PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP RETENSI

Download 222. Tersedia secara online. EISSN: 2502-471X. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Ta...

0 downloads 412 Views 336KB Size
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 222—226

Tersedia secara online EISSN: 2502-471X

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP RETENSI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Yudha Adrian, I Nyoman S Degeng, Sugeng Utaya Pendidikan Dasar Pascasarjana-Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang. E-mail: [email protected] Abstract: The objective of study was to find out the effect of cooperative learning STAD on students’ retention of fifth grade in Social Studies in SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin. This study is quasi experiment using nonequivalent control group design. The subjek of study were 42 fifth grade students. Instrument was used multiple choices test in 20 items. T test independent using software IBM SPSS 21 was used to analysis data. Findings this study showed that cooperative learning STAD give effect to fifth grade students’ retention in Social Studies. Suggestion for teachers to impelement cooperative learning type STAD is by carefully planning the teaching and learning processes so that the teaching and learning processes will be more effective and efficient Keywords: cooperative learning, STAD, and retention Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada mata pelajaran IPS di SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin. Jenis penelitian ini yaitu kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Subjek penelitian berjumlah 42 orang siswa kelas V. Instrument yang digunakan yaitu tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir. Analisis data yang digunakan menggunakan uji T independent berbantuan IBM SPSS 21. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Saran bagi guru guna menerapkan pembelajaran kooperatif STAD yaitu dengan merencanakan proses pembelajaran secara matang agar penerapan pembelajaran dapat lebih maksimal dan efisien. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, STAD, dan retensi

Pembelajaran kooperatif merupakan jenis pembelajaran dimana seorang guru mengorganisasikan siswanya ke dalam kelompok kecil, untuk bekerja sama saling membantu satu sama lain dalam konteks pembelajaran (Slavin, 2011). Pembelajaran kooperatif memuat banyak teori, riset dan praktik sehingga dapat diterapkan di dunia pendidikan. Penerapan pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan belajar (Johnson & Johnson, 1999). Pada pembelajaran kooperatif mengharuskan para anggota kelompok untuk mengerjakan mereka dan hal ini yang merupakan manfaat dari pembelajaran ini. Pada proses pembelajaran kooperatif, penugasan pada siswa dirancang guna mendorong setiap anggota kelompok untuk aktif dalam belajar melalui usaha mereka sendiri dan usaha anggota kelompok merupakan untuk kelompok mereka sendiri. Pada pembelajaran kooperatif terjadi perubahan fokus pembelajaran dari guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini merupakan perubahan seluruh scenario pendidikan, psikologi siswa, metode pembelajaran dan hasil belajar berorientasi pada siswa. Perubahan paradigma pembelajaran yang awalnya pembelajaran berorintasi pada transfer ilmu pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai proses mengatur lingkungan (Sanjaya, 2014). Peran seorang guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar dan menyelesaikan tugas belajarnya sendiri. Dengan kata lain, tugas seorang guru tidak hanya menjadi sumber belajar, melainkan berperan sebagai orang yang memfasilitasi dan membimbing siswa agar mau dan mampu belajar. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif yaitu teori perkembangan kognitif Piaget dan teori konstruktivistik sosial Vygosky. Pembelajaran kooperatif mengacu pada teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut sudut pandang teori konstruktivistik Piaget lebih menekankan kepada kondisi individu, belajar yang baik yaitu ketika siswa aktif mencari informasi yang mereka perlukan dan sekaligus mencari pemecahan masalahnya sendiri (Santrok, 2011). Siswa sebagai individu yang aktif menyusun informasi yang mereka dapat pada struktur pengetahuan mereka yang disebut skema pengetahuan. Asumsi dasar dari sudut pandang pembelajaran kooperatif adalah proses intraksi antara siswa terkait dengan tugas belajar akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mencerna dan menguasasi sebuah konsep.

