penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di rumah

meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan. Kata kunci. : Asuhan keperawatan, Perawat pelaksana. ABSTRACT. Nursing car...

6 downloads 435 Views 228KB Size
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BANDA ACEH NURSING CARE PRACTICE OF NURSES IN BANDA ACEH HOSPITAL Husnul Wirdah1; Muhmmad Yusuf2 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Manajemen Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh E-mail: [email protected];[email protected]

ABSTRAK Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah pada pasien dengan memberikan pelayanan keperawatan. Sejauh ini perawat tidak sepenuhnya melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruhperawat pelaksana.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, sebanyak 58 responden. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dalam bentuk skala likert. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 55,2% berada pada kategori baik dan 44,8% berada pada kategori kurang baik dalam menerapkan asuhan keperawatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh, sedangkan penerapan asuhan keperawatan pada tahap pengkajian berada pada kategori baik (67,2%), tahap diagnosa berada pada kategori baik (77,6%), tahap perencanaan pada kategori baik (81,0%), (60,3%) tahap implementasi berada pada kategori kurang baik, dan tahap evaluasi berada pada kategori baik (77,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian perawat pelaksana di RSUD Meuraxa Banda Aceh telah menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP. Peneliti mengharapkan agar kegiatan supervisi perlu di tingkatkan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan. Kata kunci

: Asuhan keperawatan, Perawat pelaksana.

ABSTRACT Nursing care is one of the ways to ease patient’s problems. Yet, its practice has not fully complied with the SOP. Thus, this study aims to learn nursing practice done at RSUD Meuraxa, Banda Aceh. This is a descriptive study with the population of all nurses at the hospital, and 58 respondents of whom were drawn through purposive sampling. Data were drawn using Likert-scale questionnaires. The results disclosed that 55.2% of the nurses performed nursing practice relatively well while 44.8% were poor. Nursing care at the level of assessment, diagnose, planning and evaluation were in a good category at 67.2%, 77.6%, 81.0% and 77.6% respectively while at the level of implementation it was still in a bad category at 60.3%. The results indicate that most nurses at the hospital have practiced nursing care in accordance to the SOP. Hence, it is suggested that supervision be improved to maintain and improve their performance. Keywords

: Nursing Care, Nurses.

PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan sebuah organisasi kesehatan yang sangat bermanfaat guna memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sebagaimana tertera dalam UU RI No 44 pasal 1 (2009, p.2). Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien. Tenaga kesehatan tersebut diantaranya tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit dan tenaga non kesehatan UU RI No 44 pasal 12-13 (2009, p.11-12). Salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan keperawatan, Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawatmemiliki tugas diataranya memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2011, p.75). Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan yang tercantum dalam Standar Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari lima fase asuhan keperawatan: 1) Pengkajian; 2) Diagnosa; 3) Perencanaan; 4) Implementasi; dan 5) Evaluasi. Salah satu manfaat dari penerapan asuhan keperawatan yang baik adalah meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam bidang keperawatan (Kozier, 2010). Menurut Sumijatun (2010, p.88) permasalahan pelayanan keperawatan di negara Indonesia adalah banyaknya perawat yang belum melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar. Di sebagian besar tatanan pelayanan keperawatan, masih terbatas melakukan kegiatan-kegiatan yang belum memenuhi kaedah asuhan keperawatan secara profesional yang bertanggung gugat. Penelitian Wirawan (2000) dalam Wahyuni (2015) tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap asuhan keperawatan

di sebuah rumah sakit di Jawa Timur menunjukkan hanya 17% pasien rawat inap yang mengatakan puas terhadap asuhan keperawatan, sedangkan 83% menyatakan tidak puas. Penelitian tersebut juga memberikan informasi bahwa keluhan utama pasien terhadap pelayanan keperawatan adalah kurangnya komunikasi perawat (80%), kurang perhatian (66,7%) dan kurang ramah (33,3%). Khusus terhadap kinerja perawat, keluhan terbesar adalah perawat jarang menengok pasien bila tidak diminta dan bila dipanggil tidak segera datang perawat datang sekitar 10 menit, Wahyuni (2015). Keadaan tersebut diperkirakan juga dapat disebabkan oleh karena jumlah sumber daya perawat itu tersendiri belum memadai, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih sangat rendah. Menurut Kemenkes RI (2015) jumlah dokter umum sekitar 40.787, sedangkan rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk 40 : 100.000 penduduk, jumlah perawat di Indonesia saat ini sekitar 237.181, sedangkan rasio perawat terhadap jumlah penduduk yaitu 158 : 100.000 penduduk. Jumlah bidan 124.948, sedangkan rasio bidan terhadap penduduk yaitu 100 : 100.000 penduduk. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih sangat terbatas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014, p.10) mengenai hubungan penerapan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang rawat inap kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dikemukakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien paling banyak dikategorikan “cukup” dengan 49,4%, kategori “kurang” sebanyak 28,6% dan paling sedikit dikategorikan “baik” dengan 3,9%. Penelitian ini juga mengimformasikan penerapan asuhan keperawatan oleh 77 orang responden pada masing-masing item sebagi berikut: pengkajian yaitu 34 orang (44,2%), diagnosa hanya 27 orang (35,1%), perencanaan 33 orang (42,9%), implementasi 36 orang (46,8%), evaluasi 33 orang (42,9%). Oleh

