PEMEROLEHAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU

Download PEMEROLEHAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU. BERDASARKAN KELAS KATA BAHASA INDONESIA. DI SDLB KARYA MULIA II SURABAYA: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK. Yu...

0 downloads 499 Views 240KB Size
Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

PEMEROLEHAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU BERDASARKAN KELAS KATA BAHASA INDONESIA DI SDLB KARYA MULIA II SURABAYA: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK Yuanita Ayu Widia The research called "Vocabulary Acquisition by Deaf Children Indonesian Word Classes in SDLB Karya Mulia II Surabaya: Psycholinguistics Studies”, to describe the deaf child's acquisition of vocabulary and word class classification based on the Indonesian language, nouns, verbs, adjectives, adverbs, pronouns, numerals, and word tasks. Deaf children have limited ability in speaking and language, especially in terms of vocabulary. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The data obtained by means of observation, recording techniques and take note. The results of this study is the data in the form of speech of words that they said it is based on a picture card that has been given. From the data of speech, and then classified according to the Indonesian word classes. Based on the results of this analysis, it can be concluded that the majority of words can be said of deaf hearing is a noun that it is concrete. Keywords: deaf children, vocabulary acquisition, psycholinguistics. Pendahuluan Seseorang dapat berbahasa harus ditunjang oleh fungsi pendengaran yang baik, sebab pemerolehan bahasa terbentuk melalui proses meniru dan mendengar. Setelah bahasa mulai terbentuk, anak akan mencoba mengungkap sendiri melalui kata-kata sebagai awal dari kemampuan bahasa ekspresif. Bila fungsi pendengaran mengalami hambatan, maka proses pemerolehan bahasa akan terganggu, karena kemampuan ini berkembang melalui pendengaran. Anak yang fungsi pendengarannya mengalami hambatan dalam proses pemerolehan bahasa anak, akan mengalami hambatan pula dalam berkomunikasi. Kemampuan pemerolehan kosakata merupakan proses seorang anak memperoleh kata-kata. Proses tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung, karena tidak mungkin membedah tengkorak manusia hanya untuk mengetahui bagaimana proses tersebut terjadi. Jadi, kemampuan pemerolehan kosakata hanya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui observasi kata yang diujarkan, melalui ujaran tersebut kita dapat mengetahui perbendaharaan kata apa saja yang dikuasai oleh seorang anak. Pemerolehan kosakata memungkinkan seseorang dapat berbahasa dengan baik dan benar. Dengan kata lain, kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata semakin besar pula kemungkinan keterampilan berbahasa kita. Kosakata merupakan unsur bahasa yang penting dan perlu dipelajari, dipahami, dan dimengerti agar dapat digunakan dengan baik dan benar. Untuk dapat menguasai kosakata dengan baik dan benar berarti alat-alat fisiologisnya harus berfungsi dengan baik. Apabila terjadi kerusakan dapat menyebabkan terjadinya gangguan berbahasa seperti pada anak tunarungu yang menjadi objek penelitian.

