STUDI RINGKAS PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK Siti Salamah PBSI, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta e-mail :
[email protected] ABSTRACT Language acquisition is an important part of a person's life. Language is a means of communication and social interaction that must be mastered an early by someone. Good capability in an early language mastery will support the quality of human life, especially in the social interaction aspect . Considering the importance of early language acquisition, child language acquisition is importance to be studied. This paper is presents a brief overview of language acquisition in terms of the ways and the stages of language acquisition in children. Furthermore, this paper is also presents the design and research methods into language acquisition. Keywords: language acquisition, language acquisition method, and the stage of child language acquisition ABSTRAK Pemerolehan bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan seseorang. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi sosial yang harus dikuasai seseorang sejak dini. Penguasaan bahasa yang baik sejak dini akan menunjang kualitas hidup manusia, terutama dalam aspek interaksi sosial. Mengingat pentingnya penguasaan bahasa sejak dini, pemerolehan bahasa pada anak perlu dikaji. Pada makalah ini disajikan tinjauan ringkas mengenai pemerolehan bahasa (language acquisition) dari segi desain dan metode penelitian pemerolehan bahasa, cara pemerolehan bahasa, dan tahapan pemerolehan bahasa pada anak.
Kata Kunci: pemerolehan bahasa, cara pemerolehan bahasa, dan tahap pemerolehan bahasa
73
individu
PENDAHULUAN
yang
berbeda
serta
Pemerolehan bahasa didefinisi-
perkembangan bahasa melalui tahap-
kan sebagai proses penguasaan bahasa
tahapnya dalam sejarah (Musfiroh,
yang dilakukan oleh anak secara natural
2002: 92). Sudut pandang tersebut ter-
pada waktu dia belajar bahasa ibunya
cermin pada dua desain penelitian
(Dardjowidjojo, 2005: 225). Pemerole-
pemerolehan bahasa pada anak, yaitu
han bahasa tersebut merupakan proses
desain longitudinal dan cross sectional.
bawah sadar, atau proses mental yang
Desain longitudinal merupakan desain
mengarah pada kompetensi berbahasa
penelitian yang mengikuti perkem-
dan penguasaan tata bahasa (Richard,
bangan selama rentang waktu tertentu
2002: 284). Kajian terhadap pemerole-
(seringkali
han bahasa pada hakikatnya terdiri dari
dengan subjek biasanya hanya seorang
dua aspek, yaitu (i) bahasa apakah yang
atau beberapa anak.
diperoleh anak, serta (ii) bagaimana
sectional adalah desain penelitian pada
anak memperoleh bahasa (Taylor, 2003:
suatu
151). Bahasa yang diperoleh tentu saja
banyak subjek. (Dardjowidjojo, 2005:
berupa bahasa ibu anak tersebut. Cara
229).
memperolehnya dapat dilihat dari aspek
sampai
titik
waktu
Metode
bertahun-tahun),
Desain cross
tertentu
pemerolehan
dengan
bahasa
teoritis (beberapa aspek teori), maupun
dapat menggunakan metode observasi,
dari
wawancara,
tahapan-tahapan
pemerolehan
bahasa pada anak.
serta
Metode wawancara
eksperimental. digunakan untuk
mengecek ulang sesuatu yang ingin PEMBAHASAN
dikaji
Desain dan Metode Penelitian
(Dardjowidjojo, 2005: 228). Metode
Pemerolehan Bahasa pada Anak
eksperimental
Dalam
kajian
pemerolehan
kebenarannya
oleh
merupakan
peneliti
metode
peneliti untuk mengetahui jawaban dari
bahasa, bahasa dipelajari dari sudut
suatu
ontogeni
yaitu
tertentu, sehingga dapat diketahui hasil
setiap
yang dapat diprediksikan (Marquez,
dan
perkembangan
poligeni, bahasa
pada
74
permasalahan
dalam
topik
2007: 70). Metode eksperimental ini
bekal
melibatkan
kontrol
pengetahuan dari alam sekitar (lihat
peneliti yang bertujuan untuk meme-
Brown, 2005: 761). Teori nativistik
roleh jawaban dari salah satu topik
(Chomsky,
mengenai pemerolehan bahasa yang
bahwa anak dapat memperoleh dan
diinginkannya (Westbury, 1998: 90).
mengembangkan kemampuan berbah-
Pemerolehan data pada ketiga metode
asa karena mereka mempunyai apa yang
tersebut dapat dilakukan dengan teknik
disebut sebagai innate language faculty
rekam, baik audio maupun visual
atau lebih dikenal dengan Language
(Wray, 1998: 187); dilakukan dengan
Acquisition Device (LAD). Teori kog-
teknik pancing sebagai stimulus bagi
nitifistik, dalam hubungannya dengan
anak
metode
pemerolehan bahasa, merupakan teori
94;);
yang mengakomodasi dua teori sebe-
dilakukan dengan teknik simak libat
lumnya. Teori kognitif memandang
cakap – bebas
pemerolehan bahasa sebagai hasil kerja
campur
(informan)
wawancara
(istilah
tangan
dalam
(Mahsun,
2006:
libat cakap dan catat
Sudaryanto,
1988:
3—4)
apa-apa
mental
menggunakan buku harian.
