PENGARUH PENJUALAN DAN PERPUTARAN PIUTANG

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penjualan dan perputaran piutang secara parsial terhadap laba bersih ...

0 downloads 386 Views 1MB Size
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

1 PENGARUH PENJUALAN DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP LABA BERSIH PERUSAHAAN FARMASI Limas Guntur Anggriono Putra [email protected]

Nurul Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

This research is meant to find out and to analyze the influence of selling and account receivable turnover either partially to the net profit of pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange and the dominant influence of selling and account receivable turnover to the net profit of pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange. The population is all pharmaceutical companies which are listed in Indonesia Stock Exchange which have been selected by using purposive method. The multiple linear regression analysis is used as the analysis technique. The selling variable partially has significant influence to the net profit at pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange since its significance value is 0.000 < (α) 0.05. The selling variable partially has significance influence to the net profit on pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange since its significance value 0.000 < (α) 0.05. The account receivable turnover partially has significant influence to the net profit on pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange since its significance value is 0.039 < (α) 0.05. The selling variable has dominant influence to the net profit with the highest regression coefficient value among independent variables that influence its dependent variable. Keywords: selling, account receivable, and net profit

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penjualan dan perputaran piutang secara parsial terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh dominan penjualan dan perputaran piutang terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang digunakan adalah semua perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Variabel Penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia karena nilai sign 0,000 < (α) 0,05. Variabel perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia karena nilai sign 0,039 < (α) 0,05. Variabel Penjualan mempunyai pengaruh dominan terhadap laba bersih dengan nilai koefisien regresi tertinggi diantara variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Kata kunci: penjualan, perputaran piutang dan laba bersih

PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, maka persaingan perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, perusahaan juga dituntut untuk mampu menentukan kinerja perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Perkembangan ekonomi mendorong peningkatan dan pertumbuhan dunia usaha, hal ini berarti semakin banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak, untuk mencapai hal tersebut salah satunya menentukan kebijakan penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan. Melihat fakta yang terjadi di pasar bahwa di tengah kondisi ekonomi yang masih dalam tahap pertumbuhan, sebagian besar perusahaan memiliki kemampuan untuk memberikan fasilitas kredit bagi

