PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Download 131. Metode Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian Quasi Eksperiment dengan desain Nonequivalent Control Group. Penelitian ini meng...

0 downloads 568 Views 367KB Size
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140 ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550 (online)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP NILAI KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF KIMIA SISWA KELAS X SMAN 1 BAMBANGLIPURO BANTUL Gita Rahmawati, Jamil Suprihatiningrum email: [email protected] Jurusan Pendidikan Kimia FST UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adi Sucipto Yogyakarta

ABSTRACT Cooperation value and students’ cognitive learning outcomes were examined as the effect of the implementation of cooperative learning – make a match. The Nonequivalent Control Pre-test dan Post-test Group Design as this quasi-experimental research was involved 1st grade students of SMAN 1 Bambanglipuro at academic year 2013/2014. Students at X4 as an experimental sampel and X3 as a control sampel were choosen by cluster random sampling technique. The data was collected using pre-test and post-test for hydrocarbon subject matter, cooperation scale, and observation scale, was then analyzed by t-test. The result shows there was no significant effect of cooperative learning – make a match toward to students’ cooperation value and cognitive learning outcomes, were proven by sig. (2-tailed) of t-test > 0.05 at 0.282 and sig. (2-tailed) of MannWhitney test > 0.05 at 0.953 respectively. Key words: cooperative learning – make a match, cooperation, learning outcomes

Hal

Pendahuluan

ini

sejalan

dengan

visi

dari

Pendidikan berintikan interaksi

pendidikan nasional yaitu terwujudnya

antara guru dan siswa dalam upaya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial

membantu

yang

siswa

mencapai

tujuan-

kuat

dan

berwibawa

untuk

tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan

memberdayakan semua warga negara

dapat

Indonesia berkembang menjadi manusia

berlangsung

di

lingkungan

keluarga, sekolah ataupun masyarakat

yang

(Sukmadinata, 2010: 1). Pendidikan

menjawab tantangan zaman yang selalu

memiliki peranan yang penting dalam

berubah (Rusman, 2010: 3).

upaya

meningkatkan

manusia,

sebab

sumber

daya

berkualitas

Kurikulum

sehingga

2013

mampu

lebih

penyelenggaraan

mengedepankan peran siswa dalam

pendidikan yang baik dan bermutu akan

proses pembelajaran. Guru bertugas

menghasilkan

sebagai

manusia-manusia

tangguh bagi pembangunan nasional.

fasilitator,

aplikasinya,

sehingga

pembelajaran

dalam yang

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

berpusat

kepada

siswa

dapat

129

analisis

siswa

dibuktikan

dengan

menumbuhkan interaksi antara guru dan

rendahnya hasil penilaian kognitif pada

siswa

Ujian Akhir Semester (UAS) semester

ataupun

sebaliknya.

Konsep

tersebut sejalan dengan pendidikan interaksional.

Menurut

gasal yang tercantum pada Tabel 1.

Sukmadinata

(2010: 13), pendidikan interaksional lebih menekankan interaksi dua pihak, dari guru kepada siswa dan dari siswa

Tabel 1 Daftar rata-rata nilai UAS kimia semester gasal kelas X SMAN 1 Bambanglipuro Bantul tahun pelajaran 2013/2014 Kelas Rata-rata

X1 54,788

X2 52

X3 53

X4 43

X5 51

kepada guru. Lebih luas, interaksi Berdasarkan

tersebut juga terjadi antara siswa dan bahan ajar, siswa dan lingkungan, antara

pemikiran

siswa

dan

siswa dan siswa ataupun siswa dan lingkungan dapat diciptakan melalui kerjasama.

Kerjasama

merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan wawancara1, guru kimia untuk kelas X di SMAN 1

semester sebelumnya masih rendah dan

Menurut Lie (2002: 28) alasan para guru enggan menerapkan sistem kerjasama yaitu kekhawatiran akan terjadi kekacauan di dalam kelas dan siswa

pembelajaran

dan

metode

ceramah menjadi satu-satunya metode yang sering digunakan oleh guru. Metode ceramah menempatkan siswa individu

dalam

proses

pembelajaran. Guru menyadari perlunya model

pembelajaran

meningkatkan

daya

lain analisis

untuk siswa

terhadap materi kimia. Rendahnya daya

tidak

belajar

jika

mereka

ditempatkan dalam grup. Selain itu, orang-orang mempunyai kesan negatif mengenai

kegiatan

kerjasama

atau

belajar dalam kelompok. Hasil penelitian Cohen (1994)

