PENGARUH KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA PADA CERPEN

yang lain seperti cerpen Sepotong Senja. Untuk Pacarku, Cermin Maneka, novel. Kitab Omong Kosong, Roman Negeri Senja. (selanjutnya disebut NS) yang me...

9 downloads 717 Views 72KB Size
PENGARUH KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA PADA CERPEN AGUS NOOR The Influence of Seno Gumira Ajidarma’s Writings to Agus Noor’s Short Stories Ricky A. Manik Kantor Bahasa Provinsi jambi Jalan Arif Rahman Hakim No. 101, Telanaipura, Jambi [email protected] (Diterima 20 Agustus 2016 ; Disetujui 19 Desember 2016)

Abstrak Penelitian ini bertujuan mencari tahu pengaruh karya Seno Gumira Ajidarma terhadap cerpen-cerpen Agus Noor. Masalah dari penelitian ini adalah tokoh dan peristiwa dalam cerpen Agus Noor memiliki kesamaan pada cerpen Seno Gumira Ajidarma yang kemunculannya lebih dahulu. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian adalah intertekstualitas. Hasil penelitian membuktikan bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam karya Seno Gumira Ajidarma adalah hipogram bagi cerpen-cerpen Agus Noor. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ruang peristiwa yang tidak hadir dalam karya Seno dengan tokohtokohnya seperti Sukab, Alina, Sandra dan Maneka menjadi sumber inspirasi kreatif bagi cerpen-cerpen Agus Noor. Kata kunci: Tokoh, Peristiwa, Intertekstual, Cerpen

Abstract This research aims to find out the influence of Seno Gumira Ajidarma’s writings to Agus Noor’s short stories. The problem of this research is hypograms of the character and the events in Agus Noor’s short story are similar with Seno Gumira Ajidarma’s work in his short stories which appeared earlier. The method used to solve the problem and to achieve the research goal is intertextuality. The result of the research shows that the characters and the events in Seno Gumira Ajidarma’s short stories are the hypograms for Agus Noor’s short stories. From this research it can be concluded that event spaces which are absent in Seno’s work with the characters like Sukab, Alina, Sandra, and Maneka have become the source of creative inspration for the appearance of Agus Noor’s short stories. Keywords: Characters, Events, Intertextual, Short story

521

Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan Volume 12, Nomor 2, Desember 2016

1. PENDAHULUAN Ketika pengarang melahirkan karya sastra, karya tersebut tidak lahir dengan sendirinya tanpa ada pengaruh-pengaruh atau pengalaman-pengalaman yang ada pada pengarang tersebut. Penghayatan-penghayatan kehidupan oleh pengarang akan menjadi suatu inspirasi dalam melahirkan karya sastra. Selain itu, pengalaman-pengalaman dalam membaca suatu karya sastra secara arif akan menjadi bekal tambahan ilmu dalam pencapaian proses kreatif pengarang. Kelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sang sastrawan. Pada mulanya sastrawan dalam menciptakan karyanya melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Ia menggumuli konvensi sastranya, konvensi estetiknya, gagasan yang tertuang dalam karya itu, kemudian mentransformasikannya ke dalam suatu karangan, karyanya sendiri (Pradopo, 1987, hlm. 228) Seperti yang dikemukakan oleh A.Teeuw (1983, hlm. 5) bahwa tidak ada suatu karya seni yang berfungsi dalam situasi kosong. Karya seni atau sastra merupakan aktualisasi atau realisasi tertentu dari kode budaya atau sastra. Pengarang bebas menerapkan sistem itu secara individual, mengolahnya menurut keperluannya sebagai seniman, atau juga menyimpanginya sesuai dengan kebutuhan yang dikehendakinya. Sebagai akibatnya, pembaca yang menikmati karya sastra yang baru itu akan merasa lebih terharu dari pada apa yang ditemukannya dalam karya sastra yang menjadi hipogramnya. 522