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

2 pelanggannya. Berawal dari aktivitas vital perusahaan, yakni penjualan (penjualan kredit yang tujuan utamanya adalah menjaga kelangsungan perusahaan dalam kondisi sulit) maka piutang timbul. Piutang sebagai asset yang materiil bagi perusahaan, karena sebagian besar penjualan umumnya dilakukan secara kredit. Dengan diterapkannya kebijakan penjualan secara kredit akan mempermudah perusahaan dalam menjual produknya dan juga mempermudah perusahaan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak serta dapat memperluas pangsa pasarnya dalam melakukan perluasan usaha. Penjualan kredit akan memberikan keuntungan yang lebih besar, hal ini disebabkan penjualan kredit menghendaki adanya laba yang lebih tinggi dibanding laba yang dikehendaki dalam penjualan tunai. Penjualan kredit akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu produk yang ditawarkan, terutama disaat kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih seperti sekarang ini, ditambah lagi persaingan yang semakin ketat. Saat ini pembeli lebih memilih untuk membeli produk secara kredit, karena sebagian besar dari mereka tidak mempunyai kondisi keuangan yang kuat. Dengan diterapkannya kebijakan kredit, maka akan timbul piutang, sehingga perusahaan harus menunggu saatnya piutang dilunasi, karena ada tenggang waktu antara saat penyerahan barang sampai dengan diterimanya uang. Apabila pelunasan piutang tidak lancar, maka akan menggangu posisi keuangan, (terutama perusahaan yang arus kasnya kurang baik) karena modal kerja banyak tertahan dalam bentuk piutang tersebut. Pengelolaan piutang adalah unsur penting dalam kelangsungan hidup suatu usaha, karena piutang adalah sumber keuangan atau kas perusahaan salah satu manfaatnya adalah untuk pembiayaan operasional perusahaan. Pada dasarnya, setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya bertujuan memperoleh laba, dan juga perusahaan akan selalu berusaha agar laba selalu meningkat. Perolehan laba yang besar akan mengundang investor untuk bergabung dalam menanamkan modalnya di perusahaan. Piutang adalah tagihan kepada kreditur langganan sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Apabila kita mampu mempercepat perputaran piutang, maka risiko tidak tertagih piutang dapat diperkecil dan diperoleh laba di masa yang akan datang dapat ditingkatkan. Sehingga dengan kecilnya piutang yang tidak tertagih dapat menambah modal perusahaan untuk mendapatkan laba Sehubungan dengan tujuan untuk memperoleh laba, maka perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, misalnya untuk memberikan persekot pembelian, membiayai gaji pegawai, supplies kantor, dan lain-lain. Perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan dari masing-masing perusahaan dapat mempengaruhi perubahan besarnya profitabilitas ekonomi perusahaan tersebut. Laporan keuangan selain sebagai sumber informasi juga sebagai pertanggungjawaban dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu peru- sahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu jenis laporan keuangan adalah laporan laba-rugi dimana pengertiannya adalah ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, dan diakhiri dengan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut. Laba tidak dapat menjadi satu-satunya tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimum, perusahaan harus menghasilkan produk dengan cara dan dalam bentuk volume penjualan sehingga akhirnya akan didapat pendapatan penjualan. Volume penjualan diartikan sebagai seluruh jenis barang yang disediakan/diserahkan kepada konsumen atau pelanggan tanpa memandang jumlah rupiah relative tiap jenis produk tersebut ataupun sering tidaknya produk tersebut dihasilkan, sedangkan pendapatan penjualan adalah kenaikan modal pe milik karena adanya penjualan produk kepada konsumen. Laba bersih akan terjadi Kalau pendapatan yang dihasilkan melebihi pengorbanan untuk mendapatkan pendapatan tersebut, sedangkan kalau rugi dapat dibebankan terhadap operasi tahun berjalan (walaupun tidak sebagai pengurang pendapatan kotor), rugi tersebut dapat diperlukan

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

3 sebagai pengurang laba bersih. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh penjualan dan perputaran piutang terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: 1) Apakah penjualan berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?, 2) Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh penjualan terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia, 2) Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan Menurut Munawir (2012:5) laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan umum, menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima; 2) Tujuan Khusus, memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. Selain sebagai alat pengambil keputusan, Laporan keuangan sebagai alat pertanggung jawaban manajemen perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:Par.05). Menurut Baridwan (2008:109) isi laporan keuangan yang dihasilkan setiap periode adalah: 1) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos sebagai berikut: aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan, investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang usaha dan hutang lainnya, kewajiban yang diestimasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya; 2) Laporan laba rugi sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan, bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos pos berikut: pendapatan, laba rugi perusahaan, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afilitas dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan, 3) Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran yang dianut; 4) Laporan arus kas

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

4 melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas selama periode tertentu. arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan; 5) Catatan laporan keuangan meliputi penjelasan negatif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen. Penjualan Penjualan merupakan suatu transaksi yang melibatkan penjual dan pembeli pada kegiatan usaha dalam menyerahkan produk yang berupa barang ataupun jasa. Penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya diterima sekaligus (langsung lunas). Sedangkan penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan secara non-tunai, dalam hal ini laba yang diharapkan adalah lebih besar daripada penjualan tunai. Cara mengetahui apakah pemberian kredit dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan laba bersih adalah dengan menghitung tingkat perputaran piutang. Menurut Horngren, et al. (2009:301), penjualan merupakan nama lain dari pendapatan penjualan yang merupakan jumlah yang didapat penjual dari hasil penjualan barang dagang yang dimilikinya sebelum dikurangi dengan beban-beban dan dilakukannya secara berjangka.” Perputaran Piutang Menurut Martono (2010:95) piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pembeli atau pihak lain yang menjual produk perusahaan secara kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas namun menimbulkan piutang dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Kebijakan penjualan kredit yang timbul akibat adanya piutang ini tentunya akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun biaya piutang tersebut dapat terimbangi dengan meningkatnya penjualan perusahaan. Piutang dagang (account receivable) terjadi ketika perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit, bukan tunai. Ketika uang tunai diterima, piutang akan berkurang dengan jumlah yang sama. Tingkat piutang yang tinggi akan mengurangi arus kas dan piutang tak tertagih (bad debt) akan mengurangi keuntungan dari penjualan (Atmaja, 2008:395). Manajemen piutang pun merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Sehingga manajemen piutang merupakan pengelolaan piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal agar tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut. Piutang dalam suatu perusahaan hendaknya harus selalu dalam keadaan berputar. Syarat pembayaran yang sesuai dengan kebijakan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi periode perputaran piutang atas terikatnya modal dalam piutang. Menurut Riyanto (2012:90) tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata–rata piutang.

