PENGARUH HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN SELAR

Download Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 1. PENGARUH HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN SELAR. KUNING (Selaroides leptolepis) YANG ...

0 downloads 364 Views 1MB Size
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 1

PENGARUH HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepis) YANG DIDARATKAN DI PPI DESA KRANJI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Faisol Mas‘ud *) *)

Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Islam Lamongan email : [email protected]

ABSTRAK Ikan selar kuning merupakan salah satu sumberdaya ikan ekonomis penting yang terdapat di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Nilai ekonomis yang tinggi disertai permintaan yang terus meningkat, menjadikan ikan ini sebagai salah satu target utama penangkapan. Namun pada kenyataannya sumberdaya ikan selar kuning mengalami tekanan penangkapan yang akan berdampak negatif terhadap populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilakukan di Perairan Paciran selama periode bulan Maret sampai Mei 2015, dengan tujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan, menentukan nilai hasil tangkapan per satuan upaya, dan menduga musim penangkapan yang baik, guna memberikan suatu usulan model pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut. Jenis data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuisioner, sedangkan data sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan upaya tangkap beberapa tahun terakhir, dokumen atau literature yang mendukung penelitian. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode penarikan contoh berlapis (stratified random sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan cara populasi dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya. Berdasarkan hasil, alternatif strategi pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning diantaranya adalah pencegahan overfishing dapat dilakukan dengan: (1) pengaturan alat tangkap, yakni pengaturan mesh size jaring muroami pada bagian kantong agar lebih besar dari 1 inchi; (2) pengaturan upaya penangkapan; (3) dalam jangka pendek dapat dilakukan schedule of fishing, yaitu kegiatan pengaturan penangkapan seperti adanya sistem buka tutup untuk suatu lokasi penangkapan; (4) perlunya menerapkan sistem monitoring serta pendataan secara sistematis dan kontinu terhadap produksi ikan yang bernilai jual, ikan konsumsi, bahkan ikan yang terbuang (by catch). Kata kunci : pengelolaan sumberdaya, ikan selar kuning, monitoring pendataan Tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak di kelola secara bijaksana sangat dikhawatirkan penmanfaatan secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran (Nikijuluw VPH, 2002). Pengelolaaan perikanan tangkap harus memberikan suatu upaya yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. Berdasarkan hal ini dilakukan kajian melalui data sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, menduga laju mortalitas dan eksploitasi. Ikan selar kuning merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Dengan semakin meningkatnya permintaan komoditas dan semakin bertambahnya angkatan

kerja disektor penangkapan mengakibatkan semakin meningkatnya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan karang. Penambahan jumlah upaya penangkapan pada batas waktu tertentu akan menyebabkan peningkatan produksi, tetapi apabila terus terjadi penambahan upaya, maka pada suatu saat akan terjadi penurunan stok. Apabila kondisi pola pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang ada pada saat ini tetap berjalan, diduga dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya bahkan dapat terancam punah. Permasalahan Ikan selar kuning adalah komoditas bernilai ekonomi tinggi di Kabupaten Lamongan. Selain alat tangkap bubu, alat tangkap yang

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 2

dominan untuk menangkap ikan ini adalah jaring muroami. Penggunaan alat tangkap ini menyebabkan tertangkapnya ikan‐ikan yang masih muda karena memiliki ukuran mata jaring pada kantong (cod end) yang sangat kecil yaitu hanya sekitar 2,54 cm. Kondisi tekanan penangkapan yang tinggi, volume produksi yang terus meningkat dan belum adanya kegiatan budidaya dapat mengakibatkan penipisan stok ikan atau menurunnya jumlah populasi ikan selar kuning di Perairan Paciran serta terjadinya upaya tangkap lebih (overfishing). Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengelolaan agar pemanfaatan ikan selar kuning yang berkelanjutan dapat tercapai. Dalam hal ini diperlukan informasi dasar mengenai biologi sumberdaya ikan selar kuning seperti pertumbuhan agar status populasi ikan selar kuning saat ini dapat diketahui. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan, menentukan hasil tangkapan per satuan upaya, dan menduga musim penangkapan yang baik, guna memberikan suatu usulan model pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pendaratan Pangkalan Ikan (PPI) Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan berat ikan contoh yang ditangkap di PPI Desa Kranji kecamatan Paciran dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2015 dengan interval waktu pengambilan setiap bulan. Fokus utama penelitian adalah para nelayan yang menangkap ikan selar kuning di perairan Paciran Kabupaten Lamongan dengan menggunakan alat tangkap yang dominan yaitu muroami di daerah sekitarnya dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dasar pertimbangan pemilihan PPI Kranji sebagai lokasi penelitian karena PPI tersebut merupakan satu‐satunya Pangkalan Pendaratan Ikan yang berlokasi di daerah Paciran Kabupaten Lamongan sehingga diharapkan informasinya dapat mewakili dan mencerminkan upaya pengelolaan sumberdaya

ikan selar kuning di perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan berkapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,5 gram, kamera digital, alat tulis. Bahan yang digunakan antara lain peta lokasi penelitian, data sheet, formulir kuisioner, dokumen‐dokumen, dan literatur yang mendukung penelitian. Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuisioner, sedangkan data sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan upaya tangkap beberapa tahun terakhir, dokumen atau literatur yang mendukung penelitian. Ikan contoh ditangkap dengan jaring muroami yang terdiri dari tiga bagian yaitu: mulut, badan, dan kantong. Ukuran mata jaring yang digunakan pada bagian mulut sebesar 3 inchi (7,62 cm), bagian badan sebesar 1 ¾ inchi (4,45 cm), dan bagian kantong sebesar 1 inchi (2,54 cm). Dari 13 jumlah nelayan muroami, ikan contoh yang diambil berasal hanya dari satu nelayan saja yang mendarat di PPI Desa Kranji dengan dasar pertimbangan mengambil 10% dari total jumlah nelayan muroami yang ada. Nelayan yang terpilih dilakukan secara acak dengan menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling). Ikan contoh diidentifikasi dengan cara mengamati morfologi ikan, yakni bentuk tubuh, sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral, sirip anal, sirip ekor, warna, dan ciri khusus lainnya. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode penarikan contoh berlapis (stratified random sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan cara populasi dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya. Ikan contoh dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu kecil (6‐12 cm), sedang (13‐20 cm), dan besar (>20 cm). Total ikan contoh yang diambil sebanyak 150 ekor setiap bulan. Ikan contoh kemudian diukur panjang dan berat. Panjang ikan yang diukur adalah panjang total yaitu panjang ikan dari ujung mulut terdepan sampai dengan ujung sirip ekornya. Ikan yang

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 3

telah diukur panjangnya langsung dipisahkan untuk dilakukan pengukuran berat. Pengambilan contoh responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja berdasarkan kesediaan anggota populasi. Menurut Bagenal T (1978), metode pengambilan contoh secara purposive (purposive sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengambilan contoh dilakukan terhadap nelayan yang dianggap mewakili sifat‐sifat dari keseluruhan nelayan yang menangkap ikan selar kuning di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Pengambilan contoh responden difokuskan pada satu jenis alat tangkap yaitu muroami. Jenis data yang dikumpulkan melalui kuisioner adalah sebagai berikut : 1. Jenis, ukuran, komposisi dan produksi ikan; seluruh jenis ikan yang tergolong dalam kategori ikan karang konsumsi akan dikumpulkan pada lokasi studi yang telah ditetapkan. Namun, dari seluruh ikan karang konsumsi tersebut akan difokuskan pada ikan selar kuning. 2. Jumlah dan kategori (tipe) kapal ikan; seluruh kapal yang menangkap ikan di wilayah perairan tersebut akan mendaratkan ikannya di PPI. 3. Alat tangkap; jenis data ini meliputi jenis, kategori dan jumlah alat tangkap yang beroperasi. 4. Lokasi penangkapan; karena setiap ikan memiliki lokasi penangkapan (fishingground) yang berbeda‐beda, oleh karena itu akan dilakukan inventarisasi lokasi penangkapan setiap ikan yang didaratkan. 5. Musim penangkapan; data ini meliputi waktu‐waktu penangkapan ikan laut, 6. Yaitu musim panen dan paceklik. 7. Nelayan; data nelayan yang relevan untuk dikumpulkan meliputi jumlah dan kategori nelayan. Data sekunder dapat didapatkan dari instansi terkait, baik yang ada di lokasi penelitian maupun yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Beberapa instansi yang dijadikan sumber bagi data sekunder antara lain : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan; Tempat Pelelangan Ikan Kranji. Jenis data yang diperlukan adalah: 1) Produksi (penangkapan) 2) Upaya/frekuensi lama/jumlah penangkapan 3) Sarana usaha perikanan (kapal, alat tangkap, dll)

