126 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 126-132
Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Matematika
Any Herawati Pendidikan Matematika-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualized (TAI) dan game puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA Negeri 3 Malang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan mix research, yang terjadi dalam tiga siklus. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 3 Malang yang berjumlah 33 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Data berupa motivasi belajar dan pemahaman konsep belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika, dan pembelajaran tersebut terbagi dalam sembilan tahap, yaitu (1) tahap persiapan yang meliputi persiapan materi, menentukan skor dasar, dan pembentukan kelompok, (2) tahap penyajian materi, (3) tahap belajar individual, (4) tahap belajar kelompok, (5) tahap diskusi kelas, (6) tahap tes individu, (7) penerapan bahan ajar game puzzle, (8) tahap penghargaan kelompok, dan (9) guru memberi tes akhir (ulangan harian) sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Motivasi belajar siswa meningkat dari siklus ke siklus, respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle adalah sangat positif. Kata kunci: pembelajaran kooperatif TAI, motivasi belajar, game puzzle, pemahaman konsep
P
ermasalahan dalam pembelajaran dapat disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya adalah motivasi belajar. Padahal motivasi belajar adalah salah satu unsur terpenting dalam pengajaran yang efektif (Slavin, 2011:98). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa di setiap jenjang sekolah mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah dan sering dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Karakteristik pelajaran matematika yang dianggap sulit oleh siswa tersebut, menjadikan tantangan bagi setiap guru matematika. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan serta dapat memotivasi belajar siswa, guru dituntut kreatif dalam mendesain pembelajaran dengan baik, sehingga dapat membekali siswa dengan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat di masa depan. Kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kelas yang dibinanya (Suherman, 2001:61). Pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses 126
pembelajaran diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang berdampak terhadap berkembangnya kreativitas siswa. Selain kreativitas siswa berkembang, pengalaman belajar juga akan meningkatkan probabilitas bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lebih lama dalam diri siswa. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri 3 Malang ditemukan kendala yang dihadapi sebagian besar siswa adalah kurang memahami konsep fungsi komposisi dan fungsi invers, yaitu materi matematika yang pelajari di kelas XI IPA pada semester genap. Bagi sebagian siswa, materi tersebut dianggap kurang bermanfaat, sehingga mereka hanya mengandalkan sedikit penjelasan dari guru di kelas, menghafal rumus, dan latihan soal. Kemampuan siswa dalam kelas beragam, sehingga motivasi untuk mempelajari topik tersebut cenderung kurang. Menurut teori dan pengalaman, salah satu bentuk model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar aktif adalah pembelajaran kooperatif.
Herawati, Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam ...
Model pembelajaran ini bernaung dalam teori konstruktivis, dikembangkan oleh Vigostsky yang berpendapat bahwa setiap siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona terdekat mereka. Zona perkembangan terdekatnya pada saat mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri tetapi dapat diselesaikan bila dibantu oleh teman sebayanya (Slavin, 2005). Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi kepada siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif, menurut Lie (2004:30) terdapat lima unsur, yaitu: (1) saling ketergantungan positif (positive interdependece), (2) akuntabilitas individual (individual accountability), (3) interaksi tatap muka (face-to-face interaction), (4) ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal and small group skill), (5) evaluasi proses kelompok (group processing). Dalam pembelajaran ini, tugas guru selain mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang benarbenar kooperatif adalah membantu siswa dalam memahami apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Team Assisted Individualized (TAI) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual, yang dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar secara individual. Selain metode pembelajaran kooperatif TAI, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah belajar dengan menggunakan permainan. Permainan matematika adalah sesuatu kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan) yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Ruseffendi, 2006:312). Mayke dalam Sudomo (2000:3) mengemukakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah proses pembelajaran terjadi, melalui permainan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah game puzzle yang menggunakan program komputer Tarsia versi 3.8. Kegiatan permainan ini adalah menata potonganpotongan kartu dengan mendekatkan sisi jawaban dan soal sehingga terbentuk bangun datar istimewa, mudah dimainkan dan menarik bagi segala usia termasuk usia siswa SMA.