Tegangan itu merupakan aspek hakiki yang sekaligus memainkan peranan penting dalam penikmatan estetik. Hal itu dapat diungkapkan dengan mengacu pada prinsip intertekstualitas (Teeuw, 1984: hlm. 367-368). Prinsip intertekstualitas, menurut Riffatere (dalam Teeuw, 1983, hlm. 65), karya sastra baru bermakna penuh dalam kaitannya dengan karya lain, baik dari segi persamaannya maupun pertentangannya. Karya sastra itu dijajarkannya dengan karya sastra yang menjadi latar penciptaannya, kemudian akan diketahui tujuan penulisan karya sastra itu, apakah untuk menentang, menyimpangi, atau meneruskan konvensinya. Dalam kajian sastra perbandingan ini akan dibandingkan beberapa cerpen Agus Noor (selanjutnya disebut AN) yang kemunculannya tidak lepas dari pembacaan kreatif terhadap cerpen-cerpen dan novel Seno Gumira Adjidarma yang menjadi hipogramnya. Perbandingan ini dilakukan untuk menjawab hal-hal apa saja yang menjadi karya-karya Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya disebut SGA) sangat mempengaruhi kemunculan cerpen-cerpen AN? Adapun beberapa cerpen dan novel Seno yang menjadi pengaruh terhadap cerpen-cerpen AN adalah seperti cerpen Pelajaran Mengarang (selanjutnya disebut PM) yang menyebabkan kemunculan cerpen Pemetik Air Mata (selanjutnya disebut PAM). Cerpen PM dan cerpen PAM samasama memiliki tokoh bernama Sandra. Dalam cerpen PM tokoh Sandra dihadirkan Seno sebagai tokoh anak-anak yang membayangkan aktivitas ibunya sebagai seorang pelacur guna mengerjakan tugas pelajaran mengarang oleh guru di sekolahnya. Bagi Agus Noor, tokoh Sandra dalam PM dihadirkan dalam

Pengaruh Karya Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Agus Noor Ricky A. Manik

cerpen PAM sebagai tokoh Ibu yang memiliki anak bernama Bita. Melihat anaknya Bita yang membeli air mata kristal yang berasal dari kesedihan orang-orang, tokoh Sandra teringat tentang dirinya yang memiliki ibu yang berprofesi sebagai pelacur. Hal ini menandakan bahwa tokoh Sandra yang ada dalam cerpen PM adalah hipogram dari tokoh Sandra pada cerpen PAM. Begitu juga dengan peristiwa pengalaman tokoh Sandra tentang pekerjaan ibunya sebagai pelacur dan dirinya sebagai istri simpanan. Selain cerpen PM yang memiliki pengaruh akan kemunculan cerpen PAM, cerpen Seno yang lain seperti cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku, Cermin Maneka, novel Kitab Omong Kosong, Roman Negeri Senja (selanjutnya disebut NS) yang menyebabkan kemunculan Sepotong Bibir Paling Indah Sedunia (selanjutnya disebut SBPID). Hal ini dibenarkan oleh Satmoko Budi Santoso dalam resensinya terhadap kumpulan cerpen AN di Jawa Pos. “…ternyata sebagai reseptor, saya cukup susah membebaskan teks cerpen Agus dalam kemandirian, tanpa anasir intertekstualitas atau keterpengaruhan yang kuat atas teks lain di luar bangunan teks Agus sendiri. Meski, di dalam ranah kajian sastra, adanya fenomena intertekstualitas merupakan kewajaran.” (Jawa Pos, 14 Maret 2010) Sebenarnya ada juga beberapa cerpen AN yang saya duga juga terpengaruh atas karyakarya SGA, seperi cerpen Satu Tema Tiga Cerita yang mengingatkan pada cerpen Trilogi Petrus yang sama-sama memiliki wacana cerita tentang seorang penembak (pembunuh) misterius. Begitu juga cerpen Suara-Suara

(SGA, 1999) dengan cerpen Ada yang Menangis Sepanjang Hari (Kompas, 28 Maret 2010) yang sama-sama menceritakan tentang suara-suara (tangisan) yang mengganggu dan meresahkan. Namun kajian ini hanya membatasi pada karya-karya SGA dan AN yang memang memiliki kesamaan tokoh dan peristiwa-peristiwa di dalamnya. Melihat banyaknya tokoh dan peristiwa yang sama antara karya-karya Seno dengan cerpen-cerpen AN maka tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian bandingan diantara kedua karya-karya penulis tersebut, yaitu melihat bagaimana pengaruh karyakarya Seno memberi peran penting dalam kemunculan cerpen-cerpen AN. Seno Gumira Adjidarma (SGA) dilahirkan di Boston pada tanggal 19 Juni 1958. Memulai menulis sejak duduk dibangku SMA tahun 1974. Tulisan pertamanya berupa puisi yang dimuat pada majalah Aktuil asuhan Remi Sylado. Dia juga mengirimkan puisinya ke majalah Horison dan dimuat. Cerpennya yang pertama berjudul Sketsa dalam Satu Hari dimuat di surat kabar Berita Nasional. Seno menyelesaikan studi sarjananya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan Film. Sambil kuliah, Seno juga bekerja sebagai wartawan lepas beberapa surat kabar ibukota, antara lain, harian Merdeka. Selanjutnya, SGA juga menerbitkan majalah kampus Cikini, majalah film Sinema Indonesia (1980), dan mingguan Zaman (1983—1984). Dia pun pernah menjabat sebagai redaktur pelaksana majalah Jakarta Jakarta (1985—1992). Seno melanjutkan studi S-2 di program pascasarjana, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia dengan jurusan filsafat dan selesai pada tahun 2002. Kemudian dia melanjutkan studi 523

Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan Volume 12, Nomor 2, Desember 2016

doktornya di FIB-UI hingga lulus dengan mempertahankan disertasinya tentang komik Indonesia (2006). Karya-karya SGA antara lain (1) Bayi Mati (1978), (2) Catatan-Catatan Mira Sato (1978), (3) Manusia Kamar (CV Haji Masagung, 1987), (4) Penembak Misterius (Pustaka Utama Grafiti, 1993), (5) Saksi Mata (1994), (6) Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), (7) Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (Erlangga, 1996), (8) Negeri Kabut (1996), (9) Jazz, Parfum, dan Insiden (1996), (10) Iblis Tidak Pernah Mati (1996), (11) Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra harus Bicara (1997), (12) Atas Nama Malam (1999), (12) Matinya Seorang Penari Telanjang (1999), (13) Layar Kata (2000), (14) Wisanggeni Sang Buronan (2000), (15) Dunia Sukab (2001), (16) Mengapa Kau Culik Anak Kami? (2001), (17) Kematian Donny Osmond (2002), (18) Surat dari Palmerah (2002), (19) Sepotong Senja untuk Pacarku, (20) Sukab Intel Melayu: Misteri Harta Centini, (21) Negeri Senja (2003), (22) “Aku Kesepian, Sayang”: Datanglah, Menjelang Kematian, (23) Biola Tak Berdawai, (24) Kitab Omong Kosong (2004), (25) Affair (2005), (26) Kisah Mata (2006), (27) Kalatidha (2007), dan (28) Atas Nama Malam (2007). Atas prestasinya di bidang penulisan cerita pendek, SGA mendapat penghargaan dari Radio Arif Rahman Hakim (ARH) untuk cerpennya Kejadian (1977), dari majalah Zaman untuk cerpennya Dunia Gorda (1980) dan Cermin (1980, dari harian Kompas untuk cerpennya Midnight Express (1990) dan Pelajaran Mengarang (1993), dan dari harian Sinar Harapan untuk cerpennya Segitiga Emas (1991). Selain itu, SGA juga memperoleh 524

Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk kumpulan cerpen Saksi Mata (1995) dan Penghargaan South East Asia (S.E.A.) Write Award untuk kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1997). Novel Seno yang berjudul Negeri Senja (2003) berhasil mendapatkan Khatulistiwa Literary Award (2004), dan satu tahun kemudian Seno juga mengulang sukses yang sama lewat novelnya Kitab Omong Kosong (2004) mendapatkan hadiah Khatulistiwa (2005). Agus Noor (AN) banyak menulis prosa, cerpen, naskah lakon (monolog dan teater), serta skenario sinetron. AN adalah sastrawan angkatan 2000 dan salah satu cerpenis terpenting dalam sastra Indonesia kontemporer. Ia telah menghasilkan beberapa kumpulan cerpen antara lain Matinya Tukang Kritik (monolog), Potongan Cerita di Kartu Pos, dan untuk cerpennya Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah (2001), Rendezvous, Potongan Cerita di Kartu Pos memperoleh Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa pada tahun 2009. Karya-karya AN yang berupa cerpen juga banyak terhimpun dalam beberapa buku, antara lain Jl. Asmaradana (Cerpen Pilihan Kompas, 2005), Ripin (Cerpen Pilihan Kompas, 2007), Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia, (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002), Pembisik (Cerpen-cerpen terbaik Republika), 20 Cerpen Terbaik 2008 (Pena Kencana). Kumpulan cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia merupakan kumpulan cerpen terbarunya yang terbit pada bulan maret 2010. Ada beberapa kritikus sastra yang memandang karya-karya AN memiliki