2009:
dan
kognitif
dan
anak
memperoleh
49)
menyatakan
berdasarkan dalam
kapasitas
menemukan
struktur bahasa melalui lingkungan Cara Pemerolehan Bahasa pada
sekitarnya. Teori kognitif menegaskan
Anak
bahwa alam dan organisme merupakan Cara anak memperoleh bahasa,
suatu kesatuan fungsional yang tak
secara garis besar, terbagi menjadi tiga
terpisahkan (lihat Musfiroh, 2002: 92).
teori, yaitu teori pemerolehan bahasa
Dengan
yang
mengakui
behavioristik,
nativistik,
dan
demikian,
teori
kognitif
adanya
potensi
bawaan
kognitifistik.
Teori
behavioristik
manusia
menekankan
bahwa
pemerolehan
aspek lingkungan di sekitar anak.
bahasa
anak
pada
karena
adanya
sekaligus
memperhatikan
Adanya LAD pada otak serta
pengajaran dari lingkungan sekitarnya.
pengaruh
Anak
kognitifistik sebagai alat bawaan yang
dipandang
tidak
mempunyai 75
gen
diakui
oleh
kaum
berperan dalam pemerolehan bahasa
pada anak yang berasal dari ramuan
(Ramus, 2006: 248). LAD ini terletak
beberapa referensi.
di daerah Broca (hemisfer kiri otak pada
Ketika lahir, bayi akan menangis
bagian depan) dan daerah Wernicke
(kecuali yang menderita tunawicara
(hemisfer kiri otak pada bagian tengah)
sejak lahir). Tangisan bayi dipandang
(lihat Amunts, 2006:17—18). Selain
sebagai
LAD pada otak, penemuan terbaru
pemerolehan bahasa pada anak karena
menunjukkan adanya pengaruh gen
memiliki makna komunikasi instingtif
dalam
pemerolehan
yang berfungsi sebagai pemberitahuan.
bahasa. Pada tahun 2001, dua ilmuwan
Tahap selanjutnya adalah mendengkur
genetika Oxford menemukan adanya
yang rata-rata muncul pada usia 6
gen penentu kemampuan berbahasa
minggu. Para ahli berpendapat bahwa
yang disebut gen FOXP2. Perubahan
mendengkur berfungsi melatih alat ucap
pada
bayi. Pada akhir bulan kedua, bayi
kemampuan
gen
seseorang
ini
dapat
tidak
menyebabkan
mampu
tahapan
awal
dalam
berbahasa
mulai dapat membuat bunyi lembut
seperti yang terjadi pada beberapa
berupa tanggapan [o..o..]. Bayi mulai
anggota keluarga berinisial KE di
menanggapi
Inggris (Valian, 2009: 30—31).
mengajaknya berbicara. Bayi juga mulai
orang
tua
yang
bisa tertawa dan mendekut. Pada usia 3 Cakupan dan Tahapan Pemerolehan
bulan, bayi mulai dapat membedakan
Bahasa pada Anak
suara ibunya dengan suara orang lain.
Anak
bahasa
Pada tahap ini bayi dipersiapkan mulai
melalui tahapan-tahapan yang berlaku
membedakan percakapan dari suara
universal. Tahapan awal dimulai ketika
lain.
anak
lahir
memperoleh
sebagai
hingga
Pada usia 5-12 bulan, bayi
mencapai usia 11 tahun dimana usia
masuk tahapan babbling. Bayi pada usia
tersebut merupakan usia matang dalam
5-6
berbahasa.
babbling atau mengoceh. Ocehan anak
Berikut
bayi
ini
dipaparkan
tahapan-tahapan pemerolehan bahasa
bulan
dimulai 76
mulai
dengan
memasuki
pengucapan
tahap
bunyi
vokoid, lalu paduan kontoid dan vokoid
anak akan mengalami berbagai kasus
secara serentak. Pada umumnya, anak-
kesalahan pemaknaan jika gagal.
anak mulai mengoceh dengan vokal
Pada usia 1;6 hingga 2;0 anak
tengah dan konsonan bilabial terlebih
telah dapat mengakuisisi sekitar 50
dahulu. Di sisi lain, meskipun sangat
kata. Anak-anak pada usia ini mulai
jarang, konsonan glotal juga diucapkan
menggabungkan kata menjadi kalimat
pada tahap ini. Frekuensi ocehan akan
sederhana berbentuk Nomina +verba
meningkat hingga rentang usia 9-12
atau
bulan. Pada usia 10 bulan, anak sudah
―maem loti‖, ―Echa nyanyi‖. Ujaran
mulai memahami perintah yang disertai
tersebut
disebut
gesture
karena
berbentuk
dan
intonasi
yang
jelas.