127
Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi beberapa indikator motivasi belajar. Indikator motivasi belajar menurut Uno (2011:23) adalah (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Selain respon siswa diperhatikan, peneliti menggunakan angket sebagai alat ukur motivasi belajar adopsi dari Keller (2009:45) yang mendefinisikan empat aspek yang menunjukkan siswa termotivasi dalam belajar, yaitu (1) perhatian (attention), yaitu mengelola dan mengarahkan perhatian siswa untuk fokus pada tujuan pembelajaran dengan cara merangsang minat siswa untuk belajar, (2) relevan (relevance), yaitu dapat dicipta dengan memperhatikan orientasi tujuan, motif, dan pengalaman siswa sebelumnya yang kemudian dihubungkan dengan tujuan pembelajaran, isi pelajaran, dan contoh-contoh yang terkait dengan kebutuhan dan pengalaman tersebut, (3) percaya diri (confidence), yaitu membantu siswa untuk merasa dan percaya bahwa mereka dapat sukses dan mengontrol kesuksesannya, (4) kepuasan (satisfaction), yaitu memberikan penguatan dengan memberikan penghargaan pada siswa. Pembelajaran yang melibatkan kerjasama dan permainan yang menyenangkan perlu diterapkan sebagai solusi dari permasalahan di lapangan. Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran tersebut juga diperhatikan. Mengacu pada pemikiran dan paparan diatas, masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah rancangan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA Negeri 3 Malang, (2) bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI dan game puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA Negeri 3 Malang, dan (3) bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fungsi komposisi dan fungsi invers dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan game puzzle. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menghasilkan rancangan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi
128 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 126-132
invers di SMA Negeri 3 Malang, (2) mendiskripsikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA Negeri 3 Malang, (3) mendeskripsikan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed research, yaitu campuran dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena data berupa validasi bahan ajar mathematics worksheet, game puzzle, RPP, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta pedoman wawancara siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pendekatan kuantitatif juga digunakan untuk melengkapi penelitian karena datanya berupa skor tes hasil belajar siswa dan hasil angket motivasi belajar. Prosedur penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa uraian yang menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa. Analisis data dilakukan secara induktif. Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan tetapi tetap memperhatikan hasil belajarnya. Desain penelitian dapat disempurnakan selama penelitian berlangsung sesuai dengan kenyataan di lapangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Peneliti meneliti dirinya sendiri sebagai sumber data yang mengobservasi di kelas. Pengambilan jenis penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa penelitian ini berawal dari permasalahan praktis di kelas. Fokus penelitiannya adalah pada kegiatan pem-belajaran yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas tersebut. Proses penelitian tindakan ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap penelitian, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang berlangsung dalam tiga siklus. Perencanaan siklus berikutnya memperhatikan hasil refleksi siklus sebelumnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan fokus masalah, yaitu data tentang prosedur dan penerapan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dalam mening-
katkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika. Sumber datanya adalah 33 siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 3 Malang, satu guru matematika kelas XI IPA, dan satu teman sejawat PPS UM. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini berupa pengamatan (observasi) aktivitas siswa dan aktivitas guru, pedoman wawancara, angket motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Perangkat penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar penskoran game puzzle, pedoman wawancara, lembar angket motivasi belajar siswa, instrumen tes, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan mathematics worksheet. HASIL
Hasil pembelajaran siklus I pada tahap individu dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle, siswa mampu memahami konsep relasi dan fungsi, beberapa fungsi dan grafiknya, aljabar fungsi, dan sifat-sifat fungsi. Walaupun pada awal pertemuan, diskusi kelompok belum terlaksana dengan baik karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran tersebut. Beberapa anggota kelompok juga belum menyadari rasa tanggung jawab keberhasilan kelompok. Padahal keberhasilan suatu kelompok adalah suatu keharusan dalam pembelajaran kooperatif TAI. Hasil pembelajaran siklus II dalam pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle, siswa mampu memahami konsep fungsi komposisi. Kerjasama dalam kelompok (diskusi) berlangsung dengan baik, interaksi terjadi secara dinamis, aktif, dan bersemangat. Anggota kelompok sudah mulai menyadari rasa tanggung jawab kelompok. Hal ini terlihat dari siswa menyelesaikan permasalahan dengan saling menghargai pendapat teman sesama anggota kelompok. Siswa merasa senang selama proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan sikap dan antusias mereka ketika bekerja dan menyelesaikan tugas kelompok. Hasil pembelajaran siklus III dalam pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle, siswa mampu memahami fungsi invers. Kerjasama dalam kelompok berlangsung dengan baik, dan lebih baik apabila dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Anggota kelompok sudah menyadari rasa tanggung jawab kelompok. Pemahaman siswa terhadap materi baik. Setelah dilakukan wawancara terhadap hasil kerja kelompok, setiap anggota kelompok dapat menjelaskan dengan baik. Data hasil penelitian pada masing-masing siklus disajikan pada Tabel 1.