Bambanglipuro jarang mencoba variasi

secara

dapat

dilihat bahwa rata-rata nilai UAS pada

Interaksi yang terjadi antara

model

1,

masih di bawah nilai KKM.

kehidupannya.

proses

Tabel

yang dikutip oleh Miftahul Huda (2011: 20) memperlihatkan manfaat yang dapat diperoleh

siswa

jika

mereka

mau

berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang

dilakukan

berpengaruh konseptual

secara

terhadap siswa

intensif

kemampuan

dalam

pelajaran

matematika, sains, dan tulis-menulis. Hal ini juga berlaku, baik pada satu

1

Suprijandaka, S.Pd. (guru kimia SMAN 1 Bambanglipuro Bantul tanggal 26 Maret 2014)

siswa yang belajar mandiri maupun

130

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

pada beberapa siswa yang belajar

model pembelajaran kooperatif tipe

berkelompok.

make a match.. Berdasarkan hasil

Penelitian yang dilakukan oleh

penelitian yang dilakukan oleh Febriana

Sharan dan Shachar (1998) terkait

(2011:

strategi

penerapan

kognitif

siswa

dalam

160),

disimpulkan model

bahwa

pembelajaran

pembelajaran kooperatif menunjukkan

kooperatif tipe make a match dapat

hasil bahwa siswa yang terlibat dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

metode

siswa.

investigasi

kelompok

tidak

hanya memperoleh hasil belajar yang lebih

besar,

berinteraksi

tetapi lebih

juga

mampu

interaktif

Hasil

penelitian

(Febriana,

2011:

Riyanto

154)

juga

dalam

menyebutkan bahwa penerapan model

kelompoknya. Hal ini terjadi karena

pembelajaran kooperatif tipe make a

siswa yang bekerja dalam kelompok-

match menunjukkan

kelompok

yang

kooperatif

memiliki

motivasi

ditandai dengan

tinggi

ketepatan

kesempatan yang lebih besar untuk

mencari pasangan, adanya kerjasama

mempraktikkan

dan

yang baik dalam mengerjakan tugas,

kognitif yang lebih variatif yang pernah

keberanian dalam mempresentasikan

mereka dengar dari gurunya saat proses

hasil,

pembelajaran di ruang kelas. Oleh sebab

bertanya.

itu, para siswa sebaiknya perlu diberi

membutuhkan pengaturan waktu yang

kesempatan untuk berinteraksi dengan

cermat untuk menghidari kebosanan

teman-temannya agar mereka dapat

siswa dalam belajar.

strategi

verbal

berargumentasi Penerapan

maupun model

ini

memperoleh kemampuan yang lebih

Berdasarkan latar belakang yang

luas tentang dunia dan menemukan

telah dijabarkan dan beberapa penelitian

cara-cara baru untuk mengekspresikan

terdahulu terkait model pembelajaran

gagasan dan perasaannya (Huda, 2011:

kooperatif tipe make a match, maka

22-23).

perlu dilakukan penelitian mengenai

Hasil

memiliki

penelitian

membangun

juga

bahwa

melalui

”Pengaruh

kooperatif

akan

Kooperatif

implikasi

pembelajaran

ini

keterampilan

kerjasama

para siswa.

Tipe

Make

Pembelajaran A

Match

Terhadap Nilai Kerjasama dan Hasil Belajar Kognitif Kimia Siswa Kelas X

Salah satu model pembelajaran kooperatif

Model

yang

menunjang

dalam

pembentukan nilai kerjasama adalah

SMAN

1

Yogyakarta”.

Bambanglipuro

Bantul

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

131

test hasil belajar kognitif

Metode Penelitian Penelitian

ini

termasuk

kimia kepada siswa di kelas

penelitian Quasi Eksperiment dengan

eksperimen (X4) dan kelas

desain Nonequivalent Control Group.

kontrol (X3).

