PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI

Download Tembokrejo, dan Desa Blambangan. Lokasi industri tersebut sangat menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar, akan tetapi dampak nyata terha...

0 downloads 475 Views 1MB Size
PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI M. Rizqon A.M1, Dwiyono Hari U2, Didik Taryana3 Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Alamat: Jl. Semarang 5, Malang 65145, Telp. (0341)585966 Email: [email protected]

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air sumur , pengaruh jarak terhadap kualitas air sumur, dan pengaruh limbah cair industri pengolahan ikan terhadap kualitas air sumur di Kecamatan Muncar. Parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas air sumur adalah pH, suhu, bahan organik dan minyak lemak. Untuk mengetahui pengaruh dari parameter tersebut terhadap kualitas air sumur maka dicari hubungan antara jarak dengan pH, jarak dengan suhu, jarak dengan bahan organik. Pengambilan titik sampel berjumlah 30 dengan ditentukan berdasarkan jarak. Analisis ini menggunakan tabulasi tunggal dan korelasi Product-Moment. Selanjutnya analisis dilakukan untuk memperjelas hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sumur gali penduduk di Desa Kedungrejo mengandung bahan organik dan minyak lemak, akan tetapi masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 dan PERMENLH No.6 Tahun 2007. Berdasarkan analisis dengan menggunakan korelasi Product- Moment, maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak dengan pH, suhu dan bahan organik, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kontur air tanah, akuifer dan jenis tanah di Kecamatan Muncar. Untuk mengurangi dampak dari adanya kandungan minyak lemak dan bahan organik dalam air sumur, perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan bisa dilakukan dengan cara melakukan penyaringan dengan menggunakan pasir yang mengandung banyak SiO2 untuk mengurangi kadar bahan organik dalam air sumur dan menggunakan Dissolve Air Flotation untuk mengolah air yang mengandung minyak lemak. Kata Kunci: Sumber Pencemar, Limbah Cair, Industri Pengolahan Ikan, Kualitas Air Tanah ABSTRACT The aim of this study was to determine the quality of the well water, the effect of distance on the quality of the well water, and the effect of the fish processing industry effluent on water quality in the district Muncar fountain. The determining to indicate the quality of the water and measure pH, temperature, organic matter and fatty oils. To determine the effect of these parameters on the quality of the water and then to seek a relation between the distance to the pH value, the temperature range, the distance to the organic substance. Low sampling points were 30 determined based on the distance. This analysis uses a single statement, and product-moment correlation. Further analyzes were performed in order to clarify the results of the study. The results showed that the water quality of the wells dug in the village population Kedungrejo oils containing organic matter and fat, but still under the conditions laid down by the quality standards PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 and PERMENLH No.6 year 2007. Based on the analysis of the product-moment correlation, it can be seen that there is no relationship between the distance to the pH, temperature and organic matter, caused by several factors, namely contour ground water, groundwater and soil types in the district Muncar will. To reduce the impact of the presence of fat and oil content of organic matter in the water well, the processing must be done. Processing may be by filtration using sand contains much of SiO 2, the amount of organic material into the well to reduce and dissolve air flotation water-containing fatty oils done treatment. Keywords: Pollutant Sources, Waste Water, Fish Processing Industry, Quality of Groundwater 1

M. Rizqon A. M, Mahasiswa Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Pendidikan, Program Pendidikan Geografi UM, 2013. 2 Drs. Dwiyono Hari U, M.Pd, M.Si, Dosen Pembimbing I, pengajar di Jurusan Geografi FIS UM, Malang 3 Drs. Didik Taryana, M.Si, Dosen Pembimbing II, pengajar di Jurusan Geografi FIS UM, Malang

