NILAI EKONOMI INFORMASI

Download ekonomi informasi ini. Semua hal tersebut perlu dilakukan agar eksistensi perpustakaan dan pustakawan semakin dirasakan manfaat dan penting...

0 downloads 377 Views 138KB Size
NILAI EKONOMI INFORMASI Oleh : Fahma Rianti

Abstrak teknologi tidak akan pernah mampu menilai kelayakan sebuah informasi, menemukan sumber alternatif, dan memahami konteks mengapa sebuah informasi dibutuhkan. Teknologi tidak dapat menafsirkan perubahan perilaku masyarakat dalam mencari informasi meskipun dapat membantu memenuhinya. Namun untuk dapat melaksanakan peran atau fungsi pustakawan di masa kini, menurut Sudarsono, pustakwan perlu memiliki kemampuan khusus, yaitu kompetensi profesional dan kompeternsi personal. Kompetensi profesional menyangkut pengetahuan yang dimiliki pustakawan khusus dalam bidang sumber daya informasi, akses informasi teknologi, manajemen dan riset, serta kemampuan untuk menggunakan bidang pengetahuan sebagai basis dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi. Ekonomi informasi menjadi perbincangan dikarenakan meningkatnya peran informasi dalam perekonomian, khususnya setelah informasi tidak lagi sekedar pelengkap dalam kegiatan perekonomian saja, tetapi merupakan sumber ekonomi yang penting. Dengan transformasi yang terjadi berkat perkembangan ICT, maka faktor produksi penting telah beralih ke sumber daya informasi dan pengetahuan Kata Kunci: \Nilai Ekonomi, Ekonomi Informasi, Informasi dan komunikasi

31

PENDAHULUAN Dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang selanjutnya disingkat ICT (Information and Communication Technology) begitu terasa. Perkembangan ICT yang begitu pesat membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan di masyarakat dan dunia. Baik aspek sosial, politik, budaya, pendidikan, termasuk ekonomi. Pada sektor ekonomi, kini faktor produksi yang penting dan dominan telah beralih ke sumber daya informasi dan pengetahuan. Informasi tidak lagi sekedar pelengkap dalam kegiatan perekonomian saja. Informasi kini digunakan dan dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan perekonomian, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi, atau disebut juga sebagai masyarakat pasca industri (Wardiana, 2007). Di era ekonomi informasi ini, informasi menjadi sangat berharga dan bernilai tinggi. Informasi dapat menjadi penentu keberhasilan perekonomian suatu bangsa, atau suatu perusahaan bisnis yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dan ICT memegang peranan sangat penting di era ini. Informasi dengan segala sifat dan karakternya yang unik, berbeda dengan sumber daya lainnya di sektor perekonomian, masih sulit untuk diukur. Bahkan ICT yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ekonomi informasi juga masih belum bisa diukur secara memuaskan tingkat manfaat dari produktivitas dan pertumbuhan ICT di tataran ekonomi makro. Namun demikian, ada beberapa pendekatan dalam pengukuran ekonomi informasi, terkait dengan ICT yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur ekonomi informasi. Informasi yang kini menjadi begitu bernilai dan berharga, khususnya di sektor ekonomi, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi lembaga pengelola informasi seperti perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi yang mengelola informasi harus terus mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat menyesuaikan diri dan mampu memberikan jasa dan layanan yang bisa memenuhi kebutuhan informasi masyarakat penggunanya. Begitu juga pustakawan yang harus terus meningkatakan kompetensi dirinya, sehingga dapat menggunakan keahlian, kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola informasi di era 32

ekonomi informasi ini. Semua hal tersebut perlu dilakukan agar eksistensi perpustakaan dan pustakawan semakin dirasakan manfaat dan pentingnya.

DEFINISI NILAI Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga. namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa indonesia. nilai bermakna sesuatu yang memiliki suatu yang berkualitas sehingga merupakan sesuatu yang didambakan orang dan nilai tidak selalu dikaitkan dengan harga. sedangkan harga bermakna hal yang selalu terkait dengan nilai tukar barang terhadap uang (http://id.wikipedia.org/wiki).

PENGERTIAN EKONOMI INFORMASI Istilah ekonomi informasi merupakan terjemahan dari economic of information, yang berkaitan dengan pemanfaatan prinsip-prinsip ekonomi untuk mengamati jenis komoditi yang bernama informasi. Dengan kata lain, ekonomi informasi ingin menjelaskan fenomena informasi dari sudut ilmu ekonomi (Bakir, 2007). Munculnya istilah ekonomi informasi disebabkan meningkatnya peran informasi dalam perekonomian, khususnya setelah informasi tidak lagi sekedar pelengkap dalam kegiatan perekonomian saja, tetapi merupakan sumber ekonomi yang penting. Dengan transformasi yang terjadi berkat perkembangan ICT, maka faktor produksi penting telah beralih ke sumber daya informasi dan pengetahuan (Bakir, 2007).

