PEDET SATU FASE YANG PALING PENTING DARI PRODUKSI TERNAK PERAH

Download (2) transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen. ... Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktas...

0 downloads 406 Views 881KB Size
PEDET Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan manajemen pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa. Dengan manajemen yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar. Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam). Ada 4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a) kolostrum, (b) susu, (c) milk replacer, dan (d) calf starter Kolostrum perlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran (idealnya 15 menit atau dalam jangka waktu 4 jam) untuk proteksi terhadap penyakit. Kolostrum dapat diberikan langsung dari induk, botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlukan karena : 1. Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi terhadap penyakit. 2. Kemampuan pedet untuk menyerap immunoglobulin (komponen proteksi penyakit) berkurang setelah 24-36 jam. 3. Pedet mudah terinfeksi dengan bakteri patogen segera setelah lahir. Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6% dari bobot badan. Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan dan disimpan dalam jangka waktu 1 tahun atau lebih tanpa kehilangan nilai antibodinya. Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100°F. Sour colostrum adalah surplus kolostrum yang disimpan dan difermentasi secara alami. Kolostrum terdiri dari bahan kering yang sepertiga lebih banyak dari susu atau reconstituted milk replacer, dan sangat mudah dicerna. Oleh karena itu, penyimpanan untuk pemberian pakan selanjutnya sangat dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat dibekukan kemudian dicairkan sebelum diberikan; atau disimpan sebagai sour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan diberikan pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk mencegah overfeeding dan scours (diarrhae). Pemberian pakan dengan susu penuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu hingga disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat. Metode ini merupakan yang terbaik ditinjau dari pertambahan bobot badan (PBB) dan menimbulkan gangguan lambung yang terendah, tetapi susu merupakan makanan yang mahal. Milk replacer bervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari labelnya. Yang terbaik terdiri dari: IV -

1

- minimal 20% protein, semua dari produk susu seperti skim milk, butter milk powder, casein, milk albumen dll. Bila protein dalam milk replacer berasal dari tumbuhan, perlu protein lebih dari 22%. Sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu. - lemak 10-20% Milk replacer dapat diberikan pada hari ke tiga setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan oleh pabrik dalam mencampur milk replacer. Metode umum: 1 pound milk replacer ditambah dengan 9 pound air. Calf starter merupakan campuran butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan gandum biasanya merupakan komponen utama dari calf starter. Starter mengandung sumber protein tinggi plus mineral dan vitamin. Starter harus palatable supaya pedet dapat makan sesegera mungkin. Beberapa ada yang ditambah dengan molase supaya terasa manis. Pedet lebih menyukai bentuk yang kasar daripada yang digiling halus. Calf starter sebaiknya mengandung 16-18% protein dan 72-75% TDN untuk mencukupi zat-zat makanan esensial bagi pedet. Calf grower diberikan bila pedet berumur 6-8 minggu. Level (kandungan) protein disesuaikan dengan kualitas hijauan. Hijauan berupa hay kualitas bagus dapat diberikan bila pedet berumur 2 minggu atau umur 5-10 hari. Silage (jagung) atau pastura jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air yang tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan pertumbuhan.

SAPI DARA Antara disapih dan beranak (12 minggu sampai umur 2 tahun) nutrisi sapi dara sering tidak diperhatikan. Sebaiknya program manajemen pemberian pakan pada periode ini meliputi 3 fase yang berbeda, yaitu: 1. Sejak disapih (12 minggu) hingga umur 1 tahun. Selama periode ini, sapi dara diberi makan hijauan free choice dan butiran/konsentrat terbatas. Jumlah dan kandungan protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura dapat digunakan dengan baik dalam program pemberian pakan, sepanjang disuplementasi dengan grain mix, hijauan kering,dan mineral yang mencukupi (dapat diberikan dalam grain mix atau free choice). Perlu disediakan air bersih dan segar. Selama periode ini sapi dara jangan overfeeding dan terlalu gemuk. Kondisi yang berlebihan akan menghambat perkembangan jaringan sekretori ambing selama periode kritis (perkembangan yang maksimal) antara umur 3-9 bulan dan menyebabkan produksi susu rendah. Overconditioning setelah umur 15 bulan tidak mempengaruhi jaringan sekretori ambing.