222

223 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 222—226

Menurut teori konstruktivistik sosial menekankan pada pemberian bantuan dari siswa yang telah mencapai titik perkembangan kepada siswa yang masih belum mencapai titik perkembangan tersebut. Titik perkembangan tersebut diberi nama (zone of proximal development, ZPD). Adanya bantuan siswa yang sudah mencapai zona tersebut memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih mudah sehingga siswa yang belum mencapai zona tersebut akan terbantu guna menyelesaikan tugas mereka sendiri (Enggen & Kauchak, 2010). Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok mereka. Siswa termotivasi untuk belajar menghargai dan memperkuat hubungan interpersonal dalam kelompok mereka (Woolfolk, 2006). Cara kolaboratif ini mendorong siswa untuk aktif dalam belajar. Manfaat yang siswa dapatkan melalui pembelajaran kooperatif berupa dorongan dan bimbingan dari siswa yang berkempuan lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Dengan demikian, dapat tercapai tujuan pembelajaran dan tidak kalah penting, yaitu keberhasilan terkait dengan hasil belajar yang memuaskan. Berdasarkan data yang didapat melalui observasi, diketahui bahwa proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran IPS khususnya masih didominasi oleh guru. Guru bertindak sebagai sumber belajar, walaupun setiap siswa sudah memiliki buku pelajaran masing-masing. Adanya interaksi di dalam kelas lebih didominasi oleh siswa yang berkemampuan lebih baik, sedangkan siswa yang lain tidak memerhatikan. Tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran didominasi melalui penggunaan metode ceramah karena sebagian besar materi IPS di kelas V SD merupakan materi sejarah. Meskipun materi yang diajarkan, hendaknya guru memfasilitasi siswanya untuk belajar menemukan informasi sendiri sehingga menstimulasi siswa untuk mengembangkan potensi kemampuan berpikirnya. Data yang didapat melalui dokumentasi pada daftar nilai siswa ditemukan bahwa 76% dari keseluruhan siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini disebabkan karena siswa tidak begitu menyukai pelajaran IPS karena di dominasi oleh cerita yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa tidak dilibatkan secara langsung pada proses pembelajaran sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan mengigat materi yang diajarkan oleh gurunya. Berkenaan dengan hasil studi awal yang telah dipaparkan di atas, maka perlu adanya pembaharuan proses pembelajaran yang mengacu pada proses pengaturan lingkungan. Dalam hal ini siswa dijadikan subjek belajar di dalam kelas. Hal yang diharapkan yaitu menstimulasi siswa untuk menjadi pribadi yang aktif dalam belajar dan mampu memahami serta mengingat materi pelajaran melalui tindakan atau belajar melalui tindakan (learning by doing). Inovasi pembelajaran yang ditawarkan oleh peneliti kepada sekolah yang diteliti yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif STAD yang dijadikan sebagai pembelajaran di kelas V. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif STAD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar dan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Senada dengan pendapat Slavin (2011) pembelajaran kooperatif STAD dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat digunakan di dalam kelas selain pembelajaran berbasis pada guru, pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan mendorong siswa untuk berperilaku lebih baik. Pembelajaran kooperatif STAD adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya (Tran, 2013). Untuk menerapkan pembelajaran ini ada beberapa tahapan, yaitu (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) menyampaikan informasi, (3) membentuk kelompok 4—5 orang, (4) proses membimbing siswa dan kerja kelompok, (5) pemberian evaluasi, dan (6) pemberian penghargaan (Arend, 2012). Pada proses kerja kelompok siswa saling berdiskusi guna mencari pemecahan masalah terkait dengan materi yang mereka pelajari. Siswa yang berkemampuan lebih baik akan membantu siswa berkemampuan kurang baik sehingga terjadi ketergantungan positif diantara anggota kelompok dalam satu kelompok. Proses belajar mandiri yang dilakukn oleh siswa sehingga menemukan pengetahuan baru dan disusun pada struktur pengetahuan mereka. Senada dengan penelitian Arend (dalam De Porter, 2000) bahwa kita mengingat 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Menurut (Sausa dalam Tran: 2014) mengindikasikan bahwa retensi akan bertahan 50% jika siswa belajar melalui diskusi, 75% melalui latihan sesama siswa, dan 90% jika siswa mengajarkan kepada siswa lain. Hasil penelitian yang mendukung terkait pembelajaran kooperatif yaitu hasil penelitian Takalua (2015) impelementasi pembelajaran kooperatif STAD di SMA pada mata pelajaran Biologi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan retensi siswa. Selanjutnya, hasil penelitian Tran (2014) di Universitas Giang Vietnam menunjukkan adanya adanya perbedaan hasil belajar dan retensi mahasiswa pada matakuliah Psikologi di kelas kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian Tran (2012) di Universitas Giang Vietnam menunjukkan terdapat dampak positif model pembelajaran kooperatif terhadap retensi pengetahuan mahasiswa di Vietnam. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya inovasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS di kelas V, khususnya sekolah dasar tempat penelitian berlangsung. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif STAD diharapkan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa dalam memahami pelajaran sehingga dapat memberikan pelajaran yang bermakna bagi mereka. Pembelajaran yang bermakna akan memberikan pengetahuan yang membuat siswa lebih mampu mengingat lebih lama.