A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting terhadap kelangsungan hidup manusia. Keberadaan air memiliki peran yang cukup vital dalam perkembangannya menuju kearah kesejahteraan manusia. Hal ini didukung dari fakta bahwa manusia membutuhkan air yang cukup banyak demi kesejahteraan manusia. Air tanah menjadi pilihan utama masyarakat Kecamatan Muncar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada musim kemarau jumlah air permukaan seperti sungai, waduk, danau mengalami penyusutan secara drastis dan seringkali diikuti dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat yang tidak layak untuk dimanfaatkan. Kondisi air tanah yang tersedia cukup banyak menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Akan tetapi masalah pencemaran air tanah menyebabkan masyarakat sekitar menjadi kekurangan air tanah yang bersih. Kecamatan Muncar di Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Dengan pesatnya pertumbuhan yang berasal dari sektor perikanan tersebut telah meningkatkan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendukung program kegiatan minapolitan sehingga ditetapkanlah Kawasan Muncar sebagai salah satu basis minapolitan di Jawa Timur. Salah satu industri yang berkembang secara alami di Kecamatan Muncar adalah industri pengolahan ikan. Industri tersebut berkembang sejak jaman penjajahan Belanda berupa industri kecil. Sebagian industri ini telah berkembang menjadi industri besar yang berorientasi ekspor. Sebaran lokasinya tersebar di tiga desa yaitu Desa Kedungrejo, Desa Tembokrejo, dan Desa Blambangan. Lokasi industri tersebut sangat menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar, akan tetapi dampak nyata terhadap lingkungan sangat memprihatinkan. Hasil limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan di kecamatan Muncar didominasi oleh limbah cair yang berupa minyak ikan dan darah ikan, sedangkan untuk limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan tersebut berupa kotoran ikan, jeroan ikan, kepala, dan sisa daging. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyono dan Yudo (2008) di

Kecamatan Muncar menemukan bahwa dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh Industri pengolahan ikan mengandung Nitrat (NO¬3-), Pospat (PO4), Sulfida (H2S), Amoniak (NH3-N), klorin bebas (Cl2) dan minyak lemak. Serta berdasarkan parameter BOD dan COD juga memiliki kandungan yang cukup tinggi. Pembuangan limbah dari pabrik industri pengolahan ikan ke sungai menjadi penyebab utama tercemarnya kondisi lingkungan di daerah Muncar. Kondisi sungai yang kotor dan berbau menjadi salah satu indikator bahwa daerah tersebut sudah mengalami pencemaran. Hal ini terlihat dari kondisi sungai yang alirannya lambat sehingga air dari sungai dapat mencemari air sumur di kawasan pemukiman penduduk. Selain itu penanganan limbah yang dilakukan oleh industri di daerah Muncar belum maksimal. Menurut Anas selaku Bupati Kabupaten Banyuwangi tahun 2012 pemerintah menyalurkan dana untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah secara terpadu untuk mengolah limbah setempat, akan tetapi ditolak oleh warga karena warga menggunakan limbah khususnya minyak ikan untuk dijual kembali. Hal ini menyebabkan penanganan limbah menjadi tersendat (Tempo, 2013). Masalah utama yang ada di Kecamatan Muncar khususnya terhadap air sumur yaitu kondisi air yang keruh dan berbau. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Desa Kedungrejo menyatakan bahwa jumlah anak yang sakit diare sebesar 56 anak (Puskesmas Kedungrejo, 2012). Jumlah ini didominasi oleh anak balita karena sistem pencernaannya masih kurang kuat untuk beradaptasi terhadap kondisi air di daerah tersebut. Selain itu kurangnya pengetahuan dari masyarakat terkait pengolahan air yang benar juga belum maksimal. Karena sebagian besar masyarakat disana belum mengerti cara mengolah air yang benar, khususnya pada air yang mengalami penurunan kualitas. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air minum berdasarkan parameter Zat Organik dan Minyak Lemak, jarak sumber pencemar terhadap kadar pH, Suhu, Minyak Lemak dan Zat organik, serta pengaruh limbah cair industri pengolahan ikan terhadap kualitas air sumur di Kecamatan Muncar.

