PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA

Download PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU. SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN. BILANGAN BULAT. DI SMP. Ana, Rif'at, Hamdani. Progr...

1 downloads 397 Views 258KB Size
PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP Ana, Rif’at, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : [email protected] Abstrak : Judul penelitian ini adalah “Penerapan Teori Bruner Berbantuan Kartu Sapura Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Di SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 1 Tekarang Kab.Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Sampel penelitian ini adalah 28 siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 25%. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa dengan menerapkan teori Bruner berbantuan kartu Sapura pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tidak mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sedangkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi dengan skor rata-rata yaitu 2,63. Kata kunci : Teori Bruner, Kartu Sapura, ketuntasan hasil belajar, motivasi belajar Abstract : The title of this research is “Application of Bruner’s Theory assisted Sapura card of the addition and subtraction of integer in junior high school”. This research aims to determine mastery of learning result and learning motivation of students in addition and subtraction of integer in grade VII SMP Negeri 1 Tekarang Kab.Sambas West Borneo Province. The research method that used is a quasi-experimental and the research design that used is a one shot case study. The study sample is 28 students. The results of data analysis showed that the mastery learning students only reach 25% . It caused the student’s result that was applying with the Bruner’s Theory assisted Sapura card in addition and subtraction of integer not achieve mastery in the classical learning while learning motivation of student’s was high with the average score is 2.63. Keywords: Bruner’s Theory, Sapura Cards, Mastery of Learning Result, Learning Motivation

Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi siswa SMP, karena operasi hitung tersebut sudah pernah diajarkan waktu di Sekolah Dasar. Namun demikan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMP yang tidak menguasai kompetensi submateri tersebut. Hasil prariset peneliti di SMP Negeri 1 Tekarang menunjukkan bahwa 89 % siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Selama ini pengajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 1 Tekarang disajikan secara simbolik. Penyajian semacam ini tidak mudah dipahami oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu, untuk membantu siswa memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa yang meliputi tahap enaktif, ikonik dan simbolik (Wiranataputra, 2007). Tahap penyajian enaktif yaitu penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki karakter manipulasi yang tinggi (Wiranataputra, 2007). Pada tahap ini, para siswa mempelajari matematika dengan menggunakan sesuatu yang “konkret” atau “nyata” yang berarti dapat diamati dengan panca indera (Shadiq dan Mustajab, 2011). Tahap penyajian ikonik yaitu penyajian yang dilakukan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang menggambarkan suatu konsep tetapi tidak mendefinisikannya (Wiranataputra, 2007). Pada tahap simbolik, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Bistari, 2012). Teori tersebut lebih dikenal dengan teori Bruner. Bruner (dalam Bistari, 2012), berpendapat bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga. Jadi, untuk mendukung tahap pembelajaran Bruner, maka digunakanlah suatu media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Salah satunya adalah media kartu Sapura. Media kartu Sapura yakni media kartu berbentuk persegi dan persegi panjang yang digunakan sebagai perwakilan satuan, puluhan dan ratusan (Bistari, 2012). Penggunaan media kartu Sapura bertujuan untuk mempermudah pemahaman siswa tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penjumlahan artinya menggabungkan sejumlah kartu yang bertanda sama atau berbeda tanda sehingga diperoleh pasangan kartu bertanda positif dan kartu bertanda negatif. Kemudian, menuliskan sisa kartu yang tidak mendapatkan pasangan sebagai hasil akhir. Pengurangan artinya mengambil kartu yang perlu diambil, menambahkan kartu yang kurang dan yang akan diambil, kemudian menuliskan sisa kartu yang tidak mendapatkan pasangan sebagai hasil akhir. Pembelajaran berbantuan media memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu, yaitu Yulianti (2012) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran langsung berbantuan media kartu bertanda di kelas VII Paket B SKB Kota Pontianak dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan teori Bruner berbantuan kartu Sapura pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Indikasi keberhasilan penelitian akan ditunjukkan

