ISSN 2302-0199 pp. 99-114
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
PENGARUH KESADARAN MEREK, KEPERCAYAAN MEREK DAN KEUNGGULAN PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK LUXURI FASHION BRAND DENGAN GENDER SEBAGAI MODERATING PADA PEMASARAN MEDIA SOSIAL DI KOTA BANDA ACEH Novi Tria Mardalena1, A. Rahman Lubis2, Sorayanti Utami3 1)
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
Abstract:The purpose of this study is to analyze (1) the influence of brand awareness on the interest of buying luxury fashion brand product on social media marketing, (2)the influence of trust on buying interest of luxury fashion brand product on social media marketing, (3) the influence of buying luxury fashion brand product on social media marketing (4)the influence of brand awareness on buying interest of luxury fashion brand product with gender as moderating on social media marketing (5) influence of brand name to buying interest of luxury fashion brand product with gender as moderating on media marketing social, (6) the effect of product superiority on the buying interest of luxury fashion brand products with gender as moderating on social media marketing. This research was conducted in Kota Banda Aceh with object of brand awareness research, product superiority, trust and buying interest, with 150 respondents. The results of this study indicate that brand awareness affects consumer buying interest in brand fashion luxury products, brand trust also influence the buying interest of brand fashion luxury products, product excellence affect the consumer buying interest in luxury fashion brand products. Then the research result proves that brand awareness to the interest of buying luxury fashion brand product with gender as there are moderating influence, brand trust on buying interest of luxury fashion brand product with gender as there is moderating influence and there is influence of product superiority to buying interest of luxury fashion brand product with gender as moderating on social media marketing in Banda Aceh City Keywords : Brand Awareness, Trust, Product Benefit, and Buying Interest Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial, (2) pengaruh kepercayaan terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial, (3) pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial (4) pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial (5) pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial, (6) pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial. Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh dengan objek penelitian kesadaran merek, keunggulan produk, kepercayaan dan minat beli, dengan jumlah responden penelitian sebanyak 150 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek berpengaruh terhadap minat beli produk luxury fashion brand, kepercayaan merek berpengaruh juga terhadap minat beli produk luxury fashion brand, keunggulan produk berpengaruh terhadap minat beli produk luxury fashion brand. Kemudian hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating, terdapat pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating dan terdapat pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh. Kata Kunci: Kesadaran Merek, Kepercayaan, Keunggulan Produk dan Minat Beli
Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 99
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
PENDAHULUAN
Bisnis fashion saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di era globalisasi. Tidak kalah dari sektor lainnya, bisnis ini memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pertumbuhan ekonomi. Saat ini semakin banyak pihak yang tertarik untuk masuk dalam bisnis fashion dan berlomba untuk meningkatkan pelayanan produk mereka. Berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi, memunculkan jenis fashion semakin banyak variasinya. Hal ini terjadi pula di Indonesia, pada saat muncul suatu produk yang dianggap baru oleh masyarakat. Perkembangan bisnis fashion ini dikarenakan peningkatan pendapatan dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar salah satunya di Kota Banda Aceh. Dalam beberapa tahun terakhir, sosial media telah menjadi komponen komunikasi pemasaran terpadu yang memungkinkan organisasi untuk membangun hubungan yang kuat dengan konsumen (Mangold & Faulds, 2009). Mengacu pada Kaplan & Haenlein (2010), sosial media adalah sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Definisi ini menyiratkan bahwa konten tidak dikonsumsi oleh orang-orang secara pasif, sebaliknya diproduksi dan dikonsumsi bersama oleh pengguna secara aktif (Laroche, et al., 2013). Sosial media ,termasuk jejaring sosial, blog, platform video, dan mikro-blog, digunakan untuk membuat komunikasi satu dan dua arah antara individu, masyarakat, dan perusahaan. Berdasarkan Riset Index ECommerce dari Rakuten Inc yang dikeluarkan pada 28 Pebruari 2013, Indonesia memimpin tren belanja online