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

129  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan tentang “Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu Berdasarkan Kelas Kata Bahasa Indonesia di SDLB Tunarungu Karya Mulia II Surabaya.” Terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mengalami tunarungu seringkali dikaitkan dengan tunawicara padahal sebenarnya anak tunarungu dapat berbahasa hanya saja bahasa verbal (lisan) yang diucapkan kurang jelas, karena anak tunarungu tidak pernah mendengar bunyi dengan jelas. Perlu adanya penanganan lebih lanjut agar anak penderita tunarungu dapat memperoleh bahasa lebih baik khususnya di bidang leksikon (kata). Masalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pemerolehan kosakata anak tunarungu berdasarkan kelas kata bahasa Indonesia di SDLB Karya Mulia II Surabaya? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan kosakata anak tunarungu di SDLB Karya Mulia II Surabaya kemudian menggolongkan berdasarkan kelas kata bahasa Indonesia, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan, dan kata tugas. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan bidang psikolinguistik. Pada psikolinguistik terdapat teori pemerolehan bahasa. Chaer (2003: 167) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Masa pemerolehan bahasa anak tunarungu tidak dapat dilalui seperti halnya anak yang bisa mendengar. Jika anak sehat mampu menghubungkan pengalaman dan lambang bahasa melalui pendengaran, pada anak tunarungu tidak. Hal ini disebabkan karena adanya disfungsi pada pendengarannya. Jadi, anak tunarungu memperoleh bahasanya lebih difokuskan melalui fungsi penglihatannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan memaksimalkan fungsi pendengarannya, bagi siswa tunarungu yang kurang dengar (Yuliati, 2006). Kemampuan penguasaan kosakata merupakan cara atau proses dimana seseorang dapat memahami atau mampu menguasai kata berdasarkan struktur morfologisnya (jenis kata). Pada penelitian ini, peneliti mengambil beberapa teori yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa anak. Beberapa perkembangan secara psikologis sependapat bahwa pemerolehan bahasa pada anak tunarungu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) bahasa yang akan diperoleh, 2) anak yang akan belajar bahasa tersebut, 3) latar belakang proses pemerolehan bahasa tersebut (Taylor, 1992:230). Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Menurut Mangunsong (1998: 66) yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa. Menurut Moores (1987) dalam Mangunsong (1998: 68) ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, baik dengan derajat frekuensi dan intensitas. Secara khusus ketulian didefinisikan sebagai gangguan pendengaran yang sangat parah sehingga anak mengalami kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan atau tanpa alat bantu, sehingga berpengaruh pada prestasi pendidikan. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah kata-kata yang segera akan kita ketahui artinya bila mendengarnya kembali, walaupun jarang atau tidak pernah digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan kita sendiri. Penguasaan kosakata penting

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

130  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

dikuasai setiap orang, karena sebagai alat untuk berkomunikasi dalam menyatakan pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh. Dan tidak kurang pentingnya, penguasaan kosakata digunakan menanggapi pertanyaan, menjawab pertanyaan dari gagasan orang lain (Keraf, 1988: 68). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha menggambarkan bentuk pengamatan yang sesuai dengan fakta atau fenomena yang sebenarnya.Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif melibatkan data lisan di dalam bahasa yang didapat dari informan atau penutur asli bahasa yang diteliti (Djajasudarma, 2010:10-11). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di SLB-B Karya Mulia Surabaya, SLB-B ini dirintis tahun 1976. Sekolah yang berdiri sejak memiliki gedung tersendiri yaitu pada tahun 1984 yang terletak di Jl. Ahmad Yani no. 6-8 Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo, Kotamadya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. Nama yayasan ini secara resmi adalah Yayasan Pembina AnakAnak Tunarungu Karya Mulia no dan tanggal Akte Pendirian Notaris 9 tanggal 6-111986 sebagai status sekolah swasta pertama bagian B (tunarungu) dan sekolah tunarungu terbesar di Jawa Timur. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode atau teknik cakap bertemu muka. Teknik ini dilakukan dengan bertemu langsung, bertatap muka, atau bertemu muka antara peneliti dengan narasumber atau yang disebut informan. Selain itu juga dilakukan teknik rekam dengan wawancara dan teknik catat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap (Kesuma, 2007:42-43). Peneliti menggunakan teknik pemancingan data dengan menyediakan gambar-gambar yang mudah dikenali anak. Melalui gambar tersebut, peneliti bisa mengetahui kosakata apa saja yang dimiliki oleh siswa-siswa tersebut. Tahap pertama, peneliti menggunakan metode bercerita untuk 10 kartu bergambar. Kemudian peneliti mulai mengajak objek tersebut untuk menebak gambar apa saja yang ada di kartu tersebut. Apabila objek tidak tahu gambar tersebut, peneliti mulai menggunakan teknik pemancingan dengan petunjuk-petunjuk yang dapat dipahami objek. Tahap kedua, peneliti juga menggunakan metode bercerita untuk 5 kartu bergambar. Peneliti menunjukkan satu persatu kartu bergambar tersebut sesuai dengan urutan, kemudian peneliti mengajak objek untuk bercerita tentang apa saja yang ada pada kartu bergambar tersebut. Kartu bergambar terdiri dari 10 kartu dengan panjang 9 cm dan lebar 6 cm berisikan gambar-gambar yang mudah dikenali anak-anak dan gambar yang berada di sekitar mereka. Metode yang kedua, peneliti juga menggunakan kartu bergambar yang terdiri dari 5 gambar dengan panjang kartu 12 cm dan lebarnya 10 cm. Gambar-gambar tersebut berisi aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Dalam penelitian ini analisis yang akan dilakukan adalah mendeskripsikan data ujaran anak tunarungu untuk melihat pemerolehan kosakata anak yang kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis kosakatanya sesuai dengan kelas katanya. Paparan hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi tentang pemerolehan kosakata anak tunarungu. Deskripsi ini menggambarkan tata bahasa pemerolehan kosakata yang dikuasai dan diketahui atau diperoleh anak tunarungu pada usia 10-14 tahun. Peneliti menyajikan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif , yang menjelaskan dan memaparkan bentuk-bentuk kosakata yang diujarkan oleh anak usia