Herawati, Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam ...
129
Tabel 1. Hasil Analisis Data Pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Siklus I Komponen Keberhasilan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Angket Motivasi Belajar Skor Tes Hasil Belajar Peningkatan Skor Tes Hasil Belajar Wawancara
Skor Ratarata
Kriteria
80,12
Siklus II Skor Ratarata
Kriteria
Baik
83,41
85,28
Baik
3,55
Tinggi
81,72
Siklus III Skor Ratarata
Kriteria
Baik
88,39
Baik
86,12
Baik
89,45
Baik
54,55%
3,72
Tinggi
63,64%
3,97
Tinggi
100%
84,98
100%
90,30
Persentase
48,28% Positif
Keberhasilan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle tercapai apabila dari analisis skor pada lembar observasi aktivitas guru telah mencapai minimal 80%. Kriteria keberhasilan peningkatan motivasi belajar siswa adalah (1) hasil analisis skor pada lembar observasi siswa pada kategori minimal baik, (2) hasil angket motivasi belajar siswa menunjukkan lebih dari atau sama dengan 85% siswa bermotivasi belajar minimal tinggi. Sedangkan kriteria keberhasilan pemahaman konsep matematika adalah apabila (1) hasil tes hasil belajar siswa dalam materi fungsi komposisi dan fungsi invers menunjukkan minimum 85% siswa tuntas belajar (nilai tidak kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal), (2) minimal 85% dari total siswa yang mengikuti proses pembelajaran, skor tes hasil belajar siswa meningkat dari skor dasar. Hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I, II, dan III menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus tersebut telah terlaksana dengan baik dan memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini. Dari hasil analisis data pada siklus I menunjukkan bahwa keberhasilan penelitian belum tercapai, akibatnya penelitian dilanjutkan ke siklus II. Keberhasilan pada siklus I ditingkatkan di siklus II dan kelemahan pada siklus I diperbaiki di siklus II. Rencana siklus II disusun berdasarkan proses pembelajaran pada tindakan siklus I yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II terlihat bahwa pada siklus tersebut belum mencapai ketetapan yang telah ditentukan, tetapi apabila dibandingkan dengan siklus I, rata-rata skor angket motivasi belajar siswa meningkat sebesar 0,17 dan persentase siswa yang memiliki motivasi belajar minimal tinggi
Persentase
96,97% 100%
75% Sangat positif
Persentase
96,55% Sangat positif
naik 9,09%. Persentase skor tes hasil belajar siswa meningkat 26,72%. Dengan demikian tindakan dilanjutkan pada siklus III. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus III, dapat disimpulkan bahwa siklus III telah memenuhi kriteria ketercapaian, baik dari segi proses maupun hasil. Dengan demikian siklus III dikatakan berhasil, yang berarti pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa. PEMBAHASAN
Sebelum pembelajaran dilakukan, guru menyiapkan dan menyusun perangkat pembelajaran yang menerapkan model kooperatif TAI dan game puzzle serta instrumen penelitian, kemudian menentukan skor dasar dan melakukan pembentukan kelompok 4-5 siswa yang heterogen dari sisi kemampuan dan jenis kelamin. Tujuan peneliti membagi kelompok adalah untuk menyiapkan kondisi siswa belajar bersama teman dengan kemampuan berbeda. Dengan mengadopsi placement test, guru tidak melakukan tes penempatan, tetapi merata-rata skor ulangan harian materi-materi sebelumnya. Hasil rata-rata skor ulangan harian materi sebelum penerapan kooperatif TAI dan game puzzle digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan siswa. Sebelum menyampaikan materi pokok secara singkat, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran dalam penelitian ini dapat memberikan motivasi belajar pada siswa dan menjadikan siswa terfokus pada satu tujuan yang akan mereka capai. Siswa terlihat benar-benar mem-
130 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 126-132