Adrian, Degeng, Utaya, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…224

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada pelajaran IPS di sekolah dasar. Selanjutnya, hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada pelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada pelajaran IPS di sekolah dasar. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantatif dengan metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Subjek pada penelitian ini, yaitu siswa kelas V di SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 42 orang siswa yang terdiri atas kelas paralel. Pada kelas VA dijadikan kelas eksperimen dan kelas VB dijadikan kelas kontrol. Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest A O1 X O2 B O3 O4 (Sumber: Sugiyono, 2013) Keterangan: A= Kelompok eksperimen B= Kelompok kontrol O1= Pretest kelompok eksperimen O2= Posttest kelompok eksperimen X= Perlakuan melalui pembelajaran kooperatif STAD O3= Pretest kelompok kontrol O4= posttest kelompok kontrol Berdasarkan tabel 1 ditunjukkan bahwa siswa di kelas kontrol dan eksperimen diberikan soal pretest. Selanjutnya, diberikan perlakuan dan setelah itu diberikan posttest. Di kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif STAD, sedangkan di kelas kontrol tidak diberikan perlakuan oleh peneliti. Tiga minggu setelah posttest diberikan tes dengan menggunakan soal posttest untuk mengetahui retensi siswa. Instrumen yang digunakan untuk pretest dan posttest, yaitu instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa yang terdiri atas 20 butir pilihan ganda yang meliputi empat option. Instrument tes ini sudah di uji kelayan yaitu uji validitas, reliabilitas, uji kesukaran, dan daya beda. Untuk mengetahui kemampuan siswa mempertahankan ingatan (retensi) dilakukan tes tiga minggu setelah posttest. Instrumen yang digunakan untuk tes retensi, yaitu soal posttest. Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan retensi dilakukan uji t test independent untuk membandingkan hasil rata-rata dari kelas kontrol dan kelas eksperimen berbantuan software IBM SPSS versi 21. Analisis terhadap hasil daya tahan siswa (retensi) dilakukan dengan melihat rata-rata nilai penurunan retensi siswa dari posttest dan tes retensi yang dilakukan setelah tiga minggu. HASIL Deskripsi Hasil Tes Retensi Hasil analisis keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2. Pada tabel 2 ditunjukkan bahwa rata-rata hasil tes retensi kelas kontrol 60.24 dan standar deviasi 16.01. Selanjutnya, hasil rata-rata hasil tes retensi kelas eksperimen 70.48 dan standar deviasi 14.65. Tabel 2. Nilai Rata-Rata Hasil Analisis Tes Retensi Kelompok Kontrol dan Eksperimen kk_eks

N

retensi 3 kk retensi 3 eks

21 21

Group Statistics Mean Std. Deviation 60.2381 70.4762

16.00595 14.65476

Std. Error Mean 3.49278 3.19793

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data peneliti tahun 2016 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata kelas eksperimen. Dengan jumlah siswa di kelas kontrol sebanyak 21 orang dan di kelas eksperimen sebanyak 21 orang siswa.