Penjualan Kredit Piutang Rata - Rata PiutangAwal Piutang Akhir Piutang Rata - Rata  2 Perputaran piutang 

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

5 Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan kedalam piutang. Makin tinggi perputarannya, berarti makin pendek waktu terikat modal terhadap piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran akan dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. Riyanto (2012:90) untuk mengukur tingkat efisiensi piutang dapat menggunakan dua ukuran yaitu tingkat perputaran piutang dan budget pengumpulan piutang. Dimana efisiensi ini dipergunakan dalam memaksimalkan manfaat piutang bagi perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin efisien piutang karena piutang semakin cepat terbayar. Periode terikatnya suatu modal dalam piutang sangat penting untuk membandingkan hari rata–rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan.

Hari rata - rata pengumpulan piutang 

360 x Piutang rata - rata Penjualan kredit

Apabila hari rata–rata pengumpulan piutang lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan berarti bahwa cara pengumpulan piutang kurang efisien. Dimana banyak pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Laba Bersih Laba adalah kenaikan aset dalam suatu perioda akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau didistribusikan kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak, dan deviden) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang saham semula. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian. Informasi mengenai laba sebuah perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan yaitu, laporan laba/rugi. Informasi tersebut digunakan oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan untuk membuat keputusan. Suatu perusahaan dikatakan akan berhasil apabila dalam kegiatan operasionalnya memperoleh laba. Laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut: Laba = Penjualan – Biaya (Hanafi, 2011:32). Pendefinisian laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintatik karena laba tidak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pendapatan dan biaya masuk dalam definisi laba sehingga harus mendefinisikan pendapatan dan biaya untuk memaknai laba. Jadi, laba merupakan hasil penerapan sesuatu yang bermakna semantik. Dengan demikian laba tidak diinterpretasikan secara inuitif. Lebih dari itu, pengukuran pendapatan dan biaya sesuai PABU (Pernyataan Akuntansi Berlaku Umum) lebih didasarkan pada konsep cost historis sehingga laba yang dihasilkan tidak selalu setara dengan laba ekonomik yang pada umumnya mempertimbangkan perubahan daya beli dan perubahan harga. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aset sangat tergantung ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan tersendiri seperti halnya aset atau utang, karena laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