Penelitian ini menggunakan siswa di

b. Pemberian

treatment

dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan

(perlakukan) kepada siswa di

kelas kontrol. Pada kelas eksperimen,

kedua kelas.

siswa diberi perlakuan dengan model

c. Pengamatan

selama

pembelajaran kooperatif tipe make a

pemberian treatment baik di

match, sedangkan pada kelas kontrol,

kelas eksperimen maupun

siswa diberi perlakuan dengan model

kelas kontrol.

pembelajaran

kooperatif

tipe

kartu

arisan.

d. Pemberian

lembar

skala

kerjasama akhir dan soal Penelitian ini dilaksanakan di

post-test

hasil

belajar

SMAN 1 Bambanglipuro Bantul dengan

kognitif kimia kepada siswa

populasi seluruh siswa kelas X yang ada

di kelas eksperimen (X4)

di

dan kelas kontrol (X3).

sekolah

tersebut.

Sampel

yang

digunakan yaitu siswa di kelas X4

e. Analisis data hasil penelitian

(kelas eksperimen) dan siswa di kelas

untuk mengetahui pengaruh

X3 (kontrol). Sampel diambil dengan

model

teknik cluster radom sampling. Teknik

kooperatif tipe make a match

pengumpulan data dilakukan dengan

terhadap

cara pengisian skala kerjasama, ujian,

kerjasama dan hasil belajar

dan

siswa.

observasi.

Instrumen

yang

pembelajaran

keterampilan

digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar skala kerjasama untuk

Hasil dan Pembahasan

mengetahui nilai kerjasama siswa, soal

Hasil Penelitian

pre-test dan post-test untuk mengetahui

Data

yang

diperoleh

dari

hasil belajar kognitif kimia dan lembar

penelitian ini berupa hasil belajar

observasi.

kognitif kimia, isian skala kerjasama,

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian yaitu: a. Pemberian

dan isian lembar observasi. 1) Data hasil belajar kognitif kimia

lembar

skala

Data hasil belajar kognitif kimia

kerjasama awal dan soal pre-

diperoleh dari skor pre-test dan

132

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

post-test. Hasil rata-rata skor pre-

eksperimen dan kelas kontrol dapat

test dan post-test yang ada di kelas

dilihat pada diagram Gambar 1.

Rata-rata skor prestasi belajar

70 60 50 40 30 20 10 0

Pretes Kelas Eksperimen

Pretes Kelas Kontrol

Postes Kelas Eksperimen

Postes Kelas Kontrol

26,07142

24,54545

58,57142

58,78788

Series1

Gambar 1. Rata-rata skor pre-test dan post-test kelas eksperimen dan control

Data hasil belajar kognitif kimia

menunjukkan bahwa kemampuan

dianalisis

awal antara kelas eksperimen dan

dengan

uji

statistik

nonparametrik yaitu dengan uji

kelas

Mann

perbedaan

Whitney.

Pengujian

ini

kontrol

tidak

yang

memiliki signifikan,

dilakukan

karena

data

yang

sehingga kemampuan awal siswa

dihasilkan

tidak

berasal

dari

yang berada di kelas eksperimen

populasi berdistribusi normal. Uji Mann

Whitney

maupun kelas kontrol adalah sama.

dilakukan

Hasil uji Mann Whitney pada

program

data post-test diperoleh nilai sig.(2-

SPSS 16.0. Hasil uji Mann Whitney

tailed) sebesar 0,953 artinya lebih

skor

besar dari batas signifikansi yang

menggunakan

bantuan

pre-test

dan

post-test

digunakan yaitu 0,05 (α < 0,05).

tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji Mann Whitney Variabel Pre-test Post_test

Hal

α

Asymp. Sig. (2-tailed) .739 .953

0,05 0,05

ini

berarti

sedangkan

H1

demikian

rata-rata

H0

diterima,

ditolak. skor

Dengan kelas

Mann

eksperimen sama dengan rata-rata

Whitney data skor pre-test memiliki

skor kelas kontrol, sehingga tidak

nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,739

ada pengaruh yang signifikan dari

artinya lebih besar

dari batas

penggunaan model pembelajaran

signifikansi yang digunakan yaitu

kooperatif tipe make a match

Berdasarkan

0,05



hasil

<

0,05).

uji

Hal

ini

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

terhadap

hasil

belajar

133

kognitif

test dan post-test. Hasil rata-rata

kimia.

skor pre-test dan post-test yang ada di kelas eksperimen dan kelas

2) Isian Skala Kerjasama Data nilai kerjasama diperoleh dari

kontrol dapat dilihat pada diagram

skor pengisian skala pada saat pre-

Gambar 2.