IV -

2

2. Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum beranak pada umur 2 tahun. Bila tersedia hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu-satunya bahan pakan untuk sapi dara umur 1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi dengan mineral mix yang disediakan free choice (adlibitum). Sapi dara dapat tumbuh 0,8-0,9 kg/hari. Bila pertumbuhan tidak memuaskan dapat ditambahkan konsentrat. 3. Dua bulan sebelum beranak - beranak Pemberian pakan periode ini dapat mempengaruhi produksi susu selama laktasi pertama. Selama 2 bulan terakhir kebuntingan sapi dara akan bertambah bobot badannya sekitar 0,9 kg /hari, sedangkan pada awal kebuntingan 0,8 kg/hari. Sapi dara yang tumbuh dengan cepat pada waktu beranak, dan secara kontinyu tumbuh selama laktasi pertama akan menjadi penghasil susu yang lebih persisten dibandingkan dengan sapi dara yang full-size pada saat beranak. Jumlah konsentrat yang diberikan sebelum beranak akan dipengarui oleh: kualitas hijauan, ukuran dan kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat 1% dari bobot badan mulai 6 minggu sebelum beranak. Ransum perlu cukup protein, mineral, dan vitamin. Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing, perlu dicegah pada 2 minggu terakhir sebelum beranak. Sapi dara yang tumbuh dengan baik tidak akan menghadapi problem yang serius pada waktu beranak. Namun manajemen nutrisi dapat memudahkan saat beranak dalam 2 hal, yaitu: (1) ukuran pedet, dan (2) tingkat kegemukan induk. Sapi dara yang gemuk aka menghadapi insiden distokia yang lebih tinggi karena pembukaan pelvic yang kecil dan biasanya ukuran pedet yang lebih besar. Underfeeding atau sapi dara yang tumbuh jelek membutuhkan lebih banyak asisten saat beranak dan resiko kematian lebih tinggi.

SAPI LAKTASI Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlor berubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan "seni dan ilmu pemberian pakan". Phase Feeding Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan. Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi: IV -

3

1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 - 70 hari setelah beranak. Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1” atau lebih. Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat memenuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein yang dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak (di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu. Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dan displaced abomasum. Untuk meningkatkan konsumsi zat-zat makanan: (a) beri hijauan kualitas tinggi, (b) protein ransum cukup, (c) tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak, (d) tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum, IV -

4

(e) pemberian pakan yang konstan, dan (f) minimalkan stress. 2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak. Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat menyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi pakan: (a) beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari, (b) beri bahan pakan kualitas tinggi, (c) batasi urea 0,2 lb/sapi/hari, (d) minimalkan stress, (e) gunakan TMR (total mix ration). Problem yang potensial pada fase 2, yaitu: (a) produksi susu turun dengan cepat, (b) kadar lemak rendah, (c) periode silent heat (berahi tidak terdeteksi), (d) ketosis. 3. Fase 3, pertengahan - laktasi akhir, 140 - 305 hari setelah beranak Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pemberian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering. 4. Fase 4, periode kering, 45 - 60 hari sebelum beranak Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi IV -

5

konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering. Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, lebih disukai untuk membatasi konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode kering. Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan: (1) mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat; (2) meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak. Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet. Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever, displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera makan rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan dengan fat cow syndrome. Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi: (a) observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan, (b) penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan, (c) perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi, (d) cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan (e) batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi problem bengkak ambing. Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,5– 4,0. Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 - 200 lbs.

Challenge Feeding (Lead Feeding) Challenge feeding atau lead feeding, adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi. IV -

6

Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 8 minggu setelah beranak. Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering; (1) sapi kering dalam kondisi yang baik, (2) transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen. Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi genetiknya. Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya untuk beberapa hari setelah beranak. Sapi yang berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein tubuhnya untuk suplementasi ransumnya. Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah. Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis sapi mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.