225 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 222—226

Uji Hipotesis Sebelum uji hipotesis, maka data harus diuji normalitas dan homogenitas. Setelah data terdistribusi normal dan homogen, maka dilakukanlah uji t independent. Hasil uji hipotesis ditunjukkan pada tabel 3.6. Tabel 3. Hasil Analisis Uji T Independent Tes Retensi Kelas df Sig. Mean Std. Ket (2Dif Error tailed) Dif Kontrol H0 40 0,037 -10.24 4.74 ditolak Eksperimen Berdasarkan tabel 3 ditunjukkan hasil analisis uji t independent mengindikasikan terdapat perbedaan hasil tes retensi antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai probabilitas < 0.05, sehingga hipotesis null ditolak. Selanjutnya, hipotesis penelitian terjawab yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif STAD terhadap retensi siswa kelas V pada pelajaran IPS di sekolah dasar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD memberikan pengaruh terhadap retensi siswa kelas V sekolah dasar pada pelajaran IPS. PEMBAHASAN Perbedaan rata-rata hasil tes retensi di kelas kontrol dan kelas eksperimen memberikan bukti bahwa pembelajaran kooperatif STAD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap retensi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V sekolah dasar. Hasil analisis tersebut mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa siswa yang dibelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif STAD mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Implementasi pembelajaran kooperatif STAD mengacu pada lima tahapan Slavin (2005) langkah utama, yaitu (1) Tahap persiapan, (2) presentasi materi, (3) tahap kerja kelompok, (4) tahap kuis/tes individu, dan (5) tahap penghargaan. Pada tahapan pertama mengondisikan siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Persiapan yang matang sebelum proses pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa siap menerima materi yang dibelajarkan oleh guru kepada siswa. Tahap kedua, guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. Pemberian penjelasan oleh guru diharapkan dapat mempermudah siswa untuk menerima materi pelajaran. Pada tahap ini guru dapat memberikan penjelasan terkait materi yang masih belum dipahami oleh siswa sehingga memungkinkan siswa untuk lebih mudah dalam bekerja secara berkelompok. Tahap ketiga merupakan tahap kerja kelompok. Pada tahap ini siswa berdiskusi antar sesama teman satu kelompok. Pada proses ini siswa berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Menurut Johnson & Johnson (2003) proses kolaborasi memungkinkan siswa untuk belajar secara cepat, efisien, dan belajar melalui pengalaman. Proses belajar melalui pengalaman ini melibatkan memory episodic siswa sehingga akan melekat pada long term memory (LTM) pada siswa. Memori episodik (edisodic memory) adalah sistem memori yang memungkinkan siswa untuk mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya, dalam hal ini materi pelajaran yang mereka pelajari bersama-sama (Tulving dalam Solso, 2008). Menurut Anyagh (2006) kemampuan mengingat akan lebih efektif ketika didasari oleh pengalaman yang telah dijalani oleh siswa melalui metode pembelajaran yang tepat. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Obida, Kurumeh & Chianson (2011) siswa yang diberikan perlakukan menggunakan pembelajaran kooperatif lebih cepat dalam proses recalling dibandingkan dengan siswa yang tidak diberikan perlakukan pembelajaran kooperatif. Hal ini sebabkan setiap siswa dalam kelompoknya telah mempelajari dan memahami konsep ketika materi yang akan diujikan melalui tes retensi akan diujikan kembali. Hal senada dipaparkan oleh Nichols (2002) menyatakan bahwa siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan nilai pada posttest dan tes retensi. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa sehingga akan melekat pada memori siswa dan pada saat recalling akan lebih mudah ditarik kembali ke working memory. Tahap keempat pemberian kuis individu kepada seluruh siswa. Pemberian kusi kepada siswa bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dibelajarkan. Selain itu, guru dapat mengetahui progress kemajuan dari kemampuan siswa. Nilai individu dari hasil menjawab soal dari kuis tersebut akan diakumulasikan sebagai skor kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan hadiah. Tahap kelima pemberian penghargaan atau hadiah kepada siswa atau kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan meningkatkan motivasi siswa untuk bersaing secara sportif antar anggota kelompok. Persaingan ini akan memupuk kerja sama antara tim sehingga setiap anggota merasa bertanggung jawab atas tugas individu yang mereka emban.