Rata-rata skor kerjasama

108 106 104 102 100 98 96 94 92 90 88 86 Pretes Kelas Eksperimen

Pretes Kelas Kontrol

Postes Kelas Eksperimen

Postes Kelas Kontrol

95,107

93,06

101,86

105,12

Series1

Gambar 2. Rata-rata skor pre-test dan post-test skala kerjasama kelas eksperimen dan kontrol

Data skala kerjasama dilakukan

kerjasama

awal

analisis dengan uji t karena data

eksperimen

dan

yang

adalah

dihasilkan

populasi

berasal

berdistribusi

dari

normal.

sama

pada

kelas

kelas

atau

kontrol

tidak

ada

perbedaan.

Pengujian dilakukan menggunakan

Pengujian data skor post-test

bantuan program SPSS 16.0. Hasil

didapatkan nilai signifikansi dua

uji t skor pre-test dan post-test

pihak atau sig.(2-tailed) yang lebih

tercantum dalam Tabel 3.

besar

dari

sehingga

0,05

H0

yaitu

diterima

0,282

dan

H1

Tabel 3. Hasil uji t

Variabel Pre-test Post_test

Asymp. Sig. (2-tailed) .496 .282

α 0,05 0,05

Berdasarkan hasil uji t data skor pre-test memiliki nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,496 artinya lebih besar dari

batas

signifikansi

yang

digunakan yaitu 0,05 (α < 0,05). Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai

ditolak. Hal ini berarti bahwa ratarata skor kerjasama pada kelas eksperimen adalah

dan

sama

kelas

atau

kontrol

tidak

ada

perbedaan. Dengan demikian tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap nilai kerjasama siswa.

134

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

pertemuan. Hasil dari perhitungan

3) Data Observasi Data observasi dianalisis secara

data

deskripsi kuantitatif dengan cara

eksperimen dan kelas kontrol dapat

menghitung skor dari seluruh aspek

dilihat pada Tabel 4.

yang

diamati

pada

observasi

pada

kelas

setiap

Tabel 4 Hasil analisis lembar observasi kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pertemuan

Rata-rata Eksperimen Kontrol 16,7 16,15152 17,2758621 14,12903 15 16,60606 16,3252874 15,62887

1 2 3 Rata-Rata

a.

Kategori Eksperimen Kontrol Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik

Hal ini menunjukkan bahwa tidak

Pembahasan Penelitian dilaksanakan sebanyak

ada

perbedaan

antara

ke

dua

5 kali pertemuan pada masing-masing

sampel. Dengan demikian nilai

kelas. Pertemuan pertama digunakan

kerjasama awal siswa yang berada

untuk

pertemuan

di kelas eksperimen dan kelas

untuk

kontrol memiliki kesamaan. Setelah

penyampaian materi hidrokarbon, dan

diberikan pre-test, pada ke dua

pertemuan

kelas tersebut kemudian diberikan

pre-test,

selanjutnya

tiga

digunakan

kelima

untuk

post-test.

Sampel yang digunakan pada penelitian

perlakuan

yaitu kelas X4 (kelas eksperimen) dan

pembelajaran kooperatif tipe make

kelas X3 (kelas kontrol).

a match dan model pembelajaran

Pengumpulan

data

diperoleh

dengan cara pemberian tes hasil belajar

berupa

model

kooperatif tipe kartu arisan. Model

pembelajaran

kognitif kimia dan skala kerjasama di

kooperatif tipe make a match

awal

akhir

diterapkan di kelas eksperimen.

pembelajaran. Selain itu, dilakukan

Pada penerapan model ini, siswa

observasi

diminta

pembelajaran

terhadap

dan

nilai

di

kerjasama

untuk

membentuk

selama proses pembelajaran, baik di

kelompok menjadi 3 kelompok.

kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Kelompok

1) Nilai Kerjasama Siswa

kelompok pembawa kartu soal,

Berdasarkan

uji

t

awal

pertama

sebagai

kelompok ke dua sebagai kelompok

diperoleh nilai sig. (2-tailed) yang

pembawa

kartu

jawaban,

dan

lebih besar dari 0,05 yaitu 0,496.

kelompok ketiga sebagai kelompok

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

135

penilai. Siswa yang berada di

Kelompok

kelompok pertama dan ke dua

jawaban atas soal yang keluar dari

diminta untuk mencari pasangan

gelas

kartunya.

telah

menunjukkannya kepada kelompok

kemudian

4, begitupun untuk kelompok 1

menunjukkannya kepada kelompok

yang memiliki jawaban atas soal

penilai.

yang keluar dari gelas angkat

Pasangan

menemukan

kartunya

Kegiatan dengan

yang

model

sebanyak

pertemuan.