4) Pemasaran (bentuk komoditas, tujuan, sistem pemasaran)

ANALISIS DATA Sebaran frekuensi panjang Sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang pada kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang (Lagler KF et all, 1977). Dalam penelitian ini, untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang menggunakan tahapan tahapan sebagai berikut 1) Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh data panjang total ikan selar kuning. 2) Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang ikan ditetapkan jumlah kelas sebanyak 22 kelas dengan interval sebesar 10 mm. 3) Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas. 4) Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas. 5) Menentukan nilai tengah kelas bagi masing‐masing kelas dengan merata‐ratakan 6) Limit kelas. 7) Menetukan frekuensi bagi masing‐masing kelas. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing‐masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Dapat terlihat juga pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka dilakuakn pemisahan distribusi normal. Menurut Brandt V (1984) metode yang dapat digunakan untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal dengan bantuan software program FISAT II. Parameter pertumbuhan (L∞,K) dan t0

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 4

Plot Ford‐Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama Brandt V (1984). Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai berikut : 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃 −𝐾(𝑡−𝑡 𝑜 ) Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t0 sama dengan nol, persamaan (1) dapat ditulis menjadi : 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃 −𝐾𝑡 Sehingga 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃 −𝐾𝑡 Untuk t sama dengan t+1 dan t sama dengan t, persamaan (2) bagi Lt+1‐Lt menjadi : 𝐿𝑡+1 − 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃 −𝐾(𝑡+1) − 𝐿∞ 1 − 𝜃 −𝐾𝑡 Sehingga 𝐿𝑡 + 1 − 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 𝑒 𝐾𝑡 (1 − 𝑒 −𝐾 ) Hubungan panjang berat Hubungan panjang berat digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik (Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan : 𝑊 = 𝑎 𝐿𝑏 Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan : 𝐿𝑜𝑔 𝑊 = 𝐿𝑜𝑔 𝑎 + 𝑏 𝐿𝑜𝑔 𝐿 Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linier sederhana dengan Log W sebagai ’y’ dan Log L sebagai ’x’. Untuk menguji nilai b=3 atau b ≠ 3 (b>3, pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang) atau (b<3, pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat) dilakukan uji‐t (Sukimin et al. 2006), dengan hipotesis : H0 : β = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik H1 : β ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik

Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih dari pada pertambahan panjang) dan allometrik negatif, jika b<3 (pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat). 𝑏1 − 𝑏0 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑆𝑏1 b1 adalah nilai b (hubungan dari panjang berat), b0 adalah 3, dan Sb1 adalah simpangan koefisien b. Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil mengacu pada Nasoetion & Barizi (1980) yaitu : jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung < ttabel maka gagal tolak hipotesis nol (H0). Tangkapan per satuan upaya Data hasil upaya penangkapan ikan selar kuning dapat dianalisis dengan menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan atau analisis tangkapan per satuan upaya. TPSU digunakan sebagai indeks kelimpahan sumberdaya perikanan. TPSU dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑇 𝑇𝑃𝑆𝑈 = 𝑈 TPSU adalah jumlah tangkapan per satuan upaya, T adalah jumlah tangkapan bulanan harian, atau tahunan ikan selar kuning (kg) dan U adalah merupakan jumlah upaya bulanan, harian, atau tahunan ikan selar kuning (hari). Selanjutnya TPSU ini disajikan dalam bentuk grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning Ikan selar kuning yang diamati selama penelitian berjumlah 450 ekor masing-masing 154 ekor pada bulan Maret, April, dan Mei. Panjang minimum dan panjang maksimum ikan selar kuning adalah 76 mm dan 295 mm. Pada bulan Maret frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina adalah 126‐136 mm dan 137‐145 mm. Pada bulan April frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina adalah 126‐135 mm dan 137‐145 mm. Pada bulan Mei frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina adalah 117‐128 mm dan 128‐135 mm. Secara keseluruhan diketahui bahwa frekuensi tertinggi ikan selar kuning jantan dan betina adalah 125‐134 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning betina lebih besar dibandingkan ukuran ikan selar kuning jantan.

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 5

Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas secara total

Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap bulan Maret

Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas bulan April

Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0 Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy (K dan L∞) diduga dengan menggunakan metode Plot Ford‐Walford. Metode Ford Walford dapat digunakan karena data diambil pada interval waktu yang tetap yaitu satu bulan selama tiga bulan. Hasil pemisahan kelompok ukuran menunjukkan bahwa ikan contoh terdiri dari beberapa kelompok ukuran. Hasil analisis kelompok ukuran ikan di atas memiliki panjang rata‐rata, jumlah populasi dan indeks separasi seperti disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Dalam pemisahan kelompok ukuran ikan dengan menggunakan metode Bhattacharya indeks separasi (separation index, SI) sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Busacker GP et all (1990), jika nilai I<2 maka pemisahan kelompok ukuran tidak mungkin dilakukan karena terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran ikan. Nilai simpangan baku yang semakin besar menunjukkan bahwa ikan yang semakin tua mempunyai ukuran yang semakin beragam. Table 1. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran ikan kuning jantan No.

L (t)

1 128,54 2 158,87 3 216,98 Total

Gambar 3. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas bulan Mei

Jumlah Populasi (N) 232 77 60 369

Standart Deviasi (S) 14,36 15,87 22,99

Indeks Reparasi (I) 2,08 2,30

Tabel 2. Hasil analisis masing‐masing kelompok ukuran ikan selar kuning betina No.

L (t)

1 2 3 4 5

125,87 159,90 193,89 240,86 265,10

Jumlah Populasi (N) 63 27 23 14 7 133

Standart Deviasi (S) 8,03 9,26 9,28 11,09 12,58

Indeks Reparasi (I) 2,25 2,19 2,27 2,00

Tabel 3. Hasil analisis masing‐masing kelompok ukuran ikan selar kuning secara total

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 6

No.

1 2 3 4 5

L (t)

84,67 127,89 167,98 203,54 246,98

Jumlah Populasi (N) 8 139 152 17 26 342

Standart Deviasi (S) 9,54 13,41 10,35 14,69 13,61

Indeks Reparasi (I) 3,88 3,05 4,59 3,34

Tabel 4 disajikan parameter pertumbuhan L∞ dan K dan (metode Ford‐Walford) dan umur teoritis saat panjang ikan sama dengan nol (t0): Parameter Pertumbuhan Contoh K (per Ikan L∞ (mm) t0 (tahun) tahun) Jantan 0,66 303,00 -0,0793 Betina 0,20 303,99 -0,2389 Total 0,45 303,29 -0,1268 a.

Pertumbuhan Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning jantan dan betina masing‐masing adalah Lt = 303,00 (1‐e‐0,66(t+0,0793)) dan Lt = 303,99 (1‐e‐0,20(t+0,2389)) sedangkan persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning secara total adalah Lt = 303,29 (1‐e‐0,45(t+0,1268). Ikan dengan nilai K kecil umurnya relatif panjang. Dari hasil parameter pertumbuhan yang didapatkan terlihat bahwa ada

perbedaan antara ikan selar kuning jantan dengan ikan selar kuning betina. Perbedaannya terletak pada nilai koefisien pertumbuhan (K) dan nilai t0 yang dapat mempengaruhi besarnya panjang pertama kali ikan tersebut lahir (L t0). Ikan jantan biasanya nilai mempunyai nilai K yang lebih besar daripada ikan betina. Perbedaan laju pertumbuhan ikan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari (a) faktor genetik yang secara langsung membatasi ukuran maksimum ikan, dan (b) ukuran tubuh ikan. Jika laju pertumbuhan kecil maka ukuran tubuh ikan akan meningkat (Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Oleh karena itu faktor internal yang menyebabkan nilai K pada ikan selar kuning lebih kecil adalah faktor genetik karena perbedaan spesies dan factor ukuran ikan selar kuning yang relatif besar. b. Hubungan panjang berat Contoh ikan selar kuning secara total adalah sebanyak 450 ekor yang terdiri dari 289 ekor ikan betina dan 161 ekor ikan jantan. Dalam menghitung hubungan panjang berat sebaiknya dipisahkan antara ikan jantan dengan ikan betina, karena biasanya terdapat perbedaan hasil antara kedua jenis kelamin tersebut. Pola pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang berat ikan selar kuning jantan dan betina di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 5 :

Table 5. Hasil Perhitungan Panjang dan Berat Ikan Selar Kuning Contoh Ikan Jantan Betina Total