1

karena itu, penerapan asuhan keperawatan harus ditingktakan terutama pada 5 proses keperawatan tersebut yang masih rendah.

METODE Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional study. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara terpimpin. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18-21 Juli tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner dan bentuk pilihan jawaban menggunakan skala likert yang terdiri dari 30 pernyataan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan teknik Proportional Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh Tahun 2016 berjumlah 112 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 orang. Uji analisa data yang dilakukan adalah univariat.

HASIL Tabel 1. Data Demografi Perawat Pelaksana Data demografi Umur a. Dewasa muda (21-30 tahun) b. Dewasa tengah (31-40 tahun) c. Dewasa Tua (41-50 tahun) Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan Pendidikan Terakhir a. DIII Keperawatan b. S-1 Keperawatan & profesi Status Kepegawaian a. PNS b. Non PNS Pengalam Bekerja a. 1-4 Tahun b. 5-10 Tahun c. > 10 Tahun

f

%

23

39,7

31

53,4

4

6,9

23 35

39,7 60,3

42

72,4

16

27,6

22 36

37,9 62,1

20 33 5

34,5 56,9 8,6

Berdasarkan data demografi dari jumlah responden 58 orang dapat disimpulkan bahwa kategori umur didapatkan data lebih banyak responden yang berumur sekitar 31-40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (53,4%), jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah 35 orang (60,3%), pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah DIII Keperawatan/Diploma dengan jumlah 42 orang (72,4%), status pekerjaan responden terbanyak adalah Non PNS dengan jumlah 36 orang (62,1%) dan pengalaman kerja responden yaitu 33 orang (56,9%) pada kategori 5-10 tahun. Penerapan Asuhan Keperawatan oleh perawat pelaksana yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Dikatakan kedalam kategori baik apabila nilai yang di dapat x ≥ 123,3 dan dikatakan kurang baik jika nilai yang ditemukan x < 123,3. Tabel 2. Data Penerapan Asuhan Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Asuhan Keperawatan Baik

f

%

32

55,2

Kurang Baik

26

44,8

Berdasarkan hasil analisis tabel 2 didapatkan bahwa penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa kebanyakan pada kategori baik yaitu 32 responden (55,2%) dan 26 responden (44,8%) pada kategori kurang baik. Tabel 3. Data Pengkajian Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Pengkajian Keperawatan Baik Kurang Baik

f

%

39 19

67,2 32,8

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan menunjukkan pada tabel.3 diperoleh hasil 67,2% atau 39 responden kebanyakan berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perawat telah melakukan pengkajian keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

2

Tabel 4. Data Diagnosa Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Diagnosa Kerawatan

f

%

Baik Kurang Baik

45 13

77,6 22,4

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menunjukkan pada tabel. 4 diperoleh hasil 77.6% atau 45 responden kebanyakan berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perawat telah melakukan diagnosa keperawatan kepada pasien dengan baik. Tabel 5. Data Perencanaan Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Perencanaan Kerawatan Baik Kurang Baik

f

%

47 11

81,0 19,0

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menunjukkan pada tabel. 5 diperoleh hasil 81,0% atau 47 responden kebanyakan berada pada kategori baik. Hasil ini menujukan bahwa perawat telah melakukan perencanaan keperawatan kepada pasien dengan baik. Tabel 6. Data Implementasi Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Implementasi Kerawatan Baik Kurang Baik

f

%

23 35

39,7 60,3

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menunjukkan pada tabel. 6 diperoleh hasil 60,3% atau 35 responden kebanyakan berada pada kategori kurang baik dan 23 (39,7%) responden berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perawat belum melakukan implementasi keperawatan kepada pasien dengan baik. Tabel 7. Data Evaluasi Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Evaluasi Kerawatan Baik Kurang Baik

f

%

45 13

77,6 22,4

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menunjukkan pada tabel. 7 diperoleh hasil 45 (77,6%) responden kebanyakan berada pada kategori baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa perawat telah melakukan evaluasi keperawatan kepada pasien dengan baik.

PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan dikatakan baik apabila perawat sudah melaksanakan tahaptahap dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yaitu: tahap pengkajian keperwatan, tahap diagnosa keperawatan, tahap perencanaan keperawatan, tahap implementasi keperawatan, dan tahap evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang kreatif untuk memberikan pelayanan keperawatan, namun asuhan keperawatan juga cukup fleksibel untuk digunakan disemua lingkup keperawatan (Potter & Perry, 2005, p.137). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneleitian yang dilakukan oleh Syamsudin (2004) mengenai hubungan penerapan standar asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yaitu menunjukkan bahwa penerapan SAK di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 63,33% dinyatakan kategori cukup, 36,37% dinyatakan dalam kategori baik dan tidak ada yang termasuk kategori kurang. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh kebanyakan berada pada kategori baik, artinya perawat sudah mampu memberikan pelayanan keperawatan pada pasien khususnya pada asuhan keperawatan. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana dalam tahap pengkajian di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh sudah baik dalam melakukan pengkajian terhadap pasien sejak pasien masuk rumah sakit. Menurut Potter dan Perry, 2005, p.144 mengatakan bahwa pengkajian merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi

3

dan komunikasi tentang pasien. Dimana tujuan pengkajian adalah mendapatkan data dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien. Kriteria pengkajian keperawatan meliputi: pertama pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Kedua, sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medik, dan catatan lain masa lalu, status kesehatan pasien saat ini, status bio, psiko, sosial spiritual, respon terhadap terapi. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-resiko tinggi terhadap masalah. Kegiatan utama yang dilakukan dalam tahap pengkajian ini antara lain pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna merumuskan diagnosis keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Biki mengenai gambaran kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruangan interna di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan pengkajian dengan baik yaitu 22 orang (52,4%), 18 orang (42,9%) melaksanakan pengkajian dalam kategori cukup dan 2 (4,8%) orang melaksanakan pengkajian dengan kategori kurang. Maka dari itu, tahap pengkajian keperawatan perawat pelaksana sudah sangat baik dalam melakukan pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna merumuskan diagnosis keperawatan. Hal tersebut dikarenakan perawat ruangan sangat paham mengenai pengkajian keperawatan maupun prosesnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan diagnosa keperawatan, perawat pelaksana telah mengklasifikasikan dan menganalisa data/hasil pengkajian keperawatan. Dimana perawat telah merumuskan suatu prioritas permaslahan pasien degan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat (Potter dan Perry, 2005, p.166) bahwa proses diagnostik mencakup analisis kritis dan interpretasi data, identifikasi

masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan. Demikian juga dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Biki mengenai gambaran kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruangan interna di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015 menunjukkan sebagian besar responden melaksanakan diagnosa keperawatan dengan baik yaitu sebanyak 23 (54,8%) responden, kemudian yang cukup baik dalam melaksanakan diagnosa sebanyak 17 orang (40,5%) dan yang masih kurang dalam melaksanakan diagnosa keperawatan sebanyak 2 orang (4,8%). Menurut asumsi peneliti pemahaman responden tentang diagnosa keperawatan tidak terlepas dari tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah lulusan DIII dan S1 keperawatan + profesi. S1 Keperawatan + Profesi 16 ( 27,6% ) responden dan DIII Keperawatan 24 (72,4%) responden. Dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan responden yang tinggi maka pemahaman dan ketampilan responden dalam menegakkan diagnosa keperawatan juga semakin meningkat. Menurut Ilyas (2002) bahwa, pendidikan menggambarkan ketrampilan dan kemampuan idividu. Selain itu, melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektualnya, sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa perawat pelaksana telah melakukan asuhan keperawatan pada tahap perencanaan/intervensi keperawatan dimana tujuannya berpusat pada pasien, dan hasil yang diperkirakan ditentukan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan (Potter & Perry, 2005, p.180). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiyati mengenai Hubungan Pengetahuan Perawat dalam Dokumentasi Keperawatan dengan Pelaksanaannya di Rawat Inap RSI Kendal tahun 2015, penelitian ini menjelaskan bahwa dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit Islam Kendal berada dalam kategori baik yaitu 24