Setiap

yang

angkat

tangan

pembelajaran

kepada kelompok 3.

tiga

kali

pertemuan

memiliki

tangan

pembelajaran

kooperatif tipe make a macth dilakukan

2

dan

dan

menunjukkannya

Selama

proses

kegiatan

pembelajaran, observer mengamati setiap

aspek

yang

terlihat.

dilakukan observasi terhadap nilai

Berdasarkan observasi diperoleh

kerjasama

hasil

siswa

dengan

nilai

kerjasama

untuk

diterapkannya model pembelajaran

pertemuan pertama sebesar 16,15

ini. Berdasarkan observasi, nilai

(kategori baik), pertemuan ke dua

kerjasama siswa yang diperoleh

sebesar 14,12 (kategori baik) dan

pada pertemuan pertama sebesar

pertemuan ke tiga sebesar 16,60

16,7

(kategori

(kategori

sangat

baik),

sangat

baik).

Setelah

pertemuan ke dua sebesar 17,27

diberi perlakuan berupa model

(kategori

dan

pembelajaran kooperatif tipe make

15

a match di kelas eksperimen dan

sangat

pertemuan

ketiga

baik), sebesar

(kategori baik). Proses

model kartu arisan di kelas kontrol, pembelajaran

di

masing-masing

kelas

kelas kontrol digunakan model

post-test

pembelajaran kooperatif tipe kartu

perbedaaan nilai kerjasama setelah

arisan. Pada penerapan model ini,

diberikannya perlakuan.

siswa diminta untuk berkelompok

untuk

diberikan

Hasil

mengetahui

post-test

menjadi 4 kelompok. Kelompok 1

pengisian

bertugas membacakan soal yang

dengan uji t untuk mengetahui

keluar dari gelas kepada kelompok

perbedaan rata-rata skor kerjasama

2. Kelompok 3 juga bertugas

pada kelas eksperimen dan kelas

membacakan soal yang keluar dari

kontrol.

gelas

menunjukkan bahwa tidak ada

kepada

kelompok

4.

skala

Hasil

lalu

dari

dianalisis

penelitian

136

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

pengaruh yang signifikan dari

hasil

penggunaan model pembelajaran

diperoleh dari pengisian skala

kooperatif tipe make a match

tidak

terhadap nilai kerjasama.

analisis yang diperoleh dari

Jika

dilihat

berdasarkan

analisis

sesuai

data

dengan

yang

hasil

observasi. Selain itu faktor

hasil observasi, skor rata-rata hasil

lainnya yaitu:

observasi

(1) Hallo effect di mana pada

yang

ada

eksperimen

di

lebih

kelas tinggi

saat

pengamatannya,

dibandingkan dengan kelas kontrol

observer

yaitu sebesar 16,32 dan tergolong

kecenderungan

ke dalam kategori sangat baik.

melakukan

Akan tetapi perbedaan ini tidak

penilaian.

menyebabkan pengaruh secara

mempunyai untuk generalisasi

(2) Generosity effect di mana

signifikan terhadap nilai kerjasama

observer

yang berada di kelas eksperimen.

keinginan untuk berbuat

Tidak

baik,

adanya

pengaruh

yang

mempunyai

sehingga

bila

signifikan dari penggunaan model

observer ragu-ragu pada

pembelajaran kooperatif tipe make

saat

a match terhadap nilai kerjasama

pencatatan, maka observer

disebabkan oleh beberapa faktor,

akan

yaitu:

yang baik.

a) Bias observer Berhasil

melakukan

memberikan

nilai

(3) Carry-over effect di mana

atau

observasi

tidaknya

sebagai

observer

tidak

dapat

alat

memisahkan antara satu

bergantung

gejala dengan gejala yang

kepada oberver/pengamat yang

lain, sehingga jika gejala

cakap, mampu, dan menguasai

yang muncul dinilai baik,

segi-segi

maka yang lainnya dinilai

pengumpul

data

yang

diamati

(Sudjana, 2007: 113). Pada penelitian ini, bias observer

baik pula. b) Alokasi waktu pembelajaran

dapat terjadi karena kelalaian

Pembelajaran dengan model

pengamat dalam mengamati

pembelajaran kooperatif tipe

secara

make

rinci

apa

yang

diamatinya. Hal ini terlihat dari

sebagai

a

match sesi

dilakukan

review

atau

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

evaluasi

materi.

