PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH PERTANIAN

Download Sistem-Sistem Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. 2 ... motivasi, komunikasi PPL terhadap tingkat adopsi petani padi bai...

0 downloads 480 Views 503KB Size
PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT PETANI PADI DI SLPTT KABUPATEN BONE EFFECTS OF SOCIOPSYCHOLOGICAL ASPECTS OF FIELD EXTENTION AGENTS TO THE RATE OF ADOPTION OF INTEGRATED CROP MANAGEMENT TECHNOLOGY OF RICE FARMERS IN SLPTT, BONE REGENCY Andi Murtiningsi,1 A.Rahman Mappangaja,2 Eymal B.Demmallino2 1

Sistem-Sistem Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 2 Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi Andi Murtiningsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085299909968 Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini berawal dari asumsi penyuluh sebagai pemandu lapang dalam penyuluhan terutama dalam pelaksanaan SL-PTT mendampingi petani dalam usahataninya dan dalam mengadopsi teknologi PTT padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi dan komunikasi PPL terhadap tingkat adopsi petani padi. Desain penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan sampel 176 penyuluh dan petani yang dipilih secara sample random sampling. Data diperoleh melalui dokumentasi, observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data dengan analisis statistic regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi, komunikasi PPL terhadap tingkat adopsi petani padi baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani padi berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 3,601 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,034 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 3,753 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,035 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 5,317 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Secara simultan ketiga variabel independen berpengaruh terhadap adopsi teknologi PTT petani berdasarkan hasil uji F yaitu diketahui fhitung > ftabel yaitu 13,622 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Besarnya pengaruh ketiga variabel independen secara bersama-sama terhadap tingkat adopsi petani yaitu dengan nilai R2 0,520 atau 52 % yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh ketiga variable independen secara bersama-sama terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi sebesar 52% dan sisanya 48% oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Disimpulkan bahwa sikap, motivasi dan komunikasi PPL secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani. Kata kunci : Sikap, motivasi, komunikasi, adopsi petani.

Abstract This study started from assumption extension as field workers as guides in counseling, especially in the execution SL-PTT assist farmers in farming and adopting technology rice PTT. This study aimed to determine effect of attitudes, motivation and communication PPL on the level of adoption of rice farmers. Design research is a quantitative research with sample 176 extension and farmers were selected by random sampling sample. Data obtained through documentation, observations and interviews using questionnaires. Data analysis with multiple linear regression analysis to determine the effect of attitudes, motivation, communication PPL to adoption rate rice farmers either individually or together. The results showed that attitudes influence significantly of adoption farmer rice based result t test: thitung> ttabel is 3.601 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.034 < α0,05 at level of 95%. Motivations significantly influence of adoption farmer rice based results t test: thitung > ttabel is 3.753 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.035 < α0, 05 at level of 95%. Communication significantly influence of adoption farmer rice based results t test: thitung > ttabel is 5.317 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.000 < α0, 05 at the level of 95%. Simultaneously three independent variables affect the adoption technology farmers PTT based result F test are Fhitung > Ftabel is 13.622 > 2.35 and 0.05 is smaller significance 0.000 <0.05. Influence of three independent variables together to adoption rate of farmers with R2 0.520 or 52% means 52% increase in farmer adoption can be explained by three variables, remaining 48% by other variables that are not explained in this study. Conclusion that attitudes, motivation and communication PPL, individually or collectively together affect the adoption rate of farmers. Key word : attitude, motivation, communication, adoption farmers.