Pengaruh Karya Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Agus Noor Ricky A. Manik

keterkaitan dengan karya-karya SGA. Begitu juga dengan karya-karya SGA yang tidak bisa dilepaskan dari keterpengaruhan akan ceritacerita silat dan wayang. Keterpengaruhan AN atas cerita-cerita SGA ini khususnya untuk kumpulan cerpen AN yang diluncurkannya pada tahun 2010 ini belum ada yang membahasnya secara mendalam dan ilmiah. Pembahasan karya-karya AN ini barulah sebatas resensi. Di dalam resensi itu memang ada menyinggung soal keterpengaruhan AN atas SGA. Namun, belum pada pembahasan yang mendalam terkait tokoh-tokoh yang dihadirkan dan peristiwa-peristiwa yang ada dalam karya-karya kedua pengarang tersebut. Seperti resensinya Satmoko Budi Santoso di Jawa Pos, Minggu, 14 Maret 2010 yang berjudul Pesona Strategi Literer Agus Noor yang hanya mengatakan bahwa karya-karya AN tidak bisa dibebaskan dari kemandiriannya. Sementara itu, Aris Kurniawan dalam resensinya di Kompas, Minggu, 9 Mei 2010 yang berjudul Upaya Menciptakan Dunia Baru mengatakan bahwa AN bereksperimen bentuk pada bahan-bahan cerpen yang sudah ada. Cerpen-cerpen yang dimaksud oleh Aris Kurniawan itu adalah cerpen-cerpennya SGA. Menurut Yaapar (dalam Trisman dkk., 2003: 99), di Perancis pada abad ke-19 kajian sejarah kesusastraan, khususnya kesusastraan Perancis banyak dilakukan oleh sarjana-sarjana sastra dari Perancis dengan menggunakan kajian sastra bandingan. Sebab kajian ini memberi penekanan pada ciri sejarah, studi sastra bandingan bersifat positivistik. Perkembangan studi sastra bandingan tidak saja pada kajian sejarah sastra, tetapi meliputi teori dan kritik sastra. Batasan sastra bandingan menurut Sudjiman (1990, hlm.

72) adalah telaah dan analisis kesamaan dan pertalian karya sastra berbagai bahasa dan bangsa. Dari batasan sastra bandingan itu dapat dipahami bahwa dasar perbandingan adalah kesamaan dan pertalian teks. Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau kelainan, di samping kesamaan dan pertalian teks. Tentu perbandingan dapat dilakukan tidak hanya terbatas pada sastra antarbangsa, tetapi juga sesama bangsa sendiri, misalnya antarpengarang, antargenerik, antarzaman, antarbentuk, dan antartema. Pertalian teks antarkarya sastra dapat dikaji melalui asal-usul teks, pengaruh teks, dan tematik teks. Hasil kajian sastra bandingan adalah upaya untuk mendapatkan adanya perbedaan dan persamaan teks, penyimpangan dan kesinambungan dari teks-teks yang dibandingkan, dan ketaklaziman teks yang baru dari teks yang lama atau dapat juga teks yang baru mengukuhkan teks yang telah ada sebelumnya. Dalam kerja sastra bandingan, Teeuw (1983, hlm. 65) mengatakan bahwa setiap karya sastra menggunakan latar atau menurut Riffaterre (1978, hlm. 11) “hipogram”, baik hipogram potensial maupun hipogram aktual. Prinsip ini pertama kali dikembangkan oleh peneliti Perancis, Julia Kristeva (dalam Teeuw, 1984, hlm. 145-146), dengan cara intertekstualitas. Setiap teks karya sastra dibaca dan harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lain karena tidak ada teks yang benar-benar mandiri atau otonom. Pemahaman sebuah teks secara intertekstual berfungsi untuk menggali makna yang terkandung di dalam teks tersebut secara maksimal karena pembacaan yang berhasil didasarkan pada pemahaman terhadap karya 525

Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan Volume 12, Nomor 2, Desember 2016

yang muncul sebelumnya (Ratna, 2009, hlm. 173-174). 2. METODE Metode adalah cara, sedang penelitian adalah kegiatan mengumpulkan data. Jadi metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Shri Ahimsa-Putra, 2009, hlm. 18). Data dalam penelitian ini dikategorikan sebagai data kualitatif, sebab data ini bukan berupa angka-angka melainkan berupa pernyataanpernyataan mengenai isi, sifat, ciri, keadaan, dari suatu gejala, atau pernyataan mengenai hubungan-hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sesuatu itu bisa berupa benda-benda fisik, pola-pola perilaku, atau gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, bisa pula peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat (Shri Ahimsa-Putra, 2009, hlm. 18). Dengan demikian, metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena, gejala, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, atau peristiwa-peristiwa yang ditemukan oleh peneliti. Selain itu, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Bagdan dan Taylor dalam Moleong, 2001, hlm. 3). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mengamati, mendeskripsikan, dan menganalisis prilaku manusia dengan halhal yang memiliki hubungan dengan manusia 526