INFORMASI DALAM KONTEKS EKONOMI GLOBAL Sampai dua ratus tahun yang lalu, ekonomi dunia bersifat agraris di mana salah satu ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad sekarang ini, 33

cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi karena tahap ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused). Dalam hal ini, telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology) (Wardiana, 2007). Sekarang, siapa yang menguasai informasi, merekalah yang akan menguasai dunia. Perubahan cepat di dunia bisnis mendorong perusahaan mengandalkan kekuatan informasi sebagai basis untuk berbisnis. Informasi yang didukung teknologi internet telah merevolusi wajah perekonomian dunia untuk berubah dari ekonomi lama (old economy) ke ekonomi baru (new economy). Ekonomi baru melengkapi kegiatan bisnis dunia nyata dengan kekuatan informasi. Untuk memanfaatkan informasi dengan optimal, dunia bisnis perlu menerapkan strategi pengelolaan informasi dan pengetahuan dengan optimal untuk memperbaiki kualitas keputusan, proses, dan produk ataupun jasa yang dihasilkan, memangkas biaya yang besarnya sangat signifikan serta hubungan yang harmonis dengan pelanggan (Sinar Harapan, 2003). Maka muncullah istilah knowledge and information management. Konsep manajemen pengetahuan berasal dan berkembang di dunia bisnis, diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pengoperasian perusahaan dalam rangka meraih keuntungan kompetitif dan meningkatkan laba. Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki komunikasi diantara manajemen puncak dan diantara para pekerja untuk memperbaiki proses kerja, menanamkan budaya berbagai pengetahuan, dan untuk mempromosikan dan mengimplementasikan system penghargaan berbasis kinerja (Hartono). Kenichi Ohmae dalam bukunya The End of the Nation State (1995) seperti yang dikutip Subiakto (2007) menyatakan bahwa perekonomian dunia saat ini telah berubah dari perekonomian barang menuju ke perekonomian informasi. Sebagai ilustrasi, pergerakan ekonomi dunia yang menonjol di era globalisasi adalah perdagangan uang dan saham, pariwisata, serta investasi asing dari perusahan multinasional. Gerak dan aktivitas ketiga sektor itu amat bergantung pada komunikasi dan penyediaan informasi. Subiakto juga mengutip apa yang diungkapkan William Gredier dalam bukunya One World, Ready or Not, The Manic Logic of Global Capitalism (1999) tentang peran teknologi informasi dalam perdagangan uang global. Dewasa ini betapa mudah uang berpindah dari satu tempat ke tempat lain hanya lewat gagang telepon 34

atau internet. Para pelaku pasar uang dunia yang berpusat di New York, London, dan Tokyo, dalam sebuah transaksi, sekali pencet tombol atau cursor, bisa bertransaksi lebih dari USD 100 juta. Mereka menjadikan informasi sebagai dasar analisis untuk melakukan transaksi. Informasi dalam konteks ekonomi global menjadi amat signifikan. Dengan berbekal informasi yang mereka peroleh, pelaku pasar uang dapat memainkan peran globalnya secara meyakinkan, cepat dan efisien. Seperti yang dilakukan Soros Fund Management, dalam hitungan jam, bahkan menit, berbagai peristiwa ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi di berbagai negara dipantau dan menjadi dasar analisis bertransaksi. Itulah yang dilakukan Soros ketika menghajar mata uang Inggris pada hari Black Wednesday 1992, atau di tahun 1995 ketika mengguncang ekonomi Mexico, dan tahun 1997 saat menghantam mata uang dan saham kawasan Asia, yang salah satu korbannya adalah Indonesia. Kesemua itu dilakukan atas dasar informasi dan analisisnya. Di negara maju tumbuh kesadaran bahwa untuk memiliki daya saing tinggi, perusahaan perlu memanfaatkan pengetahuan sebagai sumber daya tarik konsumen atau rekanan dan teknologi informasi sebagai alat mengelola perusahaan. Perusahaan dengan orientasi semacam ini disebut knowledge company (perusahaan pengetahuan). Perusahaan semacam itu tidak saja mengelola informasi sebagai tagihan, pesan, dan angka-angka, tetapi juga hak paten, proses keterampilan / keahlian pegawai, teknologi, pengetahuan tentang konsumen dan pemasok dan pengalaman masa lalu. Hal-hal inilah yang menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan. Atas dasar itu muncul istilah knowledge management sebagai cabang ilmu baru yang bertugas mengelola dengan efisien dan efektif sumber daya informasi dan pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Informasi sebagai peralatan bisnis tidak dimaksud hanya sebagai alat menukar biaya, seperti diajarkan akuntansi. Tetapi informasi dibutuhkan manager dalam rangka penciptaan kekayaan

(wealth creation). Dalam rangka itu, dibutuhkan suatu

klasifikasi informasi agar pengelolaan informasi di perusahaan lebih terarah, dengan demikian dapat dimanfaatkan secara optimal. Drucker memberikan klasifikasi informasi yang dibutuhkan kalangan eksekutif dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi, yaitu : 1. Informasi dasar (foundation information) 2. Informasi produksi (productivity information) 3. Informasi kemampuan (competence information) 35

4. Informasi tentang alokasi sumber daya yang terbatas Informasi dan pengetahuan, seperti yang diutarakan oleh Thomas A Steward (1997) dalam bukunya Intelectual Capital seperti yang dikutip Bakir (2007), bahwa informasi adalah sumber daya yang aneh (weird resources). Ia menyebutkan beberapa alasan, yaitu : 1. Informasi

merupakan

public-good,

yang

dapat

dipergunakan,

tanpa

dikonsumsi. Karena itu, informasi bersifat non substractive (tidak berkurang) 2. Dalam ilmu ekonomi, nilai timbul karena kelangkaan (scarcity). Tetapi informasi dan pengetahuan bertambah nilainya justru karena melimpah (abundant), bukan karena langka. Martin (1995) mengungkapkan bahwa hal tersebutlah yang membuat nilai informasi sulit untuk ditentukan. 3. Karena cirinya yang kreatif, pada informasi dan pengetahuan sulit dilihat keterkaitan antara masukan (input) dan keluaran (output). Karena itu sulit untuk diprediksi, tidak seperti modal tetap (mesin) yang lebih dapat diprediksi (predictable).