PENDAHULUAN SLPTT sebagai proses pembelajaran dan penyuluhan sebagai metode penyebaran PTT bertujuan mempercepat alih teknologi ke petani untuk meningkatkan produksi usahatani. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya yang relatif cukup dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemanfaatan sumber daya alam (Mukmin 1992 dalam Hawkins dkk., 199). Fenomena keseharian PPL di kabupaten Bone yang memiliki pandangan atau sikap yang berbeda terhadap kegiatan penyuluhan dalam SL-PTT di wilayahnya, fenomena rendahnya motivasi PPL dan variasi kemampuan komunikasi PPL terhadap petani sehingga berdampak pada penyampaian pesan transfer teknologi dari PPL pada petani. Stigma menurunnya kinerja penyuluh yang dinilai kurang maksimalnya penyuluhan perlu segera di perhatikan (kompas, 16 September 2012).Laporan penelitian Sihana, efektivitas penyuluh pertanain di dinas pertanian Kabupaten Jepara, 2003 menunjukkan bahwa sikap komunikasi penyuluh pertanian mempunyai hubungan yang signifikan terhadap efektifitas penyuluhan pertanian (Sihana, 2003). Sikap dalam penelitian ini adalah suatu pandangan atau ketetapan hati PPL terhadap pekerjaannya (sebagai penyuluh dan pendamping dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT) yang akan diikuti perbuatan dengan menunjukkan penguasaan tugas, kepercayaan terhadap pelaksanaan tugas, dan dedikasi disiplin dalam perilaku hidup keseharian sesuai dengan statusnya. sikap adalah “predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu”. Dengan sikap baik PPL sehingga petani juga menerima keberadaan PPL dengan baik. Penerimaan baik petani melahirkan perubahan sikap dalam diri petani, baik perubahan sikap dan perilaku terhadap inovasi teknologi PTT padi di SL-PTT. Terdapat hubungan yang nyata antara penyuluhan dengan sikap dan tingkat adopsi petani terhadap inovasi (Baharuddin, 2010). Motivasi dalam penelitian ini sebagai kemampuan atau dorongan dari dalam diri PPL dalam melaksanakan tugasnya dan memberi dorongan kepada petani peserta SL-PTT padi dalam mengadopsi teknologi PTT padi. PPL akan terdorong untuk bekerja mendampingi petani dengan sungguh-sungguh apabila terjadi kesesuaian antara harapan PPL dengan hasil yang diperoleh, maka mereka akan termotivasi untuk bekerja lebih efektif. Dalam lingkup kerja motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja (Irwanto, 1989). Komunikasi dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan PPL dalam tugasnya sebagai penyuluh menyampaikan pesan atau membimbing petani peserta SL-PTT yang akan memudahkan petani mengadopsi teknologi PTT padi. Komunikasi merupakan suatu usaha

manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan ataupun pengalamannya. Komunikasi adalah aktivitas pokok pada kehidupan organisasi atau sistem sosial dalam pertukaran informasi atau pengiriman pesan (Umar, 2002). Komunikasi sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan maupun tulisan maupun menggunakan alat komunikasi (Gito sudarmo & Sudita, 1997). Dengan lancarnya komunikasi antara atasan dan bawahan dan sebaliknya, dan atau diantara anggota organisasi akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi. Hal tersebut sesuai tugas Penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan yang intinya adalah penyampaian pesan berupa paket teknologi PTT atau informasi berupa hasil penelitian agar dapat diimplementasikan oleh para petani (Mardikanto,1993).

BAHAN DAN METODE Lokasi Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone pada unit-unit SL-PTT dan di BP4K. Jenis penelitian digolongkan dalam kuantitatif dengan desain penelitian berdasarkan expost facto yaitu menganalisis dan menilai peristiwa faktual dilapangan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PPL yang ada diwilayah BP4SL-PTT Kabupaten Bone. Sampel sebanyak 176 0rang yang dipilh secara sample random sampling pada 11 kecamatan dan 88 desa. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dokumentasi, observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sikap, motivasi dan komunikasi PPL dan data tingkat adopsi teknologi petani diukur dengan wawancara jmenggunakan kuesioner. Analis Data Untuk keperluan analisis data dalam penelitian ini, digunakan analisis statistik regresi linier berganda, untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama-sama. Data diolah dengan menggunakan bantuan progaram komputer SPSS versi 17.0.