N 289 161 450

a -3,765 -5,164 -4,684

b 2,579 3,242 3,009

R2 0,872 0,864 0,853

Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan panjang berat pada ikan selar kuning memiliki korelasi yang sangat erat. Hal ini berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) yang mendekati satu. Secara umum nilai b ikan selar kuning jantan dan betina berkisar antara 2,579 sampai 3,242 (Gambar 5). Nilai ini berada pada kisaran nilai b pada umumnya yang dikemukakan oleh Lagler et all. (1977) bahwa nilai b berfluktuasi antara 2,5 sampai 4; dan kebanyakan mendekati 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa ikan selar kuning jantan memiliki persamaan hubungan

W = aLb W=0,00017L2,597 W=0,000006L3,242 W=0,00002L3,009

Pola pertumbuhan (setelah dilakukan uji t dengan α=0,05) Allometrik negatif Allometrik Positif Isometrik

panjang berat W = 17 x 10‐5 L2, 579 (n = 289; r = 0,872; α = 0,05). Ikan selar kuning betina memiliki persamaan hubungan panjang berat W=6x10‐6L3,242 (n=161; r= 0,864; α = 0,05). Hubungan panjang berat ikan selar kuning secara keseluruhan W = 2 x 10‐5 L3,009 (n = 450; r = 0,853; α = 0,05). Pada Tabel 6, pola pertumbuhan ikan selar kuning total keseluruhan adalah isometrik, artinya ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah (Dina R, 2008) atau pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pola pertumbuhan yang berbeda terlihat pada ikan selar

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 7

kuning betina dengan ikan selar kuning jantan. Penyebabnya diduga karena ukuran ikan betina yang tertangkap lebih beragam, dari ukuran kecil sampai besar sehingga hubungan panjang berat ikan contoh yang diamati menggambarkan keadaan sebenarnya. Hal ini terlihat dari pola pertumbuhan ikan selar kuning betina adalah allometrik positif sehingga diduga bahwa nilai b>3 pada ikan betina mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad.

PEMBAHASAN Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning betina lebih besar dibandingkan ukuran ikan selar kuning jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolsky (1963) bahwa biasanya ukuran ikan betina lebih besar beberapa satuan dibandingkan ikan jantan untuk menjamin fekunditas yang besar dalam stok dan perbedaan ukuran ini dicapai melalui ikan jantan yang matang gonad lebih cepat dan jangka hidupnya yang lebih singkat. Menurut Lagler et all. (1977) perbedaan ukuran antar jenis kelamin kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik. Ikan berukuran besar dengan jumlah yang sangat sedikit ini diduga adalah induk ikan selar kuning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lagler et all. (1977) bahwa ukuran terbesar yang muncul pada umumnya berhubungan dengan induk yang paling “penting”. Panjang total maksimum ikan selar kuning yang tertangkap adalah 294 mm. Menurut Allen et all. (2007) panjang total maksimum mencapai 500 mm. Perbedaan ini dapat dijelaskan oleh beberapa kemungkinan yaitu perbedaan lokasi pengambilan ikan contoh, keterwakilan contoh yang diambil, dan kemungkinan terjadinya tekanan penangkapan yang tinggi. Spesies yang sama pada lokasi yang berbeda akan memiliki pertumbuhan yang berbeda pula karena perbedaan faktor luar maupun faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Menurut Dina R (2008) faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan. Dengan asumsi bahwa ikan contoh sudah mewakili populasi yang ada maka ukuran panjang total maksimum yang lebih kecil bisa mengindikasikan adanya tekanan penangkapan yang tinggi. Namun untuk menyimpulkan hal ini diperlukan

pembandingan dengan spesies dan lokasi yang sama serta kajian lebih lanjut. Kemungkinan terakhir adalah tidak terpilihnya ikan yang lebih besar pada saat pengambilan ikan contoh karena pengacakan. Pergeseran selang ukuran panjang ikan yang banyak tertangkap ke selang ukuran yang lebih kecil dapat dijadikan sebagai indikasi adanya rekruitmen pada interval waktu pengamatan. Namun untuk menentukan musim pemijahan dan rekruitmen ikan selar kuning di Perairan Paciran perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Pergeseran selang ukuran panjang ikan yang banyak tertangkap ke selang ukuran yang lebih besar dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pertumbuhan pada interval waktu pengamatan yaitu satu bulan. Dengan adanya pertumbuhan dalam interval waktu yang singkat maka diduga bahwa ikan selar kuning memiliki laju pertumbuhan yang relatif kecil. Kajian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan dugaan ini dan akan dibahas pada sub bab pertumbuhan. Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0 Plot Ford‐Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (Brandt V, 1984). Dari analisis frekuensi panjang didapatkan kelompok umur ikan selar kuning yang dapat diolah selanjutnya dengan menggunakan metode Ford Walford guna mendapatkan nilai L∞, K, dan t0. Hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan selar kuning jantan menunjukkan bahwa jumlah total ikan yang diamati yaitu 368 ekor sedangkan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan selar kuning betina menunjukkan bahwa jumlah total ikan yang diamati yaitu 134 ekor, dan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan selar kuning secara total menunjukkan bahwa jumlah total ikan yang diamati yaitu 342 ekor. Jumlah ini dapat bernilai lebih besar ataupun lebih kecil dibandingkan dengan jumlah ikan contoh yang diobservasi. Perbedaan nilai teoritis dengan nilai observasi disebabkan oleh adanya pengacakan. Meskipun ikan contoh yang digunakan merupakan contoh acak yang sempurna nilai observasi akan tetap mengalami fluktuasi seputar distribusi yang sesungguhnya (distribusi dari populasi) (Brandt V, 1984).

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 8

Pertumbuhan Panjang maksimum ikan selar kuning adalah 294 mm dan panjang asimtotik ikan selar kuning adalah 303 mm. Kurva pertumbuhan (Gambar 4) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan selama rentang hidupnya tidak sama. Ikan muda memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan tua (mendekati L∞). Walaupun dengan laju pertumbuhan yang kecil, namun ikan tetap akan mengalami pertumbuhan panjang bahkan dalam kondisi faktor lingkungan yang tidak mendukung. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan (Busacker et al. 1990). Pertumbuhan memiliki karakteristik tertentu pada masing‐masing kelompok ikan. Pada periode ini variasi yang sangat bergantung pada suplai makanan (Nikolsky 1963). Petumbuhan ikan dan organisme lainnya didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan pada daerah pemangsaan yang berbeda dihubungkan dengan ukuran tubuh dan ini merupakan proses kunci dibalik sejarah hidup organism yang lebih spesifik. Hubungan panjang berat Berdasarkan contoh ikan selar kuning di Perairan Paciran memiliki kisaran panjang antara 75‐294 mm dan kisaran berat antara 5‐580 gram. Berdasarkan penelitian Marnane et al. 2005, ikan selar kuning di Kepulauan Karimunjawa pada umumnya mencapai tahap dewasa pada ukuran 25‐45 cm dan pada selang ukuran 33‐ 46 cm atau 2 ekor dalam 1 kg baru merupakan ukuran tangkap yang optimal dalam arti memiliki nilai ekonomis dan nilai ekologis tertinggi, sedangkan berdasarkan www.fishbase.com ukuran pertama kali matang gonad dari ikan selar kuning berkisar antara 22‐23 cm. Dapat disimpulkan berdasarkan contoh ikan pada saat penelitian bahwa ikan selar kuning yang tertangkap dengan alat tangkap muroami di Perairan Paciran belum memiliki ukuran optimal untuk tertangkap yang kebanyakan masih dalam tahap dewasa yang seharusnya belum boleh ditangkap. Nilai b ikan selar kuning betina lebih besar daripada nilai b ikan selar kuning jantan. Hal ini dapat disebabkan oleh energi yang digunakan ikan jantan biasanya lebih besar daripada ikan betina yang dapat menyebabkan ikan jantan mempunyai bentuk tubuh lebih langsing dan kurus, sedangkan ikan betina gerakannya lebih lamban apalagi pada saat memijah karena berat gonad juga

