dilarutkan dalam 2000 ml air di dalam akuarium. Pada perlakuan kontrol positif, sebanyak 2ml oksitetrasiklin dilarutkan dalam 2000 ml air di dalam akuarium, sedangkan kontrol negatif tidak diberi apa-apa. Perlakuan terdiri dari ekstrak daun lengkuas 800 ppm, 1000 ppm, ekstrak rimpang lengkuas 800 ppm, 1000 ppm, kontrol positif (antibioitik) dan kontrol negatif. Telur yang sudah direndam ekstrak selama 1 jam, kemudian diuji tantang dengan jamur Saprolegnia sp sebanyak 2 ml dengan cara dilarutkan di dalam air akuarium. Telur ikan diamati sejak dimasukan ke dalam akuarium, yaitu mengamati warna dan bentuknya. Daya tetas telur dihitung berdasarkan persentase telur ikan yang menetas. Kesehatan larva ikan dilihat berdasarkan gejala atau tanda-tanda seperti aktifitas gerak (motilitas), gerak refleks, pola renang dan kelengkapan organ tubuh yang diamati dengan mikroskop. Pengamatan larva ikan dilakukan sejak menetas sampai umur 5 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN Telur ikan lele yang digunakan peneliti berasal dari hasil pemijahan sendiri, agar telur-telur tersebut bebas dari bahan kimia dan antibiotik. Induk ikan lele yang sudah diinjeksi dengan hormon, setelah 10-12 Jam ikan menunjukkan tanda-tanda memijah. Proses ini dinamakan pemijahan semi alami yaitu pemijahan dengan menyuntik atau memasukkan ovaprim pada induk betina dan juga jantan. Ovaprim adalah campuran analog salmon Gonadotropihin Releasing Hormon (sGnRH-a) dan anti dopamine. Ovaprim berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon gonadothropin pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi, menghasilkan telur dengan kualitas yang baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat juga dapat menekan angka mortalitas (Sukendi, 1995). Hormon ini juga dapat bekerja pada organ target yang lebih tinggi pada ikan (Harker, 1992).

82

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Muhammad Husni, Gina Saptiani dan Agustina Setelah sekitar 12 jam, ikan yang diberi hormon memijah, setelah itu induk Ikan dipisahkan dari telur-telurnya. Telur yang menempel pada kakaban lalu dipindahkan ke akuarium percobaan yang sudah diisi air dan perlakuan serta diaerasi. Pada proses pemindahan telur dilakukan seleksi telur yang sehat dan berwarna bening. Bentuk telur sebelum menetas ada yang berwarna bening dan putih susu, telur yang bening berarti fertil dan siap menetas, sedangkan telur yang keruh berwarna putih susu tandanya rusak dan tidak bisa menetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman telur ikan lele sangkuriang dalam ekstrak lengkuas tidak mempengaruhi proses perkembangan telur ikan lele sangkuriang dan tidak menyebabkan perubahan warna telur yang tetap bening. Hal ini menunjukkan ekstrak lengkuas aman digunakan. Kualitas air dalam media perendaman telur masih berada pada kisaran normal untuk penetasan telur lele sangkuriang. Telur ikan yang sudah dimasukkan akuarium sekitar 1 jam, lalu diuji tantang dengan jamur Saprolegnia sp. dengan konsentrasi106 cfu/ml. Telur yang sudah diuji tantang dengan jamur kemudian menunjukkan perubahan menjadi keruh dan putih, terutama pada perlakuan kontrol negatif. Telur yang terserang Saprolegnia akan terganggu respirasinya, akhirnya mati sebelum menetas. Menurut Bauer et al. dalam Wahyuningsih (2006), hifa Saprolegnia akan menghalangi masuknya air yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga mengganggu pernapasan telur ikan. Spora jamur Saprolegnia sp. akan menyerang kulit telur ikan dengan adhesi dan penetrasi (Willoughby 1992). Spora ini kemudian akan menembus chorion telur, lalu berkembang dan melakukan reproduksi dengan cara menyerap nutrisi yang terkandung di dalam telur. spora tumbuh dan berkembang membentuk hifa jamur yang menyebabkan terganggunya proses respirasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Tang (1999), bahwa perkembangan jamur Saprolegnia sp. terjadi karena adanya lapisan minyak yang terdapat pada telur, dan akan menyebar pada telur yang hidup lalu terinfeksi jamur yang akhirnya mengalami kematian karena respirasi telur terganggu oleh misellium jamur. Pengamatan telur dilakukan saat setelah dimasukan ke dalam akuarium sampai telur menetas. Pengamatan dilanjutkan selama 4 hari, hari pertama telur ada yang bening ada juga yang putih susu. Telur yang yang bening berarti fertil dan siap menetas, sedangkan putih susu tandanya rusak dan tidak bisa menetas. Hari kedua telur sudah menetas dan larva-larva sudah keluar dari telur. Ada juga telur yang gagal menetas atau rusak, biasanya telur berwarna putih susu dan keruh. Hasil pengamatan dan penghitungan selama penelitian pemberian ekstrak A. galanga dengan 2 konsentrasi, yaitu 800 ppm dan 1000 ppm, serta kontrol positif dan kontrol negatif yang tidak diberikan apa-apa, maka diperoleh hasil daya tetas telur masing-masing perlakuan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Daya tetas telur ikan lele sangkuriang yang diuji tantang dengan Saprolegnia sp. (%)