perhatikan penyampaian tujuan. Aspek perhatian tampak pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Keantusiasan siswa ini menjadi satu bukti bahwa siswa mulai termotivasi. Untuk lebih meningkatkan motivasi belajar, guru menyampaikan pentingnya materi dan memberi motivasi kepada siswa untuk tekun belajar dan benarbenar mengkondisikan diri untuk belajar. Dengan metode tanya jawab guru mengingatkan materi prasyarat, meminta siswa memberi contoh, mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi prasyarat. Setelah siswa benar-benar siap untuk belajar, kemudian guru baru menjelaskan materi pokok secara singkat. Pada tahap belajar individu, kegiatan diawali dengan guru membagikan worksheet kepada setiap siswa. Pada tahap ini, masing-masing siswa bekerja secara mandiri, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka bertanya kepada guru. Siswa belum memberikan respon ketika guru menanyakan kesulitan saat mengerjakan worksheet secara individu, karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru. Respon baru yang terlihat dari observasi adalah mereka antusias tetapi masih belum percaya diri, dan bingung saat bekerja melaksanakan tugas individu. Walaupun demikian guru tetap memotivasi dan menjelaskan tanggungjawab individu. Pada siklus I diskusi kelompok belum terlaksana dengan baik karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif TAI, namun pada siklus II dan III diskusi kelompok sudah berjalan maksimal. Perubahan model pembelajaran yang berbeda biasanya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Situasi ini tercermin dari kerjasama yang terjadi pada masingmasing kelompok, terutama siswa yang berkemampuan rendah. Keadaan ini dapat dimaklumi mengingat siswa belum pernah belajar kelompok dengan model kooperatif TAI. Arahan dan bimbingan yang diberikan guru ternyata dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa anggota kelompok juga belum menyadari rasa tanggung jawab keberhasilan kelompok. Kerjasama yang dilakukan dalam belajar kelompok dengan kemampuan yang berbeda lebih didorong oleh rasa tanggung jawab mereka untuk menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini terlihat pada pertemuan berikutnya sudah mulai tampak bahwa semua anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab keberhasilan kelompoknya, yaitu keberhasilan kelompok adalah suatu keharusan dalam pembelajaran kooperatif TAI. Dalam siklus II, proses pembelajaran dilanjutkan ke topik fungsi komposisi. Hal pertama yang peneliti
lakukan adalah mempersiapkan siswa agar benarbenar siap untuk belajar, yaitu memotivasi siswa tentang pentingnya materi fungsi komposisi, dan mengingatkan materi prasyarat. Selanjutnya pada siklus III semua anggota kelompok sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran kooperatif TAI dan sudah menyadari rasa tanggung jawab kelompok serta berusaha memperoleh skor terbaik secara individu. Siswa yang berkemampuan rendah tidak canggung bertanya kepada anggota kelompoknya, dan sudah mau memberikan ide atau gagasan dalam menyelesaikan masalah. Mereka cenderung bertanya pada anggota kelompoknya terlebih dahulu daripada kepada guru. Rasa tanggung jawab atas keberhasilan kelompok memotivasi siswa untuk berdiskusi antar anggota untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa semua siswa baik siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah memperoleh keuntungan dari belajar kooperatif TAI. Siswa yang berkemampuan tinggi memberikan bantuan kepada siswa yang berkemampuan rendah. Hasil kerja kelompok selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Pada tiap pertemuan ditunjuk satu atau dua kelompok yang presentasi secara bergiliran. Sedangkan kelompok lain memberi sanggahan, masukan, ide, dan pendapat. Koreksi, masukan, pengamatan, dan penyajian diberikan oleh kelompok yang tidak presentasi untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan suatu kelompok yang presentasi. Hasil kesepakatan kelompok, dipresentasikan dan kelompok lain menanggapi kemudian membenarkan apabila terjadi kesalahan. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang dipelajari. Kondisi dari diskusi kelas dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk beraktivitas dan berkreativitas terhadap hasil pemikiran kelompok. Dalam kondisi tersebut, siswa mendapatkan situasi yang aman dan kebebasan psikologis karena mereka bebas mengekspresikan hasil diskusi dengan bahasa siswa sendiri tanpa ada ancaman dari pihak lain (dalam hal ini guru dan siswa lain). Pada akhir diskusi, guru melakukan refleksi, memberikan penguatan konsep yang telah dibangun siswa selama proses pembelajaran. Pada akhir pertemuan, diadakan tes individual (fact test) untuk mengetahui pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Skor yang diperoleh siswa dari fact test (kuis) akan diperhitungkan pada poin peningkatan kelompok. Sehingga siswa akan termotivasi untuk memperoleh skor yang baik. Dengan skor hasil fact test tersebut, guru juga dapat
Herawati, Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam ...
mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan efektif dan mengetahui sejauh mana pemahaman masing-masing siswa. Penerapan Game puzzle pada pembelajaran lebih difokuskan pada review terhadap materi pada pertemuan sebelumnya dan variasi dalam proses pembelajaran yang menggunakan model kooperatif TAI. Bahan ajar game puzzle ini memberikan nuansa bermain untuk siswa, sehingga secara tidak sadar siswa telah melakukan proses pembelajaran. Sebagian besar siswa senang menggunakan bahan ajar ini, karena bahan ajar ini bersifat lebih ke-refresing, penyegaran materi dan latihan soal-soal yang bervariasi. Jenis dan variasi soal yang dipilih dalam game puzzle, mampu memenuhi prinsip variabilitas mathematics, yaitu semakin banyak mengenal variabel dalam suatu konsep, semakin matang konsep yang diajarkan. Pemberian penghargaan kelompok merupakan tahap yang penting. Pemberian penghargaan dilihat dari skor dasar dan skor tes hasil belajar siswa yang diperoleh dari perolehan masing-masing individu dalam kelompok, kemudian dirata-rata. Poin peningkatan yang diperoleh suatu kelompok merupakan hasil terbaik masing-masing individu yang mencerminkan kesolidan dari kelompok itu. Dari poin peningkatan itu akan diketahui kelompok mana yang memperoleh penghargaan. Poin peningkatan dari masing-masing kelompok dibandingkan untuk menentukan kelompokkelompok yang berhasil. Poin peningkatan kelompok meningkat dari siklus I sampai dengan siklus III. Ini berarti masingmasing siswa dalam kelompok telah bertanggung jawab secara individu agar poin peningkatan kelompoknya meningkat. Dengan demikian penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle memberi kontribusi untuk perbaikan skor individu, meningkatkan aspek rasa percaya diri dan kepuasan pada diri siswa sehingga siswa lebih terpacu untuk meningkatkan hasil belajarnya serta termotivasi dalam proses pembelajaran. Pada akhir tiap siklus diadakan ulangan harian. Tujuan pelaksanaan ulangan harian adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Hasil skor ulangan harian siswa menentukan perolehan skor kelompok. Sehingga masing-masing siswa termotivasi dan berusaha untuk mendapatkan skor individu terbaik dari ulangan harian tersebut. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi selama
131
siswa berdiskusi dalam kelompok. Dari hasil diskusi kelompok diketahui bahwa semua anggota kelompok sudah dapat membedakan relasi dan bukan relasi (fungsi), menggambar sketsa grafik beberapa fungsi, menyebut sifat-sifat fungsi, menentukan fungsi komposisi dan fungsi invers. Peningkatan pemahaman juga dapat dilihat dari perkembangan skor rata-rata tes hasil belajar siswa setiap siklus. Perolehan rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus I adalah 81,72, perolehan rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus II sebesar 84,98 dan perolehan rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus III adalah 90,30 sedangkan rata-rata skor dasar siswa sebelum tindakan adalah 83,46. Berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus tersebut menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi fungsi komposisi dan fungsi invers dengan penerapan kooperatif TAI dan game puzzle. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif TAI adalah sangat positif. Peran siswa dihargai oleh siswa lain, penghargaan yang diberikan siswa lain menimbulkan perasaan senang pada diri siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Bahan ajar game puzzle yang dibuat guru membuat siswa suka dan senang memainkan game tersebut. Pembagian kelompok yang heterogen membuat siswa dapat menyelesaikan rangkaian kartu puzzle dengan cepat. Terlihat dari hasil wawancara siswa yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa game puzzle membantu siswa me-review materi. Ini berarti pembelajaran dengan penerapan kooperatif TAI dan game puzzle telah menimbulkan rasa puas kepada siswa untuk menerima dan melakukan tindakan serupa di masa yang akan datang sebagai respon terhadap pembelajaran yang baru diterima dan selanjutnya akan diiringi dengan sikap menghargai. SIMPULAN & SARAN
Simpulan Pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle yang telah dirancang dan dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Malang berhasil meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fungsi komposisi dan fungsi invers. Pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut. (1) Tahap persiapan pembelajaran, yang terdiri dari (a) menyiapkan perangkat pembelajaran dan instru-
132 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 126-132
men, (b) menentukan skor dasar (mengadopsi placement test), (c) Pembentukan kelompok (mengadopsi komponen teams). (2) Tahap penyajian materi (mengadopsi komponen teaching groups). (3) Tahap belajar individu (mengadopsi komponen student creative). (4) Tahap belajar kelompok (mengadopsi teams study). (5) Tahap diskusi kelas (mengadopsi komponen whole class unit). (6) Tahap tes individual (mengadopsi komponen fact test). (7) Tahap penerapan game puzzle. (8) Tahap penghargaan kelompok (mengadopsi team scores and recognition). (9) Guru memberikan tes akhir (ulangan harian) sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle ini adalah sangat positif yang berarti siswa merasa bahwa pembelajaran model kooperatif TAI dan game puzzle menyenangkan, tidak membosankan, meningkatkan pemahaman siswa, dan memberi motivasi belajar untuk memperoleh skor tes hasil belajar terbaik. Saran Berdasarkan simpulan, maka saran/rekomendasi yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagi peneliti disarankan melakukan pembelajaran secara berkesinambungan sebagai upaya pengembangan profesi guru karena penelitian tindakan kelas mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis serta mampu membelajarkan guru untuk menulis. (2) Bagi guru yang ingin meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa, disarankan menerapkan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di sekolah dengan memperhatikan (a) bahan ajar game puzzle dibuat lebih bervariasi dan ada relevansi dalam kehidupan siswa, (b) Mathemat-
ics worksheet dibuat dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa, (c) desain alat evaluasi serta bentuk penghargaan disesuaikan dengan karakteristik siswa. (3) Bagi sekolah hendaknya memberi dukungan penuh kepada guru yang melaksanakan pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle, melengkapi sarana belajar, dan menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar matematika. (4) Bagi pembaca yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut, disarankan melakukan penelitian tindakan dengan mengembangkan penelitian secara bertahap/berkesinambungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika, sehingga peningkatan kualitas belajar matematika di sekolah dapat terlaksana secara optimal. DAFTAR RUJUKAN Keller, J.M. 2009. Motivational Design for Learning and Performance: The ARCS Model Approach. London: Springer. Lie, A. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Ruseffendy, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan. Teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks. Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA–Universitas Pendidikan Indonesia. Sudomo, A. 2000. Sumber Belajar dan Alat permainan. Jakarta: PT Grasindo. Uno, B. H. 2011. Teori motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.