Corral (Group) Feeding (Pemberian pakan (group) di kandang) Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah ke mechanized group feeding. Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan dan penghematan tenaga kerja, dibandingkan ke feed efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan beberapa peternakan bahkan memiliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi). Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut: (1) besar peternakan (herd size), (2) tipe dan harga bahan pakan, (3) tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan (4) integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, dan lain-lain. IV -

7

Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk 5 kelompok: (1) sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. susu/ekor/hari) (2) sapi-sapi produksi medium (65 lb. susu/ekor/hari) (3) sapi-sapi produksi rendah (45 lb susu/ekor/hari) (4) sapi-sapi kering (5) sapi-sapi dara beranak pertama Lebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok. Melalui sistem ini setiap kelompok diberi makan menurut kebutuhannya. Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan. Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan, seperti peck order tetapi masalah ini tidak terlalu besar. Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam kelompok baru sebelum diberi makan. Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaan complete feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu, tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang menggunakan complete feeds lebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long stemmed hay secara terpisah untuk meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karena long hay sulit dicampur dalam mixer. Keuntungan pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah: (1) produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk ternak (2) mengeliminasi kebutuhan penyediaan mineral ad libitum (3) konsumsi ransum yang tepat (4) difasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan (5) mengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak terkontrol dari bahan pakan tertentu (6) mengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti seperti displaced abomasum (7) mengurangi pemberian pakan di tempat pemerahan (8) penggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendah (9) menutupi bahan pakan yang tidak palatabel, seperti urea IV -

8

(10) dapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensional (11) memungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap proporsi konsentrat dalam ransum (12) mengurangi resiko kekurangan micronutrient (13) menyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian dapat digunakan memperbaiki manajemen

Di antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah: (1) memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara merata (2) tidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompok (3) tidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakan (4) sulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandang (5) dapat terjadi mismanagement seperti fat cow syndrome dan problem kesehatan seperti kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah, konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam berbagai kasus problemproblem tersebut tidak timbul segera, biasanya muncul beberapa bulan kemudian.

IV -

9

ANALISIS BAHAN PAKAN Kualitas bahan pakan dapat ditentukan dengan menganalisis bahan pakan tersebut, dan kualitas bahan pakan ini akan menentukan harganya. Oleh karena itu, analisis bahan pakan harus dilakukan sebelum kita membeli bahan pakan tersebut. Analisis terhadap bahan pakan dapat dilakukan secara: • • •

Fisik (physical evaluation of feedstuffs) Kimiawi (chemical analysis) Biologis (biological analysis)

Analisis terhadap pakan yang paling murah dan mudah adalah analisis secara fisik. Oleh karena itu, metode evaluasi inilah yang disarankan untuk digunakan sebagai langkah awal sebelum pembelian dilakukan. Evaluasi secara fisik pada umumnya dilakukan berdasarkan : • • • •

Pengamatan mata Perabaan Penciuman, dan jika diperlukan Uji rasa

Kriteria kelaikan mutu pada hijauan mempunyai catatan tersendiri untuk setiap jenis pakan (segar, hay, atau silage). Kriteria kelaikan mutu pada butiran terhadap kelaikan mutunya didasarkan pada : • • • • • • •

Keberadaan biji yang pecah atau belah Kandungan air yang rendah (secara umum sekitar 12%) Mempunyai warna yang bagus (spesifik untuk masing-masing jenis) Bebas dari jamur Bebas dari kerusakan oleh tikus dan serangga Bebas dari benda asing (terutama logam), dan Bebas dari bau tengik

Pengujian secara kimiawi telah berkembang cukup lama, Henneberg dan Stohmann pegawai Weende Experiment Station di Jerman, sejak akhir abad XIX telah mengembangkan prosedur pengujian proksimat terhadap suatu bahan, yang disebut prosedur Weende. Prosedur ini melakukan pengujian terhadap kandungan (kadar): 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Air Abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar, dan Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