6 dalam jangka panjang dan menaksir risiko investasi. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Pengaruh antara Penjualan dan Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih Perusahaan dalam peningkatan jumlah penjualan cenderung memberikan kredit bagi pelanggannya. Hal ini dilakukan hampir semua perusahaan untuk memperluas pasar dan sedapat mungkin menguasai pasar, yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern) di tengah kondisi ekonomi global yang terguncang. Dengan timbulnya piutang, mengharuskan perusahaan bekerja lebih optimal lagi, terlebih pada hal-hal yang berhubungan dengan pengendalian piutang: pengumpulan dan penagihannya, agar kebijakan yang dijalankan tidak membuat perusahaan terganggu, terutama arus kasnya.Piutang merupakan elemen modal kerja (aktiva lancar) yang cukup materiil dan selalu dalam kondisi berputar. Besar kecilnya piutang juga dipengaruhi oleh efektifitas pengendalian piutang yang diterapkan dan berkaitan dengan besar kecilnya piutang (investasi dalam piutang), karena pengendalian yang tidak efektif mengakibatkan piutang tidak tertagih tepat waktu.Tingkat perputaran piutang yang tinggi akan secara otomatis membuat rata-rata pengumpulan piutang akan menjadi lebih cepat sehingga investasi dalam piutang serta resikonya berkurang. Periode pengumpulan piutang secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dinyatakan oleh Munawir (2012:76) yang menyatakan bahwa semakin besar days receivable suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan jika perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kerugiannya berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar. Syamsuddin (2008:270) menyatakan “peningkatan rata-rata pengumpulan piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan”. Perputaran piutang yang tinggi mengindikasikan jumlah penjualan yang tinggi pula dan mempengaruhi pendapatan secara mutlak. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan penjualan juga hendaknya tidak hanya bertumpu pada strategi kebijakan penjualan kredit semata, tetapi juga harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas piutang itu sendiri.Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa penjualan kredit harus dikendalikan dengan kebijakan kredit yang cermat dan sehat serta menguntungkan bagi perusahaan, sehingga penjualan tetap meningkat sementara perputaran piutang tetap stabil atau bahkan lebih cepat, yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan laba bersih. Penelitian Terdahulu Purnamasari (2010) meneliti “Pengaruh Perputaran Piutang Dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Otomotif Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan pada tahun penelitian untuk melihat profitabilitas modal sendiri. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa perputaran persediaan dan perputaran piutang secara bersama–sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan otomotif perlu melakukan analisis biaya yang benar–benar harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pramestia (2011) meneliti “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Ultra Jaya Milk di Bursa Efek Indonesia” . Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalah yang terjadi dimana pengaruh modal kerja ternyata berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dan dengan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa elemen–elemen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan secara bersama–sama mempunyai pengaruh terhadap keuntungan bersih yang diperoleh

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

7 perusahaan. Untuk mendapatkan profitabilitas perusahaan dapat menekan biaya–biaya operasional perusahaan agar dapat meningkatkan laba perusahaan. Suarnami, dkk (2014) meneliti ‘Pengaruh Perputaran Piutang dan Periode Pengumpulan Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pembiayaan”. Hasil penelitian menyimpulkan perputaran piutang secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini berarti perputaran piutang tidak berperan secara langsung dalam upaya mendukung peningkatan profitabilitas. Periode pengumpulan piutang secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini berarti periode pengumpulan piutang berperan secara langsung dalam upaya mendukung peningkatan profitabilitas. Muktiadji dan Kamage (2009) meneliti “Pengaruh Penjualan dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Perusahaan”. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa penjualan dan profitabilitas berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penjualan dan profitabilitas menunjukkan peningkatan. Model Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoretis, seperti diutarakan terdahulu maka model penelitian ini dapat ditunjukkan seperti pada gambar 1 sebagai berikut:

Penjualan (P)

Laba Bersih (LB)

Perputaran Piutang (PP) Keterangan:

Pengaruh secara parsial

Gambar 1 Model Penelitian

Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teoretis di atas, maka hipotesis yang ajukan adalah: H1 : Penjualan berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. H2 : Perputaran piutang berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, dalam hal ini diperlukan adanya metode penelitian yang terkandung dalam tujuan penelitian.Mengingat maksud dan tujuan penelitian ini, maka jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan metode kausal komparatif (causal comparative research) yaitu jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2012:74). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2012:119). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 9 perusahaan yang terdiri atas PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Tempo Scan

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

8 Pasifik Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT. Schering Plough Indonesia, dan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbanganpertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti (Sugiyono, 2012:126). Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Obyek penelitian adalah 9 perusahaan farmasi, 2) Perusahaan farmasi yang memberikan laporan keuangan di Bursa Efek secara berurutan selama tahun 2008-2012, 3) Perusahaan farmasi yang memperoleh laba positif secara berurutan selama tahun 2008-2012. Tabel 1 Prosedur Pengambilan sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nama Perusahaan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk PT Schering Plough Indonesia Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk

√ √ √ √ √ √ √ √ √

1

Kriteria 2 √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

3

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya

Berdasarkan prosedur pengambil sampel tersebut di atas, maka ada enam (6) perusahaan farmasi yang memenuhi kriteria tersebut yang dapat digunakan menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 2 Daftar Perusahaan Farmasi yang Digunakan Sebagai Sampel No 1 2 3 4 5 6