melalui sosial media atau disebut belanja sosial.Indeks tren Indonesia sebesar 78% memimpin di wilayah Asia Tenggara, (IndoTelko, 2013). Sedangkan riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight 2012 menunjukkan sebanyak 3.7 juta netizen pernah melakukan jual/beli secara online dengan memanfaatkan segala platform yang ada seperti Facebook, Twitter, BlackBerry group, situs e-commerce, dan blog (Darwin, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa sosial media semakin banyak digunakan dalam melakukan bisnis (Mikalef, et al., 2012) dan merupakan media yang efektif untuk promosi dan memasarkan produk dan jasa. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang mendasari minat beli konsumen, termasuk memahami motivasi konsumen agar dapat sukses di dunia virtual yang dinamis (Pearce, et al. 2012). Utilitarian lebih didasarkan pada alasan functional atau tangible, sedangkan hedonik lebih bersifat pleasurable atau intangible (Solomon, 2015). Dunia fashion saat ini berkembang dengan cepatnya. Mode-mode yang ada akan selalu berganti-ganti mengikuti trend yang ada. Dan pada dasarnya semua orang ingin memiliki sebuah penampilan yang elegan dan anggun. Hal itu merupakan concern bagi para wanita maupun para pria. Tidak heran jika banyak orang akan menghabiskan waktunya untuk memilih pakaian, tas, sepatu, perhiasan, dan lainlain. Bahkan mereka rela untuk membayar harga yang mahal untuk membeli sebuah luxury produk dari merek-merek yang terkenal. Karena sebuah merek menunjukkan kelas dan status dari seseorang di dalam masyarakat. Seperti merek-merek mewah berikut ini yang dianggap sebagai simbol high class dan status di dalam masyarakat. Dan seseorang dianggap kaya dan berpenampilan menarik jika mereka Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 100
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
menggunakan merek-merek yang ternama ini. Mengapa orang memilih merek yang terkenal? Tentu saja karena kwalitas yang bagus, produk yang dihasilkan dari sebuah hasil karya yang kreatif, ide-ide yang cemerlang dalam menciptakan sebuah produk yang baru, promosi yang menarik, manajemen relation yang solid dengan pelanggannya. Adapun faktor lainnya yang juga penting adalah memiliki strategi periklanan yang kuat dan pemasaran yang kreatif. Faktor-faktor tersebut yang membuat beberapa merekmerek fashion brand menjadi terkenal baik di Kota Banda Aceh maupun di dunia. Hal ini tentu mendasari keinginan membeli dari konsumen untuk memiliki produk yang mewah dengan merek terkenal. Selain itu gender atau jenis kelamin dari konsumen juga mempengaruhi terhadap keinginan untuk membeli produk luxuri fashion brand melalui media sosial, disini akan coba dilihat apakah laki-laki atau perempuan mempunyai kecenderungan yang dominan terhadap minat beli produk luxuri fashion brand. Selain itu apakah konsumen lakilaki atau perempuan mempunyai kesadaran merek, mempunyai kepercayaan terhadap produk yang akan dibeli melalui media sosial. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, seberapa besar pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, seberapa besar pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, seberapa besar pengaruh kesadaran merek terhadap minat 101 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, seberapa besar pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 6) seberapa besar pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 2) untuk menganalisis pengaruh kepercayaan terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 3) untuk menganalisis pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 4) untuk menganalisis pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 5) untuk menganalisis pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, 6) untuk menganalisis pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh. KAJIAN KEPUSTAKAAN Minat beli Purchase intention merupakan perilaku yang ditampilkan oleh individu dalam stageevaluation of alternatives. Dalam pemilihan sejumlah alternatif
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
konsumen akan mengevaluasi sejumlah merek dalam satu kategori produk yang dinilai mampu memecahkan masalahnya. Beberapa konsumen akan mungkin membeli merek tertentu karena mereka merasa merek yang yang merek pilih tersebut menawarkan beberapa fitur yang sesuai dengan kebutuhan, kualitas dan memiliki sisi emosional dengan konsumen. Terdapat beberapa definisi dari intensi pembelian, antara lain: Niatan seseorang untuk membeli sebuah produk, dan merupakan salah satu cara awal bagi pemasar untuk dapat mempelajari serta memahami perilaku konsumen (Lestari, 2008); Kemungkinan subjektif individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Bansal et al., 2005); Kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2004); Kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Lestari, 2008); Unit dasar dalam jaringan rencana yang akan muncul ketika individu melakukan aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa depan, seperti perencanaan, berangan-angan, perenungan, simulasi mental (Soderlund & Ohman, 2003). Kesadaran Merek Aaker seperti dikutip oleh Retnawati (2013) mendefinisikan, “kesadaran merek (brand awareness) sebagai suatu penerimaan konsumen terhadap sebuah merek dalam benak mereka dimana ditunjukkan dari kemampuan mereka mengingat dan mengenali kembali sebuah merek ke dalam kategori tertentu”. Upaya meraih kualitas kesadaran merek, baik dalam tingkat
pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu berusaha membangun identitas merek (brand identity) dan berusaha membentuk citra merek (brand image building) dalam benak konsumen (Rangkuti, 2002:39). Sedangkan Suyanto (2013:80) menyatakan, “kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kesadaran merek pada dasarnya merupakan respon atau penerimaan benak konsumen terhadap merek. Tinggi rendahnya kesadaran merek tergantung pada kemampuan konsumen untuk mengingat dan mengenali sebagai baik sebuah merek dalam kategori tertentu. Misalnya ketika konsumen memikirkan merek fashion yang dengan cepat muncul dibenak konsumen adalah Armani, Hermes, Louis Vuitton dan sebagainya. Atau ketika konsumen memikirkan merek perusahaan penerbangan di Indonesia yang muncul pertama kali adalah PT Garuda Indonesia, kemudian disusul dengan maskapai penerbangan lainnya. Kepercayaan Merek Pemahaman yang lengkap tentang keputusan konsumen tidak dapat diperoleh tanpa penjelasan mengenai kepercayaan terhadap merek (trust in a brand) dan bagaimana hubungannya dengan keputusan pemilihan perbankan. Dalam pemasaran industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan sumber dari keputusan seseorang untuk melakukan pembelian. Menurut Lau dan Lee (2000), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 102
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
dan konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan konsumen. Kemudian Soderlund dan Julander (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan pelanggan dapat dikaitkan dengan kinerja dari perusahaan. Dan mereka melihat kinerja tersebut berdasarkan tingkat keberhasilan pelayanan yang mampu diberikan oleh suatu perusahaan, karena mereka berpendapat bahwa produk yang sama namun jika dibeli ditempat yang berbeda pasti akan mendapatkan pelayanan yang berbeda. Dengan demikian kesenjangan yang mereka (konsumen) rasakan (kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang didapatkan atau diperoleh) itulah yang sering disebut dengan kepuasan. Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau mendapat simpati dari kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan dengan suatu merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kepercayaan pelanggan terhadap produk perbankan maupun jasa pelayanan yang diberikan akan memberikan dampak terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. Keunggulan Produk Produk adalah suatu himpunan dari atribut-atribut fisik atau abstrak yang mungkin akan diterima pembeli sebagai pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan menurut Kotler produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Atribut yang mendukung keunggulan 103 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
produk
adalah
diferensiasi
dengan
produk
yang
melakukan komponen-
komponennya antara lain adalah produk tersebut harus lebih inovatif dibandingkan dengan produk yang sudah ada, produk tersebut harus mempunyai kualitas yang tinggi, dan yang ketiga produk harus dapat menjembatani keinginan dari konsumen dengan baik, dalam hal ini diterjemahkan sebagai fungsi daripada produk tersebut. METODE PENELITIAN Lokasi Dan Objek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Banda Aceh. Objek penelitian ini adalah kesadaran merek, keunggulan produk, kepercayaan dan minat beli. Populasi Dan Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berbelanja lewat online sosial media. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability sampling terhadap pelanggan (konsumen) yang telah membeli produk fashion luxuri brand di Banda Aceh. Menurut Arikunto (2012 : 108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut studi populasi atau studi sensus. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen pada pemakai fashion luxuri brand di Kota Banda Aceh. Sementara sampeladalah bagian dari populasi yang diambil melalui caracara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Dengan kata lain sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat diteliti (Hasan, 2012 : 58). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 orang. Penentuan jumlah sampel ini didasarkan pada pendapat (Malhotra, 2006:321) yang menyatakan bahwa jumlah sampel 150 orang sudah cukup memenuhi populasi dalam sebuah penelitian lebih dari 10.000 orang. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria konsumen: Berdomisili di Banda Aceh, Menggunakan media sosial marketing Minimal telah berbelanja lebih dari 2 kali. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 150 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan media online, jadi responden menjawab pertanyaan melalui kuesioner yang dikirimkan melalui aplikasi media sosial. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh penulis melalui kuisioner yang terdiri dari itemitem pertanyaan yang dibagikan kepada responden. Di dalam pengumpulan data untuk penulisan karya akhir ini penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu: 1. Kuesioner, yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh penulis melalui kuisioner yang terdiri dari item-item pertanyaan yang dibagikan kepada konsumen. 2. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi publikasi
dan laporan yang penelitian ini.
sesuai
dengan
Skala Pengukuran Penelitian ini menggunakan suatu model angket yang digunakan dengan menggunakan angket multikotomis (banyak pilihan jawaban) dimana subjek memiliki lima alternatif tanggapan dengan menggunakan skala interval dalam bentuk skala Likert. Skala ini berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu. Dalam kuisioner penelitian ini pernyataan mulai dari sangat tidak setuju (STS) tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju (S) sampai dengan pernyataan sangat setuju (SS), sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini: No. 1. 2. 3. 4. 5.
Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Skor 1 2 3 4 5
Peralatan Analisis Data Untuk menghitung pengaruh kesadaran merek, kepercayaan merek dan keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand bagi konsumen di Banda Aceh, digunakan alat ukur regresi linear berganda (multiple regression) dengan menggunakan software SPSS versi 22, yang formulasinya sebagai berikut: Y= a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + e Z= a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + Y + e Di mana: Y = Minat Beli Z = Gender a = Konstanta b1 – b4 = koefisien Regresi x1 = Kesadaran Merek x2 = Kepercayaan Merek x3 = Keunggulan Produk e = Error Term Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 104
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Produk Luxury Fashion Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi komponen komunikasi pemasaran terpadu yang memungkinkan organisasi untuk membangun hubungan yang kuat dengan
konsumen. Media sosial adalah sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Pernyataan ini menyiratkan bahwa konten tidak dikonsumsi oleh orang-orang secara pasif, sebaliknya diproduksi dan dikonsumsi bersama oleh pengguna secara aktif \. Media sosial, termasuk jejaring sosial, blog, platform video, dan mikroblog, digunakan untuk membuat komunikasi satu dan dua arah antara individu, masyarakat, dan perusahaan. Indonesia dengan sebutan sebagai “Social Media Capital of the World”, karena popularitas platform social media utama seperti Facebook dan Twitter dan generasi baru platform messaging seperti Whatsapp, WeChat dan Line semakin meningkat. Berdasarkan Riset Index ECommerce dari Rakuten Inc yang dikeluarkan pada 28 Pebruari 2013, Indonesia memimpin tren belanja online melalui media sosial atau disebut belanja sosial. Indeks tren belanja sosial Indonesia sebesar 78% memimpin di wilayah Asia Tenggara, (IndoTelko, 2013). Sedangkan riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight 2012 menunjukkan sebanyak 3.7 juta netizen pernah melakukan jual/beli secara online dengan memanfaatkan segala platform yang ada seperti Facebook, Twitter, BlackBerry group, situs ecommerce, dan blog (Darwin, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa media sosial semakin banyak digunakan dalam 105 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
melakukan bisnis (Mikalef, et al., 2012) dan merupakan media yang efektif untuk promosi dan memasarkan produk dan jasa. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang mendasari purchase intention konsumen, termasuk memahami motivasi konsumen agar dapat sukses di dunia virtual yang dinamis (Pearce, et al.). Secara garis besar motivasi dapat diklasifikasikan menjadimotivasi utilitarian atauhedonik (Hirschman, et al., 1982). Utilitarian lebih didasarkan pada alasan functional atau tangible, sedangkan hedonik lebih bersifat pleasurable atau intangible (Solomon, 2015). Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 82 juta orang menggunakan internet pada tahun 2013, lalu meningkat menjadi 104 juta orang pada tahun 2014. Pada tahun 2015 terdapat 139 juta orang pengguna. Penggunaan internet juga diikuti dengan pertumbuhan social media,Indonesia adalah salah satu Negara yang pertumbuhan social media-nya sangat pesat dan social media kini sudah menjadi suatu trend untuk menyebarkan suatu issue,pengetahuan atau informasi secara cepat kepada pengguna internet. Karakteristik responden Adapun yang menjadi karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin responden, tingkat usia responden, pendidikan terakhir responden, dan status perkawinan maupun penghasilan dari responden. Berdasarkan hasil penelitian, penulis kemudian mengidentifikasi karakteristik responden seperti berikut ini; No 1.
Uraian Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Jumlah
F
P
52 98 150
34,7 65,3 100,0
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah 2.
Usia: < 20 Tahun 20 - 30 Tahun 30 - 40 Tahun 40 - 50 Tahun > 50 Tahun Jumlah 3 Status perkawinan Belum menikah Menikah Janda Duda Jumlah 4 Pendidikan SLTA Akademi/Diploma Sarjana Pascasarjana Jumlah 5. Pendapatan Rp. 3.000.000 3.999.999, Rp. 4.000.000 4.999.999, Rp. 5.000.000 5.999.999, Rp. 6.000.000 6.999.999, > Rp. 7.000.000,Jumlah
13 79 24 24 10 150 92 53 3 2 150
8,7 52,7 16,0 16,0 6,7 100,0 61,3 35,3 2,0 1,3 100,0
55 25 59 11 150
36,7 16,7 39,3 7,3 100,0
19
12,7
38
25,3
45
30,0
22
14,7
26 150
17,3 100.0
Berdasarkan hasil penelitian dari Tabel. dapat dijelaskan bahwa sebanyak 52 orang atau 34,7% terdiri dari responden laki-laki dan sebanyak 98 orang atau 65,3% terdiri dari responden perempuan, dengan demikian responden dalam penelitian ini yang mempunyai minat beli terhadap produk luxuri fashion brand di Kota Banda Aceh, didominasi oleh responden perempuan. Berdasarkan usia responden dapat dijelaskan bahwa sebanyak 13 orang atau 8,7% berusia kurang dari 20 tahun, sebanyak 79 orang atau 52,7% responden berusia 20 s/d 30 tahun, sebanyak 24 orang atau 16,0%, responden berusia 30 – 40 tahun sebanyak 24 orang atau 16,0% responden berusia 40 - 50 tahun dan sebanyak 10 orang atau 6,7% responden berusia lebih dari 50 tahu. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden yang dominan melakukan pembelian berdasarkan tingkat usia
didominasi oleh responden dengan tingkat usia 20 -30 tahun. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dijelaskan bahwa sebanyak 92 orang atau 61,3% responden berstatus belum menikah, sebanyak 53 orang atau 35,3% responden berstatus sudah menikah, sebanyak 3 orang atau 2,0% responden berstatus janda dan sebanyak 2 orang atau 1,3% berstatus duda. Dalam penelitian ini responden yang berstatus belum menikah lebih dominan dibandingkan dengan responden yang berstatus sudah menikah. Kemudian karakteristik responden selanjutnya adalah mengenai tingkat pendidikan responden, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 55 orang atau 36,7% berpendidikan terakhir SLTA, sebanyak 25 orang atau 16,7% berpendidikan terakhir Akademi/Diploma, sebanyak 59 orang atau 39,3% berpendidikan terakhir Sarjana sedangkan responden berpendidikan terakhir Pascasarjana sebanyak 11 orang atau 7,3% dari total responden yang diteliti. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden dengan tingkat pendidikan sarjana lebih dominan melakukan pembelian melalui media sosial terhadap produk Luxury fashion brand di Kota Banda Aceh. Mengenai penghasilan perbulan dapat dijelaskan bahwa sebanyak 19 orang atau 12,7%, responden mempunyai penghasilan Rp. 3.000.000 - 3.999.999,sebanyak 38 orang atau 25,3% responden mempunyai penghasilan Rp 4.000.000 –Rp 4.999.999,-, sebanyak 45 orang atau 30,0% responden mempunyai penghasilan Rp. 5.000.000 - 5.999.999,-, sebanyak 22 orang atau 14,7% responden mempunyai penghasilan Rp. 6.000.000 - 6.999.999,dan sebanyak 26 orang atau 17,3% responden mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 7.000.000,-. Berdasarkan hasil Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 106