137

Pada

sehingga

antusiasme

siswa

penelitian ini kegiatan mencari

untuk mengikuti pembelajaran

pasangan

hanya

dengan model ini berkurang

dilakukan satu kali putaran

dan membuat beberapa siswa

dengan alokasi waktu yang

tidak aktif mengikuti kegiatan

sangat terbatas. Terbatasnya

pembelajaran. Hal ini terlihat

alokasi waktu yang dilakukan

dari kurang fokusnya siswa

untuk pencarian pasangan kartu

ketika mengikuti pembelajaran.

kartu

menyebabkan observer kurang

e) Siswa

rinci dalam mengamati setiap

Berdasarkan

aspek kerjasama. Selain itu,

beberapa siswa mengisi skala

alokasi waktu yang terbatas

tanpa membaca terlebih dahulu

juga

pernyataan

membuat

siswa

yang

pengamatan,

positif

dan

berada di kelas eksperimen

pernyataan negatif. Hal ini

kurang memaksimalkan proses

menyebabkan hasil pengisian

kegiatan pembelajaran dengan

skala kerjasama kurang valid.

model

ini,

sehingga

nilai

kerjasama siswa tidak dapat

2) Hasil Belajar Kognitif Kimia

terlihat secara signifikan.

Hasil belajar kognitif siswa

c) Waktu belajar

diperoleh dari skor pre-test dan

Jam belajar kimia di kelas

post-test pada materi hidrokarbon.

eksperimen berada pada jam

Berdasarkan nilai pre-test yang

terakhir,

perhatian

dianalisis dengan uji Mann Whitney

siswa untuk fokus mengikuti

diperoleh nilai Sig.(2-tailed) yang

kegiatan pembelajaran dengan

lebih besar dari taraf signifikansi

model

0,05

sehingga

ini

kurang

dapat

dikendalikan. d) Kelemahan

yaitu

0,739.

Hal

ini

menunjukkan bahwa kemampuan model

awal siswa yang berada di kelas

pembelajaran kooperatif tipe

eksperimen maupun kelas kontrol

make a match

adalah sama atau tidak memiliki

Jika diterapkan secara terus-

perbedaan.

menerus, model pembelajaran

Berdasarkan skor post-test

kooperatif tipe make a match

yang dianalisis dengan uji Mann

dapat menyebabkan kebosanan,

Whitney,

diperoleh

nilai

taraf

138

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

signifikansi dua pihak atau Sig.(2-

sedangkan untuk kelas kontrol

tailed) pada data hasil postes

berada pada jam pertama yaitu

sebesar 0,953 artinya lebih besar

jam ke 1 – 2.

dari batas yang digunakan yaitu

b) Faktor internal siswa

0,05 (α < 0,05). Hal ini berarti H0

Waktu belajar yang berada di

diterima, sedangkan H1 ditolak.

akhir tersebut menyebabkan

Dengan demikian rata-rata skor

faktor internal dari siswa juga

kelas eksperimen sama dengan rata-

ikut berpengaruh, salah satunya

rata skor kelas kontrol, sehingga

minat

tidak

yang

dilakukan penelitian di kelas

penggunaan

eksperimen maupun kontrol

ada

signifikan

pengaruh dari

siswa.

siswa

Pada

untuk

saat

model pembelajaran kooperatif

minat

tipe make a match terhadap hasil

kimia

belajar kognitif kimia. Hal ini

sehingga

juga terlihat dari rata-rata skor post-

pembelajaran

test yang diperoleh pada ke dua

hanya sebagian siswa yang

kelas tersebut. Kelas eksperimen

memperhatikan

memiliki rata-rata skor post-test

materi dengan saksama. Minat

sebesar 58,57 yang lebih rendah

yang kurang dari siswa juga

dari kelas kontrol yaitu sebesar

membuat kondisi yang ada di

58,78. Tidak adanya pengaruh dari

kelas eksperimen menjadi tidak

model pembelajaran kooperatif tipe

kondusif, sehingga pada saat

make a match terhadap hasil belajar

diterapkan model pembelajaran

kognitif kimia disebabkan oleh

kooperatif tipe make a match

beberapa faktor, yaitu:

tidak

a) Faktor lingkungan nonsosial

terlibat dengan baik dalam

sudah

berkurang,

selama

semua

belajar

proses

berlangsung,

penjelasan

siswa

dapat

Faktor lingkungan nonsosial

pencarian pasangan kartu dan

yang

menjadi

hanya

yaitu

waktu

digunakan eksperimen. pelajaran

penghambat belajar

pada Waktu kimia

di

melakukan

pencarian

yang

kartu secara asal-asalan.