C. Metode Subjek dalam penelitian ini adalah sumur gali penduduk di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar sebanyak 30 sampel. Data Primer berupa titik koordinat sumur dan pengukuran suhu air sumur, sedangkan data sekunder berupa peta administrasi, peta jenis tanah, dan peta akuifer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Ms. Excel 2010, tabulasi tunggal, dan korelasi Product-Moment. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif untuk memperjelas hasil penelitian.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Paparan Data Hasil Penelitian a. Kualitas Air Sumur Kualitas air sumur gali dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan parameter pH, Suhu, Bahan Organik, dan Minyak Lemak. Parameter ini disesuaikan dari hasil limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan yang banyak terdapat di Kecamatan Muncar, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari keberadaan industri pengolahan ikan terhadap kualitas air sumur gali penduduk yang ada. Dari hasil uji laboratorium, kualitas air yang ada di Kecamatan Muncar dapat dilihat pada Tabel 1.1 Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Jarak 50 m 75 m 100 m 120 m 140 m 150 m 25 m 200 m 200 m 300 m 20 m 25 m 50 m 75 m 30 m 200 m 10 m 65 m 125 m 200 m 250 m

Suhu 28,2ºC 28º C 29º C 29º C 29,5º C 28,5º C 29,5º C 28,2º C 29º C 28,1º C 29º C 28,9º C 28,8º C 28º C 29º C 28º C 28,5º C 29º C 27º C 28º C 28º C

pH 7,194 7,404 7,502 7,227 7,354 7,853 7,061 7,392 7,371 7,251 7,261 7,288 7,307 7,322 7,300 7,295 7,222 6,954 7,23 7,07 7,37

Bahan Organik 9,2 mg/L 6,1 mg/L 2,7 mg/L 1,8 mg/L 3,7 mg/L 1,3 mg/L 4,0 mg/L 2,2 mg/L 5,3 mg/L 9,2 mg/L 3,7 mg/L 1,9 mg/L 2,8 mg/L 3,4 mg/L 4,6 mg/L 1,0 mg/L 2,0 mg/L 3,4 mg/L 3,1 mg/L 3,8 mg/L 2,5 mg/L

Minyak Lemak <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L 2,0 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L 2,6 mg/L <1,9 mg/L

22 310 m 23 5m 24 250 m 25 300 m 26 300 m 27 300 m 28 310 m 29 325 m 30 350 m Rata-Rata

29º C 29,5º C 27,5º C 28,5º C 28º C 28,5º C 29º C 29º C 27,5º C 28,5ºC

6,99 6,83 6,97 7,30 7,55 7,27 7,31 7,25 7,33 7,27

2,5 mg/L 2,0 mg/L 2,8 mg/L 3,2 mg/L 6,4 mg/L 1,5 mg/L 2,5 mg/L 2,5 mg/L 2,8 mg/L 3,5 mg/L

<1,9 mg/L 2,0 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L <1,9 mg/L

Sumber: Laboratorium Air Perum Jasa Tirta I Parameter yang dijelaskan adalah pH. Berdasarkan uji laboratorium, pH yang telah dilakukan pada 30 sampel tidak melebihi batas maksimum yang artinya normal. Dimana standar baku untuk parameter pH adalah 6-9. Nilai tertinggi dari hasil uji PH pada air sumur gali penduduk yang dilakukan oleh Laboratorium Air Perum Jasatirta I adalah 7,853 dan nilai terendah adalah 6,83. Nilai rata-rata untuk parameter pH adalah 7,27. Titik terdekat pada pengambilan sampel memiliki nilai 7,0 dan titik paling jauh memiliki nilai 7,9. Parameter suhu berdasarkan uji lapangan memiliki rentangan nilai sekitar 27-29,5 ºC. Hal ini sesuai dengan kondisi daerah tropis dengan suhu sekitar 2432ºC. Nilai tertinggi untuk parameter suhu adalah 29,5ºC dan nilai tertendah adalah 28ºC. Nilai rata-rata pada parameter suhu adalah 28,5ºC. Titik terjauh dari sumber pencemar memiliki suhu 29,5ºC. Sedangkan titik terdekat memiliki suhu 29ºC. Parameter Bahan Organik berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap kualitas air sumur gali penduduk Kecamatan Muncar memiliki rentangan nilai antara 1,0-9,3 mg/L. Nilai rata-rata untuk parameter bahan organik adalah adalah 3,5 mg/L. Titik terjauh memiliki nilai 1,0mg/L dan titik terdekat memiliki nilai 2,5 mg/L. Berdasarkan hasil uji laboratorium untuk parameter minyak lemak memiliki nilai rentangan < 1,9 – 2,6 mg/L. Nilai tertinggi untuk minyak lemak adalah 2,6 mg/L dan nilai terendah adalah < 1,9 mg/L. Hasil yang dikeluarkan dari laboratorium bernilai kurang dari (<), karena nilai ini berasal dari perhitungan metode batas deteksi yang dihitung berdasarkan perhitungan gravimetri. Berdasarkan rumus tersebut nilai yang keluar terkecil adalah <1,9. Berdasarkan peta 5.4 menyatakan bahwa titik terjauh memiliki nilai <1,9 mg/L. Sedangkan titik terdekat memiliki nilai 2,0 mg/L.