mempengaruhi berat tubuhnya. Pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang karena ikan betina mempunyai kandungan lemak yang lebih banyak dibandingkan ikan jantan sehingga bentuk tubuh ikan betina pada umumnya gemuk dan lebih bulat. Hubungan panjang berat dari sutu populasi ikan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu menurut Nelson JS (2006) dapat memprediksi berat suatu jenis ikan dari panjang ikan yang dapat berguna untuk mengetahui biomassa populasi ikan tersebut. Parameter pendugaan antar kelompok‐kelompok ikan digunakan untuk mengidentifikasi keadaan populasi suatu jenis ikan berdasarkan ruang dan waktu, sedangkan menurut Fafioye OO & Oluajo OA (2005) analisis panjang berat yang dihubungkan dengan data kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus kehidupan, kematian pertumbuhan, dan produksi. Tangkapan per satuan upaya Data hasil upaya penangkapan dapat dianalisis dengan menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan atau analisis Tangkapan Per Satuan Upaya (TPSU). Adapun manfaat mengetahui nilai TPSU adalah mengetahui kelimpahan ikan selar kuning dan melihat trend (kecenderungan) ikan selar kuning setiap tahunnya. Beberapa ciri yang dapat menjadi patokan suatu perikanan sedang menuju kondisi upaya tangkap lebih adalah waktu melaut menjadi lebih panjang dari biasanya, lokasi penangkapan menjadi lebih jauh dari biasanya, ukuran mata jaring menjadi lebih kecil dari biasanya, yang kemudian diikuti produktivitas (hasil tangkapan per satuan upaya) yang menurun, ukuran ikan yang semakin kecil, dan biaya penangkapan yang semakin meningkat (Damayanti PA, 2007). Menurut Damayanti PA (2007), upaya tangkap lebih (overfishing) secara sederhana dapat diartikan sebagai penerapan sejumlah upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan dan terbagi ke dalam dua pengertian yaitu growth overfishing dan recruitment overfishing. Growth overfishing terjadi jika ikan ditangkap sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami. Recruitment overfishing adalah pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 9

tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama. Musim penangkapan ikan di Perairan Paciran dibagi menjadi dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat diawali pada bulan November sampai Januari dan musim timur diawali pada bulan Maret sampai Agustus. Sedangkan musim peralihan barat terjadi pada bulan September sampai Oktober dan musim peralihan timur terjadi pada bulan Februari. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan, puncak penangkapan pada musim timur terjadi pada bulan Maret sedangkan puncak penangkapan pada musim barat terjadi pada bulan November. Alternatif strategi pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning Menurut Undang‐Undang Perikanan No 31 tahun 2004 bahwa pengelolaan perikanan dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Tujuan utama pengelolaan perikanan adalah untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai stok ikan (resource conservation), terutama melalui berbagai tindakan pengaturan (regulations) dan pengkayaan (enhancement) yang meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok ikan (Dirjen Pe Bangda, 1999). Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa indikasi tingginya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan selar kuning yang mengarah kepada gejala tangkap lebih (overfishing) yang diduga lebih lanjut termasuk kondisi growth overfishing. Beberapa indikasi ditunjukkan dari perubahan yang terjadi dalam struktur stok ikan, antara lain : 1. Jumlah ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan berukuran kecil (6‐12 cm) dan berukuran sedang (13‐20 cm) serta sekitar 80% dari total tangkapan adalah ikan muda atau mempunyai ukuran di bawah ukuran pertama kali matang gonad. 2. Meningkatnya koefisien pertumbuhan populasi yang berarti umur ikan untuk mencapai panjang infinitif menjadi lebih pendek. 3. Peningkatan jumlah upaya penangkapan cenderung akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan, tetapi berat rata‐rata ikan

terus menurun dan berat total (biomassa) juga menurun.

KESIMPULAN 1. Sebaran frekuensi panjang ikan berkisar antara 75‐294 mm dan kelompok ukuran yang mendominasi adalah 125‐134 cm. 2. Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning jantan adalah Lt = 303,00 (1‐e‐0,55 (t+0,0793)), sedangkan persamaan pertumbuhan ikan selar kuning betina adalah Lt = 303,98 (1‐e‐0,19(t+0,2389)) dan persamaan pertumbuhan ikan selar kuning secara total adalah Lt = 303,28 (1‐e‐0,35 (t+0,1268)). 3. Pola pertumbuhan seluruh ikan yang dijadikan contoh menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik dengan persamaan pertumbuhan W = 2x10‐5L3,009, pola pertumbuhan ikan betina menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik positif dengan persamaan pertumbuhan W=6x10‐6L3,242 dan pola pertumbuhan ikan jantan menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dengan persamaan pertumbuhan W=17x10‐5L2,579. 4. Tangkapan per satuan upaya digunakan untuk melihat trend (kecenderungan) ikan selar kuning setiap tahunnya, TPSU berkisar antara 5,87‐8,74 ton/unit kapal. DAFTAR PUSTAKA Allen G, Steene R, Human P, & Loach ND. 2007. Reef fish identification tropical pasific. New World Publication, Inc. Jacksonville, Florida, USA. 457 p. Bagenal T. 1978. Methods for assessment of fish production in freshwater. Third edition. Blackwell Scientific Publications. Oxford. 365 p. Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Lamongan dalam angka 2008. Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. 167 hlm. Brandt V. 1984. Fish catching methods of the world. Fishing News Books Ltd. London. 418 p. Busacker GP, Adelman IR, & Goolish EM. 1990. Growth. p. 363‐382 in Schreck CB & Moyle PB (Editor), Methods for Fish Biology. American Fisheries Society. Maryland USA. Damayanti PA. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (TPSU) ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Manajemen

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 10

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm. Dina R. 2008. Rencana pengelolaan sumberdaya ikan bada (Rasbora agryrotaenia) berdasarkan analisis frekuensi panjang di Danau Maninjau, Sumatera Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hlm. [Ditjen Bangda] Direktorat Jendral Pembangunan Daerah. 1999. Penyusunan konsep pengelolaan sumberdaya pesisir yang berbasis masyarakat (PBM) di Provinsi Lampung. Kerjasama Departemen Dalam Negeri dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fafioye OO & Oluajo OA. 2005. Length‐weight relationship of five fish species in Epe Lagoon, igeria. African Journal of Biotechnology 4 (7): 749‐751. Lagler KF, Bardach JE, Miller RR & Passino DR. 1977. Ichtyology. John Wiley & Sons USA. 506 p. Nasoetion AH & Barizi. 1980. Metode statistika. PT Gramedia. Jakarta. 223 hlm. Nelson JS. 2006. Fishes of the world, fourth edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. Nikijuluw VPH. 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. Pustaka Cesindo. Jakarta. 254 hlm. Nikolsky GV. 1963. The Ecology of fishes. Academic Press. London & New York. 203 p.

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 11

APLIKASI UNTUK MEMPREDIKSI STOCK BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE PERCEPTRON MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 DAN MySQL Arip Kusnul Huda1) , Siti Mujilahwati 2) 1)

2)

Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan Email : [email protected], [email protected]

ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan topic yang hangat dibicarakan dan mengundang banyak kekaguman dalam dasa warsa terakhir. Hal ini disebabkan karena kemampuan JST untuk meniru sifat system yang dimasukkan. Pada dasarnya JST mencoba meniru cara kerja otak makhluk hidup, yaitu bentuk neuron-nya (sel syaraf). Faktor kecerdasan dari syaraf tidak ditentukan di dalam sel tetapi terletak pada bentuk dan topologi jaringannya. Salahsatu model JST yang sering digunakan untuk pembelajaran adalah perceptron. Metode perceptron merupakan metode pembelajaran dengan pengawasan dalam sistem jaringan syaraf. Dalam merancang jaringan neuron yang perlu diperhatikan adalah banyaknya spesifikasi yang akan diidentifikasi. Jaringan neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah masukan. Penelitian dilakukan mengamati system secara langsung sehingga didapat hasil analisis mengenai kebutuhan system yang akan dibuat. Studi pustaka juga dilakukan untuk mencari sumber-sumber lain yang dapat menjadi dasar dan acuan dalam membuat aplikasi prediksi stok bahan bangunan. Aplikasi prediksi stok bahan bangunan ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic.6 dan MySQL database. Hasil akhir dari penelitian skripsi ini adalah untuk memprediksi persediaan stok bahan bangunan dalam waktu masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan telah didesain dan diimplementasikan dengan fasilitas meliputi download materi, tugas. Kata-kunci :

Jaringan Syaraf Tiruan, Perceptron, Struktur Jaringan, Visual Basic 6.0, MySQL.