4

orang (80,0%) sedangkan yang tidak lengkap, yaitu terdiri dari pengkajian 20%, diagnosa 12,6%, perencanaan 28%, implementasi 3% dan evaluasi 8%. Menurut Nursalam (2001), rencana keperawatan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi. Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien. Menurut asumsi peneliti perawat telah melakukan perencanaan keperawatan, menentukan tujuan, dan telah memilih intervensi yang baik untuk mencapai tujuan keperawatan. Hal itu dikarenakan oleh tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah lulusan DIII dan S1 keperawatan. S1 Keperawatan + Profesi sebanyak 16 ( 27,6% ) responden dan DIII Keperawatan 24 (72,4%) responden. Sehingga, dengan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki responden dimasa pendidikan menjadikan mereka mampu secara menyeluruh dalam melakasanakan perencanaan keperawatan dengan baik. Hal ini didukung oleh Siagian (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pengetahuannya. Implementasi yaitu melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (Kozier, 2010, p.429) Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Supratman dan Utami mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan ditinjau dari beban kerja perawat tahun 2009. Penelitian ini menjelaskan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap implementasi keperawatan termasuk kedalam kategori baik yaitu 27 (84,4%) responden, sedangkan 5 (15,6%) responden termasuk dalam kategori buruk. Melihat masih belum maksimalnya penerapan asuhan keperawatan pada tahap implementasi keperawatan maka menurut asumsi peneliti hal ini dapat dipengaruhi oleh umur responden yang termasuk pada kelompok dewasa tengah (31-40 tahun) sebanyak 31 (53,4%) responden. Sebagaimana diungkapkan

Robins (2003) yaitu ada keyakinan bahwa kinerja seseorang akan merosot seiring dengan meningkatnya usia. Selain itu peneliti juga berasumsi bahwa status kepegawaian perawat pelaksana juga sangat mempengaruhi, dimana perawat non PNS sebanyak 36 (62,1%) responden sedangkan perawat PNS sebanyak 22 (37,9%) responden. Menurut Ilyas (2002) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu motivasi dan kemampuan. Semakin tinggi motivasi kerja dan kemampuan staf maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan, sebaliknya semakin rendah motivasi dan kemampuan staf maka semakin rendah pula kinerjanya. Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan berupa perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila hasil menunjukkan ketercapaian tujuan dan kriteria hasil, maka pasien keluar dari siklus proses keperawatan, namun apabila sebaliknya, maka pasien masuk ke dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian ulang (Potter & Perry, 2005). Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan terkait dengan hasil-hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan. Menurut asumsi peneliti tahap evaluasi yang baik ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden sehingga menunjang kinerja responden dalam mererapkan asuhan keperawatan khususnya dalam menerapkan tahapan evaluasi keperawatan.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan asuhan

keperawatan oleh perawat pelaksana kebanyakan berada pada kategori baik (55,2%) ditandai dengan tahap pengkajian keperawatan pada kategori baik (67,2%), tahap diagnosa keperawatan pada kategori 5

baik (77,6%), tahap perencanaan keperawatan pada kategori baik (81,0%), tahap implementasi keperawatan pada kategori kurang baik (60,3%) dan tahap evaluasi keperawatan pada kategori baik (77,6%). Disarankan agar Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dapat meningkatkan dalam pemberian sarana dan prasarana yang memadai bagi setiap stafnya khususnya kepada perawat pelaksana. yaitu dengan mengadakan pelatihanpelatihan pengembangan skill bagi setiap stafnya yang merata dan memfasilitasi perawat pelaksana yang ingin melanjutkan pendidikan berkelanjutan.

REFERENSI Budiarto, E. (2002). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC. Biki, P.A.U, (2015). Gambaran Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Interna di RSUD PROF. DR.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo: Jurnal Keperawatan. Diakses pada tanggal 16 juli 2016 dari www.kim.ung.ac.id Rosdahl, B. C. & Kowalski, T. M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Ed.10.Vol 1. Jakarta: EGC. Depkes. (2005). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 836/MENKES/SK/2005, tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan. Jakarta.

Hidayat, A. A. A. (2011). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika Ilyas, Yaslis. (2002), Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari http://www.kemenkes.go.id. Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik edisi 7 Volume. Jakarta: EGC. Potter, P. A &Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC. Syamsudin, (2004). Hubungan penerapan standar asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan diruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Thesis (Publikasi): Universitas Diponegoro. Di diakses pada tanggal 16 juli 2016 dari www. eprints.undip.ac.id. Sumijatun, (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari http://www.binfar.kemkes.go.id./uu.44_20 09 Rumah Sakit.pdf Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari http://www.kemenkopmk.go.id.

6