Kode Perusahaan DVLA KLBF PYFA MERK KAEF TSPC

Nama Perusahaan PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Tempo Scan Pasifik Tbk

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik simpulan. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan farmasi di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya dari tahun 2008 – 2012.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

9 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjualan (P), dan perputaran piutang (PP); 2) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih (LB). Definisi Operasional Variabel 1. Penjualan (P) adalah transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan baik secara tunai maupun kredit, sehingga pembeli mendapatkan kemudahan dalam hal pembayaran dan hal ini juga salah satu yang dapat meningkatkan jumlah pembeli maupun pembelian yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada laba. Pengukuran variabelnya berdasarkan rupiah pada tahun 2008-2012. 2. Perputaran piutang (PP) adalah kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu melalui penjualan. Perputaran piutang dihitung dengan cara membandingkan penjualan dengan rata-rata piutang yang merupakan hasil dari saldo awal ditambah saldo piutang akhir perusahaan dibagi dua. Pengukuran variabelnya berdasarkan kali (x). Perputaran piutang menjadi variabel (X2) dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran piutang 

Penjualan  .....kali Rata  Rata Piutang

3. Laba bersih (LB) adalah selisih lebih pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan. Pengukuran variabelnya berdasarkan rupiah pada tahun 2008-2012. Teknik Analisis Data 1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1 (Ghozali, 2011:106). b. Uji Heterokedastisitas Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual dari (Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized. Dasar dalam pengambilan keputusan: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas; 2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui korelasi antar anggota serangkaian data observasi baik data time series maupun cross section. Menurut Santoso (2009:219), secara umum untuk menentukan autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut: Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

10 d. Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam pendekatan grafik Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2009:214). Dasar pengambilan keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas. 2. Analisis Regresi Berganda Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011:96). Menurut Ferdinand (2009:295), analisis regresi linier berganda adalah suatu prosedur statistik dalam menganalisis hubungan antara variabel satu atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) rumus multiple regresinya adalah sebagai berikut : LB= a + b1P+ b2PP + e Dimana: LB= Laba bersih; a = Konstanta; b1,b2= Koefisien regresi dari variabel bebas; P= Penjualan; PP= Perputaran piutang; e = Faktor pengganggu dari luar model (Error) Setelah diketahui persamaan regresi maka hubungan antara variabel independen dan variabel dependen di tafsirkan berdasarkan atas nilai koefisien dari variabel independen. Persamaan regresi linier berganda di atas dihitung dengan menggunakan program SPSS. 3. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2011:97). Interpretasi: 1) Jika R2 mendekati 1 (semakin besar nilai R2), menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan semakin kuat; 2) Jika R2 mendekati 0 (semakin kecil nilai R2), menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan semakin lemah. Untuk mempermudah perhitungan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2 ) di atas dihitung dengan menggunakan program SPSS. 4. Pengujian Hipotesis a. Uji t (Parsial) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan level of significant alpha (α) sebesar 5%. Kriteria menentukan keputusan adalah (Ghozali, 2011:98): 1) Jika Sig > () 0,05, maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat; 2) Jika Sig < () 0,05, maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Koefisien Determinasi Parsial (r²) Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dari masing-masing variabel independen (penjualan dan perputaran piutang) terhadap variabel dependen (laba bersih) secara parsial. atau untuk mencari pengaruh dominan diantara variabel bebas terhadap varaibel terikat. Dimana analisis ini dinyatakan oleh besarnya kuadrat koefisien parsial atau dengan kata lain r2 = koefisien determinasi parsial (Sugiyono, 2012:260).