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
penelitian dapat dijelaskan bahwa responden dengan tingkat pendapatan Rp. 5.000.000 - 5.999.999,- merupakan tingkat pendapatan yang dominan yang dimiliki oleh responden untuk melakukan pembelian produk luxury fashion brand di Kota Banda Aceh. Hasil Pengujian Instrumen Analisis Faktor Analisa faktor adalah salah satu teknik statistik yang mengkorelasikan antara satu variabel dengan variabel lainnya, yang bertujuan untuk mencari beberapa faktor (dimensi) yang tersirat dari sekelompok variabel independen (Ma’ruf, 2005). bahwa variabel independen (X1) pada penelitian ini adalah kesadaran merekuntuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan menurut Williams and Anderson (2012). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen sebesar 2,551 dengan loading faktor yang memiliki interval 0,651 hingga 0,847. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 51,016%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacypada variabel independen (X1) sebesar 0,679 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,000 (p<0,01). Variabel independent (X2) pada penelitian ini adalah kepercayaan merekuntuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan menurut Williams and Anderson (2012). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan 107 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen sebesar 2,130 dengan loading faktor yang memiliki interval 0,690 hingga 0,860. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 42,593%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacypada variabel independen (X2) sebesar 0,622 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,000 (p<0,01). Variabel independent (X3) pada penelitian ini adalah keunggulan produkuntuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 4 item pertanyaan menurut Williams and Anderson (2012). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai eigen sebesar 2,155 dengan loading faktor yang memiliki interval 0,675 hingga 0,825. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 53,875%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacypada variabel independen (X2) sebesar 0,575 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,000 (p<0,01). Variabel dependent (Y) pada penelitian ini adalah keunggulan produkuntuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan menurut Williams and Anderson (2012). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
sebesar 2,493 dengan loading faktor yang memiliki interval 0,676 hingga 0,843. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 49,862%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacypada variabel independen (X2) sebesar 0,687 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,000 (p<0,01). Pengujian Reliabilitas Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha yang lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu sosial. Analisis ini digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten juga dilakukan secara statistik yaitu dengan menghitung besarnya Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS version 15.0. Hasilnya seperti yang terlihat di tabel dibawah yang menunjukkan bahwa instrumen dalam penelitian ini reliabel (handal) karena nilai alphanya lebih besar dari 0,60 (Nunally, 1994). Berdasarkan analisis reliabilitas dapat diketahui bahwa alpha untuk masing-masing variabel persepsi responden dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu variabel kesadaran merek (X1) diperoleh nilai alpha sebesar 73,5 persen, variabel kepercayaan merek (X2) diperoleh nilai alpha sebesar 64,3 persen, variabel keunggulan produk (X3) diperoleh nilai alpha sebesar 71,0 persen dan variabel minat beli (Y) diperoleh nilai alpha sebesar 71,9 persen. Dengan demikian pengukuran reliabilitas terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi
kredibilitas Cronbach Alpha dimana nilai alphanya lebih besar dari Alpha 0.60 persen. Deskriptif Data Penelitian Persepsi terhadap kesadaran merek Kesadaran merek merupakan segala kesan yang muncul dibenak konsumen yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Adapun item pertanyaan dan jawaban responden mengenai kesadaran merek ini dijelaskan pada Tabel:
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa variabel kesadaran merek diperoleh nilai rerata sebesar 4.16. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden mempunyai persepsi baik terhadap variabel kesadaran merekpada produk luxury fashion brand melalui media sosial di Kota Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden mengenai fashion brand berbeda dengan fashion non brand yang dipasarkan oleh banyak situs penjualan, fashion brand yang dipasarkan di sosial media marketing sulit untuk dilupakan, mudah mengingat slogan fashion brand yang dipasarkan, simbol fashion brand pada sosial media marketing mudah untuk saya ingat, dan fashion brand diakui secara umum oleh masyarakat sebagai produk yang berkelas. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kesadaran merek konsumen terhadap produk yang dipasarkan melalui media sosial dapat memberikan pengaruh terhadap minat beli konsumen terhadap Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 108
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
produk luxury fashion brand, sehingga konsumen mempunyai kesadaran merek bahwa produk yang akan dibeli tersebut merupakan produk-produk yang mereknya sudah dikenal.