Nomina+Adjektiva,
misalnya
kalimat
telegrafik
mirip
telegram,
Pertanyaan ―sayang, giginya mana?‖
bagian yang ditonjolkan hanya kata-
akan
kata yang penting saja. Tabel di bawah
direspon
menunjukkan
gigi
anak susunya
dengan pada
menunjukkan
penanya.
mulai dari usia 18 bulan bahkan hingga
kata pertama ketika memasuki usia 1
18 tahun.
tahun hingga 1;4 tahun. Jumlah ocehan
18 bulan
menurun.
Anak
mulai
pada sesuatu. Anak mulai melakukan
50 words
proses
kognitif
60,000 words
dapat menyusun kalimat sederhana. anak-anak mulai menggunakan kata-
mulai melakukan serangkaian uji coba,
kata
ada kalanya berhasil dan ada kalanya anak
14,000 words
↑
Setelah usia 2 tahun, anak mulai
dengan objek yang dilihatnya. Anak
berhasil,
↑
(O’Grady, 2005)
untuk
menghubungkan bunyi ujaran ibunya
Jika
18 tahun
____ ↑
serangkaian
6 tahun
_ _ _| 10 kata per hari | naik menjadi 20 kata per hari |
―menemukan‖ bahwa kata-kata merujuk
gagal.
anak
memperoleh kata-kata setiap harinya
Anak mulai menghasilkan kata-
mulai
kemampuan
dalam
bentuk
teratur
untuk
membuat kalimat. Anak-anak penutur
akan
bahasa Inggris mulai dapat menyusun
mengakuisisi kata tersebut. Sebaliknya,
kalimat ―I going school‖ sebelum dapat membuat kalimat yang benar ―I am 77
going to school‖. Penelitian tahun 2006
kemampuan menentukan bunyi mana
menunjukkan bahwa anak-anak Spanyol
yang dipakai untuk membedakan makna
usia 2:11 mampu menguasai kalimat
Anak sudah mahir menggunakan
sederhana dengan akurasi 98% (Bowles,
kalimat kompleks pada usia 5 tahun.
2009: 201).
Mereka mulai dapat membuat berbagai
Anak sudah mulai menggunakan
kalimat dengan menggunakan kata-kata
kalimat kompleks pada usia tiga tahun.
deiktik seperti aku-kamu, sana-sini,
Pada usia ini, anak sudah menggunakan
kanan-kiri. Anak mulai dapat menyusun
kalimat
dengan
kalimat yang rumit dengan benar, dan
konjungsi dan serta kalimat majemuk
makin sering intensitas penggunaannya.
bertingkat.
kalimat
Akan tetapi, pemahaman anak sering
tersebut, yaitu ―Boni main bola dan
kali mengalami kekeliruan penafsiran
tongkat.‖, ―Echa minum susu biar
kalimat yang memerlukan perhatian.
majemuk
Contoh
setara
bentuk
sehat‖. Kemahiran penggunaan kalimat tersebut
seiring
dengan
The rabbit is very nice to eat. ―Kelinci itu enak untuk dimakan.‖
semakin
banyaknya anak mengakuisisi kata. Pada membentuk
usia
3:6
anak
―Kelinci itu bernafsu untuk makan.‖
mulai
gramatikal
Tuturan yang diujicobakan Chomsky
secara lebih jelas bahkan bagi orang
pada sekelompok anak usia 5-8 tahun
yang baru dikenal. Konstruksi kalimat
tersebut akan ditafsirkan sama oleh
masih
subjek. Hal itu membuktikan bahwa
belum
konstruksi
The rabbit is eager to eat.
bervariasi.
Meskipun
demikian, anak sudah mampu berbicara
anak
masih
mengalami
kesulitan
secara baik untuk beberapa topik. Pada
memahami makna kalimat rumit orang
usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai
dewasa.
secara tuntas semua bunyi yang esensial
Anak mencapai perkembangan
bagi perkembangan bahasanya. Pada
bahasa yang matang setelah usia 11
rentang usia tersebut, anak tidak hanya
tahun. Pada usia tersebut, anak mampu
menerima inventaris fonetik dan sistem
menghasilkan
fonologi tetapi juga mengembangkan
dengan tuturan orang dewasa. Salah 78
tuturan
yang
setara
satunya berupa kemampuan mengu-
Daftar Pustaka Amunts, Katrin dan Karl Zilles. 2006. ―A Multimodal Analysis of Structure and Function in Broca’s Region‖ dalam Yosef Grodzinsky dan Katrin Amunts (eds.). Broca’s Region. Oxford: Oxford University Press.