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan semakin ketat dan berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta dunia informasi. Ketiga hal tersebut telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat kehidupan internasonal pada umumnya. Hampir setiap kegiatan dan aktifitas kehidupan tidak terlepas dari peralatan canggih, mutakhir dan serba modern contohnya adalah computer. Dalam dunia bisnis perlunya computer nampaknya tidak dapat dihindari lagi. Sebut saja dalam bidang perdagangan dan berbankan dimana system informasi dan pengelolahan data yang cepat dan efisien harus segera diwujudkan. Hampir semua perusahaan atau Toko yang bergerak dibidang penjualan dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat

persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan atau Toko untuk merencanakan atau menentukan jumlah pembelian, agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai. Pada dasarnya penentuan jumlah pembelian ini derencanakan untuk memenuhi jumlah persediaan barang guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan atau tingkat permintaan pasar. Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks) adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu Kecerdasan Buatan. Salah satu model JST yang sering digunakan untuk pembelajaran adalah perceptron. Metode perceptron merupakan metode pembelajaran dengan pengawasan dalam system jaringan syaraf. Dalam merancang jaringan neuron yang perlu diperhatikan adalah banyaknya spesifikasi yang akan diidentifikasi. Jaringan

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 12

neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah masukan. Salah satu permasalahan dalam JST yang dihadapi pemilik Toko adalah tidak dapat memahami struktur pada jaringannya. Hal ini terjadi karena tidak didukung dengan tersedianya suatu aplikasi yang dapat membantu pemilik Toko dalam memahami struktur JST. Untuk dapat memahami struktur JST selain memahami teori juga diperlukan pemahaman secara visual. Untuk itu diperlukan sebuah aplikasi handal yang dapat membantu pemilik Toko dalam memahami struktur JST model Perceptron. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian  Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membuat aplikasi jumlah stock bahan bangunan menggunakan metode perceptron. 2. Pendataan persediaan stock bahan bangunan .  Manfaat Penelitian Adapun Kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan atau Toko Dengan dilakukanya penelitian ini, maka diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi atas strategi perencanaan dan pengendalian barang bahan bangunan sehingga dapat membenahi persediaan yang ada agar bisa lebih baik. 2. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan akan sangat membantu dan mendukung penulis dalam mempelajari, menganalisa, dan mengembangkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh untuk diterapkan pada dunia nyata. 3. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan bias menambah ilmu bagi pembaca maupun peneliti lain.

II. Landasan Teori 2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan syaraf tiruan (artifical neural network) adalah sistem komputasi yang arsitektur dan operasinya diilhami dari pengetahuan tentang sel syaraf biologis di dalam otak. Jaringan syaraf

tiruan merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba menstimulasi proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Jaringan syaraf tiruan dapat digambarkan sebagai model matematis dan komputasi untuk fungsi aproksimasi non-linear, klasifikasi data cluster dan regresi nonparametrik atau sebuah simulasi dari koleksi model jaringan syaraf biologi. [2]

2.2 Perceptron Model jaringan perceptron ditemukan oleh Rosenblatt dan Minsky-Papert. Jaringan perceptron terdiri dari beberapa unit masukan (ditambah sebuah bias), dan memiliki sebuah unit keluaran. Hanya saja fungsi aktivasi bukan merupakan fungsi biner (atau bipolar), tetapi memiliki kemungkinan nilai -1, 0, atau 1 [ 3]. Perceptron sebagai cikal bakal jaringan saraf tiruan bekerja dengan cara menerima sejumlah (n) masukan berupa vektor (x 1 , x 2 , x 3 ,…..x n ) dan menghasilkan sebuah keluaran dengan nilai 1 atau 0. Bentuk jaringan perceptron adalah sesuai gambar 2.5 berikut : x1

w1

x2

w2

xn

wn

Fungsi jumlah

Fungsi aktivasi

Threshold/ bias

wm bobot 1

Gambar 1. Perceptron 2.3 Database Sistem Database adalah suatu informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam dalam suatu organisasi. Database juga merupakan salah satu komponen yang penting di dalam sistem informasi, karena Database merupakan dasar dalam menyediakan informasi bagi para pemakai (user) penerapan dalam sistem informasi Database. [1] 2.4 Microfoft Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah salah suatu development tools untuk membangun aplikasi dalam lingkungan Windows. Dalam pengembangan aplikasi, Visual Basic

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 13

menggunakan pendekatan Visual untuk merancang user-interface dalam bentuk form, sedangkan untuk kodingnya menggunakan dialek bahasa Basic yang cenderung mudah dipelajari. Visual Basic telah menjadi tools yang terkenal bagi para pemula maupun para developer dalam pengembangan aplikasi skala kecil sampai ke skala besar. [4] 2.5 MySQL MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License), dimana setiap orang bebas menggunakannya. MySQL merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Stuctured Query Language). SQL adalah bahasa yang digunakan utnuk berkomunikasi dengan database. Pernyataan – pernyataan SQL digunakan untuk melakukan beberapa tugas seperti : update data pada database atau menampilkan data dari database. Hampir semua software database meng implementasikan bahasa SQL sebagai komponen utama dari produknya, salah satunya MySQL. [5]

1. Sistem operasi Windows 7 Ultimate 2. Visual Basic 6.0 3. MySQL 4. Sybase Power Designer 3.2 Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi pada perancangan aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron ini yang terdiri dari : 1) Rekap data kebutuhan barang yang dijual pada toko. 2) Rekap barang yang terjual selama 1 tahun terakhir. 3.3 Perancangan Sistem Pada sub bab ini akan dijelaskan perancangan sistem yang terdiri dari diagram konteks, DFD level 0 dan kamus data. a. Diagram Konteks Diagram konteks aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut.

III. Rancangan Desain System 3.1 Kebutuhan Perangkat Kebutuhan perangkat disini terdiri dari kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan perangkat keras. a. Kebutuhan Perangkat Keras Perangkat keras (Hardware) merupakan peralatan/komponen fisik komputer yang mencakup unit processor pusat, processor pendukung, penyimpanan sekunder, peralatan lainnya. Perangkat keras ini digunakan untuk menunjang pembangunan aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan . Spesifikasi perangkat keras yang yang digunakan user untuk membuat program dan menjalankan program adalah sebagai berikut : 1. Processor Pentium III 2. Monitor LG 14’’ 3. Hard Disk Drive 40 Gb 4. Memori 512 Mb 5. Printer 6. Keyboard dan Mouse b. Kebutuhan Perangkat Lunak Perangkat lunak (software) yang dibutuhkan pada saat pembuatan aplikasi adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Konteks b. DFD Level 0 Data Flow Diagram level 0 dari aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut. Memasukkan data Stok

Data Stok

1.1

1

Data Stok Barang Memberikan Kriteria PETUGAS

1.2

Data Kriteria 2

Kriteria Memberikan Nilai Kriteria

Memberikan Bobot

Barang

Data Stok

Kriteria

1.3 Data Kriteria

Bobot Data Bobot 3

Bobot

Memberikan Nilai Bobot 1.4

Data Bobot PIMPINAN

Hasil SPK Hasil 4

Hasil

Hasil

Gambar 3. DFD Level 0

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 14

c. Diagram Alir (Flowchart) Diagram Alir (Flowchart) dari aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Tabel 4. Tabel Kriteria Nama Field Data Type Kd_Kriteria Varchar

Keterangan Primary Key

Nama_Kriteria Varchar Tabel 5. Tabel Training Nama Field Data Type No Double Gambar 4. Flowchart d. Kamus Data Agar lebih muda dalam pembuatan database maka dilengkapi kamus data berikut. Tabel 1. Tabel User Nama Field Data Keterangan Type Kd_Pengguna Varcha Primary r Key Nama_Penggun Varcha a r Password Varcha r Tabel 2. Tabel Barang Nama Field Data Type Kd_Barang Varchar Nama_Baran g Satuan Harga Barang

Keteranga n Primary Key

Varchar Varchar Varchar

Tabel 3. Tabel Supplier Nama Field Data Type Kd_Supplier Varchar Nama_Supplier Varchar No_Telp Varchar Alamat Varchar

Persediaan Penjualan Permintaan

Keterangan Primary Key

Varchar Varchar Varchar

3.4 Perancangan Interface Menguraikan perancangan form-form yang ada dalam aplikasi aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Berikut ini adalah rancangan yang telah dibuat : 1. Tampilan Form Login Rancangan interface ini akan tampil pertama kali saat program dijalankan, from login ini berisi username dan password.

Gambar 5. Form Login 2. Tampilan Form Menu Utama Rancangan ini memuat from utama dalam program yang akan dijalankan, from utama berisi sub menu File, Training, testing, dan keluar.

Keterangan Primary Key

Gambar 6. Form Menu Utama

3. Tampilan Menu Training dan Hasil Rancangan form ini memuat tampilan dalam mentraining data criteria.

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 15

c. Menu Training dan Hasil Menu training dan hasil ini untuk mentraining data dan menghitung.