HASIL Karakteristik Sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik penyuluh dan petani yang menjadi sampel penelitian.Sebagian besar umur penyuluh berada pada umur 36-40 tahun yakni 21 orang (11,93) dan yang paling sedikit berumur ≤30 tahun ke bawah yaitu penyuluh sebanyak 3 orang (1,70%), sedangkan petani terbanyak pada umur 41-45 sebanyak 21 orang (11,93) dan yang paling sedikit ≤30 tahun yaitu 7 orang (3,98%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya penyuluh berumur produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan formal responden menunjukkan bahwa pendidikan penyuluh tertinggi yaitu S1 sebanyak 60 orang (34,1%) dan yang paling sedikit yaitu diploma sebanyak 2 orang (1,13%). Sedangakn pendidikan petani tertinggi yaitu SMA sebanyak 42 orang (23,86%) dan yang paling sedikit SD sebanyak 11 orang (6,25%). Adapun hasil analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mendapatkan formula persamaan yang diolah melalui program SPSS Versi 17.0. Tabel 2 memperlihatkan hasil analisis regresi linier berganda dengan formula persamaan : Ŷ = 0+

Χ +

Χ +

Χ

Y = 1.432 + 0,267X1 + 0,263X2 + 0,549X3 Dari persamaan regresi linier berganda seperti di atas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Nilai koefisien b0 (konstanta) sebesar 1.432 yang berarti bahwa apabila variabel independen konstan atau sama dengan nol, maka tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT akan berkisar 1,432. Nilai koefisien regresi β1 adalah 0,267X1 yang berarti bahwa apabila sikap PPL ditingkatkan sebesar satu satuan, maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,267 tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Nilai koefisien regresi β2 adalah 0,263X2 yang berarti bahwa apabila motivasi PPL ditingkatkan sebesar satu satuan, maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,263 tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Nilai koefisien regresi β3 adalah 0,549X3 yang berarti bahwa apabila Komunikasi PPL ditingkatkan sebesar satu satuan, maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,549 tingkat adopsi teknologi PTT petani padi dengan asumsi faktor lainnya konstan. Besarnya nilai koefisien korelasi berganda (R) adalah 0,721, hal ini menunjukan bahwa kuatnya pengaruh antara ketiga variabel independen dengan tingkat adopsi teknologi PTT petani padi sebesar 0,721 yang berarti bahwa variabel sikap, motivasi dan komunikasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT

Kabupaten Bone. Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yakni besarnya pengaruh ketiga variabel dependen secara bersama-sama terhadap variabel independen. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien determinasi 0,520, hal ini menunjukan bahwa besarnya pengaruh variabel independen terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi sebesar 0,520 (52%) sedangakan sisanya 48%(100% - 52% = 48%), dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu, sikap (X1), motivasi(X2), dan komunikiasi(X3), masing-masing secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap (Y), maka dilakukan dilakukan uji parsial atau uji t. Tabel 3 memperlihatkan Pengaruh variabel sikap (X1), Motivasi (X2) dan komunikasi (X3) terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y) dapat diketahui dengan uji t. Uji t dalam hal ini mempersyaratkan :  Jika thitung >ttabel =

Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y

 Jika thitung
Hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y.

Berdasarkan hasil uji diketahui t hitung pada sikap dari penelitian ini diketahui t hitung lebih besar dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 3,601 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,034 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel sikap (X1) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Berdasarkan hasil uji t pada motivasi dari penelitian ini diketahui t hitung lebih besar dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 3,753 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,035 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Berdasarkan hasil uji t hitung pada komunikasi diketahui t hitung lebih besar dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 5,317 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,000 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel komunikasi (X3) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Untuk mengetahui apakah ketiga variabel independen dalam penelitian ini secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen, maka dilakukan uji simultan atau uji F. Tabel 3 memperlihatkan hasil analisis F hitung untuk

mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian ini secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil uji f hitung pada ketiga variabel indevenden diketahui f hitung lebih besar dari F tabelnya sehingga Fhitung> Ftabel yaitu : 13,622 >1,71 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,000 < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu sikap (X1), motivasi (X2), sikap (X3) dan komunikasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SLPTT Kabupaten Bone, selain secara parsial juga secara simultan dipengaruhi oleh variabel sikap, motivasi dan komunikasi. Variabel bebas yang paling berpengaruh merupakan faktor yang paling kuat yang adalah variabel komunikasi. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam melaksanakan penyuluhan menyampaikan pesan/informasi pada petani sangat berpengaruh terhadap daya adopsi teknologi PTT petani dalam mengadopsi teknologi PTT padi. Penguasaan komunikasi yang berdasarkan pedoman, metode dan pendekatan penyuluhan akan memudahkan petani dalam mengadopsi teknologi PTT padi di SL-PTT.. Sikap dari hasil uji analisis diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya dan taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sikap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis pertama yang dijukan dalam penelitian ini dapat diterima. Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap PPL berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihana (2003) yang menganalisis efektivitas penyuluh pertanian lapangan di Dinas Pertanian Kabupaten Jepara, dengan kesimpulan bahwa sikap berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penyuluhan pertanian. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Baharuddin (2010) bahwa terdapat hubungan yang nyata antara penyuluhan dengan sikap dan tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi. Dengan hasil penelitian ini maka sikap terhadap tugas dan pekerjaan tetap perlu dimiliki dalam diri PPL khususnya dalam

pelaksanaan penyuluhan. Sikap baik PPL ditunjukkan oleh kesukaan PPL terhadap fungsi dan tugasnya, Kepercayaan dari atasan dan lingkungan kerjanya serta disiplin. motivasi dari hasil uji analisis diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya dan taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Disamping itu sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Abraham maslow, McClelland dan teori dua faktor bahwa motivasi sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Motivasi yang dimiliki oleh pegawai akan mendorongnya untuk melakukan pekerjaan dengan baik apabila tercapai kesesuain harapan (Hamzah,2012). Berdaraskan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka dalam adopsi teknologi PTT petani, motivasi penyuluh perlu menjadi strategi pengembangan sumber daya manusia yang untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat petani, maka peningkatan penyuluhan

diarahkan pada bagaimana mereka dapat memahami dan menguasai tugas,

memiliki keahlian/keterampilan (profesionalisme) dalam menjalankan tugas, memiliki sikap yang baik dalam memberikan pelayanan penyuluhan, dan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Peningkatan motivasi penyuluh harus memperhatikan berbagai faktor seperti sarana dan prasarana dalam penyuluhan, keamanan dan keselamatan kerja dalam melaksanakan penyuluhan, penghargaan, pengembangan diri dan upah yang mendorong peningkatan semangat dan motivasi penyuluh dalam melaksanakan pekerjaannya. Komunikasi dari hasil analisis uji-t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya dan taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani (Komunikasi menjadi variabel yang paling dominan diantara variabel lainnya), yang berarti bahwa peningkatan adopsi teknologi petani akan dicapai dengan kemampuan komunikasi PPL dalam melaksanakan penyuluhan yaitu dengan kejelasan informasi bahwa penyuluh dapat mengkomunikasikan pesan teknologi dengan baik, penyampaian pesan secara benar tidak berbelit-belit dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh petani sehingga saat