capkan kalimat perintah yang dianggap sopan, sebagaimana contoh berikut. ―Mari…silakan masuk, Pak!‖ ―May I help you?‖ ―Bolehkan saya menolong Saudara?‖
Bowles, Melissa and Silvina Montrul. 2009. ―Instructed L2 Acquisition of Differential Object Marking in Spanish‖ dalam Ronald P. Leow, Héctor Campos, and Donna Lardiere (eds). Little Words: Their History, Phonology, Syntax, Semantics, Pragmatics, and Acquisition. Washington: Georgetown University Press.
KESIMPULAN Pemerolehan bahasa pada anak dapat dikaji dengan desain penelitian longitudinal dan cross sectional serta menggunakan metode
tiga
observasi,
eksperimental.
metode,
yaitu
wawancara,
dan
Secara
teoritis
dan
Brown, Keith. 2005. Encyclopedia of Language and Linguistics Second Edition. Oxford: Elsevier.
aplikatif, cara pemerolehan bahasa pada anak dapat dilihat dari segi behaviouristik, nativistik, dan kognitifistik. Segi kognitifistik
merupakan
segi
yang
Chomsky, Noam. 2009. Cartesian Linguistics A Chapter in The History of Rationalist Thought (James McGilvray ed.). New York: Cambridge University Press.
mengakomodasi kedua teori sebelumnya. Pemerolehan bahasa pada anak dimulai
sejak
lahir
yang
ditandai
dengan tangisan hingga usia 11 tahun. Kemampuan
berbahasa
anak
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
juga
berbanding lurus dengan kemampuannya mengakuisisi jumlah kata. Pada usia 11 tahun, anak sudah mulai matang
Fernald, Anne dan Virginia A. Marchman. 2006. ―Language Learning in Infancy‖ dalam Matthew J. Traxler dan Mortons
kemampuan berbahasanya.
79
Ramus, Franck. 2006. ―Genes, brain, and Cognition: A Roadmap for the Cognitive Scientist‖ dalam Science Direct hal. 247-269. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2010 dari http://www. elsevier.com/locate/COGNIT.
A. Gernsbacher. (eds.). Handbook of Psycholinguistics Second Edition. London: Academic Press dan Elsevier. Field, John. 2003. Psycholinguistics: A Resource Book for Students. New York: Routledge.
Richard Jack C.dan Richard Schmidt. 2002. Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics. London: Pearson Education Ltd.
Glezerman, Tatyana dan Victoria Balkoski. 2002. Language, Thought, and The Brain (A Series in Psycholinguistics). New York: Kluwer Academic Publishers.
Steinberg, Danny, Hiroshi Nagata, dan David P. Aline. 2001. Psycholinguistics: Language, Mind and World 2nd Edition. Malaysia: Pearson Education Malaysia.
Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Marquez, Monica Gonzalez-, Raymond B. Becker, dan James E. Cutting. 2007. ―An introduction to experimental methods for language researchers‖ dalam Monica Gonzales Marquez, Irene Mittelberg, Seana Coulson, dan Michael J. Spivey (eds.). Methods in Cognitive Linguistics. Amsterdam: John Benjamins Publishing Co.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Taylor, Talbot J., dan Stuart Shanker. 2003. ―Rethinking Language Acquisition: What The Child Learns‖ dalam Davis, Hayley G. dan Talbot J. Taylor. (eds). Rethinking Linguistics. New York: Routledge Curzon.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2002. Diktat Kuliah. Pengantar Psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Tomasello, Michael. 2007. ―Chapter 41: Cognitive linguistics and First Language Acquisition‖ dalam Dick Geeraerts dan Hubert Cuyckens (eds). The Oxford Handbook of Cognitive Linguistics. Oxford: Oxford University Press.
O’Grady, William. 2006. How Children Learn Language. Cambridge: Cambridege University Press.
80
Valian, Virginia. 2009. ―Innateness and Learnability‖ dalam Bavin, Edith L. (eds). The Cambridge Handbook of Children Language. Cambridge: Cambridge University Press. Westbury, Chris. 1998. ―Research Strategies: Psychological and Psycholinguistic Methods in Neurolinguistics‖ dalam Brigitte Stemmer dan Harry A. Whitaker. (eds). Handbook of Neurolinguistics. London: Academic Press Ltd. Wray, Alison, Kate trott, dan Aileen Bloomer. 1998. Projects In Linguistics A Practical Guide to Researching Language. London: Arnold-A member of the Hodder Headline Group. ical and Psycholinguistic Methods
81
82