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

131  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

10-14 tahun dengan berdasarkan pada data-data yang telah ditranskripkan. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel dengan mengklasifikasikan berdasarkan jenis katanya. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu Berdasarkan Kelas Kata Bahasa Indonesia Pemerolehan kosakata anak tunarungu berdasarkan kelas kata bahasa indonesia meliputi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata ganti, kata keterangan, dan kata tugas. Untuk memperoleh kata-kata tersebut, peneliti menggunakan media pemerolehan kosakata. Media pemerolehan kosakata dibagi menjadi dua yaitu media gambar I dan media gambar II. Berikut ini adalah pemerolehan kosakata anak tunarungu berdasarkan media gambar I. 3.1.1 Media Gambar I Media gambar I meliputi benda-benda yang sering diketahui anak-anak dan mudah dikenali oleh mereka. Untuk mengetahui pemerolehan kosakata anak tunarungu dengan metode bercerita, diberikan 10 kartu gambar. Gambar-gambar tersebut meliputi gambar buah, hewan, alat transportasi, dan lain-lain. a. Kartu 1 : Bunga Mawar Tabel 1 Pemerolehan Kosakata Gambar Bunga Mawar N Kata S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 o 1 Bunga bula bula bunga buda busya buwah bula [bula] [bula] [buŋa [buda] [busya [buwah [bula] ] ] ] 2 Mawa mawal mawan bawal r [mawal [mawan [bawal] ] ] 3 Merah mela mela mela mela mela bela mela [mεla] [mεla] [mεla] [mεla] [mεla] [bεla] [mεla] 4 Haru alum halum halup halum m [alum] [halum [halup] [halum ] ] 5 Daun dau dau dau [daU] [daU] [daU] 6 Hijau hiau hidau [hiaU [hidaU] ] Semua objek mengetahui bahwa itu adalah gambar “bunga” yang berwarna merah namun, tidak semua objek mengetahui bahwa itu “bunga mawar”. Dari tujuh objek hanya tiga objek yang mengerti bahwa jenis bunga tersebut adalah bunga mawar yaitu S1, S2, dan S6. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan objek paham kata “bunga” secara umum, namun mereka masih kesulitan mengenali jenis-jenis bunga. Hal ini berarti kosakata beberapa objek untuk jenis-jenis bunga masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi khususnya untuk penyebutan jenis-jenis bunga.

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

132  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Kata “daun” hanya tiga objek yang dapat menyebutkannya, dan kata “hijau” hanya dua objek yang menyebutkan kata tersebut. Objek S2, S3, dan S5 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata paling sedikit yaitu tiga kata, sedangkan objek S4 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata paling banyak yaitu lima kata. b. Kartu 2 : Kelinci Tabel 2 Pemerolehan Kosakata Gambar Kelinci No Kata S1 S2 S3 S4 S5 1 Kelinci lelinci elindi [ləәlinci] [əәlindi] 2 Wortel wotel [wOtel] 3 Putih butih putih putih putih [butih] [putih] [putih] [putih]

S6 -

S7 linti [linti] butih [butih]