tersebut. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan, menganalisis, menentukan bagaimana pengaruh karya SGA pada cerpen-cerpen AN dengan menggunakan pendekatan intertekstualitas. Kalau dilihat dari hasil karya-karya yang telah SGA publikasikan dalam bentuk buku maupun kumpulan bersama, pengarang ini dapat dikatakan sebagai pengarang yang produktif sekali. Puluhan kumpulan cerpen, beberapa novel, naskah drama, esai sastra dan komik merupakan buah dari ketekunannya sebagai seorang penulis yang dicita-citakannya. Banyaknya karya yang telah dihasilkannya dan bukan tidak mungkin banyak memberi pengaruh dalam proses kreatif pembaca untuk menghasilkan karya-karya kreatif yang baru. Sehingganya kadang kita menjumpai cerpencerpen menyerupai gaya penceritaan SGA atau mungkin tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen SGA menjadi tokoh pula dalam cerpen yang dituliskan oleh cerpenis yang lain. Agus Noor salah satu cerpenis mutakhir Indonesia yang secara jelas menggambarkan karya-karyanya terpengaruh dengan karya-karyanya SGA. Sebab cerpen yang ditulisnya dengan jelas didedikasikannya untuk SGA. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pengaruh Pelajaran Mengarang (PM) pada Pemetik Air Mata (PAM) Cerpen Pelajaran Mengarang (PM) pertama kali dipublikasikan di harian Kompas, 5 Januari 1992. Kemudian cerpen ini menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 2003. Cerpen ini termuat dalam kumpulan cerpen SGA Atas Nama Malam (1999). Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak

Pengaruh Karya Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Agus Noor Ricky A. Manik

pelacur yang bernama Sandra yang diminta untuk membuat karangan oleh ibu guru di sekolahnya. Ada tiga judul yang diberikan oleh ibu guru yaitu “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek” dan “Ibu”. Dari ketiga judul yang diberikan itu, Sandra merasa kesulitan untuk mengarangnya karena dua judul yang diberikan tidak pernah atau belum pernah dialaminya. Sedangkan judul yang ketiga menjadi pergolakan batinnya untuk menceritakan siapa ibunya. Sepanjang waktu yang diberikan oleh ibu guru, Sandra hanya membayangkan tentang ibunya yang bekerja di malam hari, kadang tidak pulang setelah mendapat pesan di pagernya oleh seseorang yang telah menunggunya di kamar hotel. Sering pulang dalam keadaan mabuk dan pada akhirnya Sandra sering melihat ibunya tidur dengan laki-laki yang tak pernah dikenalnya. Dan diakhir cerita Sandra hanya bisa menuliskan “Ibuku seorang pelacur..” dalam karangannya yang tak sempat dibaca oleh ibu gurunya. Sementara cerpen Pemetik Air Mata (PAM) pertama kali dimuat di harian Kompas, 11 Oktober 2009. Kemudian cerpen ini masuk dalam kumpulan cerpen AN Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. Cerpen PAM berawal tentang cerita peri-peri pemetik air mata orang-orang yang mengalami kesedihan dan membawanya ke dalam sebuah goa dan menggantungkannya di langit-langit goa. Air mata itu berubah menjadi kristal ketika tersentuh oleh jari-jari peri tersebut. Kristal air mata itu mengeluarkan suara-suara kesedihan. Kemudian seseorang pencuri sarang walet mengambil kristal-kristral air mata itu dan menjualnya. Banyak anak-anak membelinya termasuk tokoh Bita, anak dari tokoh Sandra

yang bercerita tentang peri-peri pemetik air mata itu. Sandra teringat masa kecilnya ketika memiliki seorang ibu yang berprofesi sebagai pelacur. Ketika mamanya menangis, ia berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul untu menghapus kesedihan mamanya. Di akhir cerita ayah Bita datang hanya untuk melepaskan hasrat kepada Sandra yang hanya sebagai istri simpanan. Secara tematik dan tokoh sentral, kedua cerpen ini memiliki kesamaan, yaitu tentang kesedihan hidup menjadi seorang pelacur. Cerpen PM yang menjadi hipogram cerpen PAM menceritakan tentang pergulatan batin tokoh Sandra ketika harus menceritakan dalam bentuk karangan tentang judul-judul yang tak pernah dia alami. Pergulatan batin paling terlihat ketika dia harus menceritakan apa yang menjadi pekerjaan ibunya. Bagaimana kesedihan ibunya harus menjalani pekerjaan sebagai seorang pelacur dan tak ingin anaknya melakukan hal yang serupa. Sandra dalam cerpen PM tak pernah mengenal bapaknya, sedangkan di cerpen PAM anak Sandra mengenal bapaknya. Sementara dalam cerpen PAM juga menceritakan tentang pergulatan batin tokoh Sandra yang menjadi istri simpanan orang. Cerpen PAM muncul karena pembacaan kreatif AN atas cerpen PM-nya SGA. Bagaimana tokoh sentral dari cerpen PM dihadirkan kembali setelah dewasa. Cerpen PAM ini semacam kelanjutan dari cerpen PM. Di cerpen PAM, AN menceritakan kembali ingatan Sandra sewaktu masih menjadi anak Pelacur, bagaimana mamanya sering memanggilnya dengan sebutan: Anak Setan! (dalam kumpulan cerpen Atas Nama Malam hal. 75 dan 77, dalam kumpulan cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia hal. 4). 527

Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan Volume 12, Nomor 2, Desember 2016

Ketragisan hidup yang harus dijalani tokoh Sandra menjadi seorang istri simpanan yang sebelumnya menjadi pelacur pada sebuah kafe merupakan pembacaan kreatif AN atas cerpen PM SGA. Apa yang dalam PM tidak hadir menjadi inspiratif AN untuk menghadirkan karya PAM, seperti imajinasi Sandra kecil ketika melihat ibunya sedang menangis yg mengharapkan kedatangan periperi pemetik air mata untuk menghilangkan kesedihan yang diderita ibunya, kemudian kesimpulan mengenai kematian ibu Sandra yang diakibatkan penyakit kelamin yang dideritanya, lalu kehidupan Sandra selanjutnya setelah dewasa yang ternyata juga memilih jalan sebagai pelacur dan istri simpanan. Secara garis besar sepertinya ide tentang seseorang yang harus menerima kenyataan dengan terlahir sebagai anak seorang pelacur seperti tokoh Sandra sebagai representasinya memberikan pengaruh terhadap pembaca kreatif untuk menuliskan tentang ide yang sama bahwa manusia itu sepertinya lahir dari kesedihan seperti kutipan dialog cerpen PAM, “Kenapa Mama menangis?” “Tidak Sandra … Mama tidak menangis.” “Kenapa manusia bisa menangis, Mama?” “Karena manusia diciptakan dari kesedihan.” “Kenapa mesti ada kesedihan, Mama?” “Diamlah. Jangan Cerewet. Atau mama hentikan bacanya!” (Noor, 2010, hlm. 5) Selain cerpen PM, jejak SGA yang lain juga dapat dijumpai pada cerpen PAM, gaya penceritaan surealis pada cerpen SSUP SGA sepertinya juga memberikan pengaruh pada gaya penceritaan di PAM. Kalau di SSUP senja dan hal-hal disekitarnya bisa dijadikan sesuatu (benda?) yang bisa dipotong dan 528

dikirim serupa barang paketan, di PAM air mata dari orang menangis bisa dipetik dan berubah menjadi kristal. Penandaan gaya penceritaan itu dapat dilihat dari kedua cerpen tersebut. Kalau di SSUP senja yang dijual dengan harga seribu tiga, sementara kalau di PAM air mata yang dijual seribu tiga. Eka Kurniawan dalam resensinya terhadap kumpulan cerpen SBPID pada harian Kompas, 9 Mei 2010 yang berjudul Upaya Menciptakan Dunia Baru mengatakan bahwa eksperimentasi bentuk yang diketengahkan pada beberapa cerita ialah bagaimana Agus Noor menciptakan teks cerpen dengan bahan dari cerpen yang telah ada. b. Pengaruh Karya-karya SGA dalam Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia Karya Agus Noor Cerpen SBPID merupakan judul kumpulan cerpen AN yang terbaru tahun 2010. Dari beberapa cerpen AN, tampaknya cerpen yang SBPID ini merupakan cerpen yang paling terlihat jelas pengaruh SGA di dalamnya. Mulai dari tokoh, latar, dan gaya penceritaannya. Namun, cerpen SBPID ini berhasil dalam meramu pembacaan setiap peristiwa yang ada dalam cerpen-cerpen SGA. Cerita dalam cerpen SBPID diawali dengan cerita tokoh Maneka yang menerima kiriman dari Sukab melalui tukang pos yang muncul dari balik cakrawala senja. Kiriman itu berupa sepotong bibir yang indah yang tidak diketahui siapa pemiliknya oleh Maneka. Sepotong bibir yang dikirim Sukab melalui tukang pos aneh itu mengingatkannya pada sepotong senja yang dikirimkannya kepada Alina. Maneka sangat mencintai Sukab, namun pandangan Maneka, Sukab lebih mencintai Alina setelah