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT) Motor utama transformasi yang sedang melanda jagad raya dewasa ini adalah perkembangan pesat di bidang infrastruktur informasi yang ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam tahap masyarakat industri, jalan raya (highway road) menjadi ciri pentingnya, karena jalan raya menunjang proses urbanisasi, produksi, dan distribusi massa yang terjadi. Dalam masyarakat informasi, ciri pentingnya adalah information highway (Iway), di mana jaringan komputer (internet) bisa menghubungkan siapa pun dengan yang lainnya dengan kecepatan yang tinggi (konektifitas). Dalam masyarakat seperti itu, orang akan tergantung pada jaringan informasi elektronik dan komunikasi yang kompleks dan yang mengalokasikan sumber dayanya sebagian besar untuk kegiatan informasi dan komunikasi. Bahkan informasi dan pengetahuan itu sendiri menjadi sumber daya dan faktor produksi baru yang penting (Bakir, 2007). Dalam tahap perekonomian informasi yang demikian, sumber kapital, sumber alam tidaklah penting lagi. Kunci peranan dipegang oleh tenaga ahli (knowledge workers) yang memiliki dan menguasai teknologi. Korea, Taiwan, dan Singapura, 36

tidak lah tergolong negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya, bahkan dapat dikatakan kekayaan di bidang itu sangat minim. Kemajuan dan transformasi yang mereka alami, berkat pembangunan teknologi dan sumber daya manusianya (Bakir, 2007). ICT menghasilkan manfaat akibat network effect dan inovasi model bisnis. ICT dipandang mampu meraih manfaat penciptaan nilai (value creation) akibat sinergi, kolaborasi, dalam jaringan ke arah customer, mitra kerja dan para pemasok. Sebagai contoh, satu keunggulan transaksi internet antar usaha meningkat karena perusahaan terkoneksi dengan jaringan – setiap investasi baru dalam suatu koneksi memberi keuntungan tidak hanya untuk investor, melainkan juga untuk partisipan lainnya (co-evolution). Dampak positif dari keterhubungan dalam jaringan, memperbaiki semua produktivitas dan pertumbuhan pendapatan agregat yang berpotensi menguntungkan semua partisipan pasar. (Utoyo). ICT dapat dimanfaatkan untuk mendekatkan perusahaan dengan pelanggan, di antaranya dengan memberikan layanan secara individu kepada mereka. Perusahaan dapat memperkenalkan produk, layanan baru yang ditawarkan serta berbagai solusi untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pelanggan, langsung ke tempat tiap-tiap pelanggan berada. Selain itu, pelanggan juga dapat membeikan keluhan, usulan, pertanyaan secara langsung kepada perusahaan, untuk memperbaiki kualitas produk dan layanan bagi pelanggan, serta menciptakan produk dan layanan baru sesuai dengan perubahan selera dan kebutuhan pelanggan yang bisa diakses dari setiap transaksi yang tercatat. Dell Computers, perusahaan yang memproduksi komputer dengan mengandalkan keterlibatan pelanggan dalam menentukan sendiri fitur dari komputer yang akan dibeli. Amazon.com juga mengandalkan keterlibatan pelanggan dengan konsep swalayan (pelanggan bisa memilih sendiri buku yang akan dibeli, dengan harga yang paling sesuai dengan kemampuan). (Sinar Harapan, 2003).

PENGUKURAN EKONOMI INFORMASI Faktor utama pengubah wajah peradaban masyarakat dan ekonomi dunia yang kemudian memunculkan masyarakat ekonomi informasi adalah ICT. Namun. Utoyo menyatakan bahwa pengetahuan dan keilmuan yang ada belum mampu menjelaskan secara memuaskan manfaat produktivitas dan pertumbuhan ICT dalam tataran makroekonomi. Secara umum terdapat beberapa cara bebeda dalam mengorelasikan 37

ICT dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, namun antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Pada dasarnya, lanjut Utoyo, terdapat tiga cara pengukuran korelasi ICT dengan

pertumbuhan

ekonomi.

Pertama,

menggunakan

metode

akunting

pertumbuhan, yaitu suatu metode yang mengacu pada pendekatan perolehan ekonomi yang dihasilkan. Kedua, pendekatan yang memantau kondisi dan pengaruh atas keberadaan dan berfungsinya pasar, sebagai komponen utama terjadinya transaksi ekonomi. Ketiga, pendekatan melalui penghematan sosial yang diberikan, dengan mencoba memantau lingkup yang tidak teramati langsung oleh perolehan ekonomi. Pengukuran ekonomi informasi 2002, melibatkan badan statistik di negaranegara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), serta gugus kerja indikator untuk masyarakat informasi (Working party on indicators for the information society = WPIIS), yang mencakup : -

Penjelasan tentang sumber daya informasi yang terkait erat dengan ICT, yaitu porsi ICT dalam total investasi, kaidah konsumsi ICT dalam rumah tangga dan bisnis, laju inovasi dan paten, serta modal manusia sebagai kebijakan kunci

-

Pertumbuhan dan kontribusi sektor ICT, dilihat dari ukurannya terhadap aktivitas ekonomi, khususnya sebagai aktivitas produksi dan jasa ICT yang tumbuh lebih cepat dibanding sektor-sektor lainnya