kelas

Seperti yang sudah diketahui,

belajar

bahwa

model

pembelajaran

kelas

kooperatif merupakan model

eksperimen berada pada jam

yang melibatkan kerjasama.

terakhir yaitu jam ke 7 – 8,

Jika para siswa tidak dapat

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

139

terlibat dengan baik dalam

pasangan kartu, beberapa siswa

pembelajaran kooperatif ini,

tidak memperhatikan.

dan hanya dilakukan secara

d) Waktu

pelaksanaan

asal-asalan maka para siswa

pembelajaran

tidak

Waktu

akan

informasi

dapat

dan

bertukar

pengetahuan.

pembelajaran

yang

dilaksanakan 3 kali pertemuan

Dengan demikian, proses kerja

untuk

kelompok

hidrokarbon ternyata kurang

tidak

berjalan

membahas

materi

dengan baik dan membuat para

efektif,

sehingga

siswa tidak dapat mendapatkan

siswa

belum

kemampuan

luas,

seluruhnya materi hidrokarbon.

juga

Selain itu, pada saat penerapan

hasil

model pembelajaran kooperatif

yang

sehingga

hal

berpengaruh

ini

terhadap

belajar kognitif. c) Kelemahan

membuat menguasai

tipe make a match hanya dari

model

dilakukan satu kali putaran

pembelajaran kooperatif tipe

dengan alokasi waktu yang

make a match

sangat terbatas, sehingga tidak

Model pembelajaran kooperatif

semua siswa dapat memahami

tipe make a match ini memiliki

latihan soal yang terdapat di

kelemahan. Penerapan model

kartu soal dan kartu jawaban.

pembelajaran ini secara terus-

Dengan demikian, faktor yang

menerus

mempengaruhi

menimbulkan

kebosanan siswa,

bagi

beberapa

sehingga

pada

saat

hasil

belajar

tidak hanya dilihat dari faktor eksternal yaitu metode belajar

diterapkan model pembelajaran

saja,

ini, kebanyakan siswa tidak

eksternal

langsung

pasangan

mempengaruhi hasil belajar,

banyak

salah satunya waktu belajar.

waktu yang terbuang sia-sia.

Selain itu, faktor internal juga

Selain itu penerapan model

dapat

pembelajaran

belajar yaitu minat.

kartunya,

mencari sehingga

menimbulkan

ini

juga

keramaian,

sehingga pada saat dilakukan konfirmasi

terhadap

hasil

melainkan lain

juga

mempengaruhi

faktor dapat

hasil

140

J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 128-140

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Tidak

ada

signifikan

pengaruh dari

yang

penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap nilai kerjasama siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai sig.(2-tailed) dari uji t > 0,05 yaitu sebesar 0,282. Hal ini berarti, bahwa H0 diterima dan pada ke dua kelas tersebut tidak ada perbedaan rata-rata skor kerjasama. Dengan demikian nilai kerjasama dari ke dua kelas tersebut sama. b. Tidak

ada

signifikan

pengaruh dari

yang

penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe make a macth terhadap hasil belajar kognitif kimia. Hal ini dibuktikan dengan hasil sig.(2-tailed) dari Uji Mann Whitney > 0,05 yaitu sebesar 0,953.

Hal

ini

berarti

H0

diterima, sedangkan H1 ditolak. Artinya rata-rata skor hasil belajar kognitif kimia kelas eksperimen sama dengan ratarata skor hasil belajar kognitif kimia kelas kontrol.

Febriana, Ayu. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Diambil pada tanggal 9 Juli 2013 dari http:// journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/ article/download/1678/1884 Huda, Miftahul. (2011). Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar., 20, 22, 23. Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia., 28. Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers., 3. Sukmadinata, Nana. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya., 1, 13.