saya pesan akan sampai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan reputasi situs penjualan produk Luxuri Fashion Brand sudah sangat dipercaya oleh banyak konsumen.
Persepsi terhadap kepercayaan merek Kepercayaan merek adalah perasaan aman yang dimiliki konsumen akibat interaksinya dengan sebuahmerek, yang berdasarkan persepsinya bahwa merek tersebut dapat diandalkan danditanggung jawabkan atas kepentingan dan keselamatan dari konsumen. Adapun indikator dari kepercayaan merek untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Persepsi terhadap keunggulan produk Keunggulan produkmerupakan evaluasi menyeluruh pelanggan atas kebaikan kinerja atribut barang atau jasa. Adapun indikator keunggulan produkdapat dilihat pada Tabel.
Berdasarkan Tabel di dapat dijelaskan bahwa variabel penyimpangan di tempat kerja diperoleh nilai rerata sebesar 4,13 atau responden mempunyai persepsi yang positif terhadap variabel kepercayaan merek. Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataan mengenai konsumen merasa yakin bahwa produk Luxuri Fashion Brand mempunyai kualitas yang handal atau kualitas terbaik, konsumen mempunyai kepercayaan yang tinggi akan keberadaan produk Luxuri Fashion Brand, fasilitas yang diberikan oleh pihak penjual produk Luxuri Fashion Brand sangat baik terutama fasilitas pengiriman produk, konsumen merasa nyaman dan percaya bahwa produk yang 109 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
Berdasarkan Tabel dapat dijelaskan bahwa variabel keunggulan produk diperoleh nilai rerata sebesar 4.10 atau responden mempunyai pernyataan positif terhadap variabel keunggulan produk. Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataan responden mengenai produkproduk fashion brand yang ditawarkan di sosial mediamarketing sesuai kebutuhan, adanya keunggulan kualitas produk fashion brand lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk lain, adanya kerahasiaan identitas pelanggan terjamin oleh pihak situs penjualan dan produk fashion brand yang dijual dijamin oleh situs penjualan.