-

Indikasi beberapa pola menarik tentang volume dan keberadaan transaksi ecommerce dalam konteks metode transaksinya (flow of information), bukan dari metode pembayaran (flow of money) dan jalur pengirimannya (flow of goods) Untuk menyediakan konteks pengukuran, dipertimbangkan beberapa cara

bagaimana ICT dapat mempengaruhi pertumbuhan, yaitu : -

Produksi ICT. Satu cara untuk menangkap pentingnya ICT secara ekonomi adalah dengan mempertimbangkan peran produsen ICT dalam total nilai tambah ekonomi atau PDB. pendekatan ini memfokuskan pada proses produksi barang-barang ICT

-

Aspek ICT sebagai input modal. pendekatan berorientasi input akan fokus pada peran ICT dalam produksi. perangkat ICT dapat dilihat sebagai tipe spesifik barang modal di mana perusahaan berinvestasi dan mengombinasikan dengan modal dan tenaga kerja jenis lain untuk menghasilkan output. ICT 38

sarat dengan dinamika cepat usang, serta substitusi dari perangkatnya dibandingkan barang modal lainnya. sehingga, menangkap proses substitusi adalah aspek penting untuk mengkaji peran ICT dalam produksi -

Aspek ICT sebagai input modal khusus. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ICT menghasilkan manfaat akibat network effect dan inovasi model bisnis. Dalam kerangka kerja yang lebih formal, efek tersebut melibatkan hubungan produktivitas multi-faktor (MFP = Multi-Factor Productivity), yaitu efisiensi keseluruhan terkait dengan sumber daya mana saja yang digunakan dalam suatu ekonomi akibat pemanfaatan ICT. Tiga aspek dari peran ICT dapat diterjemahkan pada suatu kerangka kerja

akunting pertumbuhan yang mapan. secara matematik korelasi sederhana oleh WPIIS, dijabarkan sebagai : O = s L L + s KC K C + s KN K N + A O

= output ekonomi

L

= Input tenaga kerja

KC

= modal ICT

KN

= modal lain non ICT

A

= variabel perubahan multi-faktor yang intanjibel

ICT DAN KEKUATAN INFORMASI DI DUNIA BISNIS 

PT Telkom dan PT Pos Teknologi internet awalnya terlihat seperti membawa lonceng kematian bagi

dua perusahaan BUMN di Indonesia ini. Tetapi karena kedua perusahaan ini berhasil mengelola dan memanfaatkan informasi disertai inovasi di bidang teknologi komunikasi tersebut dengan baik, datangnya perubahan tidak mematikan bisnis kedua perusahaan tersebut. mereka merangkul kekuatan informasi dan teknologi internet tersebut dengan secara signifikan melakukan perubahan-perubahan fisik yang diperlukan dalam memperbaharui produk dan jasa yang mereka tawarkan.

39

PT Telkom memperkenalkan Telkomnet Instan sebagai jasa layanan internet bagi pengguna telepon tanpa harus mendaftar dengan prosedur administrasi yang rumit sebagai pelanggan sebuah internet provider. jasa lainnya adalah penyediaan jaringan komunikasi broadband untuk kawasan tertentu yang bisa digunakan untuk TV kabel atau jaringan internet dengan kabel (bukan dial up). Selain itu PT Telkom juga menawarkan jasa komunikasi bergerak dengan telepon genggam. Sedangkan PT Pos menawarkan produk-produk baru seperti wasantara-net (jasa layanan internet provider), pengiriman kartu pos digital, serta pengiriman surat dan barang yang ditunjang dengan jaringan elektronik. 

Perusahaan Nabisco Perusahaan

ini

memanfaatkan

information

sharing

untuk

sarana

penyempurnaan kualitas produk dan layanan kepada pelanggan. Melalui Journey, sebuah sistem yang khusus diciptakan untuk mengakomodasi kegiatan pengelolaan informasi (Information Management), seorang manager produk di Malaysia yang ingin mempromosikan peluncuran makanan ringan baru, bisa mengakses Journey untuk melihat informasi tentang kegiatan serupa (promosi peluncuran produk baru) yang pernah ataupun sedang dilakukan di negara lain. melalui sistem ini, manajer tersebut juga melontarkan pertanyaan di forum diskusi online, untuk mendapatkan masukan (ide, usulan strategis atau solusi) dari rekan-rekan sesama manajer produk atau direktur pemasaran di berbagai tempat lain.



Yamanauchi Perusahaan farmasi terbesar ketiga di Jepang ini dalam mempermudah proses

pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, juga mengupayakan pengelolaan informasi (Information Management). masalah-masalah yang terjadi bisa dengan lebih cepat ditangani melalui forum diskusi online antar pimpinan di berbagai divisi dan berbagai daerah. keputusan yang menyangkut penerapan berbagai terobosan baru juga bisa segera disosialisasikan untuk mendapat alternatif tindakan yang terbaik guna merealisasikan terobosan-terobosan tersebut. topik yang akan didiskusikan pada saat rapat, dikirim melalui email terlebih dahulu

40

untuk dipelajari sehingga pada saat rapat dilaksanakan, diskusi bisa lebih difokuskan pada analisis alternatif strategi yang disampaikan. 