IV -

10

Selanjutnya, Peter J. Van Soest dari USDA Beltville National Research, sekitar tahun 1960’an, mengembangkan prosedur pengujian yang memisahkan serat kasar menjadi dua bagia, yakni neutral detergent fiber (NDF) dan acid detergent fiber (ADF), selanjutnya ADF diuraikan lagi menjadi acid detergent lignin (ADL). Kandungan NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan, sebab seluruh komponennya memenuhi ruang rumen dan lambat dicerna, lebih rendah kandungan NDF lebih banyak pakan dapat dikonsumsi. Kandungan ADF merupakan indikator kecernaan hijauan, karena kandungan lignin merupakan bagian dari fraksi yang dapat dicerna. NDF selalu lebih besar dari ADF, karena ADF tidak mengandung hemiselulosa. Pengujian biologis biasanya bersifat laboratorium, sulit, lama, untuk mengetahui mikro nutrient dalam pakan, bersyarat seragam dalam penggunaan ternaknya (umum, jenis kelamin, dan bobot badan). Analisis secara fisik hanya digunakan untuk menduga kualitas dan melihat kemurnian bahan pakan tersebut. Dengan demikian, jika tingkat pembelian mencapai jumlah yang banyak, layak kiranya untuk dilanjutkan dengan pengujian secara kimiawi, untuk mengetahui kandungan gizinya.

PEMBELIAN (BAHAN) PAKAN Langkah awal yang harus dilakukan sebelum pembelian bahan pakan adalah : 1. mengetahui kebutuhan sapi perah yang dipeliharanya 2. ketersediaan bahan pakan di lokasi 3. perhitungan kebutuhan masing-masing bahan pakan berdasarkan jenis dan jumlahnya 4. kapasitas tampung tempat penyimpanan makanan, dan 5. ketersediaan dana Sebagai seorang manager, kita harus mengetahui alasan mengapa kita harus membeli (bahan) pakan dari luar ? Beberapa alasan pembelian (bahan) pakan, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i.

Pemilikan lahan dan air terbatas Tanah dan musim tidak menunjang produksi sendiri Membeli di luar lebih murah daripada menanam sendiri Tempat penyimpanan terbatas Ransum perlu disuplementasi dengan beberapa zat makanan Beberapa jenis bahan spesifik (molases, lemak, dan lain-lain) Untuk mensubstitusi bahan pakan yang ada Lebih menguntungkan dalam penggunaan modal, manajemen, dan tenaga kerja Ketidakjelasan produktivitas kebun sendiri

IV -

11

Beberapa hal yang perlu diketahui sebagai pembeli, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s.

Kebutuhan zat makanan untuk ternaknya Perkembangan industri pakan, produksi, dan trend ekonomi Aspek bisnis Perbedaan grade dan kualifikasi mutu pakan Pembatasan penggunaan bahan pakan Efek asosiatif atau aditif bahan pakan Asal bahan pakan Potensi lokal Jangka waktu ketersediaan bahan pakan Kandungan air bahan pakan Biaya pengangkutan Kapasitas penyimpanan Penyusutan bahan pakan Faktor resiko penyimpanan Proses pembuatan Efek bahan pakan terhadap produksi Residu beracun Peraturan pemerintah tentang penggunaan bahan aditif Pengaruh asing terhadap pembelian pakan

Pertimbangan lain yang perlu dilakukan dalam pembelian (bahan) pakan adalah a. b. c. d. e.

Palatabilitas Keseragaman Bulk Harga Efek terhadap flavor susu

Jika semua pengetahuan dan pertimbangan sudah diketahui, maka pertimbangan yang harus dilakukan adalah harga, pemilihan bahan pakan biasanya berdasarkan harga per satuan unit zat makanan, misalnya harga bahan pakan per kg TDN. Kriteria ini sangat bermanfaat untuk penyusunan ransum dari bahan yang bersifat substitusi. Dalam pertimbangan ini, perlu juga diketahui faktor yang mempengaruhi nilai aktual ransum dari setiap bahan pakan, yakni: • • • • •

Palatabilitas Grade Cara pengolahan Kandungan zat makanan hasil kombinasi Komposisi setiap bahan dalam ransum

Pilihan yang dapat dilakukan oleh manager dalam pembelian pakan, antara lain: • •

Pembelian bahan pakan, atau Pembelian pakan komersial (konsentrat komplit, ransum sapi kering, ransum pertumbuhan, calf starter, milk replacer, suplemen protein, dan premix mineral dan protein)