Pada umumnya gambar hewan merupakan gambar yang mudah dikenali anakanak. Namun, tidak untuk mereka karena dari tujuh objek hanya tiga objek yang mengetahui hewan pada gambar tersebut. Bahkan ada dua objek yaitu S3 dan S6 yang sama sekali tidak mengetahui tentang gambar tersebut, jadi dua objek tersebut tidak menyebutkan apapun. Padahal untuk kartu-kartu sebelumnya S3 dan S6 cukup aktif dan mampu mengenali gambar-gambar sebelumnya. Ada objek yang hanya menyebutkan warna dari gambar tersebut yaitu S2 dan S5. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, mereka cenderung lebih peka terhadap warna daripada benda itu sendiri. Objek S4 dan S7 cukup baik mengenali apa yang terdapat pada gambar tersebut, hanya saja mereka tidak dapat menyebutkan “wortel” sebagai makanan dari kelinci. Objek S1 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata terbanyak dengan menyebutkan semua kata. Terbukti, pemerolehan kosakata masing-masing objek berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan mereka. c. Kartu 3 : Lumba-lumba Tabel 3 Pemerolehan Kosakata Gambar Lumba-lumba No Kata S1 S2 S3 S4 S5 S6 1 Ikan ilan ihan ihan [ilan] [ihan] [ihan] 2 lumbaluba-luba luba-luba lumba [luba[lubaluba] luba] 3 Air ail ail [aIl] [aIl] 4 Biru bilu bilu bilu biyu bilu [bilu] [bilu] [bilu] [biyu] [bilu] 5 Laut laut [laUt] 6 berenang belenan g [bəәləәnaŋ ]

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

S7 ian [ian] bilu [bilu] -

133  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Kartu ini juga merupakan gambar hewan yang mudah dikenali anak-anak. Namun, tidak semua objek dapat mengenali gambar tersebut, misalnya saja S2, S5, dan S6 yang tidak mengetahui gambar hewan tersebut. Namun, S6 dapat menyebutkan bahwa itu “lumba-lumba”, begitupula dengan S1 yang mengetahui bahwa gambar tersebut ikan lumba-lumba. Hanya dua objek tersebut yang mampu mengenali gambar lumba-lumba dengan baik. Objek S2 dan S5 pemerolehan kosakatanya lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainnya. Kedua objek ini memang cenderung pemalu untuk diajak berkomunikasi dengan bahasa lisannya. Sedangkan objek S4 dapat menyebutkan kata “berenang”, padahal teman-temannya tidak ada yang menyebutkannya. Objek S4 merupakan objek yang cukup pintar serta orangtua selalu mengajak berkomunikasi menggunakan lisannya. Karena dalam gambar tersebut terdapat warna biru, maka mayoritas objek selalu cepat menanggapi respon warna daripada benda itu sendiri. Terbukti dari tujuh objek enam diantaranya menyebutkan warna dalam gambar tersebut. 3.1.2 Media Gambar II Media gambar II merupakan gambar yang berisikan tentang kegiatan atau aktivitas sehari-hari. Gambar dibuat berwarna agar anak merasa tertarik untuk melihatnya kemudian anak menceritakan apa saja yang terdapat pada gambar tersebut. d. Kartu 4 : gambar seorang anak bangun tidur Tabel 4 Pemerolehan Kosakata Gambar Anak Bangun Tidur No Kata S1 S2 S3 S4 S5 S6 1 bangun bangu lilul bangu tidu badeu tidur [baŋU] [lilUl] tidu [tidu] idu [baŋU [badəәu tidu] idu] 2 kamar lamal damal [lamal] [damal] 3 bantal batal lantal batal batal batal [batal] [lantal] [batal] [batal] [batal] 4 selimut elimut imut [əәlImUt [ImUt] ] 5 kasur dadul [dadUl] 6 sandal ladal landal dadal ladal [ladal] [landal] [dadal] [ladal] 7 sepatu lepatu sepatu [ləәpatu] [səәpatu] 8 mataha matahai latahali matahai matahai matahali matahai ri [mataha [latahal [mataha [matahai [matahal [matahai i] i] i] ] i] ] 9 rumah lumah [lumah]

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

S7 bangun [baŋUn] bata [bata] patu [patu] matahali [matahal i] -

134  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

10

adik

-

-

-

11

laki-laki

lakilaki [lakilaki]