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Persepsi responden terhadap minat beli Minat beli merupakan keinginan konsumen untuk membeli atau membeli kembali dan diukur dengan mensurvei keinginan konsumen. Adapun indikator dari minat beli dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan Tabel dapat dijelaskan bahwa variabel minat belidiperoleh nilai rerata sebesar 4.23 atau responden mempunyai pernyataan positif terhadap variabel minat beli produk luxury fashion brand. Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataan responden mengenai responden sangat menyukai model fashion yang ditawarkan oleh beberapa situs penjualan di sosial media marketing, responden selalu merekomendasikan fashion yang saya kenakan kepada orang lain, (teman, kerabat dan follower), responden membeli produk fashion brand ketika sedang membutuhkan produk tersebut, responden menjadikan produk fashion brand sebagai prioritas utama dan responden mempunyai keinginan untuk menjadi konsumen fashion di masa mendatang. Hasil Analisis Regresi
Keterangan : Z Y1 Y2 X α β
= Minat beli = Keunggulan produk = Perilaku kepercayaan merek = Kesadaran merek = Konstanta = Koefisien Adapun penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent dapat dijelaskan pada Gambar berikut ini:
Pengujian hipotesis 1 Hasil penelitian terhadap hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien regresi variabel kesadaran merek sebesar 0,060, artinya setiap 1% perubahan dalam variabel kesadaran merek akan berpengaruh terhadap minat beli konsumen sebesar 0,060% dengan asumsi variabel lain di anggap konstan. Hasil pengujian hipotesis1 menunjukkan bahwa kesadaran merek memiliki hubungan positif terhadap minat beli konsumen dengan nilai koefisien pathnya=0,060dan nilai R2 sebesar 0,568.Halinikonsistendenganpenelitianyan g dilakukanolehArtha dan Ronald, (2014),, bahwa value equity, awareness brand dan brand equity berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yasen et al. (2013) bahwa brand awareness berpengaruh signifikan terhadap purchase intention. Li dan Zheng (2013) meneliti pengaruh corporate image terhadap perceived quality dan purchase intention. Pengujian hipotesis 2 Hasil penelitian terhadap hipotesis kedua diperoleh nilai koefisien regresi variabel kepercayaan merek sebesar 0,162, artinya setiap 1% perubahan dalam variabel kepercayaan merek akan berpengaruh terhadap minat beli konsumen sebesar 0,162% dengan asumsi variabel lain di anggap konstan. Hasilpengujian hipotesis2 menunjukkan bahwa kepercayaan merek Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 110
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
memiliki hubungan positif terhadap minat beli konsumen dengan nilai koefisien pathnya=0,162 dan nilai R2 sebesar 0,568. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Licata, Jane W., John Michael Weber, and Patricia Fleniken Reed, (2013), yang menyatakan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak perbankan dapat dikaitkan dengan kinerja dari perusahaan. Tingkat kepercayaan merek terhadap perbankan dapat dilihat dari keberhasilan pelayanan yang mampu diberikan oleh suatu perusahaan, karena mereka berpendapat bahwa produk yang sama namun jika dibeli ditempat yang berbeda pasti akan mendapatkan pelayanan yang berbeda. Kemudian hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irem Eren, (2012) bahwa penawaran yang bervariasi, penawaran sesuai dengan isi, penawaran yang lebih terkenal dan banyaknya variasi dari berbagai aplikasi, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan merek memberikan pengaruh terhadap minat beli konsumen terhadap produk luxury fashion brand di Kota Banda Aceh. Pengujian hipotesis 3 Hasil penelitian terhadap hipotesis ketiga diperoleh nilai koefisien regresi variabel keunggulan produk sebesar 0,118, artinya setiap 1% perubahan dalam variabel keunggulan produk akan berpengaruh terhadap minat beli konsumen sebesar 0,118% dengan asumsi variabel lain di anggap konstan. Hasil pengujian hipotesis3 menunjukkan bahwa keunggulan produk memiliki hubungan positif terhada pminat beli konsumen dengan nilai koefisien pathnya=0,118 dan nilai R2 sebesar 0,568. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukanolehSujarwo (2012) dan Dama (2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara 111 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
keunggulan produk terhadap minat beli konsumen. Selanjutnya penelitian Siburian (2012) juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara keunggulan produk terhadap minat beli konsumen. Kemudian hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Qamar (2013) yang menyebutkan bahwa corporate image consumers attitude and brand attractiveness merupakan mediating variabel antara CRM dan consumer purchase intention. Pengujian hipotesis 4 Hasil penelitian ini dibuktikan oleh nilai crosstabs dari metode chi-square yaitu diperoleh nilai crosstabs Pearson Chi-Square sebesar 3,207 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,361. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa gender (jenis kelamin) tidak mempunyai perbedaan terhadap kesadaran merek untuk produk luxury fashion brand yang dipasarkan di media sosial khususnya bagi pengguna media sosial di Kota Banda Aceh. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa gender memoderasi secara potensial (homologiser moderating) kesadaran merek terhadap minat beli. Pengujian hipotesis 5 Hasil penelitian ini dibuktikan oleh nilai crosstabs dari metode chi-square yaitu diperoleh nilai crosstabs Pearson Chi-Square sebesar 4,134 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,247. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa gender (jenis kelamin) tidak mempunyai perbedaan terhadap kepercayaan merek untuk produk luxury fashion brand yang dipasarkan di media sosial khususnya bagi pengguna media sosial di Kota Banda Aceh. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,247 sehingga dapat disimpulkan bahwa gender memoderasi secara potensial
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
(homologiser moderating) merek terhadap minat beli.