Pengaruh Karya Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Agus Noor Ricky A. Manik

mengetahui sebuah peristiwa ketika Sukab telah memotong senja dan mengirimnya kepada Alina, bukan dirinya. Meskipun begitu, Maneka rela meninggalkan suaminya untuk mencari Sukab yang suka mengembara di Negeri Senja. Bibir yang dikirim Sukab itu bisa mendesis, berbisik, berbicara, dan menangis. Lalu Maneke menceritakan tentang bibir yang dikirim Sukab kepada Alina. Hal itu dianggap biasa oleh Aline karena sudah mengetahuinya. Lalu mereka membicarakan perihal bibir yang indah itu, bibir yang sering berbicara dengan bahasa yang tidak mereka mengerti, mungkin bahasa dari Negeri Senja. Bibir itu kemudian banyak menarik perhatian orang-orang karena selain keindahan dan kata-katanya yang memukau, bibir itu bisa menyembuhkan penyakit. Sehingganya bibir itu dianggap menjadi solusi segala persoalan. Bagi Maneka, bibir itu seperti bibir calon Presiden, tetapi bagi Alina bibir itu milik Tukang Kibul. Pemahaman sebuah teks secara intertekstual berfungsi untuk menggali makna yang terkandung di dalam teks tersebut secara maksimal karena pembacaan yang berhasil didasarkan pada pemahaman terhadap karya yang muncul sebelumnya (Ratna, 2009: 173174). Apa yang dilakukan oleh AN untuk menghasilkan cerpen SBPID merupakan pembacaan yang berhasil dengan pemahaman terhadap karya-karya SGA. Ketertarikan AN terhadap tokoh-tokoh fiktif yang sering dihadirkan SGA itu memancing imajinasinya untuk membuat suatu karya yang baru. Dalam cerpen SBPID tokoh-tokoh yang dihadirkan adalah, Maneka, Sukab, dan Alina. Tokoh-tokoh ini adalah tokohtokoh fiktifnya SGA. Tokoh Maneka adalah

tokoh yang terdapat dalam cerpen CM dan di novel Kitab Omong Kosong. Tokoh Maneka dalam cerpen CM adalah sosok perempuan yang merasa hidupnya membosankan dan berharap hidupnya mengalami perubahan. Ia ingin mengembara ke sebuah negeri yang tidak pernah dikunjunginya. Perubahan yang diharapkannya benar-benar terjadi ketika cermin yang ada di dalam kamarnya menjadi pintu untuknya memasuki dunia yang tak pernah ditemuinya. Tokoh Maneka dalam novel KOK juga digambarkan sebagai seorang perempuan yang mengembara mencari Walmiki si pembuat cerita perihal menuliskan takdirnya sebagai seorang pelacur. AN tidak mengubah penokohan Maneka dalam karya SGA. Maneka tetap digambarkan sebagai sosok perempuan yang merasa kehidupannya hampa dan ingin mengembara. Dalam SBPID, sosok Maneka dihadirkan sebagai sosok perempuan yang juga menghiasi kisah percintaan Sukab. Bahkan dikatakan disitu bahwa Maneka juga mengetahui dan sedang berada di kota di mana terjadi kehebohan ketika senja dipotong oleh Sukab (kisah ini terdapat dalam cerpen SSUP). Tokoh Sukab yang mengirimkan sepotong bibir adalah tokoh fiktif SGA dalam berbagai cerpen, novel, dan komiknya seperti SSUP, di beberapa kumpulan cerpen Dunia Sukab, Jawaban Alina, dan Sukab Intel Melayu (komik). Sosok Sukab dalam SBPID tetap digambarkan sebagai sosok yang misterius. Ia hadir dalam penceritaan Maneka. Sosok Sukab ini merupakan sosok yang bisa memberikan sesuatu tentang apa saja seperti tentang cinta atau pembunuhan atau sebuah pengembaraannya pada sebuah Negeri Senja (dapat dilihat dalam novel NS). Seperti yang dibayangkan oleh Maneka di bawah ini: 529

Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan Volume 12, Nomor 2, Desember 2016