Adrian, Degeng, Utaya, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…226

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis yang dilakukan pada data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif STAD memberikan dampak positif pada kemampuan siswa untuk mempertahankan ingatannya terutama pada materi yang diajarkan. Nilai rata-rata hasil tes retensi kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata tes retensi kelas eksperimen. Selanjutnya, hasil analisis statistik menggunakan uji t independent berbantuan IBM SPSS 21 menunjukkan hasil yang signifikan p value = 0.037 < 0.05, sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD memberikan pengaruh terhadap retensi siswa kelas V pada mata pelajaran IPS di SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang diajukan, yaitu guru dapat mengimplementasikan pembelajaran kooperatif STAD sebagai inovasi pembelajaran untuk meningkatkan retensi siswa. Hal yang perlu diperhatikan dalam rangka penerapan pembelajaran kooperatif STAD di dalam kelas hendaknya guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang langkahlangkah proses pembelaran agar siswa tidak bingung untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pada proses kerja kelompok hendaknya guru menggunakan lembar kerja siswa (LKS) agar membuat proses pembelajaran lebih efisien. Selain itu, guru menentukan tugas setiap anggota kelompok agar setiap kelompok melaksanakan tugasnya masing-masing. Perencanaan dan pengelolaan kelas yang baik akan menunjang terlaksananya pembelajaran kooperatif STAD secara maksimal. DAFTAR RUJUKAN Anyagh, I. P. 2006. Effect of Formula Approach on Students’ Achievement and Retention in Algebra. Unpublished Master’s Thesis. Benue State University. Enggen, P & Kauchak. D. 2012. Stategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir). Terjemahan oleh Satrio Wahono. 2012. Jakarta: Indeks Permata Putra Media. Johnson, D.W. & Johnson R.T. 1999. Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive and Individualistic Learning. USA: Allyn and Bacon. Nichols, J. D. 2002. The Effects of Cooperative Learning on Students’ achievement and Motivation in High School Geometry Class. (ERIC Document Reproduction Service N0 ED 387341). Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana. Santrok, J.W. 2011. Education Psychology. New York: McGraw-Hill. Slavin, R. E.2005. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan oleh Yusron. 2005. Bandung: Nusa Media. Slavin, R. E. 2011. Instruction Based on Cooperative Learning. In R. E. Mayer & P. A. Solso, R.L, Maclin, O. H, & Maclin, K. M. 2008. Cognitive Psychology. 8th edition. Pearson Education, Inc. Terjemahan oleh Mikael Rahardanto & Kritianto Batuaji. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Taylor & Francis.Chianson, M.M. 2008. Cooperative Learning: in Kurumeh, M.S. & Opala, M.F (eds) Innovative Teaching Approaches of Mathematics Education in the 21 st Century. Vol. 1, Pp: 27-40. Makurdi: Nigeria. Azaben Press. Tran, D.V. 2012. Effect of Cooperative Learning on Students at An Giang University in Vietnam. International Education Studies, 5 (1): 86—99. Woolfolk, A. E. 2006. Educational Psychology (9th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.