-

-

adi [adi] -

-

-

-

-

-

-

Semua objek bercerita tentang apa saja yang ada pada gambar, hal ini berguna untuk mengetahui apa anak tersebut miskin kosakata atau tidak. Kata pertama yang muncul tentu saja kata “bangun tidur”, tidak semua objek dapat menyebutkannya, ada yang hanya menyebutkan “tidur” seperti objek S3 dan S5, ada pula yang hanya menyebutkan “bangun” seperti objek S1 dan S7, bahkan ada yang sama sekali tidak menyebutkan kata tersebut seperti objek S2. Sedangkan, objek S4 dan S6 adalah objek yang menyebutkan secara lengkap kata tersebut. Kata “kamar” hanya objek S3 dan S4 yang menyebutkan, yang lainnya tidak. Sedangkan untuk kata “bantal” hanya satu objek yang tidak menyebutkannya yaitu objek S6. Pada kata “matahari” semua objek dapat menyebutkannya, berbeda sekali dengan kata “selimut” yang hanya dua objek saja yang dapat menyebutkan yaitu S1 dan S4, berarti objek S1 dan S4 mengenal kata “selimut” sedang yang lainnya tidak (selengkapnya lihat tabel diatas). Secara keseluruhan objek S4 merupakan objek yang aktif menyebutkan apa saja yang ada pada gambar, terbukti S4 memperoleh delapan kata dari keseluruhan kata yang muncul pada gambar. Sedangkan objek S2 dan S6 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang paling sedikit yaitu tiga kata. Hal ini menunjukkan bahwa pemerolehan kosakata setiap anak berbeda-beda sesuai dengan keaktifannya berkomunikasi menggunakan bahasa lisan. e. Kartu 5 : gambar anak sedang mandi Tabel 5 Pemerolehan Kosakata Gambar Anak Mandi No Kata S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 1 mandi bagi mahi mangi magi mali bangi mahi [bagi] [mahi] maŋi] [magi] [mali] [baŋi] [mahi] 2 air ail ail ail ail ail ail ail [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] 3 sabun labu abu ngamun dabu sabu labu abu [labu] [abu] [ŋamUn] [dabu] [sabu] [labu] [abu] 4 shampo lapo lapo ngampo ambo lampo campu [lapo] [lapo] [ŋampo] [ambo] [lampo] [campU] 5 sikat ikat gigi gigi [ikat gigi] 6 gayung layung [layuŋ] Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak semua objek dapat menyebutkan apa saja yang terdapat pada gambar. Untuk kata “mandi”, “air”, dan “sabun” ketujuh objek dapat menyebutkannya, sedangkan untuk kata “shampo”, “sikat gigi”, serta

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

135  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

“gayung” hanya beberapa objek saja. Misalnya kata “shampo” yang dapat diujarkan oleh beberapa objek, namun pada objek S5 kata tersebut tidak muncul sama sekali atau objek tersebut tidak menyebutkannya. Penyebabnya adalah ruang lingkup objek S5 dalam memperoleh kosakata terbatas yaitu hanya lingkungan sekolah dan keluarga, oleh karena itu kosakatanya hanya sebatas yang ia ketahui saja. Sedangkan, untuk kata “sikat gigi” ternyata yang dapat menyebutkannya hanyalah objek S4, karena memang objek ini termasuk cukup aktif untuk menceritakan apa yang terdapat pada gambar, begitu pula dengan objek S1 yang dapat menyebutkan kata “gayung” yang bagi sebagian objek merupakan kata yang sulit karena banyak yang tidak mengetahuinya. Namun tidak bagi objek S1, hal ini menunjukkan bahwa kosakata objek ini banyak dan objek mengenal kata “gayung”. Objek S1 dan S4 merupakan objek yang pemerolehan kosakatanya banyak daripada yang lainnya, karena orangtua aktif mengajak berkomunikasi dengan lisannya, apabila objek tidak paham dengan kata yang diujarkan orangtuanya barulah orangtua objek tersebut menggunakan bahasa isyarat untuk mempermudah anak dalam memahami ucapan mereka. Objek S5 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang lebih sedikit daripada yang lainnya, hal ini disebabkan karena anak kurang aktif dan senderung malu saat diajak berkomunikasi dengan bahasa lisan. Keluarga juga sudah terbiasa menggunakan bahasa isyarat sehingga anak cenderung pasif bila diajak berkomunikasi dengan bahasa lisannya. Apabila objek S5 sering dilatih menggunakan lisannya untuk berkomunikasi maka kemampuan berbahasa dan penguasaan kosakatanya akan meningkat. f. Kartu 6 : gambar anak perempuan menyiram bunga Tabel 6 Pemerolehan Kosakata Gambar Perempuan Menyiram Bunga N Kata S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 o 1 perempua perepual n [pəәrəәpual ] 2 ibu ibu ibu ibu ibu ibu [ibu] [ibu] [ibu] [ibu] [ibu] 3 bunga bula bula bung buda busya buwah bula [bula] [bula a [buda] [busya [buwa [bula] ] [bula ] h] ] 4 air ail ail ail ail ail [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] [aIl] 5 batu batu bahu [batu] [bahu] 6 sapu lapu [lapu] 7 tempat lepal lempat sampah lapah epah [ləәpal [ləәmpa lapah] t əәpah] 8 pohon pojo pohot [pOjO] [pOhOt