IV -

12

Produk yang akan dipilih berdasarkan pertimbangan: • •

Reputasi pabrik (dibandingkan dengan produk sejenis lain, dan catatan yang dapat dijadikan jaminan/garansi), Sesuai dengan kebutuhan ternak yang spesifik (kelas, umur, produktivitas, kebutuhan pokok, pertumbuhan, reproduksi, produksi susu, atau untuk kontes)

Jumlah (bahan) pakan yang akan dibeli disesuaikan dengan: • • •

Kapasitas tampung gudang penyimpanan Komposisi penggunaan dalam ransum Daya tahan

IV -

13

PENDAHULUAN Di daerah tropis, penyediaan pakan ternak yang berkualitas tidak dapat mencukupi kebutuhan sepanjang tahun apabila tidak diatasi dengan pengawetan (pengolahan) serta penyimpanan hijauan secara baik. namun, sampai saat ini caracara untuk mengatasi kekurangan penyediaan pakan ternak tersebut masih dalam jumlah yang sangat terbatas terutama bagi peternak. hal ini dapat disebabkan berbagai faktor penghambat diantaranya adalah terbatasnya modal, lahan serta tingkat pengetahuan yang dimiliki. Kekurangan persediaan pakan terutama hijauan pada musim kemarau akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi peternak karena pada umumnya ternak menjadi kurus, produksi susu turun, kegagalan reproduksi dan lain-lain. Untuk menghindari masa-masa kritis dalam penyediaan pakan hijauan ini, dapat ditempuh beberapa alternatif antara lain adalah : a. Menanam lebih dari satu jenis hijauan, sebab setiap jenis hijauan akan mengalami puncak produksi yang berlainan. Apabila pengaturan penanaman dilakukan dengan tepat, maka kekurangan hijauan dalam batas-batas tertentu dapat diatasi. b. Menjaga kesuburan tanah secara maksimal guna meningkatkan puncak produksi. c. Mengawetkan atau mengolah hijauan yang berlebihan pada musim hujan dan diberikan pada musim kemarau, yaitu dalam bentuk silase, hay maupun jerami olahan. PERLAKUAN TERHADAP HIJAUAN KERING Banyak metode untuk perlakuan terhadap hijauan, antara lain dipotongpotong (chopping), diikat (baling), dibuat seperti wafer (wafering), dibuat pellet (pelleting). •

Long hay, adalah hijaun yang dipotong dan dikeringkan, lalu disimpan dalam gudang tanpa perlakuan pemotongan pendek.



Chopped hay, adalah hijauan yang dipotong pendek-pendek, dikeringkan, lalu disimpan. Metode ini kurang disukai, karena penyimpanannya menyita ruang, berdebu, dan dapat terbakar jika kurang kering menjemurnya.



Balled hay, adalah pengikatan hijauan kering dengan tiga utas kawat, beratnya sekitar 55-56 kg. Metode ini mudah disimpan dan diangkut, dengan catatan pada saat pengikatan hijauan jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah.



Pelleting, yakni rumput kering, digiling dan dibuat pellet, mudah diperlakukan dan disimpan. Pemberian pellet dalam jumlah besar, menyebabkan sapi menjadi lebih cepat bertambah berat dan dalam beberapa hal menyebabkan pula peningkatan produksi susu. Namun, adanya peningkatan produksi asam propionat akibat pemberian pellet, dapat menyebabkan turunnya produksi susu.



Wafering, adalah hijauan kering yang dipotong-potong sepanjang 1,5 inch, lalu dipress untuk dibentuk balok berukuran 2,00 x 1,25 x 1,25 inch. Dengan bentuk ini, lebih sedikit ruang yang dipergunakan untuk penyimpanan, penanganan lebih mudah dan jumlah yang dapat diangkut lebih banyak. IV -