Sektor keuangan Saat ini telah banyak pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak

lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah memanfaatkan layanan perbankan modern. Untuk menunjang kegiatan operasional sebuah lembaga keuangan / perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada akhirnya akan bergantung pada teknologi informasi. Sebagai contoh, seorang nasabah dapat menarik uang, mengecek saldo, atau mentransfer uang, membayar tagihan, melaui layanan ATM, hanya dalam hitungan menit saja. Wardiana mengunkapkan bahwa pengembangan teknologi dan infrastruktur telematika di Indonesia akan sangat membantu pengembangan industri di sektor keuangan ini. Perluasan cakupan usaha dengan membuka cabang di daerah, serta pertukaran informasi antara sesama perusahaan asuransi, broker, industri perbankan, serta lembaga pembiayaan lainnya, dapat dilakukan. Berbagai bank di Indonesia juga sudah mulai memanfaatkan kekuatan informasi ini. misalnya melalui internet banking, di mana pelanggan diberi kepercayaan dan kemudahan untuk mendapatkan akses terhadap berbagai informasi yang mereka perlukan serta melakukan sendiri transaksi perbankan mereka. transaksi yang dilakukan akan tercatat dalam sistem, dan akan didapatkan informasi mengenai berapa banyak pengguna layanan, transaksi apa yang paling banyak digunakan, masalah apa yang sering dialami pelanggan. informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan di perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan mereka, serta mengantisipasi perubahan minat dan kebutuhan pelanggan.

EKONOMI INFORMASI DAN KEPUSTAKAWANAN Begitu berharga, serta bernilainya informasi dalam perkembangan ekonomi secara makro maupun mikro, memberikan tantangan baru bagi kepustakawanan dan perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi. Pendit mengungkapkan, sebagai sebuah unit yang terdiri dari perpustakaan dan sekolah-sekolah perpustakaan, maka 41

kepustakawanan belum mampu untuk beradaptasi dengan perkembangan sekitarnya. Kepustakawanan, menurut Hellprin seperti yang dikutip Pendit, tidak perlu mengubah fungsi utama yang kini sedang dijalaninya, melainkan harus menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Ciri

utama

dari

perkembangan

zaman

sekarang

adalah

kecepatan

perubahannya. jika kepustakawanan tidak ingin terhempas oleh arus perubahan itu, Hellprin menganjurkan satu patokan tujuan yang dirumuskannya dengan kata-kata “bekerja keras untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan fungsi utama perpustakaan”. Fungsi utama itu terbagi dalam dua kelompok, yaitu fungsi yang terus menerus (termasuk di dalamnya fungsi memilih, mengumpulkan dan menyimpan pengetahuan agar dapat ditemukan kembali jika diperlukan), dan fungsi yang bersifat daur-ulang (cyclical), yaitu fungsi pendidikan dan latihan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang akan melaksanakan fungsi pertama di atas.

Kompetensi pustakawan Menurut Hyams (1996) yang dikutip oleh Ratnawati, teknologi tidak akan pernah mampu menilai kelayakan sebuah informasi, menemukan sumber alternatif, dan memahami konteks mengapa sebuah informasi dibutuhkan. Teknologi tidak dapat menafsirkan perubahan perilaku masyarakat dalam mencari informasi meskipun dapat membantu memenuhinya. Namun untuk dapat melaksanakan peran atau fungsi pustakawan di masa kini, menurut Sudarsono, pustakwan perlu memiliki kemampuan khusus, yaitu kompetensi profesional dan kompeternsi personal. Kompetensi profesional menyangkut pengetahuan yang dimiliki pustakawan khusus dalam bidang sumber daya informasi, akses informasi teknologi, manajemen dan riset, serta kemampuan untuk menggunakan bidang pengetahuan sebagai basis dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi. Sedangkan kompetensi personal adalah keterampilan dan keahlian, sikap dan nilai yang memungkinkan pustakwan bekerja secara efisien, menjadi komunikator yang baik, selalu mempunyai semangat untuk terus belajar sepanjang karirnya, dapat mendemonstrasikan nilai tambah atas karyanya, dan selalu dapat bertahan dalam dunia kerja yang baru. Kompetensi profesional mensvaratkan pustakawan hendaknva : ▪

mempunyai pengetahuan atas isi sumberdaya informasi, termasuk kemampuan mengevaluasinya secara kritis. apabila perlu dilakukan penyaringan 42



memiliki pengetahuan subyek khusus yang cocok dan diperlukan oleh organisasi induk atau pengguna jasa.



mengembangkan dan mengelola jasa informasi yang nyaman, mudah diakses dan berbiaya murah (cost effective) sejalan dengan arahan stratregis organisasi.



menyediakan pedoman dan dukungan untuk pengguna jasa



mengkaji kebutuhan informasi dan nilai tambah jasa informasi dan produk yang memenuhi kebutuhan.



menggunakan

teknologi

informasi

yang

sesuai

untuk

mengadakan,

mengorganisasikan dan memencarkan informasi. ▪

menghasilkan produk informasi khusus untuk digunakan di dalam maupuni di luar organlsasi. atau oleh pengguna perorangan.



mengevaluasi hasil penggunaan informasi dan melakukan niset yang berhubungan dengan permasalahan manajemen informasi.



secara terus-menerus meningkatkan iasa informasi umuk menjawab tantangan dan perkembangan.



merupakan anggota dan tim manajemen senior atau konsultan bagi organisasi tentang isu informasi. Kompetensi personal menuntut pustakawan untuk dapat:



melakukan layanan prima.



mencari tantangan dan melihat peluang baru baik di dalam maupun diluan perpustakaan.



melihat dengan wawasan yang luas



mencari mitra kerja.



menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mempercayai.



memiliki ketrampilan berkomunikasi.



bekerja baik dengan sesama anggota tim.



membenikan kepemimpinan.



merencanakan, membuat prioritas dan fokus pada hal-hal yang knitis.



setia dalam belajar sepanjang hidup dan perencanaan karier pnibadi.



memiliki ketrampilan bisnis dan menciptakan peluang baru.



mengakui nilai profesional kerjasama dan kesetiakawanan.



luwes dan bersikap positif dalam masa yang selalu berubah.