dengan tuntasnya hasil belajar siswa secara klasikal yaitu apabila 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai 62% dari nilai maksimal (sesuai ketetapan di SMP Negeri 1 Tekarang) dan tingginya motivasi belajar siswa. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one shot case study yang dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 1 Rancangan penelitian one shot case study Kelas Perlakuan X O (Sugiyono, 2008) Populasi penelitian ini berjumlah 114 siswa dengan sampel penelitian adalah 28 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan guru dan peneliti. Pengambilan sampel dilihat berdasarkan rata-rata NEM siswa, kelas yang rata-rata NEM nya terendah akan menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa tes tertulis (post-tes) berbentuk uraian dan teknik komunikasi tidak langsung berupa angket motivasi belajar. Instrumen penelitian divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Matematika FKIP Untan dan dua orang guru SMP Negeri 1 Tekarang dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang disusun tergolong sedang dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,54. Hasil post-tes dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P(n) = x 100 %. Sedangkan, angket motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan aturan skala likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket motivasi belajar ini berjumlah 26 pernyataan yang terdiri dari 19 pernyataan favorable dan 7 pernyataan unfavorable.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis post-tes dapat disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Deskripsi hasil analisis post-tes Keterangan Nilai Jumlah Skor 664 Rata-rata Skor 23.71 Jumlah Nilai 1509.1 Rata-rata Nilai 53.90 Nilai Tertinggi 81.82 Nilai Terendah 22.73 Jumlah Siswa Tuntas 7 Persentase Ketuntasan 25% Jumlah Siswa Tidak Tuntas 21 Persentase Siswa Tidak Tuntas 75% Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa dapat disajikan pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Distribusi frekuensi motivasi siswa Motivasi Frekuensi Persentase 0 0% Sangat Rendah (SR) 0 0% Rendah (R) 2 7.1 % Sedang (S) 18 64.3 % Tinggi (T) 8 28.6 % Sangat Tinggi (ST) 28 100 % Jumlah Hasil analisis angket motivasi belajar siswa dapat disajikan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Deskripsi hasil analisis angket motivasi belajar siswa Jumlah Jumlah skor Rata-rata Motivasi responden 28 1917 2.63 Tinggi Untuk melihat hasil belajar siswa diberikanlah post-test sebanyak 16 soal yang terdiri dari 8 soal essay (nomor 1a,1b,1c dan 3a,3b,3c,3d,3e) dan 8 soal isian singkat (nomor 2a,2b,2c,2d dan 4a,4b,4c,4d). Soal essay ini bertujuan untuk melihat pemahaman siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dengan bantuan media kartu Sapura (enaktif, ikonik, dan simbolik). Sedangkan soal isian singkat bertujuan untuk melihat pemahaman siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat tanpa menggunakan media kartu Sapura (simbolik).

Siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila terdapat lebih dari atau sama dengan 85% siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 62 dari hasil post-test yang diberikan pada akhir pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 28 siswa yang mengikuti tes terdapat 7 siswa yang tuntas (25%) dan 21 siswa yang tidak tuntas (75%). Hal ini menyebabkan pembelajaran dengan menerapkan teori Bruner berbantuan kartu Sapura pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tidak tuntas secara individu dan tidak tuntas secara klasikal. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa terdapat 8 siswa dengan kategori motivasi sangat tinggi (ST), 18 siswa dengan kategori motivasi tinggi (T), dan 2 siswa dengan kategori motivasi sedang (S). Sedangkan pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa skor rata-rata yang diperoleh yaitu 2,63 sehingga berdasarkan penggaris panduan dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Tingginya motivasi belajar siswa ini kontradiksi dengan ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 25% tetapi motivasi belajar siswa tinggi. Seharusnya, semakin tinggi motivasi belajar siswa, semakin tinggi pula hasil belajarnya. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu Mulyani (2006), Hamzah dan Ismail (2009). Adanya kontradiksi antara ketuntasan hasil belajar dengan motivasi belajar siswa terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dikarenakan proses kegiatan belajar di dalam kelas. Berdasarkan pengamatan di lapangan diduga yang menyebabkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal belum terpenuhi karena penerapan teori Bruner berbantuan kartu Sapura kurang maksimal. Dalam proses kegiatan belajar mengajar pada pertemuan pertama dan kedua, guru (peneliti) menggunakan media kartu Sapura yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi. Tetapi, penggunaan media ini ternyata memakan waktu yang cukup lama, sehingga pada pertemuan pertama ada kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana, seperti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya menanggapi hasil presentasi temannya dan membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Kegiatan diskusi pada pertemuan pertama ini dapat terlaksana, tetapi tidak maksimal dikarenakan waktu yang terbatas. Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran semuanya terlaksana tetapi belum maksimal. Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan terbatas, sehingga guru (peneliti) dalam menjelaskan materi masih terhitung cepat bagi siswa. Selain itu, kegiatan diskusi pada pertemuan kedua ini tidak berjalan dengan baik, hanya sebagian siswa dalam kelompok yang benar-benar mengerjakan LKS dan tidak semua soal yang ada di LKS dikerjakan oleh siswa, hanya soal isian singkat yang dikerjakan oleh siswa. Kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana dan kegiatan pembelajaran yang tidak maksimal seperti yang telah diuraikan diatas dapat mempengaruhi ketuntasan hasil belajar siswa, karena dalam proses kegiatan belajar dengan menerapkan teori Bruner, siswa diharapkan dapat mengotak-atik alat peraga yang digunakan dalam memahami suatu konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Bistari, 2012), yang mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu

konsep matematika. Tetapi, dalam proses kegiatan belajar di kelas hal tersebut tidak terlaksana dengan baik. Selain itu, penyampaian materi yang masih terhitung cepat bagi siswa menyebabkan banyak siswa tidak memahami materi yang disampaikan. Kedua, perencanaan yang salah. Berdasarkan soal post-tes yang dibuat peneliti, terdapat 50% soal yang menuntut siswa untuk menggunakan media dalam menyelesaikan soal, sedangkan waktu yang tersedia terbatas, sehingga banyak siswa yang tidak menjawab soal post-tes. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dibuat peneliti tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran siswa SMP yang sudah mampu mengkomunikasikan gagasan secara simbolik. Karena terjadi kesalahan dalam merumuskan tujuan pembelajaran, maka indikator soal serta bentuk soal yang dibuat peneliti juga tidak sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran matematika yang seharusnya dimiliki siswa SMP. Ketiga, alat yang digunakan dalam mengukur motivasi itu sendiri. Berdasarkan pengamatan dilapangan, diduga yang menyebabkan tingginya motivasi belajar siswa adalah penggunaan media kartu Sapura yang merupakan sesuatu hal yang baru dalam pembelajaran di kelas dibanding dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelumnya yang memang tidak pernah menggunakan media pembelajaran yang menunjang materi bilangan bulat khususnya pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Menurut pendapat Hamalik (dalam Arsyad, 2010), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta membangkitkan motivasi. Tetapi, tingginya motivasi siswa dalam belajar tidak memiliki dasar yang kuat karena peneliti hanya menggunakan angket dalam melihat motivasi belajar siswa dan angket tersebut diberikan setelah siswa mengerjakan soal post-tes dan waktunya juga cukup singkat sehingga diduga siswa tidak serius dalam mengisi angket tersebut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan teori Bruner berbantuan kartu Sapura pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tidak mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 25%. Motivasi belajar siswa setelah menerapkan teori Bruner berbantuan kartu Sapura pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tergolong tinggi dengan skor rata-rata yaitu 2,63.

DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers Bistari. 2012. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Pontianak : FKIP UNTAN Hamzah, Moh dan Ismail. 2009. Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di Kejar Paket C PKBM Sultan Agung Kesambi Kota Cirebon. EduMa. (Online), Vol. 1, No. 2, 101 – 112, (http://edumajournal.files.wordpress.com, diakses 11 Desember 2012) Mulyani. 2006. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu, (Online), (http://arimath.weebly.com , diakses 11 Desember 2012) Shadiq, Fajar dan Mustajab, Nur Amini. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta : PPPPTK MATEMATIKA. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta Wiranataputra, Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka Yulianti, Seselia. 2012. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Media Kartu Bertanda di Kelas VII Paket B SKB Kota Pontianak. Skripsi tidak diterbitkan. Pontianak: FKIP UNTAN PONTIANAK