14

PEMBUATAN SILAGE Silase adalah hasil dari penyimpanan dan fermentasi rumput segar di bawah kondisi anaerob (hampa udara) di dalam suatu tempat yang disebut silo. ♣ Prinsip Pembuatan Silase Prinsip pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai keadaan hampa udara dan suasana asam di tempat penyimpanan (silo). Dalam keadaan hampa udara dan suasana asam, maka bakteri pembusuk dan jamur akan mati sehingga hijauan akan tahan lama di dalamnya. Keadaan hampa udara dapat dilaksanakan dengan menyimpan hijauan di dalam tempat yang tertutup rapat dan dengan penimbunan hijauan yang dipadatkan. Suasana asam (pH=3-4) dapat dilakukan dengan memberikan bahan-bahan pengawet baik langsung maupun tidak langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung adalah dengan menambahkan bahan kimia seperti asam formiat (0,8 % dari hijauan segar), sedangkan bahan pengawet yang tidak langsung dengan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung karbohidrat seperti dedak (5% dari hijauan segar), tetes (3 % dari hijauan segar), menir (3,5 % dari hijauan segar) dan onggok (3 % dari hijauan segar). ♣ Proses Fermentasi Proses fermentasi silase terdiri atas 5 tahap yaitu : •

Tahap 1, adalah penyimpanan hijauan dan terjadi produksi CO2 dan panas dari sel tanaman



Tahap 2, terbentuk asam asetat oleh bakteri pembentuk asam asetat



Tahap 3, adalah pembentukkan asam laktat oleh bakteri pembentuk asam laktat dan penurunan bakteri pembuat asam asetat



Tahap 4, pembentukkan asam laktat terus berlangsung sampai pH yang diinginkan sehingga aktivitas bakteri berhenti



Tahap 5, bergantung pada ke empat tahap sebelumnya, apabila asam asetat dan asam laktat cukup untuk menahan bakteri pembusuk maka selanjutnya silase akan tetap awet dan tersimpan baik.

Proses fermentasi tersebut membutuhkan waktu sekitar 21 hari. ♣ Bentuk Silo Silo dapat dibuat dari berbagai bahan seperti tanah, beton, logam/baja, bambu dan bahan bahan lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda, diantaranya adalah: •

Upright (tower) silo. Silo tegak, silo ini bentuknya silindris dengan diameter 16 - 30 fts dan tinggi 30 - 80 fts, dengan bahan pembuatnya kayu, kayu campur beton, beton bata, atau metal. Kelemahannya, memasukkan dan mengeluarkan isinya menggunakan mesin. IV -

15



Horizontal silo. Silo mendatar. Bunker silo. Lantai dan dinding dari beton atau kayu, cukup baik, namun agak mahal pembuatannya. Trench silo. Silo parit, lantai dan dinding dari tanah, murah, namun jika disekitarnya banyak air bisa merembes ke dalam Stack silo. Silo tumpukan, biasanya dibungkus seluruhnya dengan plastik tanpa udara atau dibungkus saja, biasanya kurang sempurna, banyak rumput terbuang percuma dan fermentasi jelek. Pit Silo, silo berbentuk silinder (sumur), dibuat di dalam tanah

♣ Persiapan Pembuatan Silase Untuk membuat silase perlu dipersiapkan peralatan dan bahan-bahan seperti: •

Silo (dalam skala kecil dapat digunakan kantong plastik poli etilen)



Chopper atau alat pemotong hijauan



Hijauan segar



Bahan-bahan pengawet



Alat penutup dari plastik sebagai alat penahan perembesan air di bagian dindingnya

♣ Cara-Cara Pembuatan Silase •

Hijauan segar dipotong-potong (lebih kurang 6 cm) kemudian dilayukan untuk mempermudah pemadatan di dalam silo (kadar air 60-70 %).



Hijauan yang sudah dilayukan dicampur dengan bahan pengawet sampai rata



Bahan silase dimasukkan sedikit demi sedikit secara bertahap ke dalam silo sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga kemungkinan penyusutan volume selama penyimpanan agar tidak terjadi cekungan dalam permukaan sehingga air masuk kedalamnya, pengisian harus dilakukan dengan cepat dan disusun dengan baik.



Setelah pengisian bahan silase ke dalam silo, kemudian segera ditutup rapat sehingga udara dan air tidak dapat masuk ke dalam silo, caranya penutup pertama diberi lembaran plastik kemudian ditutup dengan tanah setebal lebih kurang 50 cm kemudian diatasnya disimpan pemberat supaya silo benarbenar rapat

♣ Cara Pengambilan Silase •

Waktu pengambilan silase bergantung pada kebutuhan, namun perlu diketahui bahwa silo yang sempurna menghasilkan silase yang tahan sampai 2-3 tahun.