43

Sebagai cara untuk meningkatkan kualitas perpustakaan, maka pustakawan sudah selayaknya menguasai pengetahuan sistematis (eksplisit) maupun pengetahuan yang tidak terstruktur (tacit). Mencermati kondisi pustakawan dalam memberikan layanan perpustakaan dan infromasi melalui pengamatan dan berbagai diskusi, Hartono mengatakan bahwa ada dua faktor sebagai alasan untuk mengatakan, bahwa citra pustakawan belumlah menggembirakan antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Ditinjau dari faktor internal antara lain (1) pustakawan masih berkutat pada pelayanan konvensional dengan menggunakan sistem layanan tradisional (2) masih rendahnya kualitas sumber daya manusia/pustakawan, baik dari kualitas teknis maupun kualitas fungsional. Dari segi kualitas teknis pustakawan banyak dijumpai pustakawan yang belum memiliki kemampuan teknis berkomunikasi, manajerial, penguasaaan teknologi informasi dan bahasa asing. Dari segi kualitas fungsional meliputi dimensi kontak dengan pemakai, sikap, perilaku, hubungan internal pustakawan (3) terbatasnya sarana penelusuran yang tersedia dalam bentuk abstrak, isi buku, teks penuh (fulltext) atau dalam bentuk review. Sedangkan masalah eksternal antara lain (1) Perpustakaan belum memiliki komitmen dalam mengembangkan pustakawan sehingga pemberdayaan perpustakaan diseluruh Indonesia mengalai kesulitan. (2) masih rendahnya jiwa kemandirian (entrepreneurship). Mencermati perkembangan manajemen pustakawan dan kaitannya dengan kompetensi pustakawan menurut

Hakrisyati Kamil (2005) seperti yang dikutip

Hartono, bahwa pustakawan Indonesia pada umumnya memiliki keterbatasan antara lain :(1) kurang memiliki pengetahuan bisnis (2) pustakawan tidak memikili kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup informasi, organisasi dan sasaran organisasi

(3) Kemampuan kerjasama sebagai dalam

kelompok dan juga kepemimpinannya tidak memadai untuk posisi strategis dan (4) kurang memiliki kemampuan manajerial. Solusi yang harus dipenuhi terhadap pustakawan dalam memberdayakan pengetahuan antara lain : Pertama, pustakawan harus dapat meningkatkan kemampuan dalam teknologi informasi yang memadai. Kedua, mengembangkan komunikasi ilmiah (science communication) bagi sesama pustakawan. Ketiga, menumbuhkan jiwa kewirausahaan (entreprenuership) dan core bisnis. Keempat, pustakawan

diharapkan

mampu

meningkatkan

kompetensi

manajerial

dan

kepemimpinan berbasis informasi. 44

Peran dan Fungsi Perpustakaan Kunci pemberdayaan perpustakaan di abad teknologi terletak pada kemampuannya mengidentifikasi, mengantisipasi, dan menanggapi dengan cepat perubahan kebutuhan pengguna. Fungsi penting perpustakaan, menurut Lancaster (1997) seperti yang dikutip Ratnawati, adalah mengelola sumber-sumber informasi menjadi sesuatu yang bernilai bagi penggunanya. Sistem ini membimbing pengguna menuju sumber informasi yang kadang rumit dan kompleks melalui cara yang cepat dan mudah. Ratnawati juga mengungkapkan bahwa, dengan adanya banjir informasi, perpustakaan dapat menciptakan jenjang akses berdasarkan kualitas ulasan materinya. Perpustakaan dapat menjadi : o Access provider. sumber informasi yang tinggi tingkat pemakaiannya dapat di download dan disimpan dan di update di dalam jaringan. untuk jenis informasi lainnya, dapat disediakan sesuai permintaan. ini dapat didahului dengan konsultasi melalui email atau yang lainnya o Switching centre Untuk sumber informasi yang tidak dimiliki, perpustakaan dapat mengarahkan atau mengalihkan pengguna ke sumber informasi lain yang tepat o Penyusun dan dan penyedia panduan, indeks, anotasi, dan alat bantu lain yang sesuai dengan kebutuhan dan minat penggunanya o filter

Peran perpustakaan / unit informasi di era ekonomi informasi adalah sebagai pelaksana knowledge and information management. Pada prinsipnya manfaat dari konsep manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan kinerja perpustakaan. Manajemen pengetahuan dapat dijadikan sebagai pemicu agar pustakawan lebih inovatif dan kreatif dalam menyiasati cakupan muatan informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan perusahaan / lembaga yang menaunginya, termasuk dalam bentuk elektronik. Masih banyak muatan pengetahuan eksplisit yang belum tersedia dalam bentuk elektronik yang sesungguhnya dibutuhkan oleh para pengguna perpustakaan. 45