b. Hubungan antara Jarak dengan Parameter limbah industri pengolahan ikan Dari hasil uji laboratorium pada Tabel 1.1, hubungan jarak dengan kualitas air sumur dengan parameter pH, Suhu, Bahan Organik dan Minyak Lemak dapat dikorelasikan dengan uji statistika korelasi Product-Moment. 8 7,8 7,6 pH

7,4

r = 0,206

7,2

pH Linear (pH)

7 6,8 6,6 0

50

100

150

200

250

300

350

Jarak

Grafik 1.1 hubungan antara jarak dengan suhu Berdasarkan Grafik 5.1 menyatakan bahwa garis linear bergerak menuju keatas. Hal ini menandakan bahwa semakin jauh jarak pengambilan sampel,maka semakin besar pula nilai pH. Berdasarkan hasil perhitungan statistika nilai r antara jarak dengan pH adalah 0,206. Berdasarkan r tersebut maka hubungan antara jarak dengan pH adalah memiliki hubungan yang rendah. 30 29,5 29 S u 28,5 h 28 u 27,5

r = -0,314 Suhu Linear (Suhu)

27 26,5 0

100

200

300

400

Jarak

Grafik 1.2 hubungan antara jarak dengan suhu

Berdasarkan grafik 1.2 menyatakan bahwa garis linier yang terbentuk menuju kebawah atau bernilai negatif (-). Hal ini menjelaskan bahwa semakin jauh jarak pengambilan sampel terhadap sumber pencemar, maka semakin rendah suhu air sumur gali penduduk. Berdasarkan hasil perhitungan statistika nilai r antara jarak dengan suhu adalah -0,314. Berdasarkan r tersebut maka hubungan antara jarak dengan suhu memiliki hubungan yang rendah.

Bahan Organik

10 8 6

r = -0,014

4

Bahan Organik Linear (Bahan Organik)

2 0 0

100

200

300

400

Jarak

Grafik 1.3 hubungan antara jarak dengan bahan organik Berdasarkan Grafik 5.3 menyatakan bahwa garis linear yang terbentuk bernilai negatif (-) yaitu menuju kebawah. Hal ini menyatakan bahwa semakin jauh jarak antara sumber pencemar dengan sumur gali penduduk maka nilai bahan organik semakin kecil, akan tetapi ada beberapa penyimpangan khususnya pada jarak 75 meter, 200 meter dan 300 meter yang menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan statistika nilai r antara jarak dengan bahan organik adalah -0,014. Berdasarkan r tersebut maka hubungan antara jarak dengan bahan organik adalah sangat rendah.

2.

Pembahasan

a.

Kualitas air sumur Kualitas air sumur dipengaruhi adanya zat pencemar yang dibuang oleh

limbah industri pengolahan ikan yang menyebabkan ekosistem sungai menjadi tercemar. Pencemaran tersebut disebabkan oleh limbah hasil industri pengolahan ikan yang membuat kondisi daerah sekitar menjadi sangat berbau dan kotor sehingga merusak estetika lingkungan sekitar. Pencemaran dapat diartikan sebagai penambahan atau memasukkan zat kelingkungan dalam jumlah tertentu, yang