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

136  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

9

biru

bilu [bilu]

10

kayu

lagyu [lagyu]

bilu [bilu ] -

-

] -

-

-

-

-

-

-

-

-

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh kosakata yang berbeda-beda untuk setiap objek. Objek S1 merupakan satu-satunya objek yang menyebut orang dalam gambar tersebut dengan kata “perempuan”, sedangkan yang lainnya menyebutkan kata “ibu”. Hal ini menunjukkan bahwa objek S1 memahami makna “perempuan” dan “laki-laki”. Objek yang lain menyebutnya sebagai “ibu” padahal yang ada pada gambar adalah seorang anak perempuan. Namun, ada objek yang tidak menyebutkan siapa yang ada pada gambar, seperti objek S2 yang tidak menyebutkannya. Kata “bunga” sudah dapat dipastikan bahwa semua objek dapat mengenali benda ini dalam gambar. (selengkapnya lihat tabel 19). Secara keseluruhan, objek S1 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata terbanyak yaitu sembilan kata dari sebelas kata yang muncul, karena objek ini menceritakan semua yang ada pada gambar. Hal ini menunjukkan bahwa pemerolehan kosakata setiap anak berbeda-beda sesuai dengan keaktifannya berkomunikasi menggunakan bahasa lisan. 3.2 Kemampuan Pemerolehan Kosakata S1 dengan Metode Bercerita Objek S1 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang cukup banyak karena orangtua sering mengajak objek mengunakan bahasa lisannya, bahkan orangtua objek sedapat mungkin menghindari komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Jadi bila objek benar-benar tidak paham dengan ucapan lawan tutur, barulah orangtua menggunakan bahasa isyarat. Berdasarkan tabel di atas, pemerolehan kosakata objek S1 adalah sebagai berikut: [abe], [mela], [lau], [magi], [piang], [uning], [bula], [mawal], [alum], [butih], [bulu], [belaja], [mebaca], [lepatu], [bela], [lelinci], [wotel], [ila], [luba-luba], [bilu], [laut], [bobil], [ban], [empat], [dala], [motol], [bangu], [batal], [elimut], [ladal], [matahai], [laki-laki], [bagi], [ail], [labu], [lapo], [layung], [ail], [bapa], [lepia], [pojo], [perepual], [lapu], [lepal lapah], [lagyu]. Dari kata-kata yang diperoleh objek S1 dapat disimpulkan bahwa objek ini memiliki kosakata yang banyak dan kemampuan berbahasanya pun juga sangat baik. Hal ini terbukti dari beberapa kata yang ia sebutkan namun objek lain tidak dapat menyebutkannya, misalnya kata wortel, laki-laki, perempuan, dan gayung. Objek S1 juga dapat mengenali jenis bunga dengan baik, terbukti ia menyebutkan jenis bunga mawar pada kartu 3. 3.5 Kemampuan Pemerolehan Kosakata S4 dengan Metode Bercerita S4 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang cukup banyak karena orangtua sering mengajak objek berkomunikasi menggunakan bahasa lisannya, bahkan orangtua objek sedapat mungkin menghindari komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Objek ini termasuk objek yang rajin dan mau belajar apabila ada yang tidak ia mengerti. Objek ini termasuk berprestasi di kelasnya dan kemampuan