“Oalah, Sukab, Sukab. Di manakah kamu sekarang? Kali terakhir Maneka mendengar kabar kalau laki-laki itu mengelana hingga Negeri Senja. Negeri tempat matahari tak pernah terbenam, selalu bertengger di cakrawala dan selalu menyemburatkan cahayanya yang kilau kemilau….” (Noor, 2010, hlm. 57) Begitu juga dengan tokoh Alina, dalam SBPID tetap memiliki karakteristik perempuan yang teguh, perempuan yang kuat. Penggambaran tokoh Alina ini dapat kita temui juga dalam cerpen SGA di SSUP dan Jawaban Alina, meskipun tokoh Alina juga ada pada cerpen yang berjudul Bunyi Hujan di Atas Genting dalam kumpulan cerpen Penembak Misterius (1993), namun tokoh Alina yang dimaksud dalam cerpen SBPID adalah Alina yang di SSUP dan Jawaban Alina. Tokoh yang menjadi kekasihnya Sukab, namun Alina sesungguhnya tidak mencintai Sukab. Cerita SBPID merupakan cerita yang tak dihadirkan dalam kisah-kisah cerpen SGA, namun tetap berangkat dari tokoh-tokoh yang ada. SBPID seperti imajinasi AN atas tokoh Sukab yang suka mengirimkan seuatu yang tidak masuk diakal kepada Alina. Ternyata kali waktu tokoh ini juga mengirimkan sesuatu (bibir yang indah) kepada perempuan lain, yakni Maneka. Mungkin saja bibir yang dimaksud dalam cerpen SBPID ini adalah bibir yang terdapat dalam cerpen Bibir (SGA, 1999). Kalau SGA merepresentasikan keindahan itu sebagai senja, maka oleh AN, keindahan itu ada pada bibir. Mungkin saja oleh SGA senja itu merupakan keindahan yang di dalamnya ada kisah-kisah penting, begitu juga AN yang menganggap bahwa bibir yang 530

indah itu dapat bercerita tentang keindahan itu, tetapi bibir yang indah itu bisa juga bercerita tentang suatu yang tidak indah. 4. SIMPULAN Dalam cerpen Pelajaran Mengarang dan cerpen Pemetik Air Mata memiliki kesamaan tokoh sentral yaitu Sandra. Kalau dalam Pelajaran Mengarang tokoh Sandra harus bersedih karena mengetahui ibunya seorang pelacur, sementara dalam Pemetik Air Mata tokoh Sandra sudah memiliki anak dan menjadi istri simpanan. Tema kedua cerita ini juga sama yaitu tentang kesedihan untuk menjalani hidup sebagai pelacur dan beban sebagai anak pelacur. Perbedaan kedua cerpen ini adalah di Pemetik Air Mata ada cerita tentang peri-peri pemetik air mata dan kemunculan tokoh Bita sebagai anak Sandra serta kematian ibu Sandra karena penyakit kelamin. Cerpen Pemetik Air Mata ini serupa kelanjutan dari cerpen Pelajaran Mengarang. Sedangkan dalam cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia bukan lanjutan dari cerita-cerita Seno, melainkan bagian dari kisah-kisah atau peristiwa-peristiwa yang diceritakan oleh Seno. Dari cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia ini ditemukan tokoh-tokoh yang menjadi tokoh fiktif dalam karya-karya Seno, seperti tokoh Maneka ada pada cerpen Cermin Maneka dan novel Kitab Omong Kosong. Tokoh Sukab banyak kita jumpai dalam karya-karya Seno antara lain pada kumpulan cerpen Dunia Sukab, Sepotong Senja Untuk Pacar , Jawaban Alina, dan Negeri Senja. Selain tokoh yang dihadirkan Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia juga mengambil kisah-kisah yang ada dalam novel Negeri Senja.

Pengaruh Karya Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Agus Noor Ricky A. Manik

Tokoh-tokoh dan kisah yang terdapat dalam karya-karya Seno Gumira Ajidarma ternyata menjadi inspirasi kreatif Agus Noor untuk mentransformasikannya ke dalam cerpen-cepen yang dituliskannya, terutama dalam cerpen Pemetik Air Mata dan Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. Hal ini terlihat diakhir cerpen Agus Noor Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia yang didedikasikannya untuk Seno Gumira Ajidarma. Agus Noor tidak menyalin atau meniru teks-teks karya Seno Gumira Ajidarma berdasarkan pembacaannya. Agus Noor justru menggubahnya kembali melalui daya kreativitas yang tinggi. Ia menggunakan teknik penceritaan yang cemerlang meskipun sesungguhnya gaya itu serupa dengan gaya penceritaan Seno Gumira Ajidarma. Apa yang dalam karya-karya Seno Gumira Ajidarma yang menjadi pembacaannya tidak dihadirkan dalam cerita, dalam cerpen Agus Noor justru dihadirkan. DAFTAR PUSTAKA Adjidarma, Seno Gumira. 1999. Atas Nama Malam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________. 2002. Sepotong Senja Untuk Pacarku. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noor, Agus. 2010. Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. Jakarta: Bentang Pradopo, Rahmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press. Shri Ahimsa-Putra, Heddy. 2009. Paradigma Ilmu Sosial-Budaya Sebuah Pandangan. Makalah. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (Kuliah Umum). Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. ________. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Trisman, B. 2003. Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Media Cetak: Kurniawan, Eka. Upaya Menciptakan Dunia Baru. Kompas. 9 Mei 2010. Santoso, Satmoko Budi. Pesona Strategi Literer Agus Noor. Jawa Pos. 14 Maret 2010.

531