dapat menyebabkan terjadinya kemunduran kualitas air sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia, terganggunya ekosistem dan rusaknya sumberdaya (Martopo, 1992:2), seperti halnya yang terjadi pada daerah sekitar pemukiman penduduk di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar. Kualitas air sumur gali penduduk yang diuji laboratorium dan telah dibandingkan dengan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010., menunjukkan nilai pH relatif normal. pH merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan keasaman air. Sehingga kadar pH bisa digunakan sebagai parameter untuk menentukan kondisi air sumur gali di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. pH dapat digunakan dalam indikator mengetahui keasaman air sumur penduduk. Adapun pH pada Air Sumur Gali Penduduk Kecamatan Muncar berkisar antara 6,8-7,8, hal ini menunjukkan pH masih berada dalam kondisi normal yakni pH antara 6-9. Sehingga kondisi air sumur gali penduduk kecamatan Muncar cukup layak untuk dikonsumsi masyarakat jika dinilai dari parameter pH. Kadar bahan Organik pada uji laboratorium tidak melebihi standar baku mutu air minum, yakni berkisar antara 1,0-9,4. Untuk baku mutu air minum berdasarkan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 menunjukkan bahwa standar baku mutu air minum memiliki nilai 10 mg/L. Adanya bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisik dari air yaitu timbulnya bau, rasa, warna, dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dapat diketahui dengan menentukan angka permanganat. Walaupun KMnO4 sebagai oksidator tidak mengoksidasi semua zat organik yang ada. Namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya. Adapun zat organik yang dapat dioksidasi adalah Karbohidrat, phenol dan sisa peragian (Gabriel dalam Sya’bani, 2011). Bahan organik merupakan unsur yang akan menyebabkan air menjadi bau dan cenderung menjadi tidak layak konsumsi, sehingga jika kadar bahan organik tinggi maka air sumur penduduk menjadi tidak layak konsumsi. Meskipun kadar bahan organik dalam air sumur masih dibawah standar baku, akan tetapi perlu dilakukan pengolahan untuk meminimalisir dampak dari kandungan bahan organik tersebut. Pemakaian karbon aktif granular atau granular activated carbon (GAC) sampai sekarang merupakan teknologi terbaik yang

sering digunkan untuk mengendalikan senyawa organik. Pemakaian GAC merupakan proses yang efektif untuk menghilangkan zat organik alami yang terdapat pada sumber-sumber air minum (Soesanto, 1996:3) Kadar minyak lemak dalam air sumur gali penduduk berdasarkan hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kadar yang ada masih dalam batas normal. Berdasarkan baku mutu air minum dari PERMENLH No.6 tahun 2007 menyatakan bahwa kadar minyak lemak yang ditoleransi adalah 15 mg/L. Minyak lemak adalah senyawa ester yang terbentuk dari gliserol dan berbagai asam karboksilat. Minyak dan lemak merupakan triasilgliserol yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan ,apabila triasgliserol tersebut pada suhu kamar berwujud cair dinamakan minyak dan apabila berwujud padat dinamakan lemak. Jika terlalu tinggi adanya minyak dan lemak tersebut, maka akan mempengaruhi kualitas air. Minyak tidak dapat larut dalam air, sehingga sisa minyak akan tetap mengapung di air. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak yang cukup tebal dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air, karena fiksasi oksigen menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho dalam Pratiwi, 2011). Kandungan minyak dan lemak yang terdapat dalam limbah industri pengolahan ikan bersumber dari pencucian, pembersihan isi perut ikan, dan pengolahan ikan khususnya pada proses perebusan ikan pada industri pengalengan ikan (Setiyono, 2007:71). Pada proses ini, minyak lemak yang terdapat dalam ikan akan keluar dan menjadi limbah. Beberapa faktor yang menyebabkan kandungan bahan pencemar masih dibawah baku mutu yakni Desa Kedungrejo memiliki jenis tanah alluvial kelabu dan coklat kekelabuan. Tanah ini disebut juga tanah endapan atau recent deposits yang belum memiliki pengembangan profil yang baik. Tanah ini berwarna kekelabuan sampai kecoklatan. Tekstur tanahnya liat berpasir dengan kandungan pasirnya kurang dari 50%, strukturnya pejal sedangkan konsistensinya keras waktu kering dan teguh pada waktu lembab (Utomo, 2010: 85).Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5%

CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Berdasarkan jenis tanah ini, menyebabkan kandungan bahan pencemar dari limbah industri pengolahan ikan yang terdapat di sungai tidak mencemari sumur sekitar sungai. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri dari jenis tanah alluvial kelabu dan kekelabuan yang cenderung memiliki sifat permeabilitas rendah. Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah dan bentuk wilayahnya datar sampai agak bergelombang. Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan istilah kecepatan air yang mengalir dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/jam. Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan porositas. Struktur tanah dan bahan organik menunjukkan hubungan utama terhadap permeabilitas adalah distribusi ruang pori, sedangkan faktor lainnya merupakan faktor yang menentukan porositas dan distribusi ukuran pori (Sutanto dalam Kumalasari, 2012). Pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas tanah adalah memperlambat permeabilitas tanah karena pori kecil yang menghambat gerakan air tanah karena pori kecil yang menghambat gerakan air tanah makin meninggi. Hal ini menyebabkan pembuangan limbah industri pengolahan ikan yang banyak terdapat di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar tidak sampai meresap dan mengalir ke sumur-sumur warga. Jenis tanah alluvial coklat kelabu menyebabkan air yang mengandung banyak limbah di sungai tidak masuk kedalam sumur warga karena sifat tanahnya yang permeabilitasnya rendah.

b. Hubungan antara Jarak dengan Parameter limbah industri pengolahan ikan Nilai r menunjukkan angka 0,206 yang artinya ada hubungan antara jarak dengan PH adalah rendah. Berdasarkan nilai r tersebut hubungannya menurut Hasan (2001:234) hubungan yang dimiliki antara jarak dengan suhu tergolong rendah. Hal ini terjadi karena jenis tanah yang ada di muncar merupakan tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan. Ciri khas dari jenis tanah ini memiliki tingkat permeabilitas yang rendah, sehingga memungkinkan adanya bahan pencemar yang masuk kedalam air sumur. Sedangkan akuifer yang dimiliki

Desa Kedungrejo adalah jenis akuifer A3 atau akuifer yang memiliki keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah beragam dari dekat atau diatas permukaan tanah. Jenis akuifer ini memiliki potensi air bawah tanah agak tinggi. Oleh sebab itu masuknya zat pencemar kedalam air sumur juga didorong oleh adanya faktor dari jenis tanah dan akuifer yang terdapat di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar. Nilai korelasi menunjukkan angka negatif (-) menandakan bahwa semakin jauh jarak, maka suhu air semakin kecil. Dilihat dari Grafik 1.2 menandakan bahwa garis linear Grafik tersebut menurun, hal ini sesuai dengan konsep purifikasi dimana semakin jauh jarak terhadap sumber pencemar, maka suhu air akan semakin kecil. Pada korelasi antara suhu dengan jarak tidak terdapat hubungan, karena pada parameter suhu semakin dekat dengan sumber pencemar maka suhu air akan semakin tinggi dan semakin jauh dengan sumber pencemar maka suhu air akan menjadi rendah. Hal ni terjadi karena suhu air dipengaruhi oleh pencemaran yang terjadi pada air sumur gali tersebut. Nilai korelasi menunjukkan angka negatif (-) menandakan bahwa semakin jauh jarak, maka bahan organik dalam air semakin rendah. Dilihat dari Grafik 1.3 menandakan bahwa garis linear Grafik tersebut menurun, hal ini sesuai dengan konsep purifikasi dimana semakin jauh jarak terhadap sumber pencemar, maka bahan organik dalam air akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena tanah tersusun atas berbagai jenis material (batu, pasir, tanah liat dan lain-lain) yang akan menyaring atau mengabsorpsi semua material yang melewatinya termasuk bahan organik. Bahan organik yang terdapat dalam air limbah dengan proses infiltrasi dapat mencapai air sumur gali penduduk. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh gaya gravitasi maupun gaya kapiler. Gaya gravitasi bersifat mengalirkan air secara vertikal ke dalam tanah melalui profil tanah sedangkan gaya kapiler bersifat mengalirkan air secara tegak lurus ke atas, ke bawah, dan ke arah horisontal (lateral). Sehingga dengan semakin jauh jarak pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bahan organik banyak mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah, dan sebaliknya semakin dekat jarak sumber pencemar, perjalanan air yang mengandung banyak bahan organik sedikit mengalami penyaringan sehingga banyak yang masuk