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

137  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

berbahasanya juga tergolong cukup baik. Berdasarkan tabel di atas, pemerolehan kosakata objek S4 adalah sebagai berikut: [abel], [mela], [dau], [mahi], [hidau], [pidang], [uning], [buda], [halum], [putih], [budu], [bata], [tuli], [epatu], [bilu], [elindi], [ihan], [belenang], [mobi], [oda], [empat], [dalat], [motol], [dua], [bangu tidu], [damal], [batal], [imut], [dadul], [dadal], [matahai], [adi], [epeda], [pohot], [magi], [ail], [dabu],[ambo], [ikat gigi], [ibu], [enang], [dolap], [bapa], [batu]. Dari kata-kata yang diperoleh objek S4 dapat disimpulkan bahwa objek ini memiliki kosakata yang terbilang banyak dan kemampuan berbahasanya pun juga sangat baik. 3.6 Kemampuan Pemerolehan Kosakata S5 dengan Metode Bercerita S5 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang tidak terlalu banyak. Objek ini juga termasuk pemalu bila harus berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya. Berdasarkan wawancara dengan sang ibu, diperoleh informasi bahwa saat di rumah objek menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya. Hal ini sebenarnya sangat baik agar objek tidak merasa terasingkan dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan tabel diatas, pemerolehan kosakata objek S5 adalah sebagai berikut: [ambel], [mela], [pisa], [uli], [busya], [dau], [putih], [bulu], [biyu], [sepatu], [titam], [mobil], [motol], [tidu], [batal], [matahali], [lumah], [mali], [ail], [sabu], [lau], [bapa], [ibu], [bahu]. Dari kata-kata yang diperoleh objek S5 dapat disimpulkan bahwa objek ini memiliki kosakata yang tidak terlalu banyak hampir sama seperti objek S2. Secara keseluruhan kata-kata yang dikuasai oleh objek S5 termasuk kata-kata umum yang wajib diketahui oleh anak-anak. 3.7 Kemampuan Pemerolehan Kosakata S6 dengan Metode Bercerita S6 merupakan objek dengan pemerolehan kosakata yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kata yang mampu ia ujarkan namun objek lain tidak dapat menyebutkannnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu sang objek, ternyata S6 merupakan anak yang cukup aktif berbicara dengan bahasa lisannya bila dirumah. Objek S6 juga bukan tipe yang pemalu, melainkan ia mudah akrab dengan orang lain. Berdasarkan tabel di atas, pemerolehan kosakata objek S6 adalah sebagai berikut: [abe], [bela], [dau], [biang], [uling], [buwah], [bawal], [halup], [belati], [butih], [alum], [bulu], [belaja], [lepatu], [luba-luba], [ail], [bilu], [bobil], [loda], [botol], [badeu idu], [ladal], [matahai], [bangi], [labu], [lampo], [laut], [bapak], [lela], [pohel], [ibu], [lempat epah]. Dari kata-kata yang diperoleh objek S6 dapat disimpulkan bahwa objek ini memiliki kosakata yang cukup baik, serta kemampuan berbahasanya pun juga tergolong baik. Objek S6 ini merupakan objek yang secara konsisten dapat mengenali berbagai jenis bunga maupun jenis-jenis ikan. Terbukti, ia dapat membedakan mana yang bunga mawar serta mana yang bunga melati. Ia juga dapat mengenali jenis ikan lumba-lumba 3.9 Penggolongan Kosakata Berdasarkan Kelas Kata Bahasa Indonesia

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

138  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Penggolongan kosakata berdasarkan kelas kata bahasa Indonesia meliputi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata ganti, kata keterangan, dan kata tugas. Berdasarkan penjelasan tersebut, pemerolehan kosakata anak tunarungu dapat digolongkan sebagai berikut: Tabel 19 Kelas Kata Bahasa Indonesia No Kata KK KB KS KBI KG K.ket K.Tugas 1 apel X 2 merah X 3 daun X 4 manis X 5 hijau X 6 pisang X 7 kuning X 8 bunga X 9 mawar X 10 harum X 11 melati X 12 putih X 13 buku X 14 belajar X 15 membaca X 16 menulis X 17 biru X 18 sepatu X 19 hitam X 20 kelinci X 21 wortel X 22 ikan X 23 lumbaX lumba 24 air X 25 laut X 26 berenang X 27 mobil X 28 ban X 29 roda X 30 empat X 31 darat X 32 motor X 33 dua X 34 bangun X tidur 35 kamar X 36 bantal X 37 selimut X 38 kasur X 39 sandal X -