Pada waktu pengambilan silase diusahakan hati-hati karena proses pada pembuatan silase terbentuk CO2 dan NO yang apabila kontak dengan udara akan menghasilkan NO2 yang beracun. IV -

16



Silase diambil secukupnya, misalnya untuk persediaan 7 hari



Silase yang baru diambil jangan diberikan langsung kepada ternak tetapi hendaknya diangin-anginkan atau dijemur dahulu



Setelah pengambilan silase selesai, maka silo harus ditutup kembali dengan rapat.

♣ Kriteria Silase yang Baik •

Rasa dan bau asam



Warna masih kelihatan hijau



Tekstur hijauan masih jelas



Tidak berjamur, tidak berlendir dan tidak menggumpal



Secara laboratoris kandungan asam laktat tinggi, kadar N rendah (kurang dari 10 %) dan tidak mengandung asam butirat



pH rendah (3,5-4,0)

♣ Kerusakan Silase Faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan silase antara lain adalah : •

Pemadatan hijauan di dalam silo kurang sempurna sehingga menimbulkan kantong-kantong udara di dalamnya.



Penutupan silo kurang baik, sehingga udara atau air masuk ke dalam, akibatnya terjadi keadaan aerob yang memungkinkan bakteri pembusuk dan jamur tumbuh subur.

IV -

17

PEMBUATAN HAY ☯ Prinsip Pembuatan Hay Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan untuk diberikan kepada ternak pada kesempatan lain. Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air menjadi 15-20 persen di dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari maupun dengan panas buatan.

Proses Pengeringan Hijauan ☯ Pengeringan dengan panas matahari Teknis pembuatan hay dengan cara ini sangat sederhana, peternak dapat melakukan dengan mudah dan murah biayanya serta kandungan vitamin D dalam hijauan akan tinggi. Namun yang perlu diperhatikan adalah teknik pembuatannya harus benar agar kualitas hay dapat terjamin. •

Hijauan ditebarkan sedikit-sedikit (tipis) dan setiap saat harus dibolak-balik kira-kira 1-2 jam sekali.



Usahakan agar proses penjemuran berlangsung dalam waktu singkat selama lebih kurang 4-8 jam sampai kadar air menjadi 15-20 persen. Oleh karena itu, perlu dipilih hijauan yang mempunyai bentuk fisik halus dengan batang yang kecil seperti rumput Brachiaria brizantha

☯ Pengeringan dengan Panas Buatan Pengeringan dengan panas buatan pada umumnya dilakukan di daerah iklim dingin (subtropis), cara pembuatannya adalah : •

Hijauan dipotong-potong kemudian langsung dimasukkan ke dalam alat pengering (mesin pengering) dengan temperatur 100-250 derajat



Lama pemanasan ditunggu sampai kandungan air hijauan mencapai 15-20 persen

☯ Kriteria Hay yang Baik •

Warna hijau kekuning-kuningan



Tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun utuh, tidak berjamur



Tidak mudah patah bila batang dilipat

IV -

18

TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI Pengolahan jerami merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas jerami menjadi bahan pakan ternak yang potensial, terutama untuk meningkatkan efektivitas kecernaan oleh enzim mikroorganisme melalui penghancuran ikatan lignin, silika dan kutin. Di samping itu, dengan pengolahan tertentu diharapkan dapat meningkatkan kandungan protein jerami padi. Metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas jerami padi dapat secara fisis (mekanis), biologis dan kimia. ♣ Pengolahan Jerami dengan Kaustik Soda (NaOH) Prinsip pengolahan jerami dengan kaustik soda (NaOH) adalah memutuskan sebagian ikatan selulosa dan hemiselulosa dengan lignin dan silika. Ada empat cara yang dapat dilakukan yaitu :