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

11 Dimana: Jika nilai r² dari variabel bebas secara parsial menunjukkan angka yang terbesar, maka variabel tersebut punya pengaruh dominan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. HASIL PENELITIAN Penjualan Penjualan (P) adalah teransaksi penjualan yang dilakukan perusahaan farmasi melalui pembayaran langsung tunai atau cash maupun kredit sehingga para pembeli mendapatkan kemudahan dalam memperoleh barang dan hal ini juga salah satu yang dapat meningkatkan penjualan pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada laba. Tingkat penjualan perusahaan farmasi yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Tingkat Penjualan Perusahaan Farmasi Periode 2008-2012 (Dalam Ribuan Rp) Nama perusahaan PT Merk PT Darya PT Tempo scan PT Kimia Farma PT Kalbe Farma PT Pyridam Farma Rata-rata

2008 2009 637.134.080 751.403.033 577.598.911 851.314.153 3.633.789.178 4.497.931.021 2.704.728.409 2.854.057.690 7.877.386.385 9.087.347.669 119.580.973 132.000.542 2.591.702.989 3.029.009.018

Tahun 2010 2011 2012 795.688.800 918.532.462 929.876.824 909.509.400 899.632.048 1.087.379.869 5.134.242.102 5.780.664.117 6.630.809.553 3.183.829.303 3.481.166.441 3.734.241.101 10.226.789.206 10.911.860.141 13.636.405.178 140.858.442 151.094.461 176.730.979 3.398.486.209

3.690.491.611

4.365.907.251

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya

Dengan memperhatikan tabel 3, dapat diketahui tingkat penjualan perusahaan farmasi menunjukkan peningkatan setiap tahun. Tingkat penjualan tertinggi dihasilkan oleh PT Kalbe Farma, Tbk, PT Tempo Scan Pasifik Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Sedang penjualan terendah PT Pyridam Farma, Tbk, PT Darya Tbk, dan PT Merk Tbk. Dalam satu tahun ratarata tingkat penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi selama tahun 2008-2012 berkisar antara Rp 2.591.702.989 – Rp 4.365.907.251. Perputaran Piutang Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu melalui penjualan. Perputaran piutang dihitung dengan cara membandingkan penjualan dengan rata-rata piutang yang merupakan hasil dari saldo awal ditambah saldo piutang akhir perusahaan dibagi dua. Pengukuran variabelnya berdasarkan kali (x). Perputaran piutang menjadi variabel (X2) dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran piutang 

Penjualan  .....kali Rata  Rata Piutang

Dengan menggunakan rumus perputaran piutang di atas, maka tingkat perputaran perusahaan farmasi yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 4 berikut ini:

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

12 Tabel 4 Perputaran Piutang Perusahaan Farmasi Periode 2008-2012 (Dalam kali) Nama perusahaan PT Merk PT Darya PT Tempo scan PT Kimia Farma PT Kalbe Farma PT Pyridam Farma Rata-rata

2008 1,11 0,49 0,89 0,19 0,73 0,12 0,59

2009 1,10 0,34 0,83 0,22 0,80 0,20 0,58

Tahun 2010 0,89 0,39 0,94 0,41 0,96 0,19 0,63

2011 2,60 0,40 0,93 0,45 1,03 0,19 0,93

2012 1,13 0,42 0,81 0,48 0,99 0,19 0,67

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya

Dengan memperhatikan tabel 4 di atas, dapat diketahui perputaran piutang PT Kalbe Farma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk tahun 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan perputaran piutang PT Merk Tbk, PT darya Tbk, PT Tempo Scan Tbk dan PT Pyridam cenderung berfluktuatif karena pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan, untuk tahun 2011-2012 menunjukkan peningkatan. Secara rata-rata untuk seluruh sampel selama lima tahun perputaran piutang berfluktuatif. Dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar selama tahun 2008-2012 berkisar 0,58 x–0,93x. Laba Bersih Laba bersih (LB) adalah selisih lebih pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan. Laba bersih perusahaan farmasi yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 5 berikut Tabel 5 Laba Bersih Perusahaan Farmasi Periode 2008-2012 (Dalam Ribuan Rp) Nama perusahaan PT Merk PT Darya PT Tempo scan PT Kimia Farma PT Kalbe Farma PT Pyridam Farma Rata-rata

2008 98,620,070 70,819,094 320,647,898 55,393,774 706,822,146 2,308,877 209,101,976

Tahun 2009 2010 2011 2012 146,700,178 118,794,278 231,158,647 107,808,155 72,272,233 110,880,522 120,915,340 148,909,089 359,964,376 488,889,258 585,308,879 643,568,078 62,506,876 138,716,044 171,763,175 205,763,997 929,003,740 1,286,330,026 1,539,721,311 1,772,034,750 3,772,968 4,199,202 5,172,045 5,308,221 262,370,062 357,968,221 442,339,899 480,565,382