Pustakawan juga harus berupaya mengidentifikasi pengetahuan implisit dan mengembangkan sistem yang diperlukan untuk menanganinya. Walaupun hal yang disebutkan terakhir bukan pekerjaan yang mudah, tetapi prakarsa ke arah itu harus ditumbuhkan dan sedapat mungkin diimplementasikan (Hartono). Seperti telah disebutkan di atas, Hartono juga menegaskan bahwa manajemen pengetahuan di lingkungan perpustakaan dapat dikembangkan dan diimplementasikan sebagai perluasan prakarsa perpustakaan elektronik. Bagi perpustakaan yang telah mengembangkan perpustakaan elektronik selama ini, yang diperlukan adalah mengintegrasikan konsep manajemen pengetahuan dalam hal pemerolehan, pengorganisasian,

pemeliharaan,

dan

pendistribusian

pengetahuan

termasuk

pengetahuan informal, tidak terstruktur, dan eksternal yang menyangkut lembaga induknya. Perpustakaan yang belum memiliki perpustakaan elektronik harus mulai mengembangkannya kalau masih tetap ingin dipandang sebagai penyedia informasi dan pengetahuan yang utama. Untuk itu, berbagai perangkat pendukung yang diperlukan harus dipersiapkan termasuk organisasi dan kebijakan yang harus ditetapkan pada tingkat institusi induk perpustakaan. Didalam organisasi perpustakaan harus terdapat satu bagian atau satu tim yang menangani pengorganisasian dan penyediaan pelayanan manajemen pengetahuan. Selain itu, perpustakaan harus aktif mengidentifikasi berbagai pengetahuan yang diciptakan di lingkungannya baik yang merupakan karya perorangan/kelompok maupun karya institusional. Selain itu, perpustakaan / unit informasi dapat melakukan audit informasi (Information audit), yaitu suatu cara yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi organisasi, memetakan arus informasi dari dalam dan luar, mengembangkan komunikasi antara profesional informasi dengan para pekerja, pemasaran layanan informasi dan pengembangan profil perpustakaan dalam organisasi (Henczel, 2000). Dengan audit informasi, perpustakaan dapat mengevaluasi informasi yang dibutuhkan organisasi yang menaunginya., sehingga dapat memberikan produk-produk informasi yang lebih berkualitas. Information repackaging dapat menjadi nilai tambah bagi perpustakaan dalam memberikan layanan informasinya bagi organisasi / perusahaan yang menaunginya. Istilah kemas ulang informasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu 'Information Repackaging'. Dalam pengertian yang sederhana menurut John Agada )(1995: 2) seperti yang dikutip Syamsudin (2007) kemas ulang informasi adalah sebuah unit 46

layanan baru yang ada di perpustakaan atau pusat-pusat informasi yang memberikan layanan informasi untuk kebutuhan spesifik dari pemakai.

Pengertian yang

dikemukakan di atas, memberikan gambaran pada kita bahwa kemas ulang informasi merupakan sebuah unit layanan yang baru, layanan ini muncul atau disediakan terutama untuk menyahuti perkembangan dari melimpahnya informasi di era globalisasi informasi sekarang ini. Walaupun informasi yang tersedia di era ini melimpah ruah namun hal itu malah membuat kesulitan untuk mengakses informasi yang relevan, current dan komprehenship. Aspek yang kedua dari pengertian kemas ulang informasi yang dikemukakan John Agada tersebut adalah kegiatan layanan kemas ulang informasi yang diberikan harus benar-benar memberikan layanan kebutuhan yang spesifik untuk para pemakai perpustakaan atau pusat-pusat informasi. Contoh dari kemas ulang informasi yang dapat dilakukan oleh perpustakaan bagi industri adalah (Hariyadi, 2007) : -

brosur iklan dan promosi

-

Analisa pasar dan trend pasar

-

Analisa pesaing

-

Analisa ekonomi

-

Informasi mengenai paten-paten yang berkaitan

-

dll

Di masa kompetisi bisnis yang tinggi, setiap aktivitas di perusahaan harus dipastikan memberikan kontribusi pasti di dalam proses bisnis perusahaan tersebut. Hal ini menjadi tantangan bagi aktivitas non-core dalam proses bisnis seperti layanan informasi dan perpustakaan di sebuah perusahaan. Bagaimana profesional informasi meyakinkan perusahaan bahwa unit mereka menyediakan informasi yang bernilai bagi bisnis mereka. Menurut Skyrme (2000), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada informasi yang dikelola oleh unit informasi / perpustakaan di sebuah perusahaan bisnis, yaitu : 1. Menganalisa informasi apa yang memiliki peran strategis Proses ini mencakup analisis kebutuhan informasi perusahaan dan seberapa besar biaya yang mereka sediakan untuk itu. Beberapa keputusan penting yang biasanya ditetapkan oleh perusahaan adalah mengenai : -

pemilihan pasar dan target pasar 47

-

investasi baru

-

lokasi pabrik dan kantor

-

produk-produk baru yang akan dikembangkan dan yang akan dipasarkan

-

Harga dan promosi

Perpustakaan perlu mengetahui bagaimana keputusan-keputusan itu diambil, dan informasi apa saja yang dibutuhkan perusahaan dalam pengambilan keputusan tersebut. 2. Identifikasi kebutuhan pengguna Hal ini dapat dilakukan dengan survei, wawancara, dan analisa pemanfaatan. Perpustakaan / unit informasi perlu mencari tahu bagaimana mereka menggunakan informasi yang selama ini disediakan dan hasil serta manfaat apa yang mereka dapat dari informasi tersebut. 3. Tetapkan segmen pengguna Perpustakaan / unit informasi perlu mengelompokkan pengguna berdasarkan kebutuhan informasi mereka. 4. Ciptakan produk unik Produk informasi yang dihasilkan, harus diupayakan tersaji dalam bentuk yang lebih menarik sehingga memberikan nilai tambah. Selain itu juga, nilai tambah yang bisa diberikan adalah dengan memberikan informasi lebih dari yang diminta (beyond expectation), namun tentu saja tetap g sesuai dengan kebutuhan mereka. 5. Jual dan pasarkan produk Perpustakaan dan unit informasi perlu melakukan promosi tentang layanan informasi yang disediakan. Perpustakaan / unit informasi perlu menghadiri pertemuan-pertemuan yang dilakukan perusahaan untuk melakukan promosi 6. Evaluasi dan feedback Evaluasi dan feedback perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif informasi yang disediakan perpustakaan / unit informasi bagi perusahaan, sehingga dapat dilakukan pengembangan-pengembangan. 7. Manfaatkan ICT Penggunaan ICT dalam memberikan layanan dan menghasilkan produk informasi adalah hal yang penting dalam menambah nilai informasi yang disediakan oleh perpustakaan / unit informasi 8. Membangun hubungan 48