Gambar 7. From Menu Training dan Hasil

IV.

Ujicoba dan Pembahasan

4.1 Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang uji coba program. a. Menu Login merupakan menu yang pertama muncul sebelum masuk pada menu utama aplikasi stock bahan bangunan dengan metode perceptron.

Gambar 8. Menu Login b. Menu Utama Bila User name, password yang dimasukan secara benar maka apalikasi akan masuk pada main menu (menu utana).

Gambar 9. Menu Utama

Gambar 10. Menu Training dan Hasil

V. Penutup 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisa, mendesain dan menimplementasikan Aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan menggunakan metode perceptron dapat disimpulkan bahwa : a. Dengan adanya perancangan Aplikasi ini, Toko Bahan bangunan Sumber Agung mengalami banyak perubahan diantaranya dapat membantu karyawan memprediksi stock bahan bangunan, sehingga stock bahan bangunan untuk jangka waktu yang akan datang terdata secara akurat dan valit. b. Meningkatkan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan karena mempermudah dalam proses penambahan, pengeditan dan penghapusan data stok barang. c. Hasil pengolahan data-data pada Aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan berupa output prediksi persediaan barang untuk jangka waktu yang akan datang. 5.2 Saran Setelah sistem informasi penjualan ini dibuat ada beberapa saran dari penulis yang berhubungan dengan sistem informasi ini. a. Aplikasi yang telah dibuat supaya dapat diterapkan pada Toko Bahan bangunan Sumber Agung dan diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin. b. Mengingat masih banyak kekurangan dalam program ini maka diharapkan program ini didokumentasikan, sehingga dapat digunakan

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 16

untuk penembangan dan penyempurnaan program selanjutnya. c. Perlu adanya algoritma pembanding untuk memprediksi sehingga, bisa diketahui hasil yang paling optimal. d. Perlu dilakukan uji coba dengan jumlah data yang lebih besar untuk mengtahui seberapa cepat ANN mampu memprediksi data.

Daftar Pustaka [1] Andi Sunyoto, 2007, Pemrograman Database dengan Visual Basic dan Ms.SQL, Andi, Yogyakarta [2] Pandjaitan, Lanny W, 2007, Dasar-Dasar Komputasi Cerdas, Andi, Yogyakarta [3] Suryadi, Kadarsah, Dr. Ir., Ir. Ali Ramdani, Mt. 2000, Sistem Pendukung Keputusan. PT.Remaja Rosdakarya [4] LPKBM MADCOMS, Andi, 2002, Seri Panduan Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 , Yogyakarta [5] Bunafit Nugroho, 2012, Panduan Proyek Point Of Sale (POS) Sistem Penjualan Retail Mini Market Berbasis Multi User Dengan Visual Basic 6 dan MySql, Yogyakarta

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 17

RANCANG BANGUN OTOMATISASI MESIN PENETAS TELUR SISTEM TURNING BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 Sukin *), Affan Bachri **) *)

**)

Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Email : [email protected], [email protected]

ABSTRAK Aplikasi pengendalian suhu sudah banyak ditemui diberbagai bidang,contohnya yaitu pada bidang peternakan. Pengendalian suhu tersebut dipakai untuk menetaskan telur ayam. Menetasakan telur ayam dalam waktu bersamaan secara alami tentu sangat sulit karena keterbatasan kemampuan induk ayam dalam mengerami telurnya. Ayam hanya mampu mengerami telurnya maksimal 10 butir. Berdasarkan masalah tersebut, maka pada tugas akhir ini kami membuat mesin penetas telur ayam dengan sistem turning berbasis mikrokontroler Atmega 328. Penggunaan mikrokontroler dengan rak pemutar telur (turning) ini diharapkan mampu mengendalikan suhu yang diperlukan telur agar dapat menetas dengan baik yaitu sekitar 38 C sampai 40 C, sehingga bisa didapatkan telur ayam dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan sehingga persentase keberhasilannya 88 % telur menetas dengan baik. Kata Kunci : Mikrokontroler, Turning, Atmega328.

PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam bidang peternakan khususnya dalam peternakan ayam, masalah yang dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan. Karena kemampuan induk ayam dalam mengerami telurnya terbatas, yaitu maksimal 10 butir telur tiap induk ayam. Ini menjadi masalah yang serius karena kebutuhan daging dan telur ayam di pasar yang sangat banyak. Pada prinsipnya untuk menetaskan telur ayam hanya menjaga suhu pada telur tersebut agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar bisa menetas. karena cepat tidaknya telur yang menetas di pengaruhi oleh kesetabilan temperatur (Bambang, 1988: 78). Embrio akan berkembang bila suhu udara di sekitar telur minimal 70o F (21,11o C) namun perkembangan ini sangat lambat. Di bawah suhu udara ini praktis embrio tidak mengalami perkembangan, sehingga penyimpanan telur tetas sebaiknya sama atau dibawah suhu tersebut. Suhu yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 36o C – 38o C. Maka untuk menggantikan induk ayam dalam menetaskan telurnya, dibuatlah mesin penetas telur ayam.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana caranya agar suhu dalam mesin tersebut terjaga konstan agar telur tersebut bisa menetas dengan baik sesuai set point yaitu 36,6 °C sampai 37,4 °C ? 2. Bagaimana caranya agar rak telur dapat berputar sesuai waktu yang telah ditentukan ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengontrol suhu dalam mesin penetasan telur sesuai dengan set point yaitu 36,6 °C sampai 37.4 °C 2. Agar rak bisa berputar secara otomatis sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

LANDASAN TEORI Penetas Telor Sebutir telur ayam yang siap ditetaskan, memiliki komposisi kimia yang mengandung sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0% mineral, dan sisanya vitamin. Dari komposisi lengkap telur bertunas, lemak banyak terdapat pada kuning telur, selain mineral dan vitamin. Sedangkan putih telur merupakan sumber protein dan beberapa jenis mineral, tetapi kandungan karbohidrat sangat sedikit, kecuali mineral seperti Calsium, Fosfor, Magnesium, Klorium, Potasium, dan lain-lain.

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 18

Kuning telur dan putih telur dipisahkan oleh selaput Vitiline yang mempertahankan kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur sehingga semakin besar kuning telur, semakin besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar berfungsi untuk menjaga agar kuning telur tetap di tengah.

Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan minyak tanyah Sistem Mesin Penetas Telor Penetasan telur ayam menjadi popular di tingkat peternak kecil dan menengah dan bahkan di tingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis petelur, pedaging atau untuk menghasilkan unggas-unggas yang cantik untuk dipelihara sebagai binatang piaraan, terutama untuk jenis ayam kampung. Karena ayam kampung dikenal sebagai ayam yang memiliki resistansi (ketahanan tubuh) yang lebih kuat dari pada ayam-ayam yang lain disamping itu rasa daging ayam kampong jauh lebih nikmat daripada ayam pedaging pada umumnya. Akan tetapi, para peternak sampai saat ini masih banyak yang menggantungkan untuk mendapatkan bibit ayam yang berkualitas dari hasil persilangan telurtelur galur unggul dan murni dari breeder (perusahaan penetasan telur) besar. Suhu (Temperatur) Semakin panas suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky, 1991:354). Karena suhu merupakan hal yang sangat berpengaruh pada proses penetasan. Menetas tidaknya telur dengan sempurna sangat ditentukan dari suhu yang diatur atau di setting. Temperatur yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Kelembaban Udara Humidity ( kelembaban) adalah suatu kelembaban uap air yang terkandung dalam udara. Standard untuk kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50–55 %. Dan 3 pada hari ke 19–21 sebelum penetasan,

kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 6065%. Kelembaban yang rendah menyebabkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat/lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam telur jug sulit untuk memecah kulit telur. Mikrokontroler ATMega 328 Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Didalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output.

Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega 328 Pemutaran Telur (egg turning) Pemutaran telur pada proses penetasan sangatlah berpengaruh dan sangatlah penting. Selama telur ada di dalam mesin tetas harus di putar 45 derajat minimal 6 jam sekali untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada kulit telur. Arah pemutaran telur dalam mesin tetas harus searah. Sensor LM35 Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Pemanas heater Pemanas (heater) adalah suatu bahan yang mampu menghasilkan energy panas bila diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang paling banyak digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik terdiri dari campuran krom +nikel,

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 19

krom + nikel + besi, krom + nikel + alumunium.Tapi Untuk pemanas mesin incubator ini menggunakan 2 buah lampu dengan total daya 50 Watt dengan masing-masing lampu berdaya 25 Watt yang dimaksudkan agar keadaan temperatur dalam inkubator bersifat homogen (merata) sehingga pemanasan telur akan sama pada semua daerah.

bahas tentang pungujian alat dan analisa alat, pungujian ini meliputi:  Pengujian per blok, meliputi pengujian Power Supply,Motor AC, Heater (lampu), Kipas, Sensor LM35, LCD.  Pengujian hasil dari penetasan telur.

METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan di bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Pelaksanaan penelitian dan pembuatan mesin penetas telur sistem turning berbasis Mikrokontroler Atmega328 ini dilakukan di rumah peneliti. Yang beralamat di desa Moronyamplung, kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan. Alat Dan Bahan Penelitian Berikut menjelaskan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk merancang dan membuat mesin penetas telur sistem turning berbasis Mikrokontroler Atmega328. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. Kotak Persegi Panjang (Inkubator) Papan triplek dengan tebal 2 cm digunakan sebagai kotak penetas telur. kotak tersebut terdiri dari tiga bagian, yang pertama kotak pemanas. 2. multitester 3. ATmega328 Peneliti menggunakan Atmega328 karena mempunyai 32 KB Flash memory, lebih besar kapasitas memory dari pada ATmega8. 4. LCD 16x2 Berfungsi sebagai tampilan temperatur pada mesin penetas telur system turning berbasis Mikrokontroler Atmega328. 5. Motor AC 6. Sensor LM35 7. Lampu Heater 8. power supply

Pengujian Hasil PenetasTelur Dari hasil beberapa kali percobaan baik secara manual maupun otomatis, mesin penetas telur ini sudah cukup bagus karena memiliki tingkat keberhasilan penetasan diatas 75%. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah telur yang menetas adalah 78.18% dari 15 telur pada percobaan penetasan secara manual pertama.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Alat Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat keras pada masing-masing blok rangkaian penyusun sistem, dalam bab ini akan di

Pengujian Sistem Secara Keseluruhan Pengujian sistem secara keseluruhan ini dilakukan dengan menggabungkan semua peralatan ke dalam sebuah sistem yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengetahui bahwa rangkaian yang dirancang telah bekerja sesuai yang diharapkan. Dari hasil pengujian selama proses

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 20

dari awal penetasan sampai telur menetas ternyata kondisi peralatan masih tetap normal dan tidak terjadi gangguan yang berarti, sehingga mesin penetas telur ini sudah siap untuk diaplikasikan dalam penetasan secara otomatis yang sesuai harapan.

PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Rancang Bangun Otomatisasi Mesin Penetas Telur Sistem Turning Berbasis Mikrokontroler Atmega 328 yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Motor AC bekerja dengan baik sesuai waktu yang diinginkan tanpa ada kendala yaitu memutar rak turning dengan kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam sekali. 2. Alat dapat bekerja sebagai pengontrol suhu dan kelembaban udara. Dimana sensor suhu LM35 mendeteksi dengan baik adanya temperatur yang masuk pada inkubator sesuai yang di inginkan yaitu 36,6 °C s/d 37,4 °C. Pada saat suhu di bawah setting point lampu menyala sebagai penghasil panas dalam kotak inkubator. Sedangkan pada saat suhu melebihi setting point maksimal lampu mati dan kipas tetap hidup sampai setting point maksimal terpenuhi. Motor AC bekerja dengan baik sesuai waktu yang

diinginkan tanpa ada kendala yaitu memutar rak turning dengan kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam sekali. Saran Dari alat yang telah dibuat pada tugas akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan serta perlu pengembangan agar nantinya alat penetasan telur ini dapat dipelajari lebih baik, baik secara teoritis dan praktis. Adapun perbaikan-perbaikan dan pengembangan yang perlu dilakukan: 1. Sensor suhu ditambah 2 lagi menjadi 3 agar dapat membaca suhu lebih merata. 2. Mendesain kotak penetas menggunakan bahan yang tahan terhadap panas dan dapat mempertahankan suhu dan kelembaban yang standar di dalam boks. 3. Menggunakan aki dan sistem UPS sebagai baterai cadangan bila ada listrik mati. 4. Menggunakan mesin Spraiyerr atau pompa air sebagai sistem otomatis kelembaban agar kelembaban terjaga dengan sempurna sesuai dengan set point.

DAFTAR PUSTAKA [1] Jauhari, nurdin, Edge Linking Detection dan Perbandingan dari 3 Metodenya, http://ahtovicblogs.blog.ugm.ac.id/?p=80, 17 Maret 2011 20.25 [2] Jose, Stephane, Why Should I Care About SQL Server, http://blog.iweb.com/en/2010/06/why-shouldi-care-about-sql-server/4772.html, 17 Maret 2011 19.30 [3] M. Gokhale and P.S. Graham, Reconfigurable Computing, Springer, 2005. [4] T. Callahan, J. Hauser, and J. Wawrzynek, “The Garp Architecture and C Compiler,” Computer, vol. 33, no. 4, pp. 62-69, 2000.

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 21

PERENCANAAN KOMPENSASI STATIS DAYA REAKTIF MENGGUNAKAN KAPASITOR Zainal Abidin *) Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan email : [email protected] ABSTRAK Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban, yaitu beban linier dan beban nonlinier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier dalam arti arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan. Sedangkan beban nonlinier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang tidak sebanding dengan tegangan dalam tiap setengah siklus, sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukkannya (mengalami distorsi). Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat faktor daya/cos mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya dari suatu beban yang mempunyai faktor daya yang rendah, perlu dipasang kapasitor pada masing-masing beban atau secara tersentralisir melalui capasitor bank. Dengan pemasangan kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki faktor daya juga dapat memperbaiki pengaturan tegangan dan meningkatkan efisiensi transformator. Kata kunci : kompensasi, kapasitor, faktor daya listrik

Saluran transmisi dan distribusi sistem tenaga listrik merupakan jaringan yang bersifat reaktif yang dinyatakan dengan induktansi seri dan kapasitansi shunt perkilometer. Hal ini menyebabkan mengalirnya daya reaktif pada saluran transmisi dan distribusi tersebut. Aliran daya reaktif ini berkaitan erat dengan daya aktif dan akan mempengaruhi tegangan disepanjang saluran sehingga apabila beban dan faktor daya beban berubah maka profil tegangan disepanjang saluran transmisi akan berubah serta amplitudo tegangan di sisi penerima akan bervariasi juga. Variasi tegangan ini sebagian besar tidak dapat ditolerir oleh beban. Tegangan yang rendah menyebabkan penurunan unjuk kerja dari peralatan beban, seperti motor-motor induksi, peralatan penerangan dan sebagainya. Sehingga perlu diadakan pengontrolan daya reaktif untuk memperbaiki profil tegangan saluran. Daya yang dapat disalurkan melalui saluran transmisi antara sisi pengirim dan sisi penerima ditentukan oleh impedansi dari

saluran tesebut. Daya aktif yang dikirimkan berbanding terbalik dengan impedansi saluran (reaktansi) dan dikontrol oleh beda sudut tegangan sisi pengirim dan sisi penerima. Dalam istilah bidang kelistrikan, yang dimaksud dengan daya ialah banyaknya perubahan tenaga terhadap waktu dalam besaran tegangan dan arus. Menurut tipenya daya tersebut dibagi menjadi : daya aktif, daya reaktif dan daya semu (apparent power).

Daya Aktif, Daya Reaktif dan Daya Semu Daya dengan satuan watt disebut sebagai daya aktif (P). Daya inilah yang dikonsumsi oleh berbagai macam peralatan listrik. Selain daya aktif, kita kenal daya reaktif. daya reaktif ini memiliki satuan VAR atau volt ampere reaktif. Daya reaktif (Q) ini tidak memiliki dampak apapun dalam kerja suatu beban listrik, dengan kata lain daya reaktif ini tidak berguna bagi konsumen listrik. Gabungan antara daya aktif dan reaktif adalah apparent power (S). Jika digambarkan dalam bentuk segitiga daya,

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 22

maka daya nyata direpresentasikan oleh sisi miring dan daya aktif maupun reaktif direpresentasikan oleh sisi-sisi segitiga yang saling tegak lurus.