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya

Laba yang dicapai oleh perusahaan merupakan salah satu tujuan pokok perusahaan dan sebagai tolak ukur yang dipakai manajer, pemegang saham, dan kreditor dalam memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan datang dan dapat mengevaluasi secara lebih baik tentang peluang untuk bisa memperoleh kembali pembayaran atas investasi.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

13 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji data berdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengambilan keputusan: 1) Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal; 2) Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Tabel 6 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Penjualan Perputaran piutang N 30 30 Mean 341511941.5000 .6807 Normal Parametersa,b Std. Deviation 3716159093.227 .49429 Absolute .234 .150 Most Extreme Positive .234 .150 Differences Negative -.188 -.128 Kolmogorov-Smirnov Z 1.284 .822 Asymp. Sig. (2-tailed) .074 .508 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Laba bersih 30 350469108.933 467544745.839 .267 .267 -.228 1.064 .067

Sumber: Hasil Output SPSS

Dari hasil keseluruhan data yang telah diuji dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat disimpulkan bahwa data perusahaan farmas memiliki data normal, hal tersebut dikarenakan semua data tersebut memiliki Asymp. Sig > (α) 0,05. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 2 Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS terlihat hampir semua titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

14 dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui laba bersih berdasar masukan dari variabel independennya. 3. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung multikolinieritas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinieritas dan begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan statistik nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance tersaji pada Tabel 7 Tabel 7 Hasil Uji Multikolinieritas Model

Coefficientsa

Penjualan Perputaran piutang a. Dependent Variable: Laba bersih 1

Collinearity Statistics Tolerance VIF .933 1.071 .933 1.071

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS pada bagian coefficients diperoleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) penjualan sebesar 1,071, perputaran piutang sebesar 1,071 dengan demikian menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk penjualan sebesar 0,933, perputaran piutang sebesar 0,933 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 4. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji DW). Hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 .350a a. Predictors: (Constant), Perputaran piutang, Penjualan b. Dependent Variable: Laba bersih Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan Tabel 8 hasil perhitungan autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson adalah sebesar 0,350. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

15 Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh persamaan regresi linier sebagaimana yang tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -121701.426 41686.307 1 Penjualan .117 .006 Perputaran Piutang 106059.786 48770.597 a. Dependent Variable: Laba bersih

Standardized Coefficients Beta .931 .112

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan Tabel 9, maka laba bersih dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = -121701,426 + 0,117P + 106059,786Pp Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa koefisien dari variabel bebas penjualan dan perputaran piutang bertanda positif. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh searah dengan variabel terikat laba bersih. Pengujian Hipotesis 1. Individual test (Uji statistik t) Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan SPSS 20 didapat hasil uji t seperti yang tersaji pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10 Hasil Uji statistik t Variabel Penjualan Perputaran piutang

t hitung 18.054 2.175

Sig .000 .039

(α) 0,05 0,05

Keterangan Berpengaruh signifikan Berpengaruh signifikan

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa: 1) Untuk penjualan diketahui nilai thitung sebesar 18,054 dengan sig 0,000 < (α) 0,05 atau dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 atau sebesar 0,000 maka H0 berhasil ditolak berarti bahwa penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia; 2) Untuk perputaran piutang diketahui nilai thitung sebesar 2,175 dengan sig 0,039 < (α) 0,05 atau dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 atau sebesar 0,039 maka H0 berhasil ditolak berarti bahwa perputaran berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .966a .933 .928 12542549.627 a. Predictors: (Constant), Perputaran piutang, penjualan Sumber: Hasil Output SPSS

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

16 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,933 atau 93,3% artinya variabilitas variabel laba bersih dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel penjualan dan perputaran piutang sebesar 93,3%, sedangkan sisanya sebesar 6,7%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada variabel lain di luar variabel penjualan dan perputaran piutang yang berpengaruh terhadap laba bersih. 3. Koefisien Determinasi Parsial Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui dari variabel penjualan dan perputaran piutang yang berpengaruh dominan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tabel 12 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel Penjualan Perputaran piutang