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

139  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60

matahari rumah adik laki-laki kakak mandi sabun shampo sikat gigi gayung kolam bapak sepeda pohon perempuan ibu batu sapu tempat sampah pohon kayu

X -

X X X X X X X X X X X X X X X X X X

-

-

-

-

-

-

X X

-

-

-

-

-

Mayoritas kosakata yang dihasilkan adalah kata benda, dan sedikit sekali jenis kata selain kata benda. Itu karena anak-anak tersebut lebih cepat menanggapi hal-hal yang konkret daripada yang abstrak. Kata benda merupakan jenis kata yang mudah untuk dipelajari oleh anak-anak apalagi anak tunarungu yang kemampuan berbahasanya terbatas. Selain kata benda, jenis kata lain yang tergolong banyak diucapkan anak tunarungu adalah kata sifat. Salah jenis kata sifat yang sering diucapkan oleh anak tunarungu adalah tentang warna. Respon anak tunarungu terhadap warna sangat baik dan cepat sehingga mereka tidak kesulitan saat menyebutkan warna dalam gambar. Anak tunarungu lebih mudah mempelajari kata-kata konkret seperti apel, merah, ikan, dan buku daripada mempelajari kata-kata yang bersifat abstrak seperti sebelum, sesudah, sama, dengan. Perkembangan kosakata anak tunarungu pun juga berlangsung lambat. Oleh sebab itu, kata-kata yang dihasilkan anak tunarungu didominasi oleh kata-kata konkret. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang sama. Misalnya berbagai jenis bunga namun mereka hanya menyebutkan bunga secara umum, serta berbagai jenis ikan namun mereka juga menyebutkan ikan secara umum. Anak tunarungu juga memberikan respon yang baik terhadap warna. Mereka cenderung cepat menanggapi warna-warna apa saja yang ada pada gambar.

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

140  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Pemerolehan kosakata yang dihasilkan oleh anak tunarungu cenderung didominasi oleh kata benda, dan sedikit sekali jenis kata selain kata benda. Itu karena anak-anak tersebut lebih cepat menanggapi hal-hal yang konkret daripada yang abstrak. Kata benda juga termasuk jenis kata yang sering dijumpai di sekitar kita. Referensi Aribowo, Luita. 2008. “Pemerolehan Fonem Anak usia 1-6 tahun di Taman Penitipan Anak Rumah Sakit Katolik St. Vicentius A Paulo”. Tesis pada S-2. Linguistik, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Arifin, Mokhamad. 2000. “Kemampuan Repetisi Kalimat Pada Anak Penderita Tunarungu”. Skripsi pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya. Bunawan, L, & Yuwati, C.S. 2000. Penguasaan Berbahasa Pada Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Chaer, Abdul. 2003. Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Desy, Yosinta. 2009. “Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun (Studi Kasus Pada Tina dan Viki)”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan. Jakarta: Bumi Aksara. Hallahan, Daniel P dan James H Kaufman. 1990. Exceptionallity Children Introduction to Special Education. New Jersey: Printice-Hall Engleewood Cliffs. Istiqomah, Mirza. 2010. “Pemerolehan Kosakata Anak Usia 5 dan 6 Tahun di TK Kurnia Bibis Manukan Wetan-Tandes Surabaya”. Skripsi pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatiooks. Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3. Jakarta: Universitas Indonesia.

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

141  

Pemerolehan Kosakata Anak Tunarungu

Murni, Winarsih. 2007. Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam Perolehan Bahasa. Jakarta: Dikti. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2011. EYD Plus. Edisi TerbaruTerlengkap. Jakarta: Victory Inti Cipta. Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sastrawinata, Emon dkk. 1977. Pendidikan Anak-Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Smart, Aqila. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Kata Hati. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Verhaar, J.M.W. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Skriptorium, Vol. 1, No. 2

142