Ulangan 1 2 3 Rata-rata

Rimpang Lengkuas 1000 800 ppm ppm 82,00 79,25 87,50 85,00 78,26 81,82 82,59 82,02

Daun Lengkuas 1000 800 ppm ppm 74,00 68,52 73,00 72,38 69,31 66,67 72,10 69,19

K+

K-

83,02 85,00 79,65 82,56

58,18 61,00 59,00 59,39

Daya tetas telur ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak rimpang lengkuas adalah berkisar 82,0282,59 %, sedangkan yang diberi ekstrak daun lengkuas adalah 69,19-72,10 %. Pada perlakuan kontrol positif yang diberi antibiotik oksitetrasiklin daya tetas telur adalah 82,56 % sedangkan pada kontrol negatif 59,39 %. Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan ekstrak rimpang atau daun lengkuas hasilnya lebih baik daripada kontrol negatif, sehingga ekstrak daun atau rimpang lengkuas bisa digunakan untuk meningkatkan daya tetas telur ikan lele. Pemberian ekstrak rimpang lengkuas menghasilkan daya

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

83

Muhammad Husni, Gina Saptiani dan Agustina tetas yang relatif sama dengan kontrol positif. Hasil ini menunjukkan perlakuan rimpang lengkuas efektif membasmi jamur Saprolegnia sp.seperti pada kontrol positif. Pada akuarium yang diberi ekstrak daun lengkuas, pola renang larva normal, kemudian ada sebagian larva yang nampak lemah. Pada bak akuarium yang diberi ekstrak rimpang lengkuas pola renang larva normal dan sehat. Pada perlakuan kontrol negatif, air akuarium semakin keruh dan ditumbuhi hifa jamur. Larva pada kontrol negatif terlihat lemah, beberapa tersangkut hifa-hifa jamur yang mengakibatkan beberapa larva mengalami kematian. Hari keempat larva ikan lele sudah diberikan pakan. Pakan yang diberikan adalah kuning telur ayam yang dicampur dengan sedikit air. Pada hari keempat jumlah larva masih belum berubah. Hari kelima ada sebagian larva yang menunjukkan tanda-tanda lemah pingsan seperti larva mengambang, tapi jika disentuh larva tersebut bergerak. Pada perlakuan ekstrak lengkuas dan kontrol positif larva nampak lincah dan sehat. Larva pada perlakuan kontrol negatif semakin lemah dan mengalami kematian serta airnya semakin keruh ditumbuhi hifa jamur. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga) dapat menghambat pertumbuhan jamur Saprolegnia sp, sehingga dapat meningkatkan daya tetas telur ikan lele. Ekstrak rimpang lengkuas dengan konsentrasi 1000 ppm menghasilkan daya tetas telur terbaik, yaitu ratarata 82,59 %. DAFTAR PUSTAKA Harker K. 1992. Pembiakan Kap dengan Menggunakan Ovaprim di India. Warta Akuakulture. Volume 2, No. 3. Martini, A. 2005. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih untuk Mencegah Serangan Saprolegnia Pada Telur Ikan Gurami. Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan) Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran. Bandung. Saptiani, G. and Hartini. 2008. The inhibition of bettle leaf extracts on the in vitro growth of the Vibrio harveyi bacteria and the protective to tiger prawn larva. Paper, Conference Indonesian Aquaculture. Indoaqua 17-20 November 2008. Yogyakarta Indonesia Sukendi. 1995. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2α Terhadap Daya rangsang Ovulasi dan Kualitas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burcheel), Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tang, U.M. 1999. Aspek Biologi dan Kebutuhan Lingkungan Larva Ikan Baung (Mystus nemurus CV). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Laporan Penelitian. Wahyuni. 2004. Pengaruh Pemberian Getah Kamboja (Plumeria acuminata) Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia. Makasar. Wahyuningsih, S.P.A. 2006. Penggunaan Formalin untuk Pengendalian Saprolegniasis pada Telur Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan) Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Airlangga. Surabaya. Willoughby, 1992. Saprolegnia :Department of Natural Resources Bureau of Fisheries Management, Winsconsin.

84

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006