Sumber: Hasil Output SPSS

r 0,961 0,386

r2 0,9235 0,1490

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi adalah penjualan karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 92,35%. PEMBAHASAN Untuk penjualan berdasarkan pada Tabel 10 diketahui nilai thitung sebesar 18,054 dengan sig 0,000 < (α) 0,05 atau dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 atau sebesar 0,000 maka H0 berhasil ditolak berarti bahwa penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia terbukti. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya laba adalah kondisi penjualan pada perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin besar pula besar laba yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan. Untuk perputaran piutang berdasarkan pada Tabel 10 diketahui nilai thitung sebesar 2,175 dengan sig 0,039 < (α) 0,05 atau dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 atau sebesar 0,039 maka H0 berhasil ditolak berarti bahwa perputaran berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia terbukti. Hal ini berarti perputaran piutang berperan secara langsung dalam mendukung peningkatan laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Perputaran piutang berpengaruh terhadap laba bersih karena tingkat perputaran piutang tinggi berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar. Menurut Sartono (2010:119) secara konseptual perputaran piutang menyatakan periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan kembali menjadi kas. Manajer piutang perusahaan harus bisa menambah penjualan kreditnya dan menjaga rata-rata piutang harus tetap rendah supaya

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

17 perputarannya meningkat (Putra, 2012). Bertambahnya penjualan kredit diharapkan dapat meningkatkan laba, sehingga profitabilitas juga meningkat. Kebanyakan perusahaan besar menjual produksinya dengan cara kredit sehingga nantinya akan menimbulkan piutang. Hal ini bertujuan untuk dapat mempertahankan langganan yang sudah ada dan untuk menarik langganan yang baru. Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil uji hipotesis dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Penjualan berpengaruh terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia; 2) Perputaran piutang berpengaruh terhadap laba bersih pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia; 3) Penjualan mempunyai pengaruh dominan terhadap laba bersih karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar. Saran Dengan hasil analisis yang telah dikemukakan maka diharapkan perusahaanperusahaan lebih dapat meningkatkan efektivitas pengendalian piutang, terutama di saat kondisi recovery pasca krisis global seperti sekarang ini. Perusahaan hendaknya menjalankan kebijakan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebelum memberikan piutang sebaiknya perusahaan mencari informasi terlebih dahulu tentang keadaan dari calon debitur yang diberi pinjaman. Untuk mengurangi risiko kredit sebaiknya perusahaan memperlihatkan lima C sebelum memberikan persetujuan kredit yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions. DAFTAR PUSTAKA Atmaja, L. S. 2008. Manajemen Keuangan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi kedelapan. BPFE. Yogyakarta. Ferdinand, M. 2009. Metode Penelitian Manajemen. Balai Pustaka. Jakarta. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kelima. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hanafi, M. M. 2011.Manajemen Keuangan. Edisi Satu. Cetakan Keempat. BPFE. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Horngren , C. T., Walter, T. H., dan A. R. Michael. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Ketiga, Cetakan Kesatu, Erlangga. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Martono. 2010. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Muktiadji, N. dan R. Kamage. 2009. Pengaruh Penjualan dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Perusahaan STudi Pada PT Gudang Garam Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama. Jurnal Ilmiah Ranggagading (9)1: 38-44. Munawir, S. 2012. Analisis laporan Keuangan. Edisi Kelima. Cetakan Keempat Belas. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Purnamasari, I. 2010. Pengaruh Perputaran Piutang Dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Otomotif Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 1 (2014)

18 Putra. M. P. 2012. Analisis Penggunaan Hutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Go Public di BEI Periode 2004-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri. Malang. Pramestia, D. 2011. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Ultra Jaya Milk Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Riyanto, B. 2012. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi kedua. Cetakan Keduabelas. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Syamsudin, L. 2008. Manajemen Keuangan. Grafindo Perkasa. Yogyakarta. Santoso. S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sartono, A. 2010. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Yogyakarta. Suarnami, L. K., I. W. Suwendra dan W. Cipta. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang dan Periode Pengumpulan Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pembiayaan. eJournal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (2). Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Cetakan Kedua. Alfabeta. Bandung.