kesadaran
Pengujian hipotesis 6 Hasil penelitian ini dibuktikan oleh nilai crosstabs dari metode chi-square yaitu diperoleh nilai crosstabs Pearson Chi-Square sebesar 16,677 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa gender (jenis kelamin) mempunyai perbedaan terhadap keunggulan produk untuk produk luxury fashion brand yang dipasarkan di media sosial khususnya bagi pengguna media sosial di Kota Banda Aceh. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa gender memoderasi secara semu (quasi moderating) keunggulan produk terhadap minat beli. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian membuktikan bahwa kesadaran merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen produk luxury fashion brand pada Pemasaran Media Sosial di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kepercayaan merek berpengaruh juga terhadap minat beli konsumen produk luxury fashion brand pada Pemasaran Media Sosial di Kota Banda Aceh. Selanjutnya hasil penelitian membuktikan keunggulan produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen produk luxury fashion brand pada Pemasaran Media Sosial di Kota Banda Aceh.Terdapat pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, terdapat pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh, dan terdapat
pengaruh keunggulan produk terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating pada pemasaran media sosial di Kota Banda Aceh. Saran 1. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi gambaran, masukan dan saran kepada pengelola situs penjualan sebagai upaya perbaikan atau peningkatan kualitas pelayanan. Dalam penelitian ini konsumen menilai kualitas pelayanan yang diberikan harus lebih baik terutama pengiriman produk harus tetap waktu. Untuk meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk luxuri fashion brand, hendaknya konsumen tetap harus mempunyai kesadaran akan merek yang akan dibeli, karena merek suatu produk akan mencerminkan kualitas dan gaya hidup seseorang terutama yang melakukan pembelian melalui media sosial. DAFTAR KEPUSTAKAAN Buku Engel. J.F.R.D Blacweil dan P. W Miniard, (2011), Prilaku Konsumen. Binapura Aksara. Jakarta. Ghozali, Imam (2011) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson, Evancevich (2011), Organisasi: Perilaku Struktur dan Proses, (Terjemahan), Binarupa Grasindo Persada, Jakarta Gujarati, Damodar, (1999), Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga Surabaya. Hair, Joseph F. Jr. Rolph E. Anderson; Ronald L Tatham and William C. Black. (2000), Multivariat Data
Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 112
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Analysis, 5th Ed. Upper-Saddle River, NJ: Prentica Hall, Inc. Irem Eren Erdogmus dan Mesut Cicck, (2012) “The Impact of Social Media Marketing on Brand Loyalty. Procedia Social and Behavioral Sciences, No, 58 Hal. 1353-1360. Kotler, Philip, 2010, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control, Ninth Edition, Prentice Hall, Inc, Upper Saddle River, New Jersey. Malhotra, K, Naresh, (2013), Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Salusu (2011) Prilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Schiffman, Leon G. dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey. Siagian, Sondang. P. (2011). Manajemen Stratejik. Bumi Aksara, Jakarta. Uma Sekaran. (2013). Research Methods for Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Winardi, (2011), Pemasaran Dan Prilaku Konsumen. Mandar Maju, Bandung. Jurnal Anggela J. Kim dan Eunju Ko, (2012) “Do Social Media Marketing Activities Enhance Customer Equity, An Empirical Study of Luxury Fashion Brand. Journal of Bussiness Research. Elsevier. Hal. 1480-1486. Ariyan, Hendi (2010) Pengaruh Brand Awareness dan Kepercayaan Konsumen atas Merek Terhadap 113 -
Volume 2, No. 1, Januari 2018
Keputusan Pembelian Ulang Minuman Aqua di Kota Padang, Jurnal Manajemn UNP, Vol 2, No.1, Hal 1-11 Artha Wahyu Rina, Ronald, Amelia, (2014), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Purchase Intention melalui Social Media Marketing terhadap Produk Frozen Yogurt di Surabaya. Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 3 No. 2, Desember 2014 Baskara. G.C et al. (2014) Pengaruh Brand Trust dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Penggunaan Pengiriman Paket Pada PT. Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Semarang, Diponegoro Journal Of Social And Political Of Science Tahun 2014, Hal. 1-9 Delgado-Ballester, Elena, MunueraAleman, Jose Louis & YagueGuillen, Maria Jesus. (2003). Development and Validation of A Brand Trust Scale”, International, Journal of Market Research, vol. 45/1, p. 35-53 Eka S, (2013), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Patung Kayu Pada Toko Kerajinan (Art Shop) Di Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Jurnal Ilmiah. Tjahyadi, Rully Arlan. 2012. Brand Trust Dalam Konteks Loyalitas Merek: Peran Karakteristik Merek, Dan Karakteristik Hubungan Pelanggan-Merek. Jurnal Manajemen, Vol. 6, No. 1, Nov 2012. Widodo, Meningkatkan Kinerja Pemasaran Dengan Kreativitas Strategi, Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 1 N0. 2, Agustus-November 2013. Hal 151-175.
Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Prosiding Seminar Riva Mulyati, (2009), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen Membeli Laptop Merek X-Ware di Kota Banda Aceh, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Unsyiah. Wulansari, Anette (2013) Pengaruh Brand Trust dan Perceived Quality terhadap Keputusan Pembelian Ulang, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 1 Nomor 2, 2 maret, p.388401.
Volume 2, No. 1, Januari 2018
- 114