Cara basah • •

rendam 50 kg jerami ke dalam 400 liter larutan NaOH dengan konsentrasi 2-3 % selama 24 jam setelah 24 jam jerami dicuci dengan air sampai bersih kemudian dikeringkan dalam tempat pemanas 100 derajat



setelah kering dapat diberikan pada ternak

Cara setengah basah •

sediakan larutan kaustik soda yaitu 50 gram NaOH dalam 2,5 liter air untuk setiap kilogram jerami



campurkan larutan kaustik soda tersebut dengan jerami sedemikian rupa sehingga larutan terserap seluruhnya oleh jerami, kemudian didiamkan



setelah 24-48 jam jerami olahan tersebut sudah dapat diberikan pada ternak

Cara setengah kering •

teknik ini menggunakan mesin pengaduk yang dikonstruksi khusus untuk mengaduk jerami dengan 150 gram NaOH dalam bentuk larutan 32 % untuk setiap kilogram



setelah diaduk dibiarkan di udara terbuka selama kurang lebih 8 hari, kemudian dapat diberikan pada ternak

Cara kering •

Teknik ini digunakan pada industri pakan dengan peralatan besar yang bekerja sekaligus menggiling jerami dan mencampur dengan larutan kaustik soda konsentrasi sangat tinggi kemudian secara otomatis tepung jerami tersebut dijadikan pellet. Pengeringan tepung jerami menjadi pellet melalui IV -

19

sistem tekanan dengan temperatur tinggi. Pellet tersebut dapat diberikan langsung pada ternak atau disimpan lama. ♣ Pengolahan Jerami dengan Urea Pengolahan jerami dengan urea dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi urea yaitu serat kasar akan terurai, kandungan protein kasarnya meningkat dan jerami menjadi lebih lunak dan enak untuk dimakan ternak.

Cara membuatnya Cara membuatnya adalah dengan memotong jerami dan menempatkannya ke dalam sebuah kantong plastik, kemudian urea dilarutkan dengan air (10 liter per 1 kg urea). Setelah itu larutan tersebut tambahkan pada jerami sebanyak 5 persen dari bahan kering jerami, kemudian kantong plastik ditutup rapat agar kedap udara. Seminggu kemudian, jerami dapat diberikan pada ternak.

Cara memberikannya Jerami yang sudah dicampur dengan urea bukan sebagai pakan pengganti, tetapi sebagai pakan tambahan. Dengan keberadaan hijauan yang semakin langka dan mahal, maka pakan jerami tambahan ini akan menambah jumlah jatah pakan yang tentunya sangat penting dalam merangsang proses pengunyahan. Jerami tersebut seharusnya diberikan dalam jumlah kecil pada siang hari dan dalam jumlah besar pada malam hari. Untuk meningkatkan palatabilitas dapat dicampur dengan sedikit katul, gamblong atau tetes, yang dapat mensuplai energi untuk mengimbangi kandungan nitrogen non-protein urea.

Keracunan urea Selama sapi tidak diberi urea terlalu banyak, maka kemungkinan keracunan tidak akan terjadi. Keracunan terjadi karena urea terurai menjadi amonia di dalam rumen, dan masuk ke dalam aliran darah sehingga hati tidak mampu mengubah amonia dengan cepat menjadi urea. Setelah itu konsentrasi amonia di dalam darah meningkat dengan tajam yang akhirnya mempengaruhi otak dan menyebabkan kematian. Penangkal bagi sapi yang keracunan urea adalah larutan cuka (konsentrasi 5 % asam asetat) 2-3 liter sesegera mungkin pada ternak yang sakit.

Penggunaan Jerami amoniasi Sebagaimana dikemukakan di atas, jerami amoniasi bukan pengganti hijauan, tetapi hanya sebagai pakan tambahan.

IV -

20

Contoh penambahan jerami amoniasi ke dalam ransum sapi perah laktasi JENIS PAKAN Rumput campuran Konsentrat Tetes Jerami amoniasi Jumlah



BK

PT

PK

SK

Ca

P

kg

kg

kg

g

kg

g

g

25,0 10,0 0,5 3,7

5,0 8,7 0,4 2,7 16,8

2,8 5,9 0,3 1,2 10,2

500 1.305 16 216 2.037

1,5 0,6 0,7 2,8

20 96 4 11 131 16,67%

10 78 8 96

Perbandingan serat kasar dengan bahan kering

IV -

21