pertemuan terjadi dialog antara penyuluh dan petani, konsekuen dalam memberikan informasi bahwa informasi yang disampaikan tidak membingunkan petani serta sesuai dengan tujuan, kesesuaian waktu bahwa penyampaian informasi sesuai waktu yang tepat sehingga informasi mudah diterima dan dapat dilaksanakan oleh petani dan informasi sesuai dengan kebutuhan petani serta alat bantu yang digunakan penyuluh dalam menyampaikan informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihana (2003) dengan kesimpulan bahwa komunikasi yang lancar ada hubungan terhadap efektivitas penyuluhan. Hal itu juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Effendy 2001 dalam Marsudi, menyatakan komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak perubahan pada petani . Secara simultan ketiga variabel independen diketahui F hitung dari penelitian ini lebih besar dari F tabelnya sehingga Fhitung> Ftabel dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu sikap (X1), motivasi (X2), sikap (X3) dan komunikasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa sikap, motivasi dan komunikasi secara parsial dan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan daya adopsi teknologi PTT petani dalam kegiatan SL-PTT padi dapat dilakukan dengan peningkatan sikap, motivasi dan kemampuan komunikasi penyuluh pertanian lapangan. Variabel komunikasi yang paling berpengaruh dari ketiga variabel terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SLPTT, yang terdiri dari tingkat kejelasan pesan dengan penyampaian informasi secara jelas, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, konsekuen dalam melaksanakan komunikasi, waktu penyampaian pesan serta alat batu yang digunakan dalam penyampaian informasi atau dalam penyuluhan akan memperlancar tugas penyuluh pertanian lapangan sebagai komunikator penyampaian informasi teknologi pada petani. Upaya meningkatkan daya adopsi teknologi PTT petani perlu mendorong mengoptimalkan peningkatan sikap, motivasi dan komunikasi penyuluh. Dukungan sarana dan prasarana, keselamatan dan keamanan kerja dalam menyuluh, yang disediakan sesuai dengan kebutuhan dalam penyuluhan dan kesempatan pengembangan diri serta pemberian upah dan insentif akan sangat berpengaruh terhadap penyuluh dalam melaksanakan tugasnya.

Kepada PPL diKabupaten Bone untuk terus

meningkatkan teknik komunikasi yang efektif dalam melaksanakan penyuluhan maupun dalam menyampaikan materi penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA Baharuddin, S. (2010). “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan)”, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Pertanian UNHAS. http://www.unhas.ac.id/pertanian/index.php?option=com_docman&task=doc_details &gid=272&Itemid=74. Irwanto, dkk. (1989). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Harian Kompas Manado, Minggu, 16 September 2012. Kusmiyati., Maryani, A., dan Kusnadi, D. (2010). “Kinerja Penyuluh Pertanian PNS dalam Melaksanakan Tupoksi Di Kabupaten Bogor(Kasus di BP3K Cibungbulang)”, Laporan Hasil Penelitian, STTP Bogor. Diunduh pada tanggal 12 Februari 2012 dari http://www.stpp-bogor.ac.id/userfiles/file/10-Kusmiati%20edited.pdf. Hamzah B. Uno. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta. Marsudi. (2010). Evaluasi Petani Peserta Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padidi Kabupaten Ngawi, Tesis S2 Tidak Diterbitkan, Program Studi Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya. Mardikanto, T. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: UNS Press Sihana. (2003). Efektifitas Penyuluh Pertanian Lapangan Di Dinas Pertanian Kabupaten Jepara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro. Umar, H. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Umur Responden Penyuluh dan Petani Padi di SL-PTT Kabupaten Bone, 2012. No

Responden

Umur (Tahun)

Banyaknya orang

Persen (%)

1. Penyuluh

≤ 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 ≥51

3 14 21 19 17 14

1,70 7,95 11,93 10,80 9,66 7,95

2. Petani

≤ 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 ≥51

7 14 20 21 15 11

3,98 7,95 11,36 11,93 11,02 6,2

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013

Tabel 2. Hasil olahan Analisis Regresi Linier Berganda model

unstandardized

standar coef.

coefficients B

Std.Error

Beta

t

Sig.

1.564

.121

constan

1.423

915

sikap

.267

.244

.254

3.601

.034

motivasi

.263

.283

.244

3.753

.035

komunikasi

.549

.198

.566

5.317

.000

sumber : Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Signifikan Parsial ( uji - t ) model

Beta

t hitung

t tabel

sikap

.254

3,601

2,35

motivasi

.268

3,753

2,35

komunikasi

.566

5,317

2,35

Sumber : Data Primer Setelah Dioloah, 2013

Tabel.4. Ringkasan Hasil Uji Simultan (uji - F) Model

Sum Of Squares

df

Mean Square F.Hit

Regression

5.244

3

1.748

Residual

10.780

84

.128

Total

16.024

87

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

13.622

F.Tabel 1,71

Sig. 0,000