Perpustakaan / unit informasi perlu membangun hubungan baik dengan penggunanya. 9. Kembangkan beraneka ragam keterampilan Pustakawan / profesional informasi perlu terus mengembangkan kemampuan dan kompetensinya agar terus dapat memberikan produk-produk informasi dana yang lebih baik lagi bagi perusahaan. Beberapa hal yang perlu dikembangkan adalah : -

pengetahuan mengenai industri yang berkaitan dengan bisnis yang dijalani perusahaan

-

tanggap terhadap isu-isu dan tekanan bisnis

-

communication skills

-

inter-personal skills

-

dll

Skryme dan Syamsuddin (2007) juga memberikan beberapa aspek yang dapat menambah nilai pada informasi, yaitu : 1. ketersediaan (availability) 2. mutakhir (currency) 3. relevan (relevancy) 4. kemudahan akses, ketepatan perolehan (Accessibility) 5. tepat guna untuk berbagai kebutuhan (utility) 6. akurat (accuracy) 7. valid (validity) 8. keandalan (reliability) 9. tersaji dengan baik (repackaging) 10. dapat digunakan dengan beragam cara (flexibility)

KESIMPULAN Dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang selanjutnya disingkat ICT (Information and Communication Technology) begitu terasa. Perkembangan ICT yang begitu pesat membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan di masyarakat dan dunia. Baik aspek sosial, politik, budaya, pendidikan, termasuk ekonomi. Pada sektor ekonomi, kini faktor produksi yang penting dan dominan telah beralih ke sumber daya informasi dan pengetahuan. 49

Informasi kini digunakan dan dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan perekonomian, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi, atau disebut juga sebagai masyarakat pasca industri. Sekarang, siapa yang menguasai informasi, merekalah yang akan menguasai dunia. Perubahan cepat di dunia bisnis mendorong perusahaan mengandalkan kekuatan informasi sebagai basis untuk berbisnis. Informasi yang didukung teknologi internet telah merevolusi wajah perekonomian dunia untuk berubah dari ekonomi lama (old economy) ke ekonomi baru (new economy). Dalam rangka itu, dibutuhkan pengelolaan informasi yang baik dan lebih terarah, dengan demikian dapat dimanfaatkan secara optimal. Peran inilah yang dapat diambil oleh perpustakaan atau unit informasi di suatu organisasi bisnis. Dan dibutuhkan pustakawan / profesional informasi dengan kompetensi yang tinggi untuk menjalankan pengelolaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakir, Hasan. Antisipasi era sumber daya informasi. www.bappenas.go.id. Akses : 02 November 2007. Hariyadi, Utami. Information repackaging and information consolidation : a brief review. Makalah yang disampaikan pada Workshop Informasi dan Perpustakaan, Depok, 17 November 2007. Hartono. Perpustakaan dalam praktek knowledge enabler : perspektif pustakawan. http://jibis.pnri.go.id/files/PEMBERDAYAAN%20PENGETAHUAN%20(HA RTONO).doc. Akses : 01 Desember 2007.

50

Henczel, Susan. The information audit as a first step towards effective knowledge management.

Akses

http://www.ifla.org/VII/d2/inspel/00-3hesu.pdf.

:

10

Desember 2007.

Memanfaatkan

kekuatan

informasi.

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/0622/man01.html. Akses : 18 November 2007. Subiakto,

Henry.

Penguasaan

informasi

tuntutan

ekonomi

global.

www.polarhome.com. Akses : 20 Oktober 2007 Pendit, Putu Laxman. Perubahan orientasi dalam era informasi. Prosiding Seminar Sehari Layanan Pusdokinfo berorientasi pemakai di era infromasi : pandangan akademisi dan praktisi, Depok, 16 Maret 1996. Ratnawati, Sintha. Tantangan bagi pustakawan dalam membangun perpustakaan masa depan dalam Sekapur sirih pendidikan di Indonesia 1952-2002 : kumpulan artikel alumni dan mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana FIB UI. Depok : Alumni dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan PPS FIB UI, 2002. Skryme,

David

J.

Ten

ways

to

add

value

to

your

business.

http://www.skyrme.com/pubs/tenways.htm. Akses : 11 November 2007. Syamsuddin.

Kemas

ulang

informasi.

http://bapustarda-

kalsel.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=33.

Akses

:

10

Desember 2007. Sudarsono, B. Peran pustakawan di abad elektronik : impian dan kenyataan. Disampaikan pada seminar Sehari Peran pustakwan di abad elektronik : impian dan kenyataan. Jakarta : PDII LIPI, 2 Juni 2000.

51

Utoyo, Indra M. Upaya mengukur kontribusi ICT. http://www.ebizzasia.com/03262005/column,indra,0326.html. Akses : 18 November 2007. Wardiana,

Wawan.

Perkembangan

teknologi

informasi

di

Indonesia.

www.Informatika.lipi.go.id. Akses : 30 Oktober 2007. http://id.wikipedia.org/wiki. Akses : 30 November 2007.

52