kedalam air sumur. Jenis tanah di Desa Kedungrejo yang termasuk dalam alluvial kelabu dan alluvial coklat keklabuan menyebabkan banyak zat pencemar yang bisa masuk kedalam air sumur penduduk diakibatkan oleh sifat tanah yang memiliki permeabilitas rendah, sehingga zat pencemar bisa masuk ke dalam sumur penduduk. E. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Kualitas air sumur penduduk memenuhi syarat kualitas air minum berdasarkan parameter minyak lemak yaitu tidak melebihi baku mutu PERMENLH No.6 Tahun 2007 dan parameter pH, suhu serta bahan organik tidak melebihi baku mutu sesuai PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. 2. Semakin jauh jarak dari sumber pencemar limbah industri pengolahan ikan, tidak berpengaruh terhadap kadar minyak lemak, bahan organik, pH, dan Suhu yang terkandung dalam air sumur gali penduduk. Faktor yang menyebabkan jarak tidak berpengaruh adalah jenis tanah, akuifer, dan kontur air tanah di Kecamatan Muncar. 3. Limbah cair industri pengolahan ikan tidak berpengaruh terhadap pencemaran air sumur di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. b. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diharapkan untuk membuat peraturan daerah terkait pembangunan IPAL untuk mengurangi pencemaran industri di Kecamatan Muncar. 2. Industri pengolahan ikan diharapkan untuk mengelola limbah cair yang dibuang dengan membuat Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi pencemaran di Kecamatan Muncar. 3. Peneliti lanjut diharapkan untuk menggunakan parameter yang berbeda untuk mengetahui kandungan air sumur yang ada di Kecamatan Muncar secara lebih terperinci. F. Daftar Pustaka Apriyani, Dwilina. 2013. Biolistrik dari Limbah Cair Perikanan dengan Metode Microbial Fuel Cell Satu Bejana. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

(Online) (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61335), diakses tanggal 31 Agustus 2013 Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif), Bumi Aksara: Jakarta Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007 Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan. Kepmen No. 06 Tahun 2007. Manik, Desmon M. 2010. Studi Tentang Kenaikan Kandungan Sulfat (SO4-2) Pada Air Limpasan Pengerukan Pasir Laut Serta Pengaruhnya Terhadap Kelimpahan Populasi Plankton dan Bentos. Skripsi. (Online) (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20913), diakses tanggal 31 Agustus 2013 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (Online), (http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf), diakses 12 Agustus 2013 PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah edisi kelima: Skripsi, Tesis, Desertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.Malang: UM Press Pratiwi, Dina Rita. 2011. Analisis Penetapan Kadar Minyak Dan Lemak Pada Limbah Sawit Dengan Metode Gravimetri. (Online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28636) diakses tanggal 11 September 2013. Priambodo G. 2011. Technical and social impacts of wastewater from fish processing industry in kota muncar of indonesia. Journal of Applied Technology in Environtmental Sanitation, (Online), 1(1): 1-7, (http://www.trisanita.org/jates/atespaper2011/ates01v1n1y2011.pdf), diakses 12 Agustus 2013 Setiyono dan Yudo, Satmoko.2008. Dampak Pencemaran Akibat Limbah Industri Pengolahan Ikan di Muncar. Jurnal Artikel Ilmiah, (Online), 4 (1): 69-80 (http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/272/272), diakses 19 Juni 2013. Setiyono dan Yudo, Satmoko.2008. Potensi Pencemaran dari Limbah Industri Pengolahan Ikan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Artikel Ilmiah, (Online), 4 (2): 136-145, (http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/280/279), diakses 19 Juni 2013.