Gambar 1. Segitiga Daya Dasar pendekatan matematika Daya : S=U.I (VA) (Daya buta) Q=U.I.sinΦ (Var) (Daya reaktif) P=U.I.cosΦ(W) (Daya aktif)

Perbaikan Faktor Daya Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat faktor daya/cos mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya dari suatu beban yang mempunyai faktor daya yang rendah, perlu dipasang kapasitor pada masing-masing beban atau secara tersentralisir melalui capasitor bank. Dengan pemasangan kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki faktor daya juga dapat memperbaiki pengaturan tegangan dan meningkatkan efisiensi transformator. Penggunaan Kapasitor Pada Sistem Distribusi Rangkaian sistem daya yang bersifat kapasitif seperti terdapatnya kapasitor bank dalam jaringan yang gunanya yaitu untuk memperbaiki tegangan sistem dan memperkecil faktor daya (cos  ) dan memperkecil rugi-rugi. Kapasitor Daya Kapasitor daya merupakan peralatan listrik yang terdiri dari dua buah pelat yang satu sama lain dipisahkan dengan bahan isolasi. Sistem penghantarnya biasanya terbuat dari almunium

murni atau semprotan logam, sistem dieletriknya memakai kertas biasanya diimpregnasi dengan bahan minyak, bahan minyak ini pada awalnya digunakannya pada kapasitor, dengan perkembanganperkembangan teknik yang dicapai maka sebagai bahan impregnasi sekarang banyak memakai clopen, bahan ini mempunyai keuntungan, antara lain: kekuatan dielektrik yang tinggi untuk menahan tekanan tegangan, tidak mudah terbakar, konstanta dieletrik yang tinggi untuk memberikan kapasitansi yang lebih tinggi atau kVAr persatuan volume, rugirugi dielektrik yang rendah. Pemasangan kapasitor dapat dilakukan di jaringan distribusi maupun di beban sisi tegangan menengah atau sisi tegangan rendah. Kapasitor Shunt (Paralel) Kapasitor shunt adalah kapasitor yang dipasang secara paralel dengan beban. Kapasitor shunt mencatu daya reaktif atau arus yang menentang komponen arus beban induktif. Kegunaan dari kapasitor shunt, antara lain : perbaikan tegangan dan perbaikan faktor daya. Beban-beban yang mempunyai daya besar sering dijumpai turunnya faktor daya (cos?) karena pemakaian listriknya dipergunakan untuk motor-motor induksi dan penerangan yang mempergunakan lampu TL sehingga faktor daya menjadi turun, hal ini sangat merugikan bagi konsumen dimana sesuai peraturan Tarif Dasar Listrik bahwa faktor daya<0,85, konsumen tersebut disamping membayar biaya pemakaian dan biaya beban juga membayar biaya kVArh, untuk mengurangi/menghilangkan biaya kVArh dipasanglah kapasitor shunt di sisi beban.

Jika kapasitor shunt ditempatkan di jaringan distribusi atau di beban, jatuh tegangan dapat diperbaiiki. Pada jaringan distribusi atau di beban dengan diagram phasor tegangan, jatuh tegangan dapat diselesaikan secara pendekatan, sebagai berikut :

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 23

P= I.R Cos + I.XL Sin Dimana : IR = I Cos  = Komponen arus aktif dalam Ampere IX = I Sin  = Komponen arus reaktif dalam Ampere Seperti pada gambar 2 dan gambar 3 ditunjukkan rangkaian dasar sistem kompensasi capasitor pararel.

Load Z=R+jX

Is

Vs

C

Gambar 2. Rangkaian dasar sistem kompensasi Kapasitor pararel

Gambar 4. Rangkaian utama yang memiliki pengukuran, bank kapasitor dan beban induktif Saat rangkaian switch on, tegangan 240 VAC mensuplay beban induktif dan beban menyerap daya aktif dari sumber. Jika bank kapasitor tidak dipasang, perbedaan fase dapat dilihat pada gambar 5. Hal ini mengaceu hubungan arus beban induktif dan tegangan fase. Untuk memperbaiki perbedaan sudut fase bank kapasitor diposisikan ON untuk mendapatkan kesamaan sudut fase.

Beban RLC 3 fase

Sumber 3 fase

Bank Capasitor

Gambar 5 . Perbedaan fase ketika bank kapasitor OFF Gambar 3. Blok diagram kompensasi 3 fase

HASIL DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN Rangkaian Utama Desain rangkaian utama untuk beban induktif yang menyerap daya reaktif. Rangkaian bank kapasitor pararel dengan beban. PIC 16f877 mereferensikan pengukuran dari sirkuit yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara tegangan dan arus.

Gambar 6. Perbedaan fase saat kapasitor saat ON

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 24

KESIMPULAN 1. Kapasitor, dapat membangkitkan daya reaktif kapasitif yang dibutuhkan untuk mengkompensir daya reaktif induktif dari beban, pemasangannya dapat dilakukan pada tegangan menengah maupun tegangan rendah. 2. Kompensasi daya reaktif dengan kapasitor memberikan keuntungan antara lain : a) Keuntungan saat pembangkitan b) Keuntungan pada kapasitas transmisi c) Keuntungan meminimalisir drop tegangan d) Mengurangi rugi-rugi daya e) Keuntungan finansial pada sistem operasi ketenagalistrikan

PUSTAKA Basri, Hasan, Ir., Sistem Distribusi Daya Listrik, Jurusan Elektro ISTN, Jakarta, 1997 Electronic Circuit.(2010).Variable DC Power Supply. Retrieved November 10, 2010 from the World Wide Web: http://electroniccircuit.net/wp-content.html

Ernawati, Strategi bersaing PT Gajah Tunggal sebagai produsen ban ranmor terbesar di Asia Tenggara, MasterThesesfromMMFEUI dibuat : 1996-12-15.

Hermawanto, Bambang, Ir. MSc., Phenomena Harmonik Di Sistem Distribusi Tenaga Listrik : Masalah, Penyebab dan Usaha Mengatasinya, Energi dan Listrik Volume VI No. 2, Juni 1996. Hardi, Surya, Ir. MSc., Harmonisa Dan Pengaruhnya Pada Peralatan Sistem Distribusi, SAINTEK ITM NO. 10 Tahun VI. Hyper physic Corporation.(2010). Power Factor. Retrieved November 10, 2010 from the World Wide Web: http://hyperphysics.phyastr.gsu.edu/hbase/electric/powfac.html İ. Çolak, R. Bayındır, Güç Katsayısının Bir Mikrodenetleyici Kullanarak Ölçümü, Erciyes Üniversitesi Fen Bilimleri Enstitüsü Dergisi, Cilt 19, Sayı 1-2, 50-58, 2003. Wikipedia.(2010). AC Power. Retrieved November 10, 2010 from the World Wide Web: http://en.wikipedia.org/wiki/Reactive Power

R.C Dugan, M. F. McGranaghan, and H. W. Beaty, Electrical Power System Quality. New York : McGraw-Hill, 1996. Standar IEEE 18-1992, IEEE Standard For Shunt Power Capasitors. Arifin.http://el03.blogspot.co.id/2009/11/perbaikanfaktor-daya.html

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 25

Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Ilmu Eksakta 1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Ilmu Eksakta meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian atau kajianpustaka yang mempunyai kontribusi baru di bidang Teknik. Naskah diketik degan huruf TimesNew Roman, ukuran 11 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas HVS kuarto sepanjang maksimum15 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas(file) dibuat dengan Microsoft word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attacment e-mail kealamat: [email protected] 2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul artikel. Jikapenulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama;nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam halnaskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yangnamanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untukmemudahkan komunikasi. 3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masingmasingbagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikeldicetak dengan huruf besar ditengahtengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atautebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) 4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atauruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup ataukesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). 5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpajudul) yang berisi latar belakang, sedikit kajian pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk) 6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yangdiutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk

skripsi, tesis, disertasi)atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurang (nama, tahun). Pencantuman sumberpada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.Contoh: (Davis, 2003: 47). 8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dankronologis. Buku: Anderson, D, W., Vault, V. D. & Dickson, C. E. 1999. Problem and Prospects for the Decades Ahead: Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publising Co. Buku kumpulan artikel: Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke1). Malang: UM Press. Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Represensation. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge. Artikel dalam jurnal atau majalah: Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61. Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11. Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang): Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3. Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya. Buku terjemahan:

Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 26

Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional. Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG. Makalah seminar, lokakarya, penataran: Waseso, M.G 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus. Internet (karya individual) Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995 : The Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.ht ml, diakses 12 Juni 1996) Internet (artikel dalam jurnal online): Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online), jilid 5,No. 4,(http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000). Internet (bahan diskusi):

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), ([email protected], diakses 22 November 1995). Internet (e-mail pribadi): Naga, D.S ([email protected]). 1 Oktober 1997. Artikel Untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah ([email protected]). 9. Tata cara penyajian kutipan, table, dan gambar mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel bahasa Inggris menggunakan ragam baku. 10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari reviewers yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting, kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis. 11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah. Segala sesuatu